Anda di halaman 1dari 6

Analisis SWOT tindak pidana korupsi di Indonesia :

Korupsi merupakan sebuah tindakan yang berlawanan dengan hukum. Upaya-upaya telah
ditempuh, baik untuk mencegah maupun memberantaskorupsi secara serentak, mengingat
tindak pidana korupsi sebagai white collar crime serta sebagai kejahatan luar biasa (extra
ordinary crime). Upaya-upaya itu sebenarnya telah dilakukan dan diupayakan agar
membuahkan hasil berupa tumbuhnya itikad pemberantasan korupsi hingga ke pelosok
Indonesia. Pada masa reformasi, selain Kepolisian dan Kejaksaan sejumlah instansi
pelaksanaan dan pendukung pemberantasan korupsi juga dibentuk, antara lain Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK),
dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), juga telah dibentuk pengadilan khusus
tindak pidana korupsi. Semua itu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan upaya
pemberantasan korupsi.

Pada tahun 2014 ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerbitkan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Tahun 2014, yang sebelumnya Presiden juga telah menerbitkan sejumlah instruksi dan arahan
untuk mencegah dan memberantas korupsi. Instruksi-instruksi tersebut misalnya Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, Inpres
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011,
Inpres Nomor 17 Tahun 2012 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun
2012, dan Inpres Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Tahun 2013. Selain itu, Presiden SBY juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. Berdasar
beberapa aturan di atas, dirumuskan pelbagai langkah strategis dalam rangka optimalisasi
pemberantasan korupsi. Pelbagai ketentuan tersebut menjadi acuan bagi para pihak di pusat
dan daerah serta aparatur penegak hukum dalam memberantas korupsi. Setelah kebijakan
tersebut diberlakukan, ternyata memunculkan dinamika yang menarik. Pada satu sisi, terjadi
pembentukan dan konsolidasi kelembagaan; dan di sisi lain masyarakat makin sadar dan
kritis akan pentingnya pemberantasan korupsi. Namun hal inipun belum cukup karena pada
kenyataannya perilaku korupsi masih marak terjadi. Fakta demikian tergambar bukan saja
pada pemberitaan media sosial, media massa, media elektronik maupun media cetak. Dalam
rekapitulasi data perkara tindak pidana korupsi yang ditangani Kejaksaan RI, Tahun 2013
sebanyak 1.709 kasus (penyelidikan), 1.653 perkara (penyidikan), 2.023 perkara (penuntutan;

1
yang berasal dari penyidikan Kejaksaan sebanyak 1.249 dan penyidikan Polri sebanyak 774)2
, dan kerugian negara yang berhasil diselamatkan sebesar Rp. 403.102.000.215 dan USD
500.000.3 Sedangkan data pada KPK Tahun 20134 sebanyak 81 kasus (penyelidikan), 102
perkara (penyidikan), 73 perkara (penuntutan), dan kerugian negara yang berhasil
diselamatkan sebesar Rp. 1,196 triliun (Waluyo, 2014).

1. Strength
Contoh tindakan korupsi yang sering terjadi di Indonesia adalah tindak pidana
pencucian uang (TPPU), penyalahgunaan dana Bansos dan masih banyak kasus
korupsi lainnya. Di Indonesia pemberantasan korupsi dilakukan secara intents dan
secara terbuka. Hukum di negara Indonesia juga telah mengatur pemberantasan
korupsi secara open. Operasionalisasi pemberantasan korupsi harus dilakukan secara
komprehensif, integral, dan holistik. Komitmen penegak hukum dalam menjalankan
penegakan hukum dengan tegas, konsisten, dan terpadu merupakan langkah penting
agar mampu menghasilkan penegakan hukum yang berkeadilan, memberikan
kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Di Indonesia juga dilakukan pengetatan pelaku korupsi dengan menguatkan
aturan- aturan yang berlaku. Aturan –aturan dalam Undang – undang pidana korupsi,
peraturan presiden ataupun perpu yang berlaku untuk memberantas tindak pidana
korupsi. Selain itu aparat yang melakukan eksekusi terhadap pelaku korupsi berupa
jaksa, penyidik polri, dan juga lembaga khusus KPK. Selain itu KPK menjadi
lembaga yang powerfull dan superior sehingg menurut Pasal 40 UU Nomor 30 Tahun
2002, KPK tidak berwenang mengeluarkan SPPP untuk menghindari adanya main
mata antara tersangka dan aparat KPK.

2. Weakness

Dengan kewenangan – kewenangan KPK yang demikian rupa, juga rawan terjadi suap.
Tahun 2005 merupakan kejutan dari pelaksanaan peran KPK dalam memerangi korupsi yaitu
berhasil menangkap Mulyana Wira Kusuma, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang
mencoba menyuap salah seorang auditor BPK. Kasus ini sekaligus mengungkap praktik
korupsi di tubuh KPU yang menyeret Nazarudin Syamsudin, Ketua, Rusadi Kantaprawira
anggota KPU dan Pejabat Sekretaris Jenderal KPU serta stafnya. KPK tidak akan bisa
melaksanakan perannya secara optimal bilamana tidak didukung oleh keinginan dan tindakan
nyata pemerintah dalam penegakan hukum, terutama perang terhadap korupsi. Hal ini terlihat

2
bahwa perombakan kabinet yang dilakukan oleh presiden sama sekali tidak menyentu bidang
penegakan hukum.

Pada contoh kasus diatas maka didalam lembaga yang bebas KKN pun dapat tergiur
dengan adanya suap. Suap dilakukan agar mereka terhindar dari jeratan hukum dan lolos
pemeriksaan. Mereka yang memiliki wewenang dan hak istimewa dapat memanfaatkan ini
sebagai celah melawan hukum atau menyembunyikan kejahatan mereka.

3. Opportunity
KPK adalah bentuk upaya pemerintah untuk memberantas korupsi yaitu
dengan membentuk lembaga khusus yang berwenang memberantas korupsi hingga
keakarnya. Untuk memerangi tindak pidana korupsi yang dikategorikan sebagai
tindak pidana luar biasa (extra ordinary crime), maka KPK diberi tambahan
kewenangan yang tidak dimiliki instititusi lain yaitu:
 Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan
 Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang
berpergian keluar negeri
 Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang
keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa
 Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak
lain yang terkait
 Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada
instansi terkait
 Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan,
dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta
konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang
diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak
pidana korupsi yang sedang diperiksa
 Meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain
untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar
negeri

3
 Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak
pidana korupsi yang sedang ditangani.

Kewenangan atau hak istimewa ini dapat menjadi peluang yang besar untuk melakukan
tindakan – tindakan out of the box KPK untuk melakukan penangkapan pelaku korupsi.
Kewenangan ini dibuktikan dengan beberapa kasus yang telah di pecahkan oleh KPK seperti
penangkapan OTT beberapa Bupati di sejumlah daerah di Indonesia. Selain itu sebagai
contoh lagi adalah Komisi Pemberantasan Korupsi mulai memainkan perannya dengan
membawa mantan Abdullah Puteh, mantan Gubernur Nangroe Aceh Darussalam menjadi
tersangka korupsi pengadaan helikopter. Tahun 2005 merupakan kejutan dari pelaksanaan
peran KPK dalam memerangi korupsi yaitu berhasil menangkap Mulyana Wira Kusuma,
anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mencoba menyuap salah seorang auditor
BPK. Kasus ini sekaligus mengungkap praktik korupsi di tubuh KPU yang menyeret
Nazarudin Syamsudin, Ketua, Rusadi Kantaprawira anggota KPU dan Pejabat Sekretaris
Jenderal KPU serta stafnya.

4. Threats

Yang menjadi ancaman adalah Indonesia menjadi negara dengan tingkat korupsi yang
lumayan tinggi. Faktanya Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia,
disusul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005,
Indonesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2
sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya
lebih baik dari Kongo, Kenya, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar.
Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

Sebagai negara terkorup maka menjaadi ancaman bagi pemerintah untuk melakukan
tindakan yang lebih lagi untuk menangani hal tersebut. Pemerintah dan juga lembaga
KPK harus lebih waspada mengawasi kasus-kasus korupsi. Selain itu juga melakukan
tindakan yang dapat mencegah adanya korupsi.

5. Kesimpulan
Indonesia menjadi salah satu negara terkorup berdasarkan Survei TI Indonesia
yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia 2004 menyatakan bahwa

4
Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang dan
Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, Indonesia berada di posisi keenam negara
terkorup di dunia. Oleh sebab itu perlunya tidakan dan penanganan yang preventif
untuk menangani korupsi. Banyak sekali kasus-kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia oleh karena itu pemerintah melakukan upaya – upaya untuk menanganinya
yaitu dengan membentuk lembaga independen yang di atur kuat dalam UUD yaitu
KPK untuk memberantas korupsi. Serta membuat auran – aturan mengenai
pemberantasan kasus korupsi.
Lembaga KPK dengan segala kewenangannya sangat rawan terjadi tindakan
suap oleh oknum-oknum yang berkepentingan untuk menghindari jeratan hukum.
Salah satu contohnya adalah kasus suap BPK. BPK merupakan badan independen
yang bertugas untuk mengaudit lembaga pemerintah yang memiliki fungsi hampir
sama dengan KPK. Melihat kasus suap BPK maka ini menjadi ancaman KPK rawan
dengan tindakan suap.
6. Saran / rekomendasi
- Pemerintah harus memperketat pengawasan terhadap tindak pidana korupsi
- Mensosialisasikan program KPK secara berkala agar masyarakat memiliki
wawasan tentang korupsi dan program KPK supaya mereka turut andil dalam
membantu KPK menyelesaikan korupsi
- Memberantas tindak pidana korupsi bisa melalui upaya koordinasi, supervisi,
monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-
undangan juga

5
Daftar Pustaka

Waluyo. 2014. OPTIMALISASI PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA.

Sugiarto. 2013. PERANAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)


DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai