Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN INVESTIGASI KASUS TIPIKOR

“Perberat Vonis, Pengadilan Tinggi DKI Perintahkan Mantan Dirut PLN Ditahan”

Dibuat oleh:

Vonny Rosa Afriska (201030)

Ari Rozi (201010)

Dita Aldiariska Putri (201014)

Malikatul Khusniyah (201030)

Stevany Putri Ardilla (201044)

KELAS A

PRODI KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN

2020
BERITA TIPIKOR

Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta memperberat vonis terhadap mantan Direktur Utama
PT PLN (Persero) Nur Pamudji. Dalam putusan banding  Nomor: 36/PID.SUS-TPK/2020/PT.DKI
tertanggal 4 November 2020, lima anggota majelis hakim menambah hukuman penjara Nur
Pamudji dari 6 tahun menjadi 7 tahun dengan perintah penahanan. PT DKI juga menambah
pidana denda dari Rp200 juta menjadi Rp300 juta. Majelis hakim PT DKI Jakarta menilai, alasan
kedua belah pihak dalam memori banding harus ditolak. Majelis hakim banding menilai
pertimbangan pengadilan tingkat pertama terhadap perbuatan korupsi Nur Pamudji selaku
Direktur Energi Primer PT PLN (Persero) periode 2009-2011 dan selaku Direktur Utama PT PLN
(Persero) periode 2011-2014 secara bersama-sama sebagaimana dalam dakwaan subsider
sudah tepat dan benar. Menurut majelis hakim banding, Nur Pamudji terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan korupsi dengan tujuan menguntungkan Honggo atau Tuban
Konsorsium bersama-sama dengan Honggo Wendratno selaku Direktur Utama PT Trans Pasifik
Petrochemical Indotama (TPPI) dan selaku Ketua Tuban Konsorsium. Nur Pamudji dinilai
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya yaitu dengan
menetapkan Tuban Konsorsium sebagai pemenang lelang dalam pengadaan Bahan Bakar
Minyak (BBM) jenis High Speed Diesel (HSD) yang tidak sesuai dengan hasil kualifikasi Panitia
Pengadaan. Akibatnya terjadi kerugian keuangan negara cq PT PLN (Persero) sebesar
Rp188.745.051.310,72. Majelis hakim banding menyatakan, Nur Pamudji terbukti melanggar
Pasal 3 jo Pasal 18 UU Pemberantasan Tipikor jo Pasal 55 (1) ke-(1) KUHPidana.

Sumber berita https://nasional.sindonews.com/read/237888/13/perberat-vonis-pengadilan-


tinggi-dki-perintahkan-mantan-dirut-pln-ditahan-1605766289

ANALISIS KASUS

Ditinjau dari kasus berita diatas aspek bentuk korupsi yang terjadi menurut UU No. 31
Th. 1999 juncto UU No. 20 Th. 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah
termasuk dalam beberapa jenis korupsi yaitu kerugian keuangan negara, suap-menyuap,
penggelapan dalam jabatan, dan perbuatan curang. Dalam kasus tersebut, nilai yang dilanggar
adalah nilai ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Penyebab terjadinya korupsi pada
umumnya dapat terjadi dengan dipengaruhi dua aspek yaitu aspek internal dan aspek
eksternal. Jika dilihat dari kasus ini, aspek internal yang mempengaruhi terjadinya korupsi yaitu,
berdasarkan aspek perilaku individu memiliki sifat tamak atau rakus, memiliki moral yang
kurang kuat, dan gaya hidup yang konsumtif. Sedangkan aspek eksternal yang mempengaruhi
terjadinya korupsi yaitu, aspek organisasi dan lemahnya pengawasan, yang dimaksud adalah
kurang adanya sikap keteladanan pemimpin. Akibatnya pada kasus ini pelaku korupsi
mendapatkan sanksi berupa penahanan selama 7 tahun dan membayar denda sebesar Rp. 300
juta. Dalam kasus ini kerugian yang dihasilkan sebesar Rp188.745.051.310,72.
Alasan mengapa Nur Pamudji tidak ditahan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) yaitu,
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Mukri menjelaskan ada beberapa
pertimbangan sehingga tidak dilakukan penahanan terhadap Nur Pamudji. "Kami berlandaskan
pada Pasal 21 KUHAP, alasan subjektif dan objektif, dan selama ini kooperatif." Pasal 21 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur perintah penahanan terhadap
seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti yang cukup, dilakukan dalam hal:

1. Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan diri;
2. Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan merusak atau
menghilangkan barang bukti;
3. Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan mengulangi
tindak pidana.

Bentuk korupsi ada dua kemungkinan yaitu penggelapan dalam jabatan dan suap-
menyuap. Hal ini dilihat dari adanya bukti sah yang mengungkapkan bahwa Nur Pamudji
melakukan korupsi dengan tujuan menguntungkan Honggo atau Tuban Konsorsium bersama-
sama dengan Honggo Wendratno selaku Direktur Utama PT Trans Pasifik Petrochemical
Indotama (TPPI) dan selaku Ketua Tuban Konsorsium. Selain kerugian secara materiil, korupsi
yang dilakukan oleh Nur Pamudji juga merugikan secara non materiil yaitu naiknya harga BBM
yang dapat meresahkan masyarakat terutama masyarakat kecil. Dari keresahan masyarakat itu
sendiri dapat memicu munculnya protes dari masyarakat yang biasanya disampaikan melalui
unjuk rasa atau demo.

Dari analisis yang telah dipaparkan kita dapat mengambil pelajaran yang dapat dijadikan
pedoman hidup agar kita tidak melakukan hal-hal yang menjuru ke perilaku yang bersifat
koruptif. Tindakan yang bersifat koruptif melanggar ideologi dan prinsip Pancasila. Dengan
menyelewengnya tindakan terhadap Pancasila dengan melakukan korupsi maka sama saja kita
telah menghancurkan Pancasila yang telah susah payah dibuat oleh pendiri bangsa yang
berjuang mati-matian.

Nilai yang diselewengkan pada sila pertama Pancasila, jika melakukan tindakan korupsi
berarti sama saja kita telah membohongi Tuhan. Nilai yang diselewengkan pada sila kedua,
dengan melakukan tindakan korupsi berarti melanggar sila kedua ini karena telah melakukan
tindakan yang menggunakan kekuasaan dan kedudukan sebagai tempat untuk mendapatkan
hal yang diinginkan demi kebahagiaan diri sendiri beserta golongan yang terlibat korupsi dan
juga membuat orang lain menjadi rugi karena tindakan korupsi tersebut.

Sedangkan nilai yang diselewengkan pada sila ketiga, melakukan tindakan korupsi dapat
menghilangkan kepercayaan masyarakat sehingga dapat membuat rakyat merasa terintimidasi
dan tidak peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Nilai yang
diselewengkan pada sila keempat, melakukan tindakan korupsi sama saja telah melakukan
tindakan dengan keputusan sendiri dan hal itu tidak baik karena dalam melakukan segala
sesuatu harusla berdasarkan keputusan bersama karena Indonesia sangat menjunjung tinggi
musyawarah. Juga nilai yang diselewengkan pada sila kelima, melakukan tindakan korupsi
menunjukkan ketidakadilan antar pemerintah dan masyarakat. Bukan hanya itu juga
ketidakadilan terhadap negara sendiri karena telah menggunakan sesuatu yang bukan haknya
untuk dijadikan kenikmatan bagi diri sendiri tanpa memikirkan kerugian yang didapat oleh
negara.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari kasus tindakan korupsi dapat
merupakan tindakan yang fatal bagi diri sendiri, pihak yang terlibat, negara, dan masyarakat.
Tindakan korupsi juga telah melanggar nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.
Dengan menyelewengnya tindakan korupsi terhadap nilai-nilai luhur Pancasila itu
menyebabkan kondisi negara kita semakin bertambah buruk dan banyaknya terjadi kegaduhan-
kegaduhan yang sangat parah. Maka dari itu, kita haruslah melakukan segala sesuatu sesuai
dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila, terutama bagi para pejabat agar ketika
melakukan sesuatu tidak menimbulkan penyelewengan-penyelewengan yang berdampak buruk
bagi negara.

Anda mungkin juga menyukai