PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
E1A015189
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2019
1
masyarakat.1
pidana korupsi juga akan memicu timbulnya tindak pidana pencucian uang
untuk menyembunyikan asal usul uang hasil korupsi agar tidak dapat dilacak
oleh aparat penegak hukum. Sehingga setelah proses pencucian uang tersebut
selesai, maka uang hasil korupsi tersebut secara formil yuridis adalah
merupakan uang yang berasal dari sumber yang sah. Upaya-upaya yang
terhadap hasil korupsinya akan semakin membuat panjang jalan yang harus
dilalui oleh penyelidik dan penyidik untuk mengungkap suatu kasus korupsi.
semua kesemua lini kehidupan, tidak saja di lingkungan publik saja tetapi
sudah merasuk ke dalam sektor swasta bahkan Badan Usaha Milik Negara (
BUMN ).
harus segera diwujudkan. Agar dapat berjalan efektif, upaya tersebut harus
1
Martiman Prodjohamidjojo. 2001. Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Kasus
Korupsi. Mandar Maju, Bandung, hlm. 2.
2
bersifat preventif dan represif. Kedua upaya tersebut harus dijalankan secara
baik dan dapat saling sinergis, atau diibaratkan keduanya adalah dua sisi
dalam satu mata uang. Tanpa ada upaya yang sifatnya preventif, maka upaya
misinya. Demikian juga sebaliknya tanpa hal-hal yang bersifat represif, upaya
awal yang harus dilalui oleh penegak hukum adalah tahapan penyelidikan dan
adalah :
“serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan
guna menemukan tersangkanya”.
Subyek (pelaku) dari dua definisi mengenai penyelidikan dan
hanya mendasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam angka (3) dan (4)
3
Hukum Acara Pidana, maka yang dapat bertindak sebagai penyidik dan
pidana khusus korupsi, selain polisi, jaksa juga berhak untuk bertindak
penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi tidak hanya ditangani oleh
kepolisian dan kejaksaan saja. Tahap penyidikan merupakan salah satu bagian
penting dalam rangkaian tahap-tahap yang harus dilalui suatu kasus menuju
pidana. Oleh sebab itu keberadaan tahap penyidikan tidak bisa dilepaskan dari
2014 sampai dengan bulan April 2015. Saat itu, Muhammad Helmi,
2
Hibnu Nugroho, 2012. Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia,
Media Aksara Prima, Jakarta, hlm. 67
4
lembar senilai 1,4 triliun. Helmi Kamal Lubis dikenalkan dengan ES oleh
Direktur Dana Pensiun Pertamina yang telah dijadikan terdakwa dalam kasus
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
2. Kegunaan praktis
6
korupsi.
E. Kerangka Teori
sebagai penyidik.4
menyatakan bahwa :
3
Yulies Tiena Masriani, 2008. Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
82-83
4
Laden Marpung, 2005. Azas, Teori, Praktek Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 6
7
tetapi hukum acara pidana itu barulah bekerja bila ada dugaan telah terjadi
suatu tindak pidana. Setelah itu dimulailah tugas penyidik yang bersifat
KUHAP juga tidak memberikan pengertian tentang alat bukti, akan tetapi
dalam Pasal 184 KUHAP, disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah:
1. keterangan saksi,
2. keterangan ahli,
3. surat
4. petunjuk dan
5. keterangan terdakwa.
stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat bukti yang sah menurut undang-
undang yang dapat dipergunakan untuk pembuktian. Hal ini berarti bahwa
di luar dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti
yang sah. Jadi bisa dikatakan alat bukti adalah untuk menjerat tersangka
5
Andi Hamzah, 2003. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghalia
Indonesia, hlm 34
8
sendiri.6
memiliki harkat martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek, bukan sebagai
6
Setyo Utomo, 2014, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi (Asas
Praduga Tak Bersalah dalam Negara Hukum), PT Sofmedia, Medan, hlm 19
7
M. Yahya Harahap, 2010. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP,
Penyidikan dan Penuntutan, cet VII, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 110.
9
yaitu:
pelaksana)
penegakan hukum pidana yang integral atau sering disebut dengan sistem
pula untuk berbicara masalah hukum. Dari hal tersebut, maka perlu
8
Barda Nawawi Arief, 2011. Pembaharuan Sistem Penegakan Hukum dengan Pendekatan
Religius dalam Konteks Siskumas dan Bangkumas, dalam Buku Pendekatan keilmuan dan
pendekatan Religius dalam Rangka Optimalisasi dan Reformasi Penegakan Hukum (Pidana) di
Indonesia, Universitas Diponogoro, Semarang, hlm. 42.
9
Soerjono Soekanto, 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Rajawali Pers, Jakarta, hlm 3
10
10
untuk menilai atau patokan sikap tindak. Penegakan hukum sebagai
sehari-hari mempunyai makna dan arti yang sangat penting, karena apa
yang menjadi tujuan hukum itu terletak pada pelaksanaan hukum itu
pidana).13
10
Purnadi Purbacaraka, 2007. Badan Kontak Profesi Hukum Riau, Penegakan Hukum
dalam Mensukseskan Pembangunan. Alumni, Bandung, hlm. 77
11
Widia Edorita, 2010. “Menciptakan Sebuah Sistem Hukum Yang Efektif : Dimana Harus
Di Mulai?” Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi I, No. 1, Agustus 2010,
hlm 83.
12
Erdianto, 2010. “Makelar Kasus/Mafia Hukum, Modus Operandi dan Faktor
Penyebabnya”, Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi I, No. 1, Agustus
2010, hlm.29.
13
Barda Nawawi Arief, 2010. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijaksanaan Hukum
Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 4
11
14
Sudarto, 1986, Hukum Dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, hal. 35.
15
Marwan Effendy. 2010. Pemberantasan Korupsi Dan Good Governance. Timpani
,Jakarta, hlm. 2.
12
Kejaksaan RI. 16
yang selama ini berada pada Kejaksaan RI telah beralih kepada Kepolisian
RI kecuali terhadap tindak pidana tertentu. Oleh Pasal 284 ayat (2)
Kejaksaan RI.17
16
Ibid
17
Ibid
18
Ahmad Harmaen. 2013. Kewenangan Jaksa Sebagai Penyidik Dalam Tindak Pidana
Korupsi Menurut Hukum Pidana Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Mataram, Mataram,
hlm. 5.
13
gradual saja. Antara penyelidikan dan penyidikan saling berkaitan dan isi
Dari ketentuan Pasal 6 ayat (1) KUHAP jo Pasal 284 ayat (2)
dalam Pasal 6 ayat (1) (secara a contrario) bahwa Jaksa bukanlah penyidik,
tetapi KUHAP dalam Pasal 284 ayat (2) jo Pasal 17 PP No. 27 Tahun
undang tindak pidana korupsi yang berlaku sekarang ini yaitu UU No. 31
19
Yahya Harahap.2012. Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP:
Penyidikan dan Penuntutan. Edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 109.
20
Guse Prajudi, Op-Cit, hlm. 30.
14
bahwa :
dalam Bab XIV, Bab XV dan Bab XVI KUHAP berlaku dalam
khususnya Pasal 6 ayat (1) KUHAP mengikat dan berlaku bagi penyidikan
21
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika,
Jakarta, 1999, hlm. 16
22
Guse Prajudi, Loc-Cit, hlm. 31.
15
pidana khusus, penegasannya dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1) hurub b
23
Yahya Harahap. Op-Cit, hlm. 113.
24
Ibid, hlm. 153.
16
koordinasi Jaksa Agung”. Jika melihat pasal diatas Jaksa Agung dapat
penyidikan.
25
Pasal 1 Ayat (6) butir a Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
17
Pidana Khusus, Seksi Perdata dan TUN.26 Suatu perkara tindak pidana
kinerja dari seksi lain yakni seksi intelijen. Jadi tidak dapat dipungkiri
26
Keputusan Jaksa Agung No.KEP-225/A/J.A/05/2003 Tentang Perubahan Atas
Keputusan Jaksa Agung No.KEP-115/A/J.A/10/1999 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kejaksaan Republik Indonesia.
27
Ibid, Pasal 667.
18
perbuatannya itu.
kesaksian.
ketentuan.30
Dalam Negeri atas nama Presiden bagi anggota DPRD Provinsi dan dari
perkara korupsi telah dilakukan dalam kurun waktu yang telah lama
keterangan pada bank, yang harus berdasarkan ijin dari Gubernur Bank
Indonesia
malu.32
21
gerakan mafia hukum dalam bentuk makelar kasus atau jual beli
28
Lintang Tesalonika Natalia Luntungan, Kewenangan
Jaksa Dalam PenyidikanTindak Pidana Korupsi, Jurnal Hukum, 2013, hlm 201.
22
panjang.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
pada ilmu hukum, tetapi di samping itu juga sosiologis yaitu berusaha
di Kejaksaan Agung.
29
Ibid.hlm.76
24
2. Spesifikasi Penelitian
3. Lokasi Penelitian
a. Data Primer
primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data yang
25
Kejaksaan Agung.
b. Data Sekunder
yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
yaitu:
Kamus Hukum.
tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
observasi.
1) Wawancara
pertanyaan itu.31
30
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. CV Alfabeta : Bandung, hlm. 146
31
Lexy J Moleong, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda Karya, hlm.
135.
27
Kejaksaan Agung.
2) Observasi
yang bersangkutan.
32
Lexy, J. Moleong. 2014. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Edisi
Revisi PT Rejama Rosdakarya, hlm.72
28
yaitu menguraikan data secara sistematis, logis dan rasional yang diawali
dengan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
DAFTAR PUSTAKA
Literatur:
Peraturan Perundang-Undangan :
30
Pidana (KUHAP)