Oleh :
Riny Jefri
Email: riny.jefri@unm.ac.id
ABSTRAK
Teori Stewarship merupakan teori alternatif yang muncul dari keberadaan teori agensi
yang telah terlebih dahulu hadir dalam hubungan prinsipal dan agen dalam suatu
perusahaan ataupun organisasi. Sifat dasar manusia yang dapat dipercaya menjadi
dasar terciptanya teori stewarship, dimana diharapkan manajemen yang menjadi
pengelola perusahan mendahulukan kepentingan perusahaan ataupun pemengang saham
dari kepentingan pribadinya. Dan memiliki asumsi bahwa bila kepentingan perusahan
tercapai maka kepentingan pribadipun dapat terpenuhi.
Penerapan teori stewarship ini mendukung terlaksananya reformasi birokrasi yang
pemerintahan yang sedang dilaksanakan dimana dalam grand design nya memiliki
tujuan akhir birokrasi yang bersih serta peningkatan pelayanan publik yang prima.
Pencapain reformasi birokrasi ini merupakan pelaksanaan good governance yang
diharapkan dapat tercipta di setiap perusahan ataupun organisasi yang memiliki ciri
going concern.
----------------------
Kata kunci : Teori Stewardship, Good governance, Refomasi birokrasi
PEMBAHASAN
Tujuan reformasi birokrasi adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN,
mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk mencapai tujuan akhir dari reformasi birokrasi
tersebut paradikma yang dahulu hanya satu arah dari pemerintah ke masyarakat dari pada
ke dua arah dimana masyarakat dan pengusahan pun sekarang dapat memberikan
sumbangan untuk mencapai good governance.
Teori Stewardship
Teori stewardship adalah alternatif teori keagenan dan menawarkan prediksi yang
berlawanan mengenai penataan papan efektif. Teori agensi adalah teori tentang hubungan
prinsipal dan agen, yang berasal dari teori organisasi, teori ekonomi, sosiologi, dan teori
adalah ketidak samaan kepentingan antara pemegang saham atau pemilik dengan manajer
Model penatalayanan adalah salah satu yang didasarkan pada manajer sebagai
''pelayan” daripada orang ekonomi rasional yang sepenuhnya tertarik pada teori agensi
(Muth dan Donaldson, 1998). Teori stewardship dapat berfungsi sebagai mekanisme
pertanggungjawaban untuk dapat memastikan pemantauan, audit dan pelaporan yang baik
yang menempatkan kepentingan jangka panjang kelompok di atas tujuan pribadi yang
melayani kepentingan pribadi seseorang. Ini ada sejauh aktor organisasi mengambil
stakeholder. Davis et al. (1997) menemukan bahwa seorang pelayan menjaga dan
2009).
Masalah keseimbangan dalam teori stewardship ini adalah bagian penting dari
komitmen yang lebih luas terhadap norma moral masyarakat dan universal. Hernandez
(2008) memberi kesan bahwa para pemimpin mendorong Stewardship pada pengikut
publik seperti organisasi pemerintahan (Van Slyke, 2006; Haliah, 2015) dan non profit
lainnya (Li et al., 2009; Yudianti dan Suryandari, 2015; West dan Zech, 1983; Ralf Caers
et al., 2006). Akuntansi sebagai driver berjalannya transaksi yang semakin kompleks dan
peraturan formal namun lebih difasilitasi melalui struktur organisasi yang membantu
organisasi dan motivasi intrinsik pada pengikut yang pada gilirannya mendorong
pengikut untuk bertindak dengan keberanian moral dalam pelayanan kepada organisasi.
Stewardship tercipta dari siklus berulang dari keputusan antargenerasi, agar perilaku
stewardship dilakukan melalui pertukaran sosial antara pemimpin dan pengikut yang
manajerial. Ini termasuk kebutuhan akan prestasi dan pengakuan, kepuasan intrinsik atau
kinerja yang sukses, penghormatan terhadap otoritas dan etika kerja. Manajer dipandang
tertarik untuk mencapai kinerja tinggi dan mampu menggunakan kinerja tinggi dan
mampu menggunakan tingkat diskresi yang tinggi untuk bertindak demi kepentingan
pemegang saham. Mereka pada dasarnya adalah pelayan aset perusahaan yang baik, setia
dihadapkan pada suatu tindakan yang dipandang tidak menguntungkan secara pribadi,
dapat dipatuhi berdasarkan rasa tanggung jawab dan identifikasi dengan organisasi (Muth
Perintis dari teori agensi mencoba untuk memverifikasi bahwa perusahaan tidak
menggunakan sebuah kontrak (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan teori agensi adalah
untuk mengetahui kontrak yang optimal antara principal dan agent. Agen (manajer atau
ekonomi pimpinan perusahaan dan tingkat komitmen agen adalah fungsi dari nilai
alternatif teori keagenan, sehingga dapat dipahami bahwa asumsi dasar didefinisikan
manajer tidak dapat mencapai tujuan mereka sendiri dengan mengorbankan tujuan
pemilik, sementara dalam hubungan penatagunaan, jika berhasil dicapai, tidak ada
masalah seperti itu: tujuannya adalah dibagi, jadi aktivitas manajer juga sesuai dengan
kepentingan organisasi. Dalam hal ini, perbedaan utama antara teori agensi dan
mekanisme kontrol yang mengakibatkan biaya baru muncul lagi sementara teori
Teori stewardship menurut Davis et al. (1997) adalah teori yang relatif baru yang
menolak asumsi teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976 dan Donaldson, 1996).
Donaldson dan Davis (1991) juga menemukan bahwa peneliti umumnya menggunakan
Dugaan mendasar dari teori stewardship adalah bahwa para manajer selalu
jawab secara etis, inovatif, namun menguntungkan (Podrug, 2011). Pada saat yang sama,
kekayaan organisasi.
Davis et al. (1997) menemukan bahwa kebutuhan dan faktor intrinsik yang lebih
tinggi penting dalam memotivasi individu untuk menjadi pelayan organisasi, dan mereka
1997).
Hasil penelitian Fox dan Hamilton (1994) menyatakan bahwa teori agensi
bertentangan dengan perusahaan-perusahaan dengan jenis yang beragam, hal ini karena
mereka berada di bawah kontrol manajerial dalam upaya menghadapi kinerja bermasalah.
penatalayanan daripada teori agensi (Fox dan Hamilton, 1994). Podrug (2011) juga
suatu hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan
individu yang ada dalam kelompok organisasi tersebut (Haliah, 2015). Teori ini
kesejahteraan pemengang saham dan pengelola dari organisasi itu. Teori ini menemukan
bahwa bila kesuksesan organisasi dapat tercapai dengan kinerja organisasi yang efiktif
dan efisien maka akan memberikan kepuasan stakeholder dan pengelola organisasi.
Teori stewardship berasumsi terdapat utilitas yang lebih besar pada perilaku
kooperatif dari pada perilaku individualism sehingga pihak pengelola akan melakukan
pengendalian internal dan menciptakan budaya organisasi yang baik dan kuat serta
Good governance
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi
dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo,
2009:18).
mengendalikan bisnis dan hasil yang sesuai, memungkinkan peningkatan kinerja dan
akuntabilitas (Eysink dan Paape, 2016). UNDP mendefinisikan tata kelola sebagai
suatu negara di semua tingkat. Tata kelola terdiri dari mekanisme, proses dan institusi
kepentingan mereka, menengahi perbedaan mereka dan menjalankan hak dan kewajiban
hukum mereka. Tata pemerintahan yang baik antara lain bersifat partisipatif, transparan
dan akuntabel. Hal ini juga efektif dan merata. Dan itu mempromosikan aturan hukum.
Tata pemerintahan yang baik memastikan bahwa prioritas politik, sosial dan ekonomi
didasarkan pada konsensus yang luas di masyarakat dan bahwa suara orang-orang yang
paling miskin dan yang paling rentan didengar dalam pengambilan keputusan mengenai
sektor swasta) harus dirancang untuk berkontribusi pada pengembangan manusia yang
berkelanjutan dengan menetapkan keadaan politik, hukum, ekonomi dan sosial untuk
terlaksana dengan baik. Konsep good corporate governance merujuk pada bagaimana tata
bertanggungjawab serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergiaan interaksi yang
pemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung
berkeadilan sosial (Sari, 2012). Lembaga Administrasi Negara mengemukkan tata kelola
pemerintahan yang baik adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan
bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang
hukum, partisipasi, orientasi consensus, efektivitas dan efisiensi, serta visi strategi.
dan penerapan total kualitas manajemen diterapkan secara optimal, dan pengendalian
internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap Good Governance (Fadilah,
2013).
Para periset mendefinisikan konsep tata kelola perusahaan dengan cara yang
berbeda tergantung perspektif mereka. Laporan dari OECD (2004) mendefinisikan tata
kelola perusahaan adalah peraturan dan praktik yang mengatur hubungan antara manajer
dan pemegang saham perusahaan, serta pemangku kepentingan seperti karyawan dan
memperkuat kepercayaan pasar, integritas pasar keuangan dan efisiensi ekonomi. OECD
pada tahun 1999 mengeluarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan untuk mendukung
pengembangan kerangka kerja hukum dan kelembagaan. Prinsip OECD diadopsi oleh 30
negara anggota OECD. Prinsip-prinsip tersebut direvisi pada tahun 2004 untuk
yang efektif; hak pemegang saham; perlakuan yang adil terhadap pemegang saham; peran
KESIMPULAN
• Teori stewardship menemukan bahwa realokasi kontrol perusahaan dari pemilik
ke manajer profesional mungkin merupakan perkembangan positif untuk mengelola
kompleksitas perusahaan modern. Memiliki kontrol memberdayakan manajer untuk
memaksimalkan keuntungan perusahaan dan pencapain good governance. Dengan
menggunakan model penatalayanan, dewan yang didominasi orang dalam disukai
karena pengetahuan mereka yang mendalam, akses terhadap informasi operasi terkini,
keahlian teknis dan komitmen terhadap perusahaan.
• Teori stewardship memprediksi bahwa pemegang saham dapat mengharapkan
untuk memaksimalkan keuntungan mereka ketika struktur organisasi memfasilitasi
kontrol yang efektif oleh manajemen, hal ini juga berarti pelaksanaan good governance
dapat tercapai dengan efektif dalam manajemen.
• Dugaan mendasar dari teori stewardship adalah bahwa para manajer selalu
bertindak sedemikian rupa untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan dan
lingkungan bisnis dan pencapaian good corporate governance.
• Good governance menurut LAN memiliki indicator, yaitu: transparansi, keadilan,
akuntabilitas, responsibilitas, aturan hukum, partisipasi, orientasi consensus, efektivitas
dan efisiensi, serta visi strategi.
Biro Humas dan Kerja Sama Internasional. 2017. Siaran Press, BPK Ungkap 5.810
Temukan Kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Senilai Rp19,48 Trilliun. Jakarta: BPK.
Clarke, T., dan Branson, D. 2014. The SAGE Handbook of Corporate Governance.
London: SAGE Publications Ltd. Cribb, J. 2006. Agents or Stewards ? Contracting
with. Policy Quarterly, 22, 11–17.
Davis, J. H., Schoorman, F. Davi., dan Donaldson, Lex. 1997. Towards a Stewardship
Ttheory of Management. Academy of Management Review, 221, 20–47.
Donaldson, L., dan Davis, J. H. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory: CEO
Governance and Shareholder Returns. Australian Journal of Management, 16 June
1991, 49–66.
Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power of Good Corporate Governance Edisi Kedua..
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Eysink, W., dan Paape, L. 2016. Good Governance Driving Corporate Performance? A
Meta-analysis of Academic Research dan Invitation to Engage in The Dialogue.
Netherland: Deloitte.
Gina, O., Adeghe, R., dan Kingsley, O. O. 2014. Internal Control as A Potential
Instrument for Corporate Governance. IOSR Journal of Economics and Finance
IOSR-JEF, 26, 66–70.
Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Laporan Tahunan KPK "Menolak Surut". Jakarta:
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Muth, M. M., dan Donaldson, L. 1998. Stewardship Theory and Board Structure: a
Contingency Approach. Corporate Governance: An International Review, 61, 5–28.
Pontoh, Grace T., Mustafa, Mushar., Haliah., Kartini. 2013. Analisis Persepsi
Pemanfaatan Sistem Informasi Komandan SIKD Pada Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Sulawesi. Jurnal BPPK, Vol 6 Nomor 1, 1-14
Ralf Caers, Cindy Du Bois, Marc Jegers, Sara De Gieter, Catherine Schepers, R. P. 2006.
Principal-Agent Relationships on The Stewardship-Agency Axis. Nonprofit
Management dan Leadership, 171, 177–182.
West, R., dan Zech, C. 1983. Internal Financial Controls in The U.S. Catholic Church.
Texas Medicine, 797, 43–44.
Yudianti, F. N., dan Suryandari, I. H. 2015. Internal Control and Risk Management in
Ensuring Good University Governance. Journal of Eduction and Vocational
Research, 62, 6–12.