Anda di halaman 1dari 25

BAB I LATAR BELAKANG

TENAGA KERJA DI INDONESIA

Anggota Kelompok
Lia wananda
Salsabila

Talents come from diligence, and knowledge is


gained by accumulation.
CONTENTS
01 Sejarah Tenaga Kerja di
Indonesia
02 Perkembangan Dunia
Konstruksi dan
Permasalahannya

03 Keselamatan Kerja Yang


Efektif Dalam Dunia
Konstruksi
01
Background of the Topic

Tenaga kerja merupakan penduduk


yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No.
13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
01
Sejarah Tenaga Kerja di
Indonesia

Kerja Rodi Penghapusan


Perbudakan Kerja paksa
Poenale Sanctie
01

1. Perbudakan

• Budak di Indonesia sebenarnya lebih kepada pekerjaan yang berhubungan dengan rumah
tangga. Kebijakan dan undang-undang mengenai perbudakan awalnya dibuat sesuai dengan
hukum Belanda yang dipengaruhi hukum Romawi. Dalam hukum tersebut kedudukan
budak adalah sebagai sebuah benda, bukan sebagai manusia.
• Di Nusantara pada tahun 1811-1816 masa pendudukan Inggris dengan tokohnya Thomas
Stanford Raffles, melakukan tiga langkah untuk menghapus perbudakan di Batavia pada
1812. Dia mengharuskan pemilik budak mendaftarkan budak-budaknya, mengenakan pajak
khusus sebesar satu dollar Spanyol kepada pemilik budak untuk setiap budak berusia di atas
delapan tahun, meneken aturan larangan mengimpor budak ke Pulau Jawa sejak 1813.
• Upaya menghapus perbudakan jauh dari kata berhasil. Tapi gagasan Raffles menjelma
menjadi titik awal menuju ke arah sana. Beberapa saat sebelum lengser pada 1816, dia
mendirikan The Java Benevolent Society (Perkumpulan Kebajikan Jawa) pada 8 Januari
1816.
• Pada tahun 1817, pemerintah Hindia Belanda mulai ikut mengatur soal perbudakan ini
dengan tidak mengutik-utik hubungan antara budak dengan pemiliknya, tetapi hanya
mengadakan larangan memasukkan budak ke Pulau Jawa (Stb. 1817 No. 42), yang berarti
membatasi bertambahnya budak lain dari pada kelahiran.
• Pada tahun 1854 dalam Regeringsreglement 1854 pasal 115 sampai 117 yang kemudian
menjadi pasal 169 dan 171 Indische Staatsregeling 1926, dengan tegas ditetapkan paling
lambat pada tanggal 1 Januari 1860 perbudakan diseluruh Indonesia dihapuskan dan
selanjutnya memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan persiapan dan
pelaksanaan secara setingkat demi setingkat mengenai penghapusan ini serta uang ganti
rugi sebagai akibat sebagai penghapusan itu.
• Sesudah tahun 1922 dapat dikatakan bahwa Indonesia resminya tidak terdapat perbudakan
lagi.
• Pada tahun-tahun 1960 an masih diberitakan adanya perbudakan mental yaitu di pihak yang satu yang
pernah berkuasa dan masih berkuasa, ingin tetap memberi perintah saja dan pihak lainnya yang pernah
diperintah dan selalu diperintah, memandang tunduk dan menuruti secara mutlak sebagai soal yang
wajar.
2. Kerja Rodi
• Pekerjaan yang mula-mula merupakan pembagian pekerjaan antara sesama
anggota untuk keperluan dan kepentingan bersama (gotong royong), karena
perbagai keadaan dan alasan berkembang menjadi kerja paksa umtuk
kepentingan seseorang atau pihak lain dengan tiada bayaran atau upah.
• Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1807-1811)
menggunakan kerja rodi ini untuk kepentingan kompeni seperti mendirikan
benteng, pabrik, jalan, dan sebagainya, untuk pengangkutan barang. Proyek
utamanya, yaitu Jalan Raya Pos yang sebenarnya dibangun karena manfaat
militernya, yaitu untuk mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan
cepat.
• Thomas Stamford Raffles yang dalam tahun 1813 telah memproklamirkan
penghapusan rodi, tidak sempat melaksanakan penghapusan tersebut Setelah
Indonesia dikembalikan kepada Nederland (1816), rodi diperhebat untuk
kepentingan gubernemen.
• Rodi yang berlangsung di Indonesia digolongkan dalam tiga golongan:
1. Rodi-gubernemen, yaitu rodi untuk kepentingan gubernemen dan para
pegawainya (herendienst);
2. Rodi perorangan, yaitu rodi untuk kepentingan. Kepentingan kepala-kepala dan
pembesar-pembesar Indonesia (persoonlijke diensten);
3. Rodi-desa, yaitu rodi untuk kepentingan desa (desa diensten).

• Baru pada tahun 1880-an kepada penduduk diberikesempatan untuk


membebaskan diri dari kekangan itu dengan membayar pajak tertentu
(hoodfdgeld).
• Proses hapusnya rodi itu juga memakan waktu yang lama yaitu baru pada
tanggal 1 Februari 1938 pekerjaan rodi dihapuskan. Di tanah partikelir disebelah
barat kali Cimanuk bahkan baru dihapuskan tahun 1946 oleh Commanding Officer
Allied Military Administration Civil Affairs Branch (COAMACAB).
• Sayangnya setelah kerja rodi yang sudah dihilangkan datanglah Jepang dengan
membentuk Romusha
• Romusha sendiri berlangsung tahun 1942 sampai tahun 1945. Romusha berasal
dari bahasa Jepang yang artinya “Serdadu Kerja”. Pengertian romusha secara
harfiah ialah orang yang pekerjaannya sebagai buruh atau pekerja kasar.
• Dai Nippon lebih suka membujuk penduduk menjadi romusha dengan janji upah
yang menarik dan gelar “Pahlawan Kerja”. Namun pada kenyataannya mereka
dijadikan budak .
• Jepang mengeruk sumber sumber kekayaan alam startegi yang ada di tanah air
kita. Pasokan sumber sumber alam ini digunakan untuk membiayai perang
Jepang dengan Sekutu di Asia Timur dan Pasifik.
• Para romusa juga melibatkan kaum perempuan. Mereka dibujuk rayu di iming
iming mendapatkan pekerjaan, namun mereka di bawa ke kamp kamp tertutup
untuk dijadikan wanita penghibur (Jugun Ianfu).
• Meskipun hanya berlangsung selama dua tahun tetapi penderitaan pada
Romusha lebih daripada pada Kerja rodi karena saat romusha mereka
sama sekali tidak diberi upah.
3. Poenale Sanctie

• Poenale sanctie (pidana sanksi) adalah sebuah sanksi hukuman pukulan dan kurungan
badan yang dijalankan oleh kolonial Belanda yang berlaku di Suriname dan Hindia Belanda.
• Bosch mengkogkretkan kebijakan Gubernur Raffles (1811-1816) yang membuat kebijakan
pengambilan tanah oleh negara. Oleh Bosch, penguasaan tanah oleh negara tersebut
dilanjutkan dengan kewajiban menanam tanaman yang sedang populer di pasar eropa atau
dikenal sebagai cultuurstelsel, di mana petani yang menanam diwajibkan membayar sewa
tanah (landrente), atau pilihan lain, bekerja di ondermening (perkebunan) pemerintah Hindia
Belanda.
• Hubungan antara majikan dan buruh pada mulanya diatur oleh “Politie Straaf
Reglement” (Peraturan Pidana Polisi) yang lebih melindungi kepentingan majikan
peraturan ini dihapuskan pada tahun 1879.
• Penggantinya Koeli Ordonantie (1880) memuat sanksi-sanksi terhadap pelanggaran
kontrak oleh buruh dan sanksi bagi majikan yang melakukan kesewenangwenangan
pada buruhnya. Karena adanya sanksi tersebut maka Koeli Ordonantie dijuluki
Poenale Sanctie
• Berbagai alasan menjadi sebab bagi penghukuman para kuli, berupa sifat malas, sombong
atau kuli yang mencoba melarikan diri dari perkebunan. Karena aturan ini saksi hukuman
cambuk menjadi sangat biasa dilakukan oleh para pemilik perkebunan di Hindia Belanda.
Pemilik beranggapan bahwa tanpa hukuman cambuk tersebut, para kuli mereka adalah
orang-orang bodoh dan malas yang tidak akan pernah melakukan pekerjaan mereka
dengan baik dan benar.
• pada tahun 1904 di Sumatera Timur diadakan instansi pengawasan perburuhan (arbeids
inspectie) sendiri. Tetapi instansi penga-wasan perburuhan dan pengawasannya yang keras
pun tidak dapat mencegah ketidak adilan itu sendiri, karena justru ketidak adilan tersebut
disahkan dengan peraturan-peraturan kuli ordonansi. Satu-satunya jalan ialah mencabut
kembali peraturan-peraturan kuli ordonansi tersebut.
• Pencabutan dilakukan pada tahun 1941 dan mulai tanggal 1 Januari 1942 punale sanksi
lenyap dari dunia perburuhan diperkebunan Indonesia.
02
4. Penghapusan Kerja Paksa

Landasan Hukum menyatakan bahwa Negara anggota


ILO telah memutuskan tentang
Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang penerimaan usulan yang menyangkut
Pengesahan Konvensi ILO Nomor 105 penghapusan bentuk-bentuk tertentu
mengenai Penghapusan Kerja Paksa. dari kerja paksa atau kerja wajib yang
merupakan pelanggaran hak manusia
sebagaimana tertera dalam Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
disebutkan dalam Deklarasi Universal
tentang Hak Azasi Manusia.
• Dan memutuskan bahwa usulan-usulan ini harus berbentuk Konvensi Internasional.
Menerima pada tanggal 5 Juni tahun 1957 konvensi No. 105. yang dapat disebut sebagai
Konvensi Penghapusan Kerja Paksa seperti tersirat pada pasal 1 dan pasal 2
02
INDUSTRI KONSTRUKSI

Safety Management
Jumlah Pekerja

Sumber Kecelakaan Keberhasilan


Proyek Konstrusi
yang
Melaksanakan K3
• sekitar 7,06 juta penduduk Indonesia bekerja di sector konstruksi
• Proyek konstruksi dapat dibagi dalam beberapa tipe yaitu :
1. Konstruksi pemukiman (Residential Construction)
2. Konstruksi gedung (Building Construction)
3. Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)
4. Konstruksi industri (Industrial Construction)
• Proyek konstruksi perlu ditangani secara sistematis, sebab proyek merupakan
suatu kegiatan yang mempunyai tujuan tertentu, kompleks dan mempunyai
banyak resiko. Untuk memudahkan penanganan proyek konstruksi, biasanya
dipimpin oleh seorang proyek manajer (PM) yang bertanggung jawab secara
keseluruhan untuk mengimplementasikan dan menyelesaikan proyek tersebut.
• Salah satu concern utama dalam dunia konstruksi adalah keselamatan kerja
• Agar proyek konstruksi dapat dilaksanakan dengan selamat, maka PM harus
mampu untuk membuat pekerjaan dengan manajemen keselamaatan (Safety
Management) yang menerapkan ukuran keselamatan sebelum terjadinya
kecelakaan.
• Penyelenggaraan manajemen keselamatan yang efektif diperlukan
dalam dunia konstruksi. Karena resiko pekerjaan yang tinggi serta
banyaknya pekerja yang terlibat.
• Manajemen keselamatan yang efektif mempunyai tiga tujuan utama
yaitu :
1. Untuk membuat lingkungan kerja aman.
2. Untuk membuat pekerjaan aman.
3. Untuk membuat perasaan aman bagi pekerja.
• Pekerjaan di sector konstruksi banyak melibatkan unsur ataupun pihak
lain, terutama tenaga kerja, alat dan bahan material berkapasitas besar
atau dalam jumlah yang besar baik secara pribadi maupun secara kolektif
bersama-sama dapat menjadi sumber potensial terjadinya kecelakaan
• Penyebab kecelakaan kerja tersebut ( Koesmargono, 1998) adalah :
a. Kelelahan fisik pekerja.
b. Ketidakterampilan pekerja.
c. Kurangnya sarana peralatan pekerja.
d. Dipercepatnya jadwal pekerjaan.
e. Kegiatan lembur yang kurang efektif
f. Pengawasan yang kurang.
g. Pendidikan pekerja yang kurang.
h. Keinginan pekerja untuk segera menyelesaikan pekerjaan
• Keberhasilan Proyek Konstruksi yang Melaksanakan K-3 Berdasarkan
kenyataan dalam proses pelaksanaan proyek konstruksi, menunjukkan bahwa
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) yang mencapai tingkat secara
baik akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam segala bentuknya.
Di samping mencegah adanya korban manusia juga termasuk upaya meniadakan
sekaligus mengurangi kerugian harta benda; gangguan pengembangan potensi
ekonomi, ketidakteraturan proses kegiatan konstruksi ( Soeripto, 1989).
DAFTAR PUSTAKA

• https://historia.id/politik/articles/skandal-perbudakan-raffles-di-
hindia-belanda-v279B
• http://www.lutfichakim.com/2012/07/hukum-
ketenagakerjaan.html
• https://id.wikipedia.org/wiki/Herman_Willem_Daendels
• https://www.bantennews.co.id/romusha-dan-kesedihan-
soekarno-di-banten/
• https://tirto.id/bps-jumlah-penduduk-bekerja-triwulan-i-2018-
sebanyak-12707-juta-cJ5D
• https://media.neliti.com/media/publications/141962-ID-kajian-
penerapan-keselamatan-dan-kesehat.pdf
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai