Anggota Kelompok
Lia wananda
Salsabila
1. Perbudakan
• Budak di Indonesia sebenarnya lebih kepada pekerjaan yang berhubungan dengan rumah
tangga. Kebijakan dan undang-undang mengenai perbudakan awalnya dibuat sesuai dengan
hukum Belanda yang dipengaruhi hukum Romawi. Dalam hukum tersebut kedudukan
budak adalah sebagai sebuah benda, bukan sebagai manusia.
• Di Nusantara pada tahun 1811-1816 masa pendudukan Inggris dengan tokohnya Thomas
Stanford Raffles, melakukan tiga langkah untuk menghapus perbudakan di Batavia pada
1812. Dia mengharuskan pemilik budak mendaftarkan budak-budaknya, mengenakan pajak
khusus sebesar satu dollar Spanyol kepada pemilik budak untuk setiap budak berusia di atas
delapan tahun, meneken aturan larangan mengimpor budak ke Pulau Jawa sejak 1813.
• Upaya menghapus perbudakan jauh dari kata berhasil. Tapi gagasan Raffles menjelma
menjadi titik awal menuju ke arah sana. Beberapa saat sebelum lengser pada 1816, dia
mendirikan The Java Benevolent Society (Perkumpulan Kebajikan Jawa) pada 8 Januari
1816.
• Pada tahun 1817, pemerintah Hindia Belanda mulai ikut mengatur soal perbudakan ini
dengan tidak mengutik-utik hubungan antara budak dengan pemiliknya, tetapi hanya
mengadakan larangan memasukkan budak ke Pulau Jawa (Stb. 1817 No. 42), yang berarti
membatasi bertambahnya budak lain dari pada kelahiran.
• Pada tahun 1854 dalam Regeringsreglement 1854 pasal 115 sampai 117 yang kemudian
menjadi pasal 169 dan 171 Indische Staatsregeling 1926, dengan tegas ditetapkan paling
lambat pada tanggal 1 Januari 1860 perbudakan diseluruh Indonesia dihapuskan dan
selanjutnya memerintahkan supaya diadakan peraturan-peraturan persiapan dan
pelaksanaan secara setingkat demi setingkat mengenai penghapusan ini serta uang ganti
rugi sebagai akibat sebagai penghapusan itu.
• Sesudah tahun 1922 dapat dikatakan bahwa Indonesia resminya tidak terdapat perbudakan
lagi.
• Pada tahun-tahun 1960 an masih diberitakan adanya perbudakan mental yaitu di pihak yang satu yang
pernah berkuasa dan masih berkuasa, ingin tetap memberi perintah saja dan pihak lainnya yang pernah
diperintah dan selalu diperintah, memandang tunduk dan menuruti secara mutlak sebagai soal yang
wajar.
2. Kerja Rodi
• Pekerjaan yang mula-mula merupakan pembagian pekerjaan antara sesama
anggota untuk keperluan dan kepentingan bersama (gotong royong), karena
perbagai keadaan dan alasan berkembang menjadi kerja paksa umtuk
kepentingan seseorang atau pihak lain dengan tiada bayaran atau upah.
• Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1807-1811)
menggunakan kerja rodi ini untuk kepentingan kompeni seperti mendirikan
benteng, pabrik, jalan, dan sebagainya, untuk pengangkutan barang. Proyek
utamanya, yaitu Jalan Raya Pos yang sebenarnya dibangun karena manfaat
militernya, yaitu untuk mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan
cepat.
• Thomas Stamford Raffles yang dalam tahun 1813 telah memproklamirkan
penghapusan rodi, tidak sempat melaksanakan penghapusan tersebut Setelah
Indonesia dikembalikan kepada Nederland (1816), rodi diperhebat untuk
kepentingan gubernemen.
• Rodi yang berlangsung di Indonesia digolongkan dalam tiga golongan:
1. Rodi-gubernemen, yaitu rodi untuk kepentingan gubernemen dan para
pegawainya (herendienst);
2. Rodi perorangan, yaitu rodi untuk kepentingan. Kepentingan kepala-kepala dan
pembesar-pembesar Indonesia (persoonlijke diensten);
3. Rodi-desa, yaitu rodi untuk kepentingan desa (desa diensten).
• Poenale sanctie (pidana sanksi) adalah sebuah sanksi hukuman pukulan dan kurungan
badan yang dijalankan oleh kolonial Belanda yang berlaku di Suriname dan Hindia Belanda.
• Bosch mengkogkretkan kebijakan Gubernur Raffles (1811-1816) yang membuat kebijakan
pengambilan tanah oleh negara. Oleh Bosch, penguasaan tanah oleh negara tersebut
dilanjutkan dengan kewajiban menanam tanaman yang sedang populer di pasar eropa atau
dikenal sebagai cultuurstelsel, di mana petani yang menanam diwajibkan membayar sewa
tanah (landrente), atau pilihan lain, bekerja di ondermening (perkebunan) pemerintah Hindia
Belanda.
• Hubungan antara majikan dan buruh pada mulanya diatur oleh “Politie Straaf
Reglement” (Peraturan Pidana Polisi) yang lebih melindungi kepentingan majikan
peraturan ini dihapuskan pada tahun 1879.
• Penggantinya Koeli Ordonantie (1880) memuat sanksi-sanksi terhadap pelanggaran
kontrak oleh buruh dan sanksi bagi majikan yang melakukan kesewenangwenangan
pada buruhnya. Karena adanya sanksi tersebut maka Koeli Ordonantie dijuluki
Poenale Sanctie
• Berbagai alasan menjadi sebab bagi penghukuman para kuli, berupa sifat malas, sombong
atau kuli yang mencoba melarikan diri dari perkebunan. Karena aturan ini saksi hukuman
cambuk menjadi sangat biasa dilakukan oleh para pemilik perkebunan di Hindia Belanda.
Pemilik beranggapan bahwa tanpa hukuman cambuk tersebut, para kuli mereka adalah
orang-orang bodoh dan malas yang tidak akan pernah melakukan pekerjaan mereka
dengan baik dan benar.
• pada tahun 1904 di Sumatera Timur diadakan instansi pengawasan perburuhan (arbeids
inspectie) sendiri. Tetapi instansi penga-wasan perburuhan dan pengawasannya yang keras
pun tidak dapat mencegah ketidak adilan itu sendiri, karena justru ketidak adilan tersebut
disahkan dengan peraturan-peraturan kuli ordonansi. Satu-satunya jalan ialah mencabut
kembali peraturan-peraturan kuli ordonansi tersebut.
• Pencabutan dilakukan pada tahun 1941 dan mulai tanggal 1 Januari 1942 punale sanksi
lenyap dari dunia perburuhan diperkebunan Indonesia.
02
4. Penghapusan Kerja Paksa
Safety Management
Jumlah Pekerja
• https://historia.id/politik/articles/skandal-perbudakan-raffles-di-
hindia-belanda-v279B
• http://www.lutfichakim.com/2012/07/hukum-
ketenagakerjaan.html
• https://id.wikipedia.org/wiki/Herman_Willem_Daendels
• https://www.bantennews.co.id/romusha-dan-kesedihan-
soekarno-di-banten/
• https://tirto.id/bps-jumlah-penduduk-bekerja-triwulan-i-2018-
sebanyak-12707-juta-cJ5D
• https://media.neliti.com/media/publications/141962-ID-kajian-
penerapan-keselamatan-dan-kesehat.pdf
THANK YOU