Anda di halaman 1dari 21

TUGAS ETIKA PROFESI DAN KEWIRAUSAHAAN

“Ulasan Terhadap Kasus Pelanggaran Etika Profesi dan Etika Bisnis ”

Disusun Oleh:

Salsabila (1117020053)

3 Konstruksi Sipil 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITENIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2020
A. Pelanggaran Etika Profesi

Etika profesi merupakan komitmen pribadi seorang profesional dalam


menjalankan tugas-tugas profesionalismenya untuk memegang teguh nilai-nilai
kepatuhan dan kejujuran intelektualnya.

Etika profesi atau kode etik profesi ini memberi petunjuk kepada anggotanya
bagaimana harus berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi tertentu di mata
masyarakat. Konsep etika profesi harus disepakati bersama oleh pihak yang berada di
luang lingkup kerja profesi tersebut.

Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan
nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.

Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta
yang terjadi disekitar para profesional, sehingga harapan terkadang sangat jauh dari
kenyataan. Memungkin para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan
mengabaikan idealisme kode etik profesinya yang disebut pelanggaran etika profesi.

Berikut contoh kasus pelanggaran etika profesi dan ulasannya :

1. Kasus Jaksa Pemeras Saksi

TIM Pengamanan Sumber Daya Organisasi (PAM SDO) pada Jaksa Agung
Muda Intelijen Korps Adhyaksa meringkus dua oknum jaksa yang diduga
memeras saksi kasus tindak pidana korupsi.

Kedua oknum jaksa itu ialah Kasi Penyidikan pada Aspidsus Kejati DKI
Yanuar Reza Muhammad serta Kasubsi Tipikor dan TPPU pada Aspidsus Kejati
DKI Firsto Yan Presanto. Keduanya terbukti menerima uang dari mantan
Manager PT DOK dan Perkapalan Koja Bahari, M Yusuf.

Jaksa Agung ST Burhanuddin dalam konferensi pers Rapat Kerja Nasional


Kejaksaan RI 2019, di Cianjur, Jawa Barat, Selasa (3/12), mengatakan M Yusuf
selaku saksi kasus korupsi yang kebetulan ditangani jajaran Kejaksaan Tinggi
DKI, mengaku telah menyerahkan uang sebesar Rp1 miliar kepada kedua oknum
jaksa tersebut.
"Pada 2 Desember 2019 sekitar pukul 14.50 WIB, Tim PAM SDO telah
menangkap tiga orang, yaitu dua oknum jaksa dan satu pihak swasta berinisial
CH (Cecep Hidayat)," kata Burhanuddin.

Jaksa Agung membeberkan, berdasarkan informasi di lapangan, M Yusuf


menyerahkan uang tersebut kepada kedua oknum jaksa melalui perantara Cecep.
Fulus itu terkait kasus dugaan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan PT
DOK dan Perkapalan Koja Bahari TA 2012-2017.

Penyerahan uang dilakukan dua tahap. Pertama, pada 15 Oktober 2019


diserahkan Rp500 juta dalam bentuk US$20 ribu (setara Rp248 juta) dan sisanya
Rp216 juta diberikan via transfer oleh M Yusuf ke rekening Bank Mandiri milik
Cecep.

Tiga hari berselang, Rp500 juta diserahkan disebuah hotel di Jalan Pramuka,
Jakarta. Informasi yang beredar menyebutkan bahwa total dana yang diminta
kedua oknum jaksa itu sebesar Rp2,5 miliar. (OL-8)

Ulasan :
Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.

Dalam menjalankan wewenangnya tersebut, Jaksa dituntut untuk memiliki


integritas, bertanggung jawab dan mampu memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat, serta mewujudkan birokrasi yang bersih, efektif, efisien, transparan
dan akuntabel yang dilandasi doktrin kejaksaan Tri Krama Adhyaksa.

Pada kasus diatas terbukti bahwa oknum jaksa tidak dapat mewudkan
birokrasi yang bersih, dengan melakukan pemerasan kepada saksi perkara dugaan
penyimpangan pengelolaan keuangan PT DOK dan Perkapalan Koja Bahari TA
2012-2017.

Seharusnya para jaksa senantiasa menjaga martabat dan profesinya, dengan


mematuhi kode etik profesi atau dikenal sebagai kode perilaku jaksa. Tapi para
jaksa ini malah melakukan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan oleh jaksa,
yang tertuang pada pasal 4 peraturan jaksa 67/2007 yaitu, huruf a.menggunakan
jabatan dan/atau kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan/atau pihak lain.
Serta huruf d. meminta dan/atau menerima hadiah dan/atau keuntungan serta
melarang keluarganya keluarganya meminta dan /atau menerima hadiah dan/atau
keuntungan sehubungan dengan jabatannya.

Hukuman yang bisa didapat oleh jaksa pemeras bisa berupa pemecatan dan
bisa juga dikenai hukum pidana atas tindakan suap.

2. Kasus Mark Up Anggaran Proyek Pemeliharaan Jalan

WAJO - Penyelidikan dugaan mark-up anggaran proyek pemeliharaan jalan


tani Lebukeng, Desa Mallusesalo, Kecamatan Sabangparu Kabupaten Wajo
dimulai. Inspektorat menurunkan sejumlah tim auditor guna melakukan
pemeriksaan pendahuluan.

Inspektur Pembantu Wilayah IV Inspektorat Kabupaten Wajo, Dwi


Apriyanto mengatakan, pemeriksaan yang dilakukan hari ini, Selasa (17/3/2020)
hanya sebatas pengukuran volume pengerjaan.

Tidak hanya itu, Inspektorat Kabupaten Wajo saat ini telah meminta Kepala
Desa Mallusesalo untuk membawa seluruh data dan laporan hasil pengerjaan
proyek pemeliharaan jalan tani Lebukeng.

"Tadi hanya pemeriksaan pendahuluan, meninjau lokasi dan mengukur


volome pengerjaan. Kami juga sudah meminta pak desa untuk membawa laporan
hasil pengerjaan, Insyaallah besok (Rabu 17 Maret 2020) sudah kami terima,
sebab penyelidikan atau audit sudah akan dilakukan," ujarnya kepada
SINDOnews, Selasa (16/3/2020).

Penyelidikan proyek pemeliharaan jalan tani dilakukan lebih cepat dari


jadwal yang telah ditetapkan. Sebab proyek tersebut saat ini tengah menjadi
perbincangan masyarakat.

Beberapa tahap pemeriksaan nantinya akan dilakukan, seperti audit awal,


pelaksanaan pemeriksaan atau dalam istilah Badan Pemeriksa Keungan (BPK)
audit rinci. Setelah itu masuk ke tahap penyusunan laporan.
"Hasil akhirnya bisa dilihat ketika penyusunan laporan atau laporan hasil
pemeriksaan (LHP) telah selesai, ada atau tidaknya indikasi mark-up akan
tertuang di dalamnya," pungkasnya.

Sementara itu, Inspektur Inspektorat Kabupaten Wajo, M Arif berjanji tidak


akan bermain-main dalam pemeriksaan indikasi mark-up proyek pemeliharaan
jalan tani Lebukeng. Ia telah menekankan kepada seluruh tim auditor untuk
mengungkap fakta sesuai mekanisme.

"Kami akan bekerja secara profesional dalam mengungkap fakta, jika


terbukti pastinya kami merekomendasikan pengembalian kerugian negara," kata
dia singkat.

Sebelumnya diberitakan indikasi mark-up dalam proyek itu terkuak setelah


adanya laporan warga setempat berinisial ASB. Ia mengaku memiliki data terkait
pengerjaan proyek tersebut. Di mana ada selisih cukup besar antara jumlah
pengeluaran dan anggaran yang disediakan.

Kata ASB, harga satuan material yang dipakai untuk menimbun hanya
Rp450.000 per truk. Di mana ada 45 truk yang lalu lalang ke lokasi proyek. Bila
dikalkulasi, anggaran material itu Rp20,25 juta. Ditambah lagi dengan sewa vibro
roller Rp10 juta selama dua hari untuk volume 370 meter.

Menurut ASB, akumulasi pengeluaran untuk pemeliharaan jalan tani itu tidak
sesuai dengan anggaran yang dialokasikan yang mencapai Rp93 juta lebih.
Sumber dana itu berasal dari anggaran Dana Desa tahun 2019.

"Kami menduga proyek tersebut dimark-up. Saya bisa membuktikan dengan


data yang saya pegang," tandas ASB.

Ulasan :

Mark up adalah pembengkakan harga/nilai sesuatu. Kasus mark up sudah


dianggap rahasia umum apalagi untuk proyek-proyek pemerintahan. Pada kasus
ini terjadi pelanggaran etika profesi, yaitu prinsip integritas yang mengharuskan
anggota bersikap jujur dan berterus terang untuk memegang teguh etika dan
integritas di dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di mana pun dia
bekerja sehingga dia bisa tetap mempertahankan reputasi profesinya dari waktu
ke waktu
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Maka dari itu Perlu adanya sinergi antara penegak hukum, lembaga audit
negara, dan inspektorat terkait potensi kasus korupsi yang menyebabkan kerugian
negara,

3. Kasus Suap Proyek Reklamasi Jakarta

Jakarta, CNN Indonesia -- Dugaan keterlibatan perusahaan dalam dugaan


korupsi proyek reklamasi di Teluk Jakarta memungkinkan ditelusuri. Kunci
pengungkapannya ada pada kasus suap Anggota DPRD DKI Jakarta Mohammad
Sanusi, dukungan kebijakan Pemerintah yang melancarkan proyek tersebut, dan
Peraturan Mahkamah Agung.

Sanusi diketahui menerima suap Rp 2 miliar dari mantan Presiden Direktur


PT. Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja, pada Maret 2016. Hal itu terkait
dengan pembahasan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai
Utara (RTRKSP) Jakarta di DPRD DKI.

"Kasus reklamasi ini bisa dikatakan sebagai well organized crime. Kasus
reklamasi dalam kaitan korporasi, kenapa? Sebenarnya kasus ini kalau mau
dilacak-lacak, bau-baunya ada di kasusnya Sanusi. Sayang di kasus berhenti.
Kalau saja Sanusi dijadikan whistle blower, maka sebenarnya kasus ini bisa
ditelisik lebih jauh lagi," ujar Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, di
gedung KPK, Jakarta, Selasa (31/10) sore.

Ulasan :

Benturan antara kepentingan pelaku usaha dengan otoritas penerbit izin


(pemerintah) masih saja terkendala praktik suap. Parahnya, suap dalam
pengurusan administrasi oleh para oknum, baik di instansi pemerintahan (pusat
hingga daerah) maupun peradilan hingga kini masih tak bisa terlepas dari stigma
‘sudah menjadi rahasia umum’.

Suap-menyuap yang dilakukan secara bersama- sama dengan penggelapan


dana-dana publik (embezzlement of public funds) sering disebut sebagai inti atau
bentuk dasar dari tindak pidana korupsi. Akibat adanya suap-menyuap
menimbulkan ancaman terhadap stabilitas ekonomi; dapat merusak lembaga dan
nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai etika, dan keadilan; bersifat diskriminatif dan
merongrong etika dan kompetisi bisnis yang jujur; mencederai pembangunan
berkelanjutan dan tegaknya hukum.

Dalam kasus ini Sanusi telah melanggar kode etik profesinya yaitu dewan
perwakilan rakyat, yang tertuang pada pasal 4 ayat 2 yang berisi “Anggota
dilarang melakukan hubungan dengan Mitra Kerjanya untuk maksud tertentu
yang mengandung potensi korupsi, kolusi dan nepotisme.”

Dengan demikian, Sanusi telah melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 11


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat 1
KUHP, kemudian Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang jo Pasal 65 ayat 1 KUHP.

4. Kasus Pelanggaran Kode Etik Psikolog

JAKARTA - Seorang Psikolog Sherly Solihin dan klinik tempatnya bekerja


yakni ICAC Profesional Service digugat ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Mereka digugat lantaran diduga telah melanggar kode etik Psikolog.

Gugatan ini menyusul gagalnya dalam proses mediasi oleh PN Selatan antara
pihak tergugat yakni Sherly dan ICAC dengan pihak penggugat seorang warga
negara (WN) Australia bernama Denis Anthony Michael Keet.

Pengaduan tersebut disebabkan pihak tergugat telah mengeluarkan rekam


medis dari proses konseling perceraian antara pihak tergugat dan penggugat
Denis beserta istrinya Yeane Sailan.

Menurut kuasa hukum Denis, ICAC dan Sherly secara nyata telah melanggar
kode etik Psikolog, dengan mengeluarkan rekam medis hasil konseling.

Upaya mediasi sebelumnya telah dilakukan pekan lalu di PN Selatan, namun


gagal lantaran pihak ICAC dan Sherly bersikukuh tidak bersalah terkait proses
keluarnya rekaman medis yang sejatinya bersifat rahasia.

Kliennya pun merasa telah dirusak nama baiknya karena dalam rekam medis
yang dikeluarkan oleh ICAC melalui dokter Sherly, tercantum nama Denis telah
melakukan penyekapan dan penyiksaan terhadap anaknya, Luke Xavier Keet.
Andru menambahkan, kliennya tersebut tidak pernah meminta surat rekam
medis dari klinik, namun ICAC justru mengeluarkannya tanpa izin.

"Kami sudah minta pendapat kepada pihak organisasi Psikolog, dan


menyatakan apa yang dilakukan Sherly dan ICAC salah. Itu akan jadi bahan
masukkan kami," tukasnya.

Ulasan :

Psikolog adalah seorang ahli dalam ilmu Psikologi yang berfokus pada
pikiran/mental dan perilaku seseorang. Di indonesia Psikolog secara khusus
merujuk pada seseorang praktisi Psikologi yang telah menempuh pendidikan
profesi Psikologi.

Pada kode etik Psikolog Indonesia pasal 23 yaitu tentang rekam Psikologi
ayat (1) huruf c. Psikolog dan/atau ilmuwan Psikologi menjaga kerahasian klien
dalam hal pencatatan, penyimpanan, pemindahan, dan pemusnahan catatan/ data
dibawah pengawasannya.

Tapi yang terjadi pada kasus ini justru seorang Psikolog bernama Sherly dan
klinik tempatnya bekerja ICAC secara nyata telah melanggar kode etik Psikolog,
dengan mengeluarkan rekam medis hasil konseling.

Maka pelanggar kode etik Psikolog dapat dikenai sanksi sesuai dengan kode
etik pasal 4, tentang Penyalahgunaan di bidang Psikologi, yang menyatakan
bahwa “Setiap penyalahgunaan wewenang di bidang keahlian psikologi dan
setiap pelanggar kode etik psikologi indonesia dapat dikenakan sanksi organisasi
oleh aparat organisasi yang berwenang sebagai mana diatur dalam Anggaran
Dasar Rumah Tangga Himpunan Psikologi Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan
Kode Etik Psikologi Indonesia”.

5. Kasus Korupsi Proyek IPDN

Jakarta - KPK memanggil dua orang pensiunan pegawai PT Adhi


Karya yaitu Amrin Hidayat dan Didi Kustiadi terkait dugaan korupsi proyek
kampus IPDN. Keduanya dipanggil sebagai saksi untuk tersangka Dudy Jocom.

Seorang PNS Pemkot Cirebon bernama Syahri Dewanto juga dipanggil KPK
terkait kasus ini. Dia juga diperiksa sebagai saksi untuk Dudy.
Dudy Jocom merupakan mantan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pusat
Administrasi Keuangan dan Pengelolaan Aset Sekretariat Jenderal Kemendagri.
Diah sebelumnya juga dipanggil KPK pada Rabu 22 Januari 2020. Namun, Diah
saat itu tidak memenuhi panggilan KPK

Perihal kasus yang menjerat Dudy Jocom ini, KPK menetapkan tiga orang
tersangka. Pertama, Dudy Jocom ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi
proyek gedung IPDN di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Sulawesi Utara (Sulut).

KPK juga menetapkan Kepala Divisi Gedung PT Waskita Karya, Adi


Wibowo, sebagai tersangka dugaan korupsi pembangunan gedung kampus IPDN
di Sulsel. Kemudian, KPK menetapkan Kepala Divisi Konstruksi VI PT Adhi
Karya, Dono Purwoko, sebagai tersangka dugaan korupsi proyek gedung kampus
IPDN di Sulut.

KPK menduga ada kesepakatan pembagian pekerjaan antara PT Waskita


Karya dan PT Adhi Karya yang dilakukan sebelum lelang. Dudy diduga meminta
fee sebesar 7 persen atas pembagian pekerjaan ini.

Dudy kemudian diduga meminta pembuatan berita acara serah terima


pekerjaan 100 persen pada 2011 agar dana bisa dicairkan. Padahal, pekerjaan itu
belum selesai.

"Dari kedua proyek itu, diduga negara mengalami kerugian total sekurangnya
Rp 21 miliar yang dihitung dari kekurangan volume pekerjaan pada dua proyek
tersebut. Proyek pembangunan kampus IPDN Sulawesi Selatan Rp 11,18 miliar
dan Sulawesi Utara Rp 9,3 miliar," ujar Wakil Ketua KPK Alexander Marwata di
Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Senin (10/12/2018).

Dudy juga menjadi tersangka dugaan korupsi pembangunan gedung Kampus


IPDN di Sumbar dan Riau. Dalam kasus itu, Ia telah divonis bersalah di kasus
korupsi pembangunan Gedung Kampus IPDN Sumbar dan dihukum 4 tahun
penjara serta denda Rp 100 juta subsider 1 bulan kurungan.
Ulasan :

Korupsi merupakan pelanggaran hukum yang sudah pasti melanggar etika


profesi, meskipun sudah belasan tahun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
berdiri, tetapi kasus korupsi ternyata tidak berkurang.

Maraknya persoalan korupsi tidak terlepas dari persoalan etika profesi


apalagi korupsi suatu proyek pembangunan, yang tidak pernah kapok berbuat
korupsi, dalam kasus ini yaitu Kepala Divisi Gedung PT Waskita Karya, Adi
Wibowo, sebagai tersangka dugaan korupsi pembangunan gedung kampus IPDN
di Sulsel. Kemudian Kepala Divisi Konstruksi VI PT Adhi Karya, Dono Purwoko,
sebagai tersangka dugaan korupsi proyek gedung kampus IPDN di Sulut.

Selain karena etika, penyebab maraknya korupsi adalah karena hukumannya


terlalu ringan.

B. Pelanggaran Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Dalam menjalankan suatu bisnis, tentunya etika sangat diperlukan. Tapi tidak
jarang etika bisnis sering kali dilanggar oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Dalam dunia bisnis berbagai jenis masalah etika bisnis dapat terjadi contohnya
yaitu penipuan, paksaan, pencurian, penyuapan, dan diskriminasi.

Berikut contoh kasus pelanggaran etika bisnis dan ulasannya:

1. Kasus Persekongkolan Tender

MEDAN, KOMPAS.com - Persekongkolan tender menduduki posisi teratas


perkara yang ditangani Komisi Pengawas Persaingan Usaha ( KPPU).
Sepanjang Agustus 2019, kantor Wilayah I KPPU Medan sudah menghukum
10 kontraktor dan empat kelompok kerja (pokja) yang dinyatakan terbukti secara
sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam
persekongkolan tender di Sumatera Utara.

Berdasarkan data KPPU, PT Karya Agung Pratama Cipta dihukum dengan


denda sebesar Rp 1,8 miliar saat mengerjakan paket pembangunan Jalan Balige
By Pass pada Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I
Provinsi Sumut Tahun Anggaran 2017.

Terlapor lain adalah PT Swakarsa Tunggal Mandiri, PT Anugrah Bahari


Sejahtera Mandiri, dan Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Satker Pelaksanaan
Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sumut.

Kepala Kantor KPPU Wilayah I Ramli Simanjuntak kepada Kompas.com


mengatakan, kasus tender pengadaan barang dan jasa menjadi mayoritas.

Majelis komisi sudah merekomendasikan Lembaga Kebijakan Pengadaan


Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) untuk membuat pedoman manual yang
mengharuskan pokja pengadaan barang atau jasa melakukan check list terkait
indikasi persekongkolan dalam proses tender.

Rekomendasi juga ditujukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat agar melakukan koordinasi dengan LKPP untuk menyusun
format baru pengadaan barang dan jasa di lingkungan Ditjen Bina Marga
Kementerian PUPR supaya meminimalisir terjadinya persekongkolan berupa
persaingan semu di antara peserta tender.

Fungsi KPPU sebagai lembaga yang diberi amanat untuk penegakan hukum
persaingan usaha, pemberi saran dan pertimbangan kepada pemerintah, pengawas
merger, serta pengawas kemitraan di Indonesia, tidak serta merta dapat
mengemban seorang diri. Lembaga ini memerlukan kerja sama dari seluruh
elemen dalam mewujudkan fungsi pengawasan.

“Kami terus melakukan sosialisasi dan mengajak semua pihak untuk


memperbaiki tender agar hadir proses yang transparan dan tidak ada
diskriminasi,” kata Ramli.
Selain itu, upaya pencegahan dengan melibatkan pemerintah daerah sangat
diperlukan. Dengan menyosialisasikan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999,
diharapkan seluruh organisasi perangkat daerah maupun penyelenggara lelang
memahami proses pengadaan barang dan jasa.

Ramli menegaskan, KPPU menaruh harapan dan komitmen dari para kepala
daerah untuk menjalankan pemerintahan yang bersih di Sumut.

Ulasan:

Isu tender yang kolutif dan tidak transparan di lingkungan instansi


pemerintah bukan kasus baru. Terbukti sejak dibentuknya Komisi Pengawas
Peraingan Usaha (KPPU) sudah menerima 376 laporan mengenai persekongkolan
tender. Persekongkolan tender merupakan biang dari inefisiensi berbagai kegiatan
sektor usaha dan jelas menyalahi etika bisnis, mengakibatkan persaingan yang
tidak sehat.

Persekongkolan juga menghambat pasar bagi peserta tender yang sebenarnya


lebih potensial.

Padahal sudah jelas pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 pasal 22


tentang larangan praktek monopoli dan pesaingan usaha tidak sehat, tidak
menolerir praktk-praktik persekongkolan tender, dan pelakunya dapat diganjar
denda sampai Rp 25 miliar.

Aturan ini diharapkan mampu mengikis praktik persekongkolan tender,


namun implementasinya ternyata tidak mudah. Praktik persekongkolan tender
sudah budaya yang menjadi rahasia umum, sering dianggap hal yang biasa.

Upaya pencegahan persekongkolan tender bisa dilakukan dengan mengikuti


tender elektronik sehingga hasilnya akan lebih transparan. Tender elektronik
terbukti lebih efektif untuk menekan terjadinya kecurangan dan tidak ada
diskriminasi.

Cara-cara konvensional sudah harus ditinggalkan dan saatnya beralih


memanfaatkan teknologi.
2. Miringnya Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Situ Plaza
Cibinong

METROPOLITAN – Setelah menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan


(BPK), atas miringnya sejumlah tiang pancang pada proyek pembangunan Situ
Plaza Cibinong, pengamat kontruksi bangunan kembali angkat bicara, atas
adanya indikasi kejanggalan pada proyek yang dikerjakan PT Sinar Cempaka
Raya.

Pengamat Tata Bangunan, Purwanto menyebutkan, adanya kesalahan


kontruksi yang fatal pada proyek senilai Rp 7,225 miliar tersebut, yang
mengakibatkan miringnya sejumlah tiang pancang. Seyogyanya pihak pemborong
melakukan kajian yang matang, atas jenis bangunan dan struktur yang dipilihnya.

“Jadi jangan asal pancang begitu saja. Teknologi modern itu sudah banyak.
Lautan saja bisa saya cor, ini cuma danau loh. Jadi wajar saja kalau jadi temuan
BPK. Toh ini ada kesalahan kontruksi dan desainnya,” kata pria yang juga
berprofesi sebagai salah satu dosen di Universitas Ibnu Khaldun Kota Bogor ini.

Menurutnya pasca ada temuan BPK atas proyek tersebut, tentunya wajib
hukumnya melakukan value ulang, atas proyek tersebut. Value sendiri bertujuan
untuk memastikan tidak adanya penggelembungan anggaran, atau mungkin
terjadi penurunan kualitas bahan bangunan yang digunakan.

Jika memang hasil evaluasi nanti mengatakan proyek ini bermasalah, tentu
pihak pekerja harus bertanggungjawab.

“Pengawas proyek dan kontraktor ini harus diawasi betul, dan harus ada
hitungan ulang soal perencanaannya. Apakah desain ini ekonomis atau
penghamburan semata. Harus profesional lah para kontraktor dalam melakukan
pembangunan, saya sangat miris dengan yang terjadi ini,” ketusnya.

Sementara itu, Pelaksana Harian Proyek, Dodi Setiawan tak bisa


berkomentar banyak mengenai kasus ini, lantaran dirinya sedang dalam
perawatan di salah satu rumah sakit.
“Saya lagi sakit pak,” singkat Dodi saat dikonfirmasi melalu Whatsapp, oleh
wartawan koran ini kemarin sore.

Ulasan:

Kasus ini tentu akan menjadi kasus kriminal, karna ada indikasi penipuan
pelaksanaan yang tidak sesuai pada aspeknya. Jelas hal ini melanggar etika bisnis
yaitu prinsip kejujuran. Maka sebagai tindaka, proyek ini harus divalue ulang dan
dihitung ulang anggarannya. Juga harus pastikan, apakah nanti bangunan ini
membahayakan untuk umum atau tidak.

Kalau berbahaya uang harus dikembalikan sesuai dengan jumlah value yang
dianulir sebagai yang tidak tetap. Jadi harus ada pengembalian uang negera sesuai
dengan besaran kesalahan.

Apapun alasannya maka pihak yang bertanggung jawab atas ketidak sesuaian
bangunan dengan aspeknya harus diproses melalui penegakan hukum yang adil
dan transparan juntuk menunjukkan bahwa tidak ada toleransi atas kegagalan atau
kecelakaan sekecil apapun terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab.

3. Kasus Kegagalan Bangunan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar masalah manajemen konstruksi


dari Universitas Pelita Harapan Manlian Ronald A Simanjuntak menilai
ambruknya Jembatan Widang karena kegagalan manajemen konstruksi.
Jembatan pada jalan nasional Lamongan-Tuban, Jawa Timur, ambruk pada Selasa
(17/4) sekitar pukul 11.05 WIB.

"Ini tak lebih jika dicermati adalah sebuah kegagalan bangunan," kata
Manlian saat dihubungi di Jakarta, Selasa malam.

Menurut dia, kegagalan bangunan yang terjadi adalah kegagalan manajemen


konstruksi. Dalam konteks kegagalan manajemen konstruksi, ada beberapa
pertanyaan permasalahan penting pada kasus itu.
Pertama, apakah ada data studi kelaikan proyek jembatan itu yang mencatat
tentang disain dan umur bangunan? "Karena ini proyek nasional, bagaimana
peran pemerintah pusat dan daerah?" katanya.

Kedua, dia mempertanyakan, apakah ada data desain teknis proyek yang
andal. Ini akan digunakan untuk analisis mengetahui apakah desain saat ini masih
laik. Lalu, kondisinya saat dikaji di awal, apakah masih andal sampai saat ini.

Ketiga, dia mengatakan, apakah ada juga dokumentasi manajemen


pemeliharaan proyek, baik dari segi perencanaan, perawatan dan pergantian
komponen jembatan dan lainnya. "Sebab ada data bahwa jembatan ini pada 2017
pernah rusak," katanya.

Keempat, Guru Besar Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan ini


mengatakan, apakah ada dokumentasi manajemen operasional proyek. Kemudian,
apakah dokumentasi sudah memiliki keakuratan dari berbagai hasil kajian yang
profesional.

Jawaban atas semua pertanyaan itu, kata dia, seharusnya bisa dijawab oleh
Tim ahli yang diterjunkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
ke lokasi. "Dari situ bisa dievaluasi, apakah kejadian itu lebih dominan ke teknis
di lapangan atau kesalahan manajemen konstruksi," katanya.

Ulasan :

Kegagalan bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau


tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil konstruksi. Seperti
jembatan Widang yang ambruk, diduga karena kesalahan manajemen
konstruksinya.

Maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang jasa


konstruksi, pasal 25 ayat 1 yang berisi , “pengguna jasa dan penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan”, dan ayat 2 yang berisi “kegagalan
bengunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.”
Jembatan widang merupakan jembatan yang selesai dibangun tahun 1980.
Maka dalam kasus ini tanggung jawab perawatan dan perbaikan jalan-jalan
nasional yang berada di seluruh wilayah Indonesia dilakukan oleh Pemerintah
Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

Jembatan membutuhkan pemeliharaan, perawatan agar memiliki umur


sesuai dengan yang direncanakan. Apabila perawatan dan pemelirahaan kurang,
maka akan berdampak pada kinerja pada jembatan. Akibatnya bisa ambruk dan
membahayakan pengguna jalan.

4. Kasus Investasi Bodong “Memiles”

Dilansir dari Antara, investasi ilegal meMiles dijalankan tersangka berinisial


KTM (47) dan FS (52) dengan menggunakan nama PT Kam and Kam. PT
tersebut berdiri sejak 8 bulan silam tanpa mengantongi izin.

PT tersebut berhasil meraup uang dari korban senilai Rp 750 miliar. Saat
penangkapan, Polisi mengamankan uang nasabah hingga Rp 122 miliar.

Menurut website MeMiles, investasi bodong ini menjelaskan dirinya sebagai


platform aplikasi yang bergerak di bidang digital Advertising memadukan 3 jenis
bisnis yakni advertising, market place dan traveling.

Kasus ini menyeret pula sejumlah nama artis serta anggota keluarga
Cendana. Dalam jangka waktu 8 bulan, meMiles sudah berhasil mendapatkan
240.000 anggota.

Cara kerja meMiles adalah dengan mengajak anggota bergabung sebagai


pemasang iklan maupun sebagai orang yang bertugas merekrut. Dengan modal
yang kecil, setiap anggota diiming-imingi bonus besar seperti mobil, tiket liburan
hingga handpone.

Anggota banyak tergiur karena bonus yang dijanjikan oleh tersangka. Hanya
menyetor Rp 50 juta, anggota bisa memperoleh mobil seharga di atas Rp 100 juta.
Ulasan :

Penawaran investasi ilegal atau investasi bodong tidak pernah surut, kasus
yang baru baru ini adalah aplikasi investasi bodong memiles, kasus penipuan
investasi ini merupakan penyelewengan etika bisnis yang memberikan kerugian
bagi pihak lain. Dalam kasus ini nasabah dikecewakan karena janji mobil, sepeda
motor, barang elektronik atau uang berlipat tak jadi nyata.

Hukuman bagi pelaku penipuan ini dapat dipidanakan, Apabila tindak pidana
penipuan tersebut dilakukan oleh orang berdasarkan hubungan kerja, atau
hubungan lain, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang bertindak untuk
korporasi didalam maupun diluar lingkungan korporasi, merupakan tindak pidana
korporasi

Tindakan pidana penipuan oleh korporasi, apapun kedok yang digunakan,


termasuk kedok investasi, diatur dalam pasal 378 Kitab Undang Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang berbunyi “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.”

Meskipun sudah banyak kasus investasi bodong, mengapa masyarakat masih


tertipu investasi sejenis ini. Hal ini terjadi karena dampak dari pertumbuhan
masyarakat kelas menengah dan pertumbuhan ekonomi tanpa didukung oleh
peningkatan kapasitas pemahaman serta pengelolaan keuangan.

Keserakahan juga merupakan penyebab masyarakat tertipu. Kecenderungan


untuk memperoleh tangkapan yang besar secara instan tanpa perlu banyak
bekerja membuat kita menjadi kurang bijak membuat keputusan.
5. Kasus Pencurian Data di Facebook

Liputan6.com, Jakarta - Skandal pencurian data yang menimpa


perusahaan Facebook kini membawa imbas yang semakin luas. Tiga perusahaan
besar yakni Sonos, Commerzbank dan Mozilla memutuskan untuk tidak lagi
menaruh iklan di platform media sosial tersebut.

Dikutip dari CNN, Senin (26/3/2018), beberapa perusahaan lain juga sedang
melakukan pembicaraan intens dengan pihak Facebook terkait penempatan iklan.
Facebook berjanji, pihak mereka akan menjaga kerahasiaan dan privasi data yang
disesuaikan dengan masing-masing klien.

Perusahaan yang tengah melakukan pembicaraan ini adalah Unilever,


McDonald's dan Adidas."Sangat jelas terlihat dari pertemuan kami bahwa hal ini
sudah menjadi prioritas bagi Facebook dan sedang banyak pekerjaan yang harus
mereka lakukan," kata perwakilan perusahaan tersebut.

Skandal yang menimpa Facebook bisa dibilang paling buruk di sepanjang


sejarah perusahaan. Bagaimana tidak, data yang disalahgunakan ternyata
diperlukan untuk pemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat
(AS).

Buntut dari skandal tersebut, para pengguna Facebook kadung kesal dan
khawatir karena mereka bisa saja menjadi korban. Para pengguna pun
berbondong-bondong menyerukan tagar #deletefacebook di Twitter.

Ulasan :

Kasus mengenai pencurian data oleh perusahaan riset Cambridge Analytica


(CA) di jejaring sosial Facebook. Kasus ini melanggar permenkominfo No. 20
tahun 2016 tentang perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik. Kasus ini
juga melanggar etika bisnis yaitu pencurian dan penipuan.

Dalam kasus ini Facebook juga bersalah karena memberikan akses kepada
aplikasi luar untuk mengambil data pengguna yang seharusnya tidak diberikan
karena melanggar hak privasi. Meskipun pencarian data untuk sebuah
kepentingan merupakan hal yang lumrah dilakukan, namun Cambridge Analytic
melakukan dengan cara yang tidak bisa dibenarkan, yaitu dengan mengelabuhi
responden sehingga hal ini dianggap melanggar etika.

Akibat dari kasus ini beberapa perusahaan memutuskan untuk tidak lagi
menaruh iklan di platform media sosial tersebut.

Meskipun pihak facebook sudah menjamin privasi akun pengguna, tetapi


sebagai pengguna yang bijak sebaiknya agar memahami batasan-batasan dalam
bersosial media seperti tidak mengumbar informasi pribadi, seperti alamat rumah
apalagi mengunggah KTP.
DAFTAR PUSTAKA

Media Indonesia, (2019, 03 Desember), Kejaksaan Agung Ringkus Dua Jaksa


Pemeras, diakses pada 2020, 14 Maret, https://mediaindonesia.com/read/detail/
275451-kejaksaan-agung-ringkus-dua-jaksa-pemeras

HukumOnline.com, (2017, 20 Oktober), Tata Cara Sidang Kode Perilaku Jaksa,


diakses pada 2020, 14 Maret, https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/
lt583eb61d8a8f2/tata-cara-sidang-kode-perilaku-jaksa/

Kompas.com, (2019, 13 September), Selama Agustus, 10 Kontraktor Dihukum karena


Persekongkolan Tender Proyek, diakses pada 2020, 14 Maret,
https://regional.kompas.com/read/2019/09/13/16512481/selama-agustus-10-kontrakto
r-dihukum-karena-persekongkolan-tender-proyek.

http://www.metropolitan.id/2019/12/kontraktor-situ-cibinong-wajib-kembalikan-duit-
rakyat/

https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/18/094500565/deretan-kasus-penipuan-b
erkedok-investasi-dari-memiles-hingga-swissindo?page=all#page3.

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3405762/skandal-pencurian-data-3-perusahaan-
raksasa-tarik-iklan-dari-facebook

https://republika.co.id/berita/p7c47e428/pakar-jembatan-ambruk-karena-kegagalan-m
anajemen-konstruksi

https://www.liputan6.com/news/read/2473088/m-sanusi-ditangkap-kpk-terkait-suap-i
zin-reklamasi-teluk-jakarta

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101114113-12-252656/jerat-pidana-ko
rporasi-di-balik-suap-reklamasi

https://nasional.kompas.com/read/2016/12/29/15594631/sanusi.divonis.tujuh.tahun.pe
njara.

https://news.detik.com/berita/d-4903586/kasus-korupsi-proyek-ipdn-2-pensiunan-peg
awai-adhi-karya-dipanggil-kpk
https://www.kompasiana.com/christine95490/5b3fad1116835f37a01bbc32/pelanggara
n-etika-bisnis

https://www.merdeka.com/peristiwa/kpk-panggil-eks-direktur-operasi-waskita-terkait
-korupsi-gedung-ipdn.html

https://news.okezone.com/read/2013/10/02/500/875317/diduga-langgar-kode-etik-psi
kolog-digugat-ke-pn-jaksel

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3464013/dibangun-pada-1970-berapa-lama-jem
batan-widang-tuban-bertahan

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101114113-12-252656/jerat-pidana-ko
rporasi-di-balik-suap-reklamasi

Anda mungkin juga menyukai