Anda di halaman 1dari 15

TEORI STEWARDSHIP DAN GOOD GOVERNANCE

Oleh :
Riny Jefri
Email: riny.jefri@unm.ac.id

Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Teori Stewarship merupakan teori alternatif yang muncul dari keberadaan teori agensi
yang telah terlebih dahulu hadir dalam hubungan prinsipal dan agen dalam suatu
perusahaan ataupun organisasi. Sifat dasar manusia yang dapat dipercaya menjadi
dasar terciptanya teori stewarship, dimana diharapkan manajemen yang menjadi
pengelola perusahan mendahulukan kepentingan perusahaan ataupun pemengang saham
dari kepentingan pribadinya. Dan memiliki asumsi bahwa bila kepentingan perusahan
tercapai maka kepentingan pribadipun dapat terpenuhi.
Penerapan teori stewarship ini mendukung terlaksananya reformasi birokrasi yang
pemerintahan yang sedang dilaksanakan dimana dalam grand design nya memiliki
tujuan akhir birokrasi yang bersih serta peningkatan pelayanan publik yang prima.
Pencapain reformasi birokrasi ini merupakan pelaksanaan good governance yang
diharapkan dapat tercipta di setiap perusahan ataupun organisasi yang memiliki ciri
going concern.
----------------------
Kata kunci : Teori Stewardship, Good governance, Refomasi birokrasi

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 14


PENDAHULUAN
Kondisi Indonesia di era reformasi birokrasi belum dapat menunjukan arah
perkembangan yang lebih baik, karena masih banyak ditemukan birokrat yang arogan dan
menganggap rakyatlah yang membutuhkannya. Praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang masih banyak terjadi, serta kepribadian atau karakter birokrat yang masih
jauh dari standard karakter birokrat yang efektif dan efisien. Pemerintah mendukung
pelaksanaan fungsi birokrasi secara tepat, cepat, dan konsisten guna mewujudkan
birokrasi yang akuntabel dan baik. Pemerintah telah mengesahkan sebuah peraturan
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Indonesia 2010-2025 untuk menjadi landasan
dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di Indonesia. Grand Design Reformasi Birokrasi
bertujuan untuk mewujudkan birokrasi yang bersih dari KKN, akuntabel, dan berkinerja
serta pelayanan publik prima.
Pelayanan publik prima dapat diwujudkan dengan memposisikan semua elemen
agar dapat menjadi pelayan dan bukan hanya untuk dilayani. Pelayanan merupakan dasar
dari teori stewardship yang mengemukkan bahwa perilaku dapat dibentuk agar selalu
dapat diajak bekerja sama dalam organisasi, mengutamakan kepentingan kolektif atau
bersama daripada kepentingan pribadi dan selalu bersedia untuk melayani (Davis et al.,
1997).
Reformasi birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
good governance yang terdiri dari transparansi dan akuntanbilitas agar terwujud
peningkatan pelayanan dan peningkatan kapabilitas dari aparatur negera yang ada.
Transparansi dan akuntanbilitas merupakan salah satu syarat agar dapat menciptakan
corporate governance (Effendi, 2016:11). Namun hasil pemeriksaan BPK yang tertuang
dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2016, mengungkap 5.810
temuan yang memuat 1.393 kelemahan sistem pengendalian internal (SPI) dan 6.201
permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan senilai
Rp19,48 triliun (Biro Humas dan Kerja Sama Internasional, 2017). Issues yang paling
mengemuka saat ini adalah penyelenggaran kepemerintahan yang baik (good governance)
dalam pengelolaan adminstrasi publik yang merupakan tuntuan yang dilakukan oleh
masyarakat.
Word Bank mendefinisikan governance sebagai cara negara menggunakan
kekuasaannya untuk mengelola sumber daya ekonomi dan sosial mereka untuk
pengembangan masyarakat. Sementara itu UNDP mendefinisikan governance adalah
hubungan yang sinergis dan konstuktif di antara negara, sektor swasta dan masyarakat

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 15


(LAN, 2000:5). Kata Good dalam good governance memiliki arti efektif dan efisien
fungsional dari pemerintahan dalam pelaksanaan tugasnya untuk mecapai tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.
Fakta yang terjadi di lapangan adalah masih rendahnya pelayanan, akuntabilitas,
dan tranparansi yang dirasakan oleh masyarakat yang terlihat dari data pengaduan
masyarakat yang terjadi selama tahun 2015 dan 2016 setelah dilakukan verifikasi dan
dibagi berdasarkan jenis indikasi terkait tindakan pidana korupsi tersaji pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Pengaduan masyarakat berdasarkan jenis indikasi pengaduan

JENIS INDIKASI 2015 2016


Pengaduan terkait TPK (Tindakan Pidana Korupsi) 2.807 3.868
Pengaduan terkait Non TPK 2.887 3.403
Total 5.694 7.271

Sumber: Laporan Tahunan KPK tahun 2015 dan 2016


Tabel 1.1 memperlihatkan peningkatan pengaduan masyarakat dari tahun 2015
sampai dengan tahun 2016 dengan jumlah yang cukup signifikan sebesar 1.577
pengaduan. Pengaduan yang terkait dengan tindakan pidana korupsi di tahun 2016
sebesar 3.868 pengaduan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 2.807 di tahun
2015. Hal ini mengambarkan masih banyak celah terjadinya tindakan korupsi yang
diakibatkan oleh salah satunya adalah masih kurangnya transparansi yang terjadi yang
merupakan salah satu tujuan dari reformasi birokrasi.
Pengaduan masyarakat yang terjadi di wilayah-wilayah di Indonesia bila dirata-
ratakan terjadi peningkatan di tahun 2016 dari tahun sebelumnya 2015. Provinsi Teluk
Cendrawasih di kepulauan Papua merupakan satu provinsi yang tercatatat belum
memiliki pengaduan dari 35 wilayah atau provinsi di Indonesia, hal ini dimungkinkan
karena umur provisi ini yang masih terbilang baru yang merupakan pemekaran dari
provisi Papua. Secara total pengaduan masyarakat terjadi peningkatan dari tahun 2015
sebanyak 5.694 pengaduan menjadi 7.271 pengaduaan masyarakat di tahun 2016.
Akuntabilitas dalam pengelolaan sangat dibutuhkan sehingga masyarakat dapat lebih
mudah ikut mengawasi dalam pelaksanaanya.
Konsep stewardship tidak dibebani kewajiban untuk melaporkan dan mengacu
pada pengelolaan atas aktivitas secara ekonomis dan efisien, sedangkan accountability
mewajibkan pada pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada pemberi tanggung
jawab (Mardiasmo 2009:21). Sedangkan menurut Clarke dan Branson 2014 Tata

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 16


pemerintahan yang baik adalah tentang pengelolaan aset pemilik dengan cara terbaik.
Ahli teori Stewardship telah mengemukakan bahwa individu memiliki hubungan
perjanjian dengan organisasinya yang mewakili komitmen moral dan mengikat kedua
belah pihak untuk bekerja menuju tujuan bersama, tanpa mengambil keuntungan satu
sama lain (Hernandez, 2012).
Keberhasilan tata kelola sebuah organisasi perlu berada pada empat pilar yang
diwakili oleh dewan direksi, manajemen, auditor internal dan auditor eksternal. Setiap
pilar harus efektif dan bekerja sama dengan baik untuk mendukung tercapainya tujuan
dan sasaran organisasi (Gina et al., 2014). Good governance merupakan salah satu cara
mengukur kinerja suatu organisasi, yang didalamnya terdapat akuntabilitas dan
transparansi.
Tujuan akhir dari reformasi birokrasi adalah akuntabel, berkinerja dan pelayanan
prima. Komitmen organisasi dalam pengelolaan dan penatalayanan perguruan tinggi
sangat mengambil peran, dengan komitmen yang tinggi mendukung peningkatan motivasi
dan kinerja pegawai dalam melaksanakan kontrol dengan baik sehingga dapat tercipta tata
kelola yang baik (good governance). Kinerja organisasi yang baik memiliki
akuntanbilitas dan transparasi dalam pengelolaannya, yang merupakan salah satu syarat
dalam pencapaian good governance (Pontoh.et.al. 2013).

PEMBAHASAN
Tujuan reformasi birokrasi adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN,
mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk mencapai tujuan akhir dari reformasi birokrasi
tersebut paradikma yang dahulu hanya satu arah dari pemerintah ke masyarakat dari pada
ke dua arah dimana masyarakat dan pengusahan pun sekarang dapat memberikan
sumbangan untuk mencapai good governance.

Teori Stewardship
Teori stewardship adalah alternatif teori keagenan dan menawarkan prediksi yang

berlawanan mengenai penataan papan efektif. Teori agensi adalah teori tentang hubungan

prinsipal dan agen, yang berasal dari teori organisasi, teori ekonomi, sosiologi, dan teori

keputusan (Harryanto et al,2014). Menurut teori keagenan, adanya pemisahan antara

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 17


pemilik dan pengelola dapat menimbulkan masalah keagenan. Masalah yang terjadi

adalah ketidak samaan kepentingan antara pemegang saham atau pemilik dengan manajer

atau agen (Jao et al, 2011).

Model penatalayanan adalah salah satu yang didasarkan pada manajer sebagai

''pelayan” daripada orang ekonomi rasional yang sepenuhnya tertarik pada teori agensi

(Muth dan Donaldson, 1998). Teori stewardship dapat berfungsi sebagai mekanisme

pertanggungjawaban untuk dapat memastikan pemantauan, audit dan pelaporan yang baik

agar dapat membantu pencapaian tujuan organisasi (Cribb, 2006).

Stewardship didefinisikan oleh Hernandez (2008) sebagai sikap dan perilaku

yang menempatkan kepentingan jangka panjang kelompok di atas tujuan pribadi yang

melayani kepentingan pribadi seseorang. Ini ada sejauh aktor organisasi mengambil

tanggung jawab pribadi atas dampak tindakan organisasi terhadap kesejahteraan

stakeholder. Davis et al. (1997) menemukan bahwa seorang pelayan menjaga dan

memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui kinerja perusahaan. Peningkatan

kinerja perusahaan mengakibatkan fungsi utilitas pelayan dapat dimaksimalkan (Vallejo,

2009).

Masalah keseimbangan dalam teori stewardship ini adalah bagian penting dari

mengambil tanggung jawab pribadi; dalam bekerja menuju kesejahteraan komunal,

pelaku organisasi bertujuan untuk menyeimbangkan kewajiban mereka kepada para

pemangku kepentingan di dalam dan di luar organisasi sambil menjunjung tinggi

komitmen yang lebih luas terhadap norma moral masyarakat dan universal. Hernandez

(2008) memberi kesan bahwa para pemimpin mendorong Stewardship pada pengikut

mereka melalui berbagai relasional, motivasi, dan perilaku kepemimpinan yang

mendukung secara kontekstual (Hernandez, 2008).

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 18


Teori stewardship telah diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi sektor

publik seperti organisasi pemerintahan (Van Slyke, 2006; Haliah, 2015) dan non profit

lainnya (Li et al., 2009; Yudianti dan Suryandari, 2015; West dan Zech, 1983; Ralf Caers

et al., 2006). Akuntansi sebagai driver berjalannya transaksi yang semakin kompleks dan

diikuti dengan tumbuhnya spesialisasi dalam akuntansi (Haliah, 2015).

Hernandez (2008) menemukan bahwa stewardship tidak diciptakan melalui

peraturan formal namun lebih difasilitasi melalui struktur organisasi yang membantu

pemimpin untuk menghasilkan kepercayaan interpersonal dan institusional. Strategi

organisasi dan motivasi intrinsik pada pengikut yang pada gilirannya mendorong

pengikut untuk bertindak dengan keberanian moral dalam pelayanan kepada organisasi.

Stewardship tercipta dari siklus berulang dari keputusan antargenerasi, agar perilaku

stewardship dilakukan melalui pertukaran sosial antara pemimpin dan pengikut yang

berkembang dari generasi ke generasi (Hernandez, 2008).

Teori Stewardship mengakui berbagai motif non-keuangan untuk perilaku

manajerial. Ini termasuk kebutuhan akan prestasi dan pengakuan, kepuasan intrinsik atau

kinerja yang sukses, penghormatan terhadap otoritas dan etika kerja. Manajer dipandang

tertarik untuk mencapai kinerja tinggi dan mampu menggunakan kinerja tinggi dan

mampu menggunakan tingkat diskresi yang tinggi untuk bertindak demi kepentingan

pemegang saham. Mereka pada dasarnya adalah pelayan aset perusahaan yang baik, setia

kepada perusahaan. Teori stewardship menyatakan bahwa seorang manajer, ketika

dihadapkan pada suatu tindakan yang dipandang tidak menguntungkan secara pribadi,

dapat dipatuhi berdasarkan rasa tanggung jawab dan identifikasi dengan organisasi (Muth

dan Donaldson, 1998).

Berdasarkan model ekonomi perilaku manusia, teori ekonomi organisasi

menganggap bahwa perilaku individu bersifat oportunistik, mementingkan diri sendiri

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 19


dan termotivasi dengan memuaskan tujuan pribadi. Hasil dari pengembangan teori agensi

adalah hubungan antara fungsi kepemilikan dan pengendalian di dalam perusahaan.

Perintis dari teori agensi mencoba untuk memverifikasi bahwa perusahaan tidak

beroperasi sesuai dengan prinsip maksimalisasi, terutama karena kepentingan pihak-pihak

yang berkepentingan yang bertentangan (Jensen dan Meckling, 1976). Hubungan

principal-agent adalah pendelegasi pegelolan pekerjaan utama kepada agen dengan

menggunakan sebuah kontrak (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan teori agensi adalah

untuk mengetahui kontrak yang optimal antara principal dan agent. Agen (manajer atau

karyawan) mencoba memaksimalkan keuntungan pribadi dengan memuaskan tujuan

ekonomi pimpinan perusahaan dan tingkat komitmen agen adalah fungsi dari nilai

penghargaan yang dirasakan untuk memenuhi tujuan utama (Podrug, 2011).

Teori stewardship telah muncul di bidang tata kelola perusahaan sebagai

alternatif teori keagenan, sehingga dapat dipahami bahwa asumsi dasar didefinisikan

sebagai berlawanan dengan asumsi teori agensi. Dalam hubungan keagenan

penekanannya adalah pada membangun mekanisme kelembagaan dan kontrak sehingga

manajer tidak dapat mencapai tujuan mereka sendiri dengan mengorbankan tujuan

pemilik, sementara dalam hubungan penatagunaan, jika berhasil dicapai, tidak ada

masalah seperti itu: tujuannya adalah dibagi, jadi aktivitas manajer juga sesuai dengan

kepentingan organisasi. Dalam hal ini, perbedaan utama antara teori agensi dan

stewardship terletak pada mekanisme pengelolaan risiko: teori keagenan mempromosikan

mekanisme kontrol yang mengakibatkan biaya baru muncul lagi sementara teori

stewardship mempromosikan pengembangan kepercayaan (Davis et al.1997).

Teori stewardship menurut Davis et al. (1997) adalah teori yang relatif baru yang

menolak asumsi teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976 dan Donaldson, 1996).

Donaldson dan Davis (1991) juga menemukan bahwa peneliti umumnya menggunakan

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 20


teori stewardship sebagai alternatif teori keagenan, untuk menjelaskan hubungan antara

pemilik dan manajer (Donaldson dan Davis, 1991).

Dugaan mendasar dari teori stewardship adalah bahwa para manajer selalu

bertindak sedemikian rupa untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan dan

lingkungan bisnis kontemporer memaksa manajemen menuju bisnis yang bertanggung

jawab secara etis, inovatif, namun menguntungkan (Podrug, 2011). Pada saat yang sama,

seorang penatalayanan yang berhasil meningkatkan kinerja organisasi pada umumnya

memenuhi sebagian besar kelompok, karena sebagian besar kelompok pemangku

kepentingan memiliki kepentingan yang dilayani dengan baik dengan meningkatkan

kekayaan organisasi.

Davis et al. (1997) menemukan bahwa kebutuhan dan faktor intrinsik yang lebih

tinggi penting dalam memotivasi individu untuk menjadi pelayan organisasi, dan mereka

menyadari bahwa identifikasi dan komitmen terhadap organisasi dapat memfasilitasi

motivasi seseorang untuk mempromosikan keberhasilan organisasi (Hernandez, 2012).

Oleh karena itu, seorang penatalayanan organisasi dimotivasi untuk memaksimalkan

kinerja organisasi, sehingga memuaskan kepentingan pemegang saham ( Davis et al.,

1997).

Hasil penelitian Fox dan Hamilton (1994) menyatakan bahwa teori agensi

bertentangan dengan perusahaan-perusahaan dengan jenis yang beragam, hal ini karena

mereka berada di bawah kontrol manajerial dalam upaya menghadapi kinerja bermasalah.

Perilaku manajerial di perusahaan-perusahaan ini lebih sesuai dengan teori manajemen

penatalayanan daripada teori agensi (Fox dan Hamilton, 1994). Podrug (2011) juga

menemukan bahwa teori stewardship berakar pada model perilaku sosio-psikologis

perilaku manusia, yang mengasumsikan bahwa perilaku manajer bersifat pro-organisasi

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 21


dan kolektif, mencapai utilitas yang lebih tinggi dengan melayani kelompok (organisasi),

akan tetapi juga memuaskan tujuan pribadi (Podrug, 2011).

Donaldson dan Davis (1991) mengasumsikan bahwa teori stewardship adalah

suatu hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan

organisasi menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok principal dan manajemen.

Maksimalisasi utilitas kelompok ini pada akhirnya akan memaksimumkan kepentingan

individu yang ada dalam kelompok organisasi tersebut (Haliah, 2015). Teori ini

memandang manajemen sebagai tulang punggung dari keberhasilan perusahaan dimana

keberhasilan manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan dapat meningkatkan

kesejahteraan pemengang saham dan pengelola dari organisasi itu. Teori ini menemukan

bahwa bila kesuksesan organisasi dapat tercapai dengan kinerja organisasi yang efiktif

dan efisien maka akan memberikan kepuasan stakeholder dan pengelola organisasi.

Teori stewardship berasumsi terdapat utilitas yang lebih besar pada perilaku

kooperatif dari pada perilaku individualism sehingga pihak pengelola akan melakukan

peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang dimiliki dalam mengefektifkan

pengendalian internal dan menciptakan budaya organisasi yang baik dan kuat serta

didukung oleh komitmen organisasi untuk menghasilkan good governance.

Good governance

Good governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara

Word Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen

pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi

dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan

korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta

penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo,

2009:18).

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 22


Tata kelola yang baik adalah unsur-unsur yang dapat dikontrol oleh dewan dapat

mengendalikan bisnis dan hasil yang sesuai, memungkinkan peningkatan kinerja dan

akuntabilitas (Eysink dan Paape, 2016). UNDP mendefinisikan tata kelola sebagai

pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi dan administratif dalam pengelolaan urusan

suatu negara di semua tingkat. Tata kelola terdiri dari mekanisme, proses dan institusi

yang kompleks yang melaluinya warga negara dan kelompok mengartikulasikan

kepentingan mereka, menengahi perbedaan mereka dan menjalankan hak dan kewajiban

hukum mereka. Tata pemerintahan yang baik antara lain bersifat partisipatif, transparan

dan akuntabel. Hal ini juga efektif dan merata. Dan itu mempromosikan aturan hukum.

Tata pemerintahan yang baik memastikan bahwa prioritas politik, sosial dan ekonomi

didasarkan pada konsensus yang luas di masyarakat dan bahwa suara orang-orang yang

paling miskin dan yang paling rentan didengar dalam pengambilan keputusan mengenai

alokasi sumber daya pembangunan.

Lembaga-lembaga pemerintahan di tiga wilayah (negara, masyarakat sipil dan

sektor swasta) harus dirancang untuk berkontribusi pada pengembangan manusia yang

berkelanjutan dengan menetapkan keadaan politik, hukum, ekonomi dan sosial untuk

pengurangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, perlindungan lingkungan dan

kemajuan perempuan. Untuk mencapai good governance rancangan tersebut dapat

terlaksana dengan baik. Konsep good corporate governance merujuk pada bagaimana tata

kelola perusahaan yang baik.

Good governance adalah penyelenggaran pemerintahan yang solid dan

bertanggungjawab serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergiaan interaksi yang

konstruktif diantara domain-domain. Secara konseptual pengertian tata kelola

pemerintahan yang baik mengandung dua pemahaman yaitu, nilai yang menjunjung

tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 23


rakyat dalam pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan

berkeadilan sosial (Sari, 2012). Lembaga Administrasi Negara mengemukkan tata kelola

pemerintahan yang baik adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan

bertanggungjawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergian interaksi yang

konstruktif di antara domain-domain pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat yang

saling berhubungan dan menjalankan fungsinya masing-masing. Good governance

dengan menggunakan indikator yang diadaptasi dan dimodifikasi dari Lembaga

Adminstrasi Negera adalah transparansi, keadilan, akuntabilitas, responsibilitas, aturan

hukum, partisipasi, orientasi consensus, efektivitas dan efisiensi, serta visi strategi.

Good Governance cenderung meningkat bila pelaksanaan pengendalian internal

dan penerapan total kualitas manajemen diterapkan secara optimal, dan pengendalian

internal memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap Good Governance (Fadilah,

2013).

Para periset mendefinisikan konsep tata kelola perusahaan dengan cara yang

berbeda tergantung perspektif mereka. Laporan dari OECD (2004) mendefinisikan tata

kelola perusahaan adalah peraturan dan praktik yang mengatur hubungan antara manajer

dan pemegang saham perusahaan, serta pemangku kepentingan seperti karyawan dan

kreditur. Ini berkontribusi terhadap pertumbuhan dan stabilitas keuangan dengan

memperkuat kepercayaan pasar, integritas pasar keuangan dan efisiensi ekonomi. OECD

pada tahun 1999 mengeluarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan untuk mendukung

pengembangan kerangka kerja hukum dan kelembagaan. Prinsip OECD diadopsi oleh 30

negara anggota OECD. Prinsip-prinsip tersebut direvisi pada tahun 2004 untuk

menanggapi perkembangan tata kelola perusahaan termasuk skandal korporat yang

selanjutnya memusatkan perhatian pada pemikiran pemerintah untuk memperbaiki

praktik tata kelola perusahaan. OECD (2004) mengeluarkan prinsip-prinsip yang

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 24


mencakup enam bidang utama: memastikan dasar kerangka kerja tata kelola perusahaan

yang efektif; hak pemegang saham; perlakuan yang adil terhadap pemegang saham; peran

pemangku kepentingan dalam tata kelola perusahaan; pengungkapan dan transparansi;

dan tanggung jawab dewan direksi (Al-Zwyalif, 2015).

KESIMPULAN
• Teori stewardship menemukan bahwa realokasi kontrol perusahaan dari pemilik
ke manajer profesional mungkin merupakan perkembangan positif untuk mengelola
kompleksitas perusahaan modern. Memiliki kontrol memberdayakan manajer untuk
memaksimalkan keuntungan perusahaan dan pencapain good governance. Dengan
menggunakan model penatalayanan, dewan yang didominasi orang dalam disukai
karena pengetahuan mereka yang mendalam, akses terhadap informasi operasi terkini,
keahlian teknis dan komitmen terhadap perusahaan.
• Teori stewardship memprediksi bahwa pemegang saham dapat mengharapkan
untuk memaksimalkan keuntungan mereka ketika struktur organisasi memfasilitasi
kontrol yang efektif oleh manajemen, hal ini juga berarti pelaksanaan good governance
dapat tercapai dengan efektif dalam manajemen.
• Dugaan mendasar dari teori stewardship adalah bahwa para manajer selalu
bertindak sedemikian rupa untuk memaksimalkan kepentingan perusahaan dan
lingkungan bisnis dan pencapaian good corporate governance.
• Good governance menurut LAN memiliki indicator, yaitu: transparansi, keadilan,
akuntabilitas, responsibilitas, aturan hukum, partisipasi, orientasi consensus, efektivitas
dan efisiensi, serta visi strategi.

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 25


DAFTAR PUSTAKA

Al-Zwyalif, I. M. 2015. The Role of Internal Control in Enhancing Corporate


Governance: Evidence from Jordan. International Journal of Business and
Management, 107, 57–66.

Biro Humas dan Kerja Sama Internasional. 2017. Siaran Press, BPK Ungkap 5.810
Temukan Kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan terhadap Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Senilai Rp19,48 Trilliun. Jakarta: BPK.

Clarke, T., dan Branson, D. 2014. The SAGE Handbook of Corporate Governance.
London: SAGE Publications Ltd. Cribb, J. 2006. Agents or Stewards ? Contracting
with. Policy Quarterly, 22, 11–17.

Davis, J. H., Schoorman, F. Davi., dan Donaldson, Lex. 1997. Towards a Stewardship
Ttheory of Management. Academy of Management Review, 221, 20–47.

Donaldson, L. 1996. For Positivist Organization Theory. London: SAGE


Publication.

Donaldson, L., dan Davis, J. H. 1991. Stewardship Theory or Agency Theory: CEO
Governance and Shareholder Returns. Australian Journal of Management, 16 June
1991, 49–66.

Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power of Good Corporate Governance Edisi Kedua..
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Eysink, W., dan Paape, L. 2016. Good Governance Driving Corporate Performance? A
Meta-analysis of Academic Research dan Invitation to Engage in The Dialogue.
Netherland: Deloitte.

Fadilah, S. 2013. The Influence of Good Governance Implementation to Organization


Performance: Study on Institution Amil Zakat Indonesia. International Journal of
Social Sciences, 71, 15–33.

Gina, O., Adeghe, R., dan Kingsley, O. O. 2014. Internal Control as A Potential
Instrument for Corporate Governance. IOSR Journal of Economics and Finance
IOSR-JEF, 26, 66–70.

Haliah. 2015. Quality of Report, is there A Management, and Information Technology


Role? Empirical Evidence from West Sulawesi Province, Indonesia. International
Journal of Economic Research (IJER), 12(1), 177–193.

Harryanto, Kartini, Haliah.2014. Budget Process of Local Government in Indonesia.


Review of Integrative Business & Economics Research Vol 3 (2),483-501.

Hernandez, M. 2008. Promoting Stewardship Behavior in Organizations: A Leadership


Model. Journal of Business Ethics, (80)1, 121–128.

Hernandez, M. 2012. Toward an Understanding of The Psychology of Stewardship.


Academy of Management Review, (37)2, 172–193.

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 26


Jao, Robert; Pagalung, Gagaring. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal
Akuntansi Dan Auditing, [S.l.], p. 43-54, nov. 2011. ISSN 2549-7650. Available
at: <https://ejournal.undip.ac.id/index.php/akuditi/article/view/4346>. Date
accessed: 06 june 2018. doi:http://dx.doi.org/10.14710/jaa.v8i1.4346.

Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. Theory of The Firm : Managerial


Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, 34, 305–360.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2015. Laporan Tahunan KPK "Menolak Surut". Jakarta:
Komisi Pemberantasan Korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2016. Laporan Tahunan KPK "Hingga Kebawah


Permukaan". Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.

LAN. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Penerbit LAN

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Muth, M. M., dan Donaldson, L. 1998. Stewardship Theory and Board Structure: a
Contingency Approach. Corporate Governance: An International Review, 61, 5–28.

Pemerintahan, Adminstrasi. 2017. 9 Program Reformasi Birokrasi


(http://pemerintah.net/9-program-reformasi-birokrasi/, diakses 1 Oktober 2017).

Podrug, N. 2011. The Strategic Role of Managerial Stewardship Behaviour for


Achieving Corporate Citizenship. Ekonomski Pregled, 627–8, 404–420.

Pontoh, Grace T., Mustafa, Mushar., Haliah., Kartini. 2013. Analisis Persepsi
Pemanfaatan Sistem Informasi Komandan SIKD Pada Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Sulawesi. Jurnal BPPK, Vol 6 Nomor 1, 1-14

Ralf Caers, Cindy Du Bois, Marc Jegers, Sara De Gieter, Catherine Schepers, R. P. 2006.
Principal-Agent Relationships on The Stewardship-Agency Axis. Nonprofit
Management dan Leadership, 171, 177–182.

Sari, D. 2012. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Implementasi Standar


Akuntansi Pemerintahan, Penyelesaian Temuan Audit terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah dan Implikasinya Terhadap Penerapan Prinsip-prinsip
Tata Kelola Pemerintahan yang B. IJEB Indonesia Journal of Economics and
Business, 116–124.

West, R., dan Zech, C. 1983. Internal Financial Controls in The U.S. Catholic Church.
Texas Medicine, 797, 43–44.

Yudianti, F. N., dan Suryandari, I. H. 2015. Internal Control and Risk Management in
Ensuring Good University Governance. Journal of Eduction and Vocational
Research, 62, 6–12.

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 27


Zhang, Yali, Xia Li, dan Feng Pan. 2009. The Relationship between Organizational
Culture and Government Performance-Based on Denison Model. Asian Social
Science 5(1995):131–37.

Vol 4, No. 003 (2018) Riny Jefri 28

Anda mungkin juga menyukai