Anda di halaman 1dari 22

Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

BPK RI, Indonesia.


Email: Dwi.Afriyanti@bpk.go.id, Harpanto.Sabanu@bpk.go.id,
fahrizal.noor@bpk.go.id

ACCOUNTABILITY INDEX PENILAIAN INDEKS


ASSESSMENT OF GOVERNMENT AKUNTABILITAS INSTANSI
AGENCIES PEMERINTAH
ABSTRACT/ABSTRAK

Accountability has been presumed by Selama ini akuntabilitas dipahami oleh instansi
government agencies as limited to budget pemerintah hanya sebatas pada pelaporan
realization reporting through preparation of penggunaan anggaran melalui penyusunan laporan
financial statement. The entities believe that keuangan. Entitas tersebut menganggap
activities have been adequately accountable if pertanggungjawaban kegiatan telah dilaksanakan
they were fairly presented through financial secara memadai, terlepas dari apakah kegiatan
statement, regardless whether they improve yang dilaksanakan memberi manfaat atau tidak
peoples welfare or not. This presumption is terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
different from the accountability perceived Hal ini berbeda dengan akuntabilitas yang
by public. This research aimed to diharapkan masyarakat. Penelitian ini bertujuan
obtain information about accountability untuk memperoleh informasi tentang best-
measurement best practices that has been practices pengukuran akuntabilitas yang sudah
applied in government institutions and other berjalan di instansi pemerintah dan dari negara
countries, that might be useful to formulate a lain sehingga dapat digunakan untuk merumuskan
methodology of accountability index metodologi penilaian Indeks Akuntabilitas instansi
measurement in Indonesia government Pemerintah di Indonesia. Hasil penelitian
institutions. The research concluded that a menyimpulkan bahwa diperlukan suatu sistem
system that can assess the level of government yang dapat menilai tingkat akuntabilitas instansi
institutions accountability is needed. This pemerintah. Sistem tersebut berupa indeks-indeks
system is in the form of indexes which can be yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat
used to measure the level of governments kemampuan pemerintah dalam mencapai
ability to achieve its performance for peoples kinerjanya bagi kesejahteraan masyarakat.
welfare. The assessment of the government Penilaian atas tingkat akuntabilitas pemerintah
accountability level could be more dapat lebih komprehensif, bila indeks-indeks
comprehensive if the accountability indexes penilaian yang sudah dilakukan instansi-instansi
were managed in an integrated way which tersebut dikelola secara terintegrasi, sehingga
will lead to obtain final results or quantitative memperoleh hasil akhir atau simpulan kuantitatif
conclusions. atas penilaian-penilaian tersebut.

KEYWORDS: KATA KUNCI:


Accountability index assessment, Penilaian indeks akuntabilitas, akuntabilitas
government accountability pemerintah

SEJARAH ARTIKEL:
Diterima pertama: Desember 2014
Dinyatakan dapat dimuat : Juni 2015

21
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

114 dari 177 negara. Indeks persepsi korupsi


PENDAHULUAN Indonesia tidak berubah dibandingkan

A
dengan tahun 2012 yaitu 32.
kuntabilitas selama ini dipahami hanya
terbatas pada penyusunan laporan
Halhal tersebut menunjukkan bahwa
keuangan bahkan lebih sempit lagi yaitu
tingkat akuntabilitas di Indonesia masih
hanya mencakup pertanggungjawaban
lemah sehingga perlu dilakukan suatu upaya
anggaran. Akibatnya, entitas menganggap
perbaikan. Sebagai salah satu upaya untuk
bahwa kewajiban mempertanggungjawabkan
mendorong instansi pemerintah untuk
kegiatan secara memadai itu hanya sebatas
meningkatkan akuntabilitasnya, pemerintah
melaporkan penggunaan dananya, tanpa
telah memberikan penghargaan atas
mengevaluasi manfaat dari kegiatan tersebut
akuntabilitas entitas. Penghargaan/award
terhadap peningkatan kesejahteraan
masih bersifat parsial dan dilakukan oleh
masyarakat. Hal ini tidak sejalan dengan
masing-masing institusi yang berwenang
harapan masyarakat atas kondisi ideal
dalam melakukan penilaian tersebut. Contoh
pemerintah sebagai penyelenggara negara
penilaian atas akuntabilitas adalah
yang mampu memberikan manfaat yang
pemberian opini atas laporan keuangan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.
pemerintah yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), pelaporan atas
Sebagai salah satu unsur dari good
kinerja instansi pemerintah dalam bentuk
governance, peningkatan akuntabilitas juga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
berdampak pada usaha pemberantasan
Pemerintah (LAKIP) yang harus disampaikan
korupsi. Di sisi lain, berbagai penelitian juga
kepada Kementerian Pendayagunaan
menunjukkan bahwa korupsi berdampak
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
buruk bagi kesejahteraan masyarakat,
(KemenPAN-RB) dan Penilaian Inisiatif Anti
karena mendorong ketidakadilan,
Korupsi (PIAK) yang dilakukan oleh Komisi
inefisiensi alokasi dan penggunaan sumber
Pemberantasan Korupsi (KPK). Sampai
daya. Dengan demikian upaya untuk
dengan saat ini belum ada penilaian
menguatkan akuntabilitas merupakan
menyeluruh yang dapat mengukur sampai
langkah penting yang perlu dilakukan untuk
sejauh mana pemerintah telah melaksanakan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
akuntabilitasnya.

Reformasi keuangan negara yang dilakukan


Masyarakat selaku pemangku kepentingan
sejak tahun 2003 dengan diterbitkannya
pemerintah memiliki hak untuk memantau
paket Undang-Undang (UU) Keuangan
kinerja lembaga pemerintah, demikian pula
Negara masih menunjukkan banyak
kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat/
kelemahan. Dalam hal penyusunan laporan
Daerah (DPR/D) terhadap akuntabilitas
keuangan masih banyak ditemukan opini
pemerintah. Dengan adanya penilaian secara
disclaimer dan wajar dengan pengecualian
menyeluruh, maka para pemangku
(WDP) dalam laporan hasil pemeriksaan
kepentingan akan dapat mengetahui
pemerintah pusat dan daerah. Data dari
akuntabilitas masing-masing entitas
indeks persepsi korupsi Indonesia yang
pemerintah dan diharapkan dapat
dibuat oleh International Transparency juga
memotivasi pemerintah untuk melakukan
menunjukkan angka yang rendah. Pada
perbaikan. Penilaian secara menyeluruh
tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 22


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

tersebut dilakukan dengan memberikan instansi pemerintah. Hasil dari pembobotan


indeks penilaian atau skor atas pencapaian yang diberikan oleh seluruh responden akan
akuntabilitas pemerintah dengan kriteria dan di rata-rata, sehingga diperoleh pembobotan
parameter yang telah ditetapkan. untuk setiap parameter yang akan digunakan
untuk menilai akuntabilitas instansi
BPK sebagai pihak yang independen perlu pemerintah baik pusat maupun daerah.
mengembangkan suatu alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur akuntabilitas
pemerintah secara kuantitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh HASIL DAN PEMBAHASAN
informasi tentang best-practices pengukuran
akuntabilitas yang sudah berjalan di instasi Konsep Good Government Governance
pemerintah dan dari negara lain sehingga dan Akuntabilitas
dapat merumuskan metodologi penilaian
Indeks Akuntabilitas instansi Pemerintah di
Indonesia. G ood Government Governance dalam
arti bahasa adalah tata kelola atau
pengelolaan pemerintah yang baik. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan tata
kelola adalah segala urusan yang dilakukan
METODOLOGI oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan masyarakat dan kepentingan

P elaksanaan penelitian dimulai dengan


melaksanakan beberapa studi literatur
tentang:
negara. United Nations Economic and Social
Commission for Asia and the Pacific
(UNESCAP) mengartikan Governance adalah
suatu proses pembuatan keputusan dan
a. konsep Good Government Governance
proses tentang bagaimana keputusan
(G3),
keputusan tersebut diimplementasikan.
b. teori akuntabilitas,
Secara mendasar, tata pemerintahan terdiri
c. penilaian akuntabilitas instansi
dari tiga aktor utama, yaitu pemerintah,
pemerintah (Kementerian Dalam Negeri
sektor swasta dan civil society (masyarakat
(Kemendagri), KemenPAN-RB,
madani). Oleh karena itu pemahaman konsep
Kementerian Keuangan (Kemenkeu),
governance yang tepat adalah dengan
KPK dan Lembaga Kebijakan Pengadaan
melalui pemahaman proses integrasi peran
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)),
antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta
d. best practice pengukuran Indeks
dan civil society dalam suatu mekanisme
Akuntabilitas pada beberapa negara
yang berlaku.
(Malaysia, Kanada dan Belanda).

Langkah selanjutnya adalah Direktorat Komite nasional kebijakan governance telah


Litbang melakukan survei terbatas yang menetapkan sepuluh prinsip good
diberikan pada 29 responden yang merupa- governance yakni :
kan personil Direktorat Litbang BPK. Re-
a. A k u n t a b i l i t a s ; Meningkatkan
sponden akan diminta untuk memberikan
akuntabilitas para pengambil keputusan
bobot pada beberapa parameter yang
digunakan untuk menilai akuntabilitas

23
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

dalam segala bidang yang menyangkut j. Penegakan Hukum; Mewujudkan


kepentingan masyarakat. penegakan hukum yang adil bagi semua
b. Pengawasan; Meningkatkan upaya pihak tanpa pengecualian, menjunjung
pengawasan terhadap penyelenggaraan tinggi HAM dan memperhatikan nilai-
pemerintahan dan pembangunan nilai yang hidup dalam masyarakat.
dengan mengusahakan keterlibatan
Unsurunsur pokok dalam mewujudkan
swasta dan masyarakat luas.
good government governance adalah
c. Daya Tanggap; Meningkatkan kepekaan
transparency, fairness, responsibility dan
para penyelenggara pemerintahan
accountability. Sesuai dengan Deklarasi
terhadap aspirasi masyarakat tanpa
Tokyo mengenai panduan akuntabilitas
kecuali.
publik, akuntabilitas publik didefinisikan
d. P ro f e si o n a li s m e ; M e n i n g k a t k an
sebagai kewajiban dari individu atau
kemampuan dan moral penyelenggara
penguasa untuk mengelola sumber daya
pemerintahan agar mampu memberi
publik, melaporkan pengelolaan sumber daya
pelayanan yang mudah, cepat, tepat
tersebut dan dapat menjawab hal-hal terkait
dengan biaya terjangkau.
pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan
e. Efisiensi dan Efektivitas; Menjamin
program.
terselenggaranya pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sum-
Indeks Akuntabilitas (IA) adalah suatu alat
ber daya yang tersedia secara optimal
untuk memberikan penilaian secara
dan bertanggung jawab.
kuantitatif kepada entitas yang diperiksa.
f. Transparansi; Menciptakan kepercayaan
Penilaian atas Indeks Akuntabilitas ini akan
timbal-balik antara pemerintah dan
bermanfaat untuk meningkatkan
masyarakat melalui penyediaan
akuntabilitas, transparansi, dan efisiensi atas
informasi dan menjamin kemudahan di
kinerja sistem pelayanan publik.
dalam memperoleh informasi.
g. Kesetaraan; Memberi peluang yang
sama bagi setiap anggota masyarakat Akuntabilitas dapat dibedakan menjadi
untuk meningkatkan kesejahteraannya. beberapa kategori yaitu (Cheema (2005)
h. Wawasan ke depan; Membangun daerah dalam Prasojo, (2009)):
berdasarkan visi dan strategi yang jelas
dan mengikut-sertakan warga dalam se- a. Akuntabilitas politik: ketersediaan
luruh proses pembangunan, sehingga metode-metode yang digunakan secara
warga merasa memiliki dan ikut ber- rutin dan terbuka untuk memberikan
tanggungjawab terhadap kemajuan dae- hukuman atau penghargaan kepada
rahnya. setiap orang atau institusi yang
i. Partisipasi; Mendorong setiap warga memegang jabatan publik, melalui
untuk mempergunakan hak dalam sebuah sistem check and balances antara
menyampaikan pendapat dalam proses eksekutf, legislatif dan yudikatif.
pengambilan keputusan yang b. Akuntabilitas finansial: kewajiban dari
menyangkut kepentingan masyarakat, setiap orang atau institusi untuk
baik secara langsung mapun tidak mempertanggungjawabkan dan
langsung. melaporkan penggunaan sumber daya

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 24


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

publik dalam pelaksanaan kewenangan (LKPD) yang terdiri dari laporan realisasi
publik yang mereka pegang. APBD, neraca, laporan arus kas, dan CALK,
c. Akuntabilitas administratif: kewajiban yang dilampiri dengan laporan keuangan
semua orang atau institusi yang perusahaan daerah. Undang-undang yang
melaksanakan kewenangan publik untuk mewajibkan pemerintah untuk menyajikan
menciptakan pengawasan internal dalam laporan keuangan (konsolidasian) beserta
melaksanakan kebijakan yang telah lampiran merupakan langkah awal untuk
ditetapkan. mendorong terwujudnya akuntabilitas publik
d. Akuntabilitas legal: mencerminkan dan transparansi fiskal.
ketepatan tindakan dan keputusan yang
diambil sesuai dengan kewenangannya Akuntabilitas Badan Usaha Milik Negara
e. Akuntabilitas profesional: orang atau (BUMN) mempunyai bentuk yang berbeda
institusi harus melakukan fungsinya dengan lembaga pemerintahan. Berdasarkan
sesuai dengan prinsip profesionalisme. UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
Hanya dengan kompetensi pengetahuan, BPK berwenang melakukan pemeriksaan
dan ketrampilan yang cukup seseorang terhadap BUMN. Dalam UU tersebut
atau institusi dapat melaksanakan disebutkan bahwa untuk pemeriksaan
fungsinya. laporan keuangan BUMN dilakukan oleh
f. Akuntabilitas moral: kewajiban semua pemeriksa eksternal yang ditentukan oleh
orang atau institusi untuk secara moral RUPS untuk persero (perusahaan yang 51%
bertanggungjawab atas segala tindakan atau lebih sahamnya dimiliki oleh negara)
dan keputusan politik yang diambil. dan oleh menteri untuk perusahaan yang
seluruh sahamnya dimiliki oleh negara.
Akuntabilitas publik di Indonesia bisa
Dalam UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
dibedakan menjadi (1) akuntabilitas publik
BPK disebutkan bahwa laporan hasil
pemerintah pusat; (2) pemerintah daerah;
pemeriksaan oleh akuntan publik tersebut
dan (3) BUMN. UU Nomor 17 Tahun 2003
kemudian diserahkan kepada BPK untuk
tentang Keuangan Negara, Pasal 30 ayat (1)
dievaluasi. Hasil pemeriksaan akuntan publik
dan pasal 31 ayat (2) mewajibkan pemerintah
dan evaluasi oleh BPK tersebut selanjutnya
untuk membuat Laporan Keuangan.
disampaikan oleh BPK kepada lembaga
Pemerintah pusat berkewajiban menyusun
perwakilan untuk ditindaklanjuti sesuai
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
dengan kewenangannya.
yang terdiri dari Laporan Realisasi APBN
(LRA) pemerintah pusat, neraca, Laporan
Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CALK) dan dilampiri dengan
laporan keuangan perusahaan negara dan Best practices pengukuran Indeks
badan lainnya. LKPP ini merupakan laporan Akuntabilitas pada beberapa negara
keuangan konsolidasian dari seluruh laporan
keuangan kementerian dan lembaga serta Berikut adalah ulasan singkat mengenai
Bendahara Umum Negara (BUN). Setiap praktik pengukuran indeks akuntabilitas
pemerintah daerah, baik tingkat pemerintah yang dilakukan di beberapa negara.
kabupaten/kota maupun pemerintah
provinsi juga diwajibkan untuk menyusun
suatu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

25
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Malaysia dan setiap indikator mempunyai sub


indikator yang mendukung indikator
Pemeriksaan atas instansi pemerintah di tersebut. Berikut adalah penjelasan untuk
Malaysia dilakukan oleh Jawatan Audit masing-masing elemen penilaian tersebut.
Negara (JAN) berdasarkan atas Federal
1. Pengendalian manajemen organisasi
Constitution Pasal 106 dan 107 serta Audit
Penilaian atas pengendalian
Act 1957. Langkah JAN dalam menilai
manajemen organisasi ditujukan untuk
kinerja/akuntabilitas entitas adalah dengan
memastikan bahwa entitas memiliki
membandingkan indeks antar departemen/
struktur, sistem dan prosedur
badan/ kementerian. Apabila suatu instansi
pengelolaan keuangan yang efektif.
memperoleh indeks di bawah instansi yang
2. Pengendalian anggaran
lain, maka instansi tersebut akan merasa
Pengendalian anggaran merupakan
malu sehingga timbul usaha untuk
kebijakan dan prosedur yang dibuat
memperbaiki kinerjanya.
oleh manajemen dalam mengelola dan
mengendalikan penggunaan dana dan
Penilaian kinerja dilakukan secara tahunan
kewenangan penyusunan anggaran.
dan tiga tahunan. Untuk departemen yang
3. pengendalian penerimaan
bertugas sebagai pemungut pendapatan
Pengendalian penerimaan
negara, pemberian indeks dilakukan setiap
dimaksudkan untuk menilai apakah
satu tahun sekali. Untuk kementerian dan
penerimaan dikelola secara efektif
badanbadan di bawah pemerintah federal,
sesuai dengan prosedur, ketentuan
indeks diberikan setiap tiga tahun sekali
hukum dan perundangan.
karena banyaknya jumlah kementerian dan
4. Pengendalian pengeluaran
badan tersebut, sedangkan jumlah pemeriksa
Penilaian atas pengendalian
masih terbatas.
pengeluaran dimaksudkan untuk
menentukan apakah seluruh
Penilaian indeks akuntabilitas di Malaysia pengeluaran telah disetujui dan
dilakukan dengan menggunakan enam digunakan sesuai dengan
elemen manajemen keuangan untuk peruntukannya.
kementerian dan departemen, yaitu (1) 5. Manajemen atas Trust Accounts/Trust
pengendalian manajemen organisasi, (2) Funds/Deposit Accounts
pengendalian anggaran, (3) pengendalian Penilaian atas manajemen atas Trust
penerimaan, (4) pengendalian pengeluaran, Accounts/Trust Funds/Deposit
(5) manajemen atas Trust Accounts/Trust Accounts dimaksudkan untuk menilai
Funds/Deposit Accounts, dan (6) manajemen apakah Trust Accounts/Trust Funds/
aset dan persediaan. Sementara untuk Deposit Accounts telah dikelola dengan
Statutory Bodies, Local Authorities dan baik sesuai dengan tujuan,
Islamic Religius Councils, selain enam dipertanggungjawabkan secara benar
elemen tersebut, ditambah dengan tiga untuk memastikan bahwa
elemen lain, yaitu (1) manajemen investasi, pencatatannya telah dilakukan secara
(2) manajemen hutang, dan (3) laporan lengkap dan benar.
keuangan. 6. Manajemen aset dan persediaan
Penilaian atas manajemen aset dan
Setiap elemen terdiri dari beberapa indikator persediaan bertujuan untuk

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 26


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

memastikan bahwa aset dan persediaan departemen-departemen di Kanada. OAG


telah dikelola dengan baik, diamankan Kanada menetapkan lima kriteria pelaporan
dan dilaporkan sesuai dengan kinerja yang baik. OAG berharap kriteria
ketentuan perundangan yang berlaku. tersebut dapat mendorong lembaga
7. Manajemen investasi pemerintah untuk dapat merumuskan
Penilaian atas manajemen investasi pelaporan capaian kinerja mereka. Kriteria
dimaksudkan untuk memastikan pelaporan kinerja yang baik menurut OAG
bahwa investasi telah dikelola dengan Kanada adalah sebagai berikut:
baik, diotorisasi dengan tepat dan telah
a. Konteks organisasional dan outcome yang
dicatat dengan benar.
strategis ditampilkan secara jelas;
8. Manajemen hutang
b. Harapan capaian kinerja ditetapkan secara
Penilaian atas manajemen hutang
jelas dan konkret;
dimaksudkan untuk memastikan
c. Hasil yang harus dicapai harus dapat
bahwa hutang telah dikelola dengan
dibandingkan dengan harapan yang
baik.
ditetapkan;
9. Laporan keuangan
d. Kehandalan informasi kinerja harus
Penilaian atas laporan keuangan
didukung bukti-bukti yang valid; dan
dilakukan untuk menilai kinerja
e. Penggunaan informasi kinerja harus dapat
keuangan yang meliputi laba/rugi, rasio
ditunjukkan.
likuiditas dan ketepatan dalam
penerbitan laporan keuangan secara Faktor-faktor yang dapat mendukung
lengkap dan tepat waktu. pencapaian pelaporan kinerja yang baik
adalah:
Rating akan diberikan terhadap masing-
masing elemen, berdasarkan total skor a. Senior Management yang bersedia
seluruh indikator yang ada pada masing- mengikuti rating untuk kinerja tahun-
masing elemen. Rating tersebut dibagi tahun sebelumnya dan tahun berjalan dan
menjadi empat kelompok dan dapat dilihat berpartisipasi dalam rating antar
pada tabel 1. lembaga;
b. Budaya politik yang mendukung
Kanada transparansi sehingga semua hasil rating
baik positif maupun negatif akan selalu
Office of Auditor General (OAG) Kanada direspon dengan baik demi perbaikan dan
melakukan rating atau penilaian atas kinerja

Tabel 1. Rating indeks akuntabilitas di Malaysia

Nilai Rating Level

90 100 Sangat Baik

7089 Baik

5069 Memuaskan

49 ke bawah Tidak Memuaskan

27
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

peningkatan kinerja lembaga 1. Organisasi dan manajemen pembayaran


pemerintahan; dan transfer dan penerimaan:
c. Faktor lain yang dapat memberi dampak a. Subsidi / hibah pemerintah
signifikan untuk meningkatkan rating b. Hibah bertujuan khusus
kinerja pemerintah adalah dengan c. Perpajakan
mempublikasikan laporan kinerja entitas 2. Organisasi dan manajemen transaksi
ke masyarakat umum. pengeluaran dan penerimaan:
a. Pengeluaran pegawai
Penilaian pelaporan kinerja tediri dari lima
b. Pengeluaran peralatan
tingkatan. Penilaian tersebut dimulai dari
c. Penerimaan
tingkat ke-5 yang mensyaratkan suatu
3. Akuntansi (pencatatan):
pelaporan kinerja yang sangat bagus, dengan
a. Komitmen, penerimaan dan
menunjukkan bahwa entitas telah memenuhi
pengeluaran
keseluruhan kriteria sebuah pelaporan
b. Neraca saldo
kinerja yang baik. Sebaliknya, tingkat
c. Neraca
penilaian terendah hanya mensyaratkan agar
4. Manajemen material:
entitas menyediakan informasi dasar yang
a. Manajemen properti
ada pada mereka.
b. Administrasi / pencatatan
5. Internal organisasi:
Belanda
a. Sistem pengendalian manajemen
b. Akuntansi utama dan implementasi
Kartu kualitas manajemen operasi adalah sistem
sebuah alat baru yang dikeluarkan oleh 6. Pengawasan hubungan / bidang
Netherland Court of Audit (NCA) pada tahun manajemen
2008. NCA menggunakan kartu kualitas
manajemen untuk menilai kualitas Bagian I kartu kualitas juga mengungkapkan
manajemen operasi sebuah entitas. Kartu area manajemen yang perlu untuk diberi
kualitas mengidentifikasi kekurangan secara perhatian. Perhatian tambahan dari National
umum dari manajemen operasi sebuah Audit Authority berarti pertimbangan untuk
kementerian dan mengungkapkan pasal menggunakan manajemen operasi sebagai
anggaran yang dipengaruhi oleh kekurangan tambahan untuk pemeriksaan tahunan sesuai
yang ditemukan. Kartu kualitas dibagi undang-undang. Court of Audit dapat
menjadi dua bagian. Bagian I memuat memberikan p e r t im b a n g a n untuk
analisis unit organisasi dalam suatu menggunakan manajemen operasi untuk
kementerian dan bagian II memuat pasal pemeriksaan spesifik dalam sebuah
anggaran sebuah kementerian. kementerian. Dalam pemeriksaan, Court of
Audit dan National Audit Authority dapat
Bagian I dari kartu kualitas mengidentifikasi memberikan perhatian tidak saja pada
kekurangan yang ditemukan berdasarkan semua aspek tetapi bisa saja hanya kepada
kriteria yang didasarkan pada standar untuk salah satu aspek dari sebuah area
manajemen keuangan dan manajemen manajemen. Bagian II dari kartu kualitas
material yang barasal dari Government mengungkapkan hal yang dipengaruhi oleh
Accounts Act 2001 dan peraturan kekurangan yang ditemukan dan apakah
turunannya. Kartu kualitas manajemen kesalahan yang ditemukan melebihi batas
operasi terdiri dari enam elemen berikut: toleransi atau tidak.

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 28


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

Peran BPK dalam menilai Selain melakukan pemeriksaan, BPK juga


akuntanilitas keuangan negara dapat memberikan pendapat kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Undang-undang Dasar Negara Republik Perwakilan Daerah (DPD), Dewan
Indonesia telah menyebutkan secara tegas Perwakilan Rakyat Daerah, pemerintah
bahwa BPK memiliki tugas untuk memeriksa pusat/pemerintah daerah, lembaga negara
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan lain, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik
negara. Melalui pemeriksaan yang Negara (BUMN), Badan Layanan Umum
dilakukannya, BPK memiliki tanggung jawab (BLU), Badan Usaha Milik Daerah
untuk mendukung keberhasilan (BUMD), yayasan, dan lembaga atau badan
penyelenggaraan pemerintahan negara. lain yang diperlukan karena sifat
Dengan demikian, pengelolaan keuangan pekerjaannya. Dalam memberikan pendapat
negara dapat dilakukan secara tertib, taat ini, BPK selalu berpegang teguh pada prinsip
pada peraturan perundang-undangan, profesionalisme dan juga independensi,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan sehingga dapat memberikan kontribusi
bertanggung jawab dengan memerhatikan terbaiknya. BPK juga memiliki fungsi quasi
rasa keadilan dan kepatutan. Tugas pokok yudisial dengan memberikan pertimbangan
BPK adalah memelihara transparansi dan atas penyelesaian kerugian negara/daerah
akuntabilitas seluruh aspek keuangan negara. yang ditetapkan oleh pemerintah pusat/
Sesuai dengan mandat yang diembannya, pemerintah daerah. Dalam berbagai
BPK memiliki peran strategis untuk kesempatan, pemeriksa BPK juga telah
mewujudkan salah satu tujuan negara yaitu menjalankan perannya untuk memberikan
mencapai masyarakat yang adil, makmur dan keterangan ahli dalam proses peradilan
sejahtera. mengenai kerugian negara/daerah.

Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 15 Pemberian rating atas tingkat akuntabilitas


Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan perlu bekerja sama dan melibatkan instansi
Tanggung Jawab Pengelolaan Keuangan lain yang telah melakukan penilaian atau
Negara serta UU Nomor 15 Tahun 2006 memiliki alat pengukuran akuntabilitas
tentang BPK, terdapat tiga jenis pemeriksaan sehingga tidak bertentangan dengan
yang dapat dilakukan BPK untuk wewenang yang dimiliki oleh BPK. BPK dan
menjalankan fungsinya dalam tata kelola entitas lain harus bekerja sama untuk
keuangan negara. Ketiga jenis pemeriksaan mengembangkan metodologi dan perangkat
tersebut adalah: 1) Pemeriksaan keuangan penilaian akuntabilitas sebagai alat untuk
yang menghasilkan opini BPK atas kewajaran memberikan rating tingkat akuntabilitas
laporan keuangan pemerintah; 2) entitas di Indonesia.
Pemeriksaan kinerja yang menghasilkan
kesimpulan dan rekomendasi atas aspek Penilaian Akuntabilitas Instansi
ekonomi, efisiensi dan efektivitas Pemerintah
pengelolaan keuangan; dan 3) Pemeriksaan
dengan tujuan tertentu (PDTT) yang Berikut adalah contoh indeks yang sudah
menghasilkan kesimpulan atas tujuan digunakan di beberapa instansi pemerintah
pemeriksaan yang ditetapkan. di Indonesia.

29
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Badan Pemeriksa Keuangan paragraf penjelasan dalam LHP sebagai


modifikasi dari opini WTP.
a. Opini Laporan Keuangan 2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
memuat suatu pernyataan bahwa
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan laporan keuangan menyajikan secara
atas laporan keuangan. Pemeriksaan wajar, dalam semua hal yang material
keuangan bertujuan untuk memberikan sesuai dengan SAP, kecuali untuk
keyakinan yang memadai (reasonable dampak hal-hal yang berhubungan
assurance) atas kewajaran penyajian laporan dengan yang dikecualikan
keuangan dalam semua hal yang material 3. Tidak Wajar (TW) memuat suatu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku pernyataan bahwa laporan keuangan
umum di Indonesia. Opini adalah pernyataan tidak menyajikan secara wajar dalam
profesional sebagai kesimpulan pemeriksa semua hal material sesuai dengan SAP
mengenai kewajaran informasi yang 4. Pernyataan Menolak Memberikan
disajikan dalam laporan keuangan. Opini Opini atau Tidak Memberikan
berdasarkan pada kriteria (a) kesesuaian Pendapat (TMP) menyatakan bahwa
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan pemeriksa tidak menyatakan opini atas
(SAP), (b) kecukupan pengungkapan laporan keuangan.
(adequate disclosures), (c) kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan,
dan (d) efektivitas sistem pengendalian
b. Kerugian Negara
intern.

Kerugian negara/daerah adalah kekurangan


Merujuk pada Buletin Teknis 01 tentang
uang, surat berharga, dan barang, yang nyata
Pelaporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
dan pasti jumlahnya sebagai akibat
Keuangan Pemerintah yang diatur dalam
perbuatan melawan hukum baik sengaja
Keputusan BPK RI Nomor 4/K/I-
maupun lalai. Pasal 10 ayat 1 UU Nomor 15
XIII.2/9/2012 paragraf 13 tentang Jenis
Tahun 2006 tentang BPK menyatakan bahwa
Opini, terdapat empat jenis opini yang dapat
BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah
diberikan oleh pemeriksa, yaitu:
kerugian negara yang diakibatkan oleh
1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) perbuatan melawan hukum baik sengaja
memuat suatu pernyataan bahwa maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara,
laporan keuangan menyajikan secara pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau
wajar, dalam semua hal yang material badan lain yang menyelenggarakan
sesuai dengan Standar Akuntansi pengelolaan keuangan negara.
Pemerintah (SAP). Sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik Untuk melaksanakan tugas tersebut,
(SPAP) yang diberlakukan dalam Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang
SPKN, BPK dapat memberikan opini Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian
wajar tanpa pengecualian dengan Negara terhadap bendahara menyatakan
paragraf penjelasan karena keadaan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan dapat
tertentu sehingga mengharuskan membentuk Majelis Tuntutan
pemeriksa menambahkan suatu Perbendaharaan dalam rangka memproses
penyelesaian kerugian negara terhadap

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 30


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

bendahara. Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila rekomendasi BPK telah


Majelis Tuntut an Perb endah araan ditindaklanjuti secara nyata dan tuntas oleh
merupakan suatu lembaga ad hoc yang pejabat yang diperiksa sesuai dengan
dibentuk oleh BPK untuk melaksanakan rekomendasi BPK. Rekomendasi BPK
kewenangannya dalam menilai dan/atau diharapkan dapat memperbaiki pengelolaan
menetapkan kerugian negara/daerah dan tanggung jawab keuangan negara/
terhadap bendahara serta menerbitkan daerah/perusahaan pada entitas yang
Keputusan-keputusan BPK berkaitan dengan bersangkutan.
penetapan kerugian negara/daerah. Majelis
Tuntutan Perbendaharaan diketuai oleh Kementerian Dalam Negeri
wakil ketua BPK dan beranggotakan Anggota
BPK. Evaluasi Kinerja Penyelenggar aan
Pemerintah Daerah (EKPPD) merupakan
c. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan amanah dalam Pasal 60 Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Menurut UU No. 15 Tahun 2004 Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
rekomendasi adalah saran dari pemeriksa Pemerintah Daerah. Kegiatan ini dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang setiap tahun oleh pemerintah dan
ditujukan kepada orang dan/atau badan yang diberlakukan kepada seluruh daerah otonom
berwenang untuk melakukan tindakan dan/ yang kepala daerahnya diwajibkan untuk
atau perbaikan. Undang-Undang tersebut menyampaikan Laporan Penyelenggaraan
secara tegas menyatakan bahwa pejabat Pemerintah Daerah (LPPD). Tujuannya
wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam adalah untuk mengetahui keberhasilan
laporan hasil pemeriksaan (LHP) dan wajib penyelenggaraan pemerintah daerah dalam
memberikan jawaban atau penjelasan kepada memanfaatkan hak yang diperoleh daerah
BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi sesuai dengan capaian keluaran dan hasil
tersebut. Jawaban atau penjelasan yang telah direncanakan, sebagai umpan
disampaikan kepada BPK selambat- balik dan rekomendasi bagi daerah untuk
lambatnya enam puluh hari setelah LHP mendorong peningkatan kinerja
diterima. penyelenggaraan pemerintah daerah. EKPPD
menjadi bahan Dewan Pertimbangan
Menurut Peraturan BPK Nomor 2 Tahun Otonomi Daerah (DPOD) dalam memberikan
2010 tentang Pemantauan Tindak Lanjut pertimbangan kepada Presiden terhadap
Hasil Pemeriksaan, hasil penelaahan kebijakan nasional. EKPPD dilakukan oleh
diklasifikasikan dalam empat status yaitu: tim nasional yang terdiri dari Kementerian
Dalam Negeri, KemenPAN-RB, Kementerian
1. tindak lanjut telah sesuai dengan
Keuangan, Kementerian Hukum dan Hak
rekomendasi;
Asasi Manusia, Sekretariat Negara,
2. tindak lanjut belum sesuai dengan
Sekretariat Kabinet, Badan Perencanaan
rekomendasi;
Pembangunan Nasional, Badan Pengawasan
3. rekomendasi belum ditindaklanjuti; dan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan
4. rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti.
Kepegawaian Negara, Badan Pusat Statistik
Suatu rekomendasi dinyatakan telah dan Lembaga Administrasi Negara. Tim
ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi nasional dibantu tim daerah yang terdiri dari

31
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

unsur pemda provinsi, BPKP perwakilan dan instansi. Penyusunan LAKIP berdasarkan
kantor wilayah BPS. siklus anggaran yang berjalan yaitu satu
tahun. Setelah LAKIP disusun, instansi
Metodologi EKPPD menggunakan Sistem tersebut wajb mengirimkan laporan tersebut
Pengukuran Kinerja Daerah, dengan kepada KemenPAN-RB. Selanjutnya
Indikator Kinerja Kunci (IKK), teknik KemenPAN-RB melakukan analisis seluruh
pengukuran data, analisis pembobotan dan LAKIP dan mengevaluasi laporan tersebut.
interpretasi kinerja pemda pada masing- Evaluasi ini menghasilkan nilai dengan
masing indikator dan membandingkan indeks mulai dari A,B, CC, C hingga D.
antara satu daerah dengan daerah lainnya.
IKK terdiri dari 22 variabel pada tataran b. Penilaian Mandiri Pelaksanaan
pengambil kebijakan dan pelaksana Reformasi Birokrasi (PMPRB)
kebijakan dengan menghasilkan total indeks
kinerja pemda dan dengan status prestasi Selain penilaian atas LAKIP, KemenPAN-RB
kinerja sangat tinggi, tinggi, sedang, dan juga melakukan penilaian atas pelaksanaan
rendah. reformasi birokrasi yang disebut dengan
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
EKPPD dilakukan dengan mekanisme Birokrasi. Pedoman Penilaian Mandiri
sebagai berikut: Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PNPRB)
diatur dalam PermenPAN-RB Nomor 1
1. Tim Daerah melaksanakan penilaian
Tahun 2012. PMPRB dilakukan secara
terhadap LPPD kabupaten/kota di
mandiri baik oleh kementerian/lembaga
wilayah provinsi.
maupun pemerintah daerah. Penilaian
2. Tim nasional melaksanakan penilaian
pelaksanaan Model PMPRB memfokuskan
terhadap LPPD provinsi. Tim Nasional
penilaian terhadap langkah -langkah
melakukan pemeringkatan capaian
reformasi birokrasi yang dilakukan oleh
kinerja secara nasional.
setiap instansi pemerintah dikaitkan dengan
Hasil Yang Diharapkan sebagaimana
tercantum di dalam Road Map Reformasi
Kementerian Pendayagunaan Birokrasi 20102014 (PerMenPAN-RB
Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 20 Tahun 2010). Selain itu penilaian
Birokrasi juga dikaitkan dengan Indikator Kinerja
Utama instansi pemerintah dalam rangka
a. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pencapaian sasaran dan indikator
Pemerintah (LAKIP) keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi
secara nasional sebagaimana tertuang dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-
Pemerintah (LAKIP) adalah laporan yang 2025 (Perpres Nomor 81 Tahun 2010).
berisikan akuntabilitas dan kinerja dari suatu
instansi pemerintah. Instansi pemerintah Model PMPRB memiliki dua komponen:
mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi pengungkit (Enablers) dan hasil (Results).
maupun kementerian dan lembaga wajib Hubungan sebab akibat antara komponen
menyusun LAKIP sebagai bentuk pengungkit dan komponen hasil dapat
pertanggungjawaban kinerja masing-masing mewujudkan proses perbaikan bagi instansi

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 32


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

melalui inovasi dan pembelajaran, dimana optimalisasi anggaran belanja pada tahun
proses perbaikan ini akan meningkatkan anggaran sebelumnya berhak memperoleh
kinerja instansi pemerintah secara penghargaan (reward). Optimalisasi sendiri
berkelanjutan. Komponen pengungkit sangat merupakan hasil lebih atau sisa dana yang
menentukan keberhasilan tugas instansi diperoleh setelah pelaksanaan dan/atau
sedangkan komponen hasil berhubungan penandatanganan kontrak dari suatu
dengan kepuasan para pemangku kegiatan yang target sasarannya telah
kepentingan. Untuk komponen pengungkit dicapai.
terdapat lima kriteria yang menjadi kunci
keberhasilan yaitu: kepemimpinan, Reward yang diberikan kepada kementerian/
perencanaan strategis (Renstra), sumber lembaga ini dapat berupa tambahan alokasi
daya manusia aparatur dengan empat anggaran kementerian/lembaga pada tahun
kriteria kunci keberhasilan, yaitu: hasil pada anggaran berikutnya; prioritas dalam
masyarakat/pengguna layanan, Hasil pada mendapatkan dana atas inisiatif baru yang
komunitas lokal, nasional dan internasional, diajukan; atau prioritas dalam mendapatkan
hasil pada sumber daya manusia aparatur, anggaran belanja tambahan apabila kondisi
dan hasil kinerja utama. Pengukuran keuangan negara memungkinkan.Untuk
dilakukan terhadap indikator kinerja internal dap at mendap atk a n r ew ard ini,
dan eksternal yang menunjukkan seberapa kementerian/lembaga harus memenuhi
baik suatu instansi mencapai target yang beberapa kriteria, seperti mempunyai hasil
telah ditetapkan. optimalisasi atas pelaksanaan anggaran
belanja tahun anggaran sebelumnya yang
target sasarannya telah dicapai dan belum
digunakan pada tahun anggaran sebelumnya.
Kementerian Keuangan
b. Penghargaan atas Pengelolaan Barang
a. Reward dan punishment pelaksanaan Milik Negara
anggaran dan belanja negara
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
Dalam rangka optimalisasi penyerapan (DJKN) Kementerian Keuangan memberikan
anggaran dan belanja, Kementerian penghargaan/apresiasi kepada Kementerian/
Keuangan menerapkan reward dan Lembaga (K/L) atas peningkatan kinerja
punishment pelaksanaan anggaran dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN).
belanja negara. Tata cara reward dan Penghargaan ini diberikan untuk mendorong
punishment tersebut dituangkan dalam K/L terus meningkatkan kinerja pengelolaan
peraturan kementerian keuangan. Untuk BMN yang semakin tertib, baik tertib
tahun 2014, tata cara reward dan administrasi, tertib fisik, maupun tertib
punishment tersebut diatur dalam Peraturan hukum.
Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.02/2014
tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan
dan Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan
Anggaran Belanja Kementerian Negara/ Komisi Pemberantasan Korupsi
Lembaga. Sesuai peraturan ini, kementerian/ (KPK)
lembaga yang berhasil melakukan

33
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Pelaporan kekayaan merupakan kewajiban


penyelenggara negara dalam jabatan tertentu
sebagaimana tertuang dalam Undang- Lembaga Kebijakan Pengadaan
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, Kolusi dan Nepotisme. National Procurement Award merupakan
Kepatuhan setiap penyelenggara negara yang penghargaan yang diberikan oleh LKPP
memiliki kewajiban melaporkan kepada pimpinan Kementerian/Lembaga,
kekayaannya merupakan hal yang mutlak. Pemerintah Daerah dan Instansi, Layanan
Dalam rangka monitoring kepatuhan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) terbaik
penyelenggara negara dalam melaporkan dan Unit Layanan Pengadaan (ULP) terbaik.
kekayaannya, Instruksi Presiden Nomor 5 Penghargaan ini diberikan dalam bentuk
Tahun 2004 t entang Per cep atan beberapa kategori. Tahun 2014 kategori
Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran penghargaan yang diberikan adalah sebagai
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara berikut.
menegaskan agar masing-masing instansi
membantu KPK dalam rangka a. Untuk pimpinan Kementerian/Lembaga,
penyelenggaraan pelaporan, pendaftaran, Pemerintah Daerah dan Instansi terdiri
pengumuman, dan pemeriksaan Laporan dari:
Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara 1. Kategori Komitmen Pencapaian Inpres
(LHKPN) di lingkungannya. KPK juga Nomor 2 Tahun 2014 pada Aksi
melakukan beberapa upaya untuk Pelaksanaan Transparansi dan
meningkatkan kepatuhan penyelenggara Akuntabilitas dalam Mekanisme
negara untuk melaporkan kekayaannya. Pengadaan Barang/Jasa
D i a n t ar a n y a d e n ga n m e n g u nd a n g 2. Kategori Kepemimpinan dalam
penyelenggara negara yang belum Transformasi Pengadaan Secara
melaporkan kekayaan untuk mengisi Elektronik
LHKPN, kunjungan ke instansi tertentu 3. Kategori Akselerasi Penerapan e-
dalam rangka pengisian LHKPN, bimbingan Procurement
teknis pengisian LHKPN setiap bulan, b. Untuk LPSE terbaik diberikan untuk
menginformasikan prosedur pengisian kategori:
LHKPN dan formulirnya secara online. 1. Kategori Pemenuhan terhadap Standar
LPSE : 2014
2. Kategori Inovasi LPSE
Selain itu, untuk memberikan apresiasi
3. Kategori Peran LPSE Provinsi
kepada instansi atas upayanya dalam
c. Untuk ULP terbaik diberikan untuk
meningkatkan kepatuhan dalam pelaporan
kategori:
kekayaan penyelenggara negara. Secara rutin
1. Kategori Pioneer Kelembagaan dan
KPK memberikan LHKPN Award kepada
SDM ULP yang Permanen
instansi-instansi pemerintahan yang sesuai
2. Kategori Jangkauan Pemberian
dengan kategori yang telah ditetapkan.
Layanan di Luar Instansi
Pemberian award ini biasanya dilakukan
pada acara Pekan Anti Korupsi bersamaan
dengan hari Anti Korupsi Sedunia tanggal 9
Desember.

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 34


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

Tabel 2. Pengelompokkan Akuntabilitas Hasil Penilaian

No. Parameter Klasifikasi Akuntabilitas


1. Opini LK Akuntabilitas finansial
2. Tindak Lanjut Rekomendasi BPK Akuntabilitas administratif
3. Kerugian Negara/Daerah Akuntabilitas finansial
4. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) Akuntabilitas administratif
5. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Akuntabilitas administratif
6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Akuntabilitas administratif
7. Hasil penilaian reward and Punishment Pelaksanaan Anggaran Akuntabilitas finansial
Belanja Negara
8. Penghargaan Pengelolaan Barang Milik Negara Akuntabilitas finansial
9. LHKPN award Akuntabilitas administratif
10. National Procurement Award Akuntabilitas administratif

Tabel 3. Konversi Nilai Opini Pemeriksaan LK

Opini Pemeriksaan LK Nilai


WTP 3
WDP 2
TW 1
TMP 0

Usulan Metode Penilaian Indeks beberapa institusi pemerintah, diusulkan


Akuntabilitas penilaian indeks akuntabilitas dengan
menggunakan sepuluh parameter
Penilaian indeks akuntabilitas terhadap penilaian. Parameter ini dapat
instansi pemerintah akan memberikan diklasifikasikan berdasarkan dimensi
kesempatan bagi entitas yang diperiksa akuntabilitas menurut Cheema (2005)
untuk saling bersaing dalam meningkatkan dalam Prasojo (2009). Pengelompokan
akuntabilitasnya. Usulan metode penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
indeks akuntabilitas ini dibuat dengan
menggabungkan beberapa penilaian terkait Penilaian akuntabilitas dibedakan
akuntabilitas yang telah dilakukan beberapa menjadi dua bagian yaitu penilaian
institusi di Indonesia. akuntabilitas bagi kementerian dan
lembaga di pusat; dan penilaian
a. Klasifikasi: akuntabilitas untuk pemerintah daerah.

Berdasarkan hasil telaah terhadap


penilaian akuntabilitas yang dibuat

35
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

b. Konversi Nilai 4. Evaluasi kinerja penyelenggaraan


pemerintah daerah (EKPPD)
Untuk melakukan penilaian Konversi nilai evaluasi kinerja
akuntabilitas, setiap parameter di atas penyelenggaraan pemerintah daerah
akan diberikan nilai. Berikut ini adalah dapat dilihat pada tabel 6.
konversi nilai untuk sepuluh parameter 5. Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan
di atas Reformasi Birokrasi (PMPRB);
Konversi nilai PMPRB dapat dilihat
1. Opini laporan keuangan
pada tabel 7.
Konversi nilai opini pemeriksaan LK
6. LAKIP
dapat dilihat pada tabel 3.
Konversi nilai untuk LAKIP dapat
2. Tindak Lanjut Rekomendasi BPK
dilihat pada tabel 8.
Konversi nilai tindak lanjut
7. Hasil penilaian reward dan
rekomendasi BPK dapat dilihat pada
punishment pelaksanaan anggaran
tabel 4.
belanja negara
3. Kerugian negara/daerah
Konversi nilai hasil penilaian reward
Konversi nilai kerugian negara/
dan punishment pelaksanaan
daerah dapat dilihat pada tabel 5.
anggaran belanja negara dapat
dilihat pada tabel 9.

Tabel 4. Tabel Konversi nilai tindak lanjut rekomendasi BPK

Hasil EKPPD Nilai


Sangat Tinggi 4
Tinggi 3
Sedang 2
Rendah 1

Tabel 5. Tabel Konversi nilai kerugian negara/daerah

Kerugian Negara/Daerah Nilai


Melakukan tindak lanjut perhitungan kerugian negara 1
Tidak melakukan tindak lanjut perhitungan kerugian negara 0

Tabel 6. Tabel Konversi nilai evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah

Hasil Tindak Lanjut Rekomendasi Nilai


Tindak lanjut telah sesuai dengan rekomendasi 2
Tindak lanjut belum sesuai dengan rekomendasi 1
Rekomendasi belum ditindaklanjuti 0

Catatan: EKPPD hanya dilakukan pada Pemerintah Daerah, sehingga tidak dimasukkan dalam komponen penilaian
Kementerian/Lembaga

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 36


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

Tabel 7. Tabel Konversi nilai PMPRB

Hasil PMPRB Nilai


0 10 0
11 30 1
31 50 2
51 70 3
71 90 4
91 100 5

Tabel 8. Tabel Konversi nilai untuk LAKIP


Hasil Penilaian LAKIP Nilai
A 5
B 4
CC 3
C 2
D 1

Tabel 9. Tabel konversi nilai hasil penilaian reward dan punishment pelaksanaan anggaran belanja

Hasil Penilaian Reward and Punishment Nilai


Memperoleh Reward 1
Memperoleh Punishment 0

Tabel 10. Tabel konversi nilai atas penghargaan pengelolaan barang milik negara

Hasil penghargaan pengelolaan barang milik negara Nilai


Memperoleh penghargaan pengelolaan barang milik negara 1
Tidak memperoleh penghargaan pengelolaan barang milik negara 0

Tabel 11. Tabel konversi nilai atas LHPKN Award

Hasil LHKPN Award Nilai


Memperoleh LHKPN Award 1
Tidak memperoleh LHKPN Award 0

Tabel 12. Tabel konversi nilai atas national procurement award


Hasil National Procurement Award Nilai
Memperoleh National Procurement Award 1
Tidak memperoleh National Procurement Award 0

37
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Tabel 13. Tabel presentase pembobotan untuk pemerintah pusat (kementerian/lembaga)

Rata-rata (%) Usulan Bobot


No Elemen
Berdasarkan Survei (%)
1 Opini LK 19,81 20
2 Tindak Lanjut Rekomendasi BPK 18,16 20
3 Reward & Punishment Anggaran 10,71 10
4 PMPRB 11,53 10
5 LAKIP 10,84 10
6 Penghargaan Pengelolaan Barang Milik Negara 9,95 10
7 LHKPN Award 9,78 10
8 National Procurement Award 9,22 10
TOTAL 100

Tabel 14. Tabel presentase pembobotan untuk pemerintah daerah

Rata-rata (%)
No Elemen Usulan Bobot (%)
Berdasarkan Survei
1 Opini LK 19,73 20
2 Tindak Lanjut Rekomendasi BPK 18,26 20
3 EKPPD 11,33 10
4 PMPRB 10,52 10
5 LAKIP 10,20 10
6 Penghargaan Pengelolaan Barang Milik Negara 10,48 10
7 LHKPN Award 9,91 10
8 National Procurement Award 9,55 10
TOTAL 100

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 38


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

Tabel 15. Matrik penilaian untuk pemerintah pusat (kementerian/lembaga)

Maksimum Hasil Akhir {(Skor/


No. Elemen Bobot (%) Skor
Skor Max Skor)* Bobot)}%
1 Opini LK 20 3

2 Tindak Lanjut Rekomendasi BPK 20 2

3 EKPPD 10 1

4 PMPRB 10 5

5 LAKIP 10 5
Penghargaan Pengelolaan Barang 1
6 10
Milik Negara
7 LHKPN Award 10 1

8 National Procurement Award 10 1


a
TOTAL 100

Tabel 16. Matrik penilaian untuk pemerintah daerah


Hasil Akhir
Maksi-
Bobot {(Skor/Max
No. Elemen mum Skor
(%) Skor)* Bo-
Skor
bot)}%
1 Opini LK 20 3

2 Tindak Lanjut Rekomendasi BPK 20 2

3 PMPRB 10 4

4 LAKIP 10 5

5 Hasil Reward dan Punishment Pelaksanaan Anggaran 10 5

6 Penghargaan Pengelolaan Barang Milik Negara 10 1

7 LHKPN Award 10 1

8 National Procurement Award 10 1


TOTAL 100 a

Keterangan:
a
: Total bobot merupakan penjumlahan seluruh bobot elemen yang dijadikan bahan penilaian.

Tabel 17. Rating

Hasil Akhir Tingkat Akuntabilitas


90%-100% Sangat Baik
70%-89% Baik
50%-60% Cukup
49% ke bawah Kurang

39
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

Tabel 18. Contoh pengisian matriks untuk penilaian akuntabilitas pada pemerintah daerah

Hasil Akhir
Bobot Maksimum
No. Elemen Skor {(Skor/Max Skor)
(%) Skor
* Bobot)}%
1 Opini LK 20 3 2 13,33
2 Tindak Lanjut Rekomendasi BPK 20 2 2 20
3 EKPPD 10 4 3 7,5
4 PMPRB 10 5 3 6
5 LAKIP 10 5 3 6
6 Penghargaan Pengelolaan Barang Milik Negara 10 1 0 0
7 LHKPN Award 10 1 1 10
8 National Procurement Award 10 1 1 10
TOTAL 100 72,83

Karena nilai total hasil akhir penilaian akuntabilitas adalah 72,83, maka penilaian akuntabilitas Kabupaten A
adalah Baik.

8. Penghargaan pengelolaan barang dilakukan dengan memb erikan


milik negara persentase pada setiap parameter.
Konversi nilai atas penghargaan Pemberian persentase ini didasarkan
pengelolaan barang milik negara pada hasil survei terbatas terhadap 29
dapat dilihat pada tabel 10. responden yang merupakan personil
9. L a p o r a n Hasil Kekayaan Direktorat Litbang. Setiap responden
Penyelenggara Negara (LHKPN) diminta untuk memberikan persentase
Award pada parameter penilaian akuntabilitas
Konversi nilai atas LHPKN Award baik untuk pemerintah pusat maupun
dapat dilihat pada tabel 11. pemerintah daerah. Seluruh persentase
10. National Procurement Award setiap parameter akan di rata-rata,
Konversi nilai atas national sehingga diperoleh rata-rata bobot untuk
procurement award dapat dilihat masing-masing parameter. Nilai rata-rata
pada tabel 12. tersebut akan dibulatkan menjadi usulan
bobot dalam bentuk persentase. Tabel
berikut menunjukkan jumlah rata-rata
persentase dan usulan bobot untuk
masing-masing parameter penilaian
akuntabilitas untuk pemerintah pusat
c. Pembobotan dan pemerintah daerah. Presentase
pembobotan untuk pemerintah pusat
Setelah dilakukan penilaian untuk (kementerian/lembaga) dapat dilihat
masing-masing parameter, akan pada tabel 13 sedangkan presentase
dilakukan pembobotan untuk bagi setiap pembobotan untuk pemerintah daerah
parameter. Pemberian bobot ini dapat dilihat pada tabel 14.

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 40


PENILAIAN INDEKS AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAH
Dwi Afriyanti, Harpanto Guno Sabanu, dan Fahrizal Noor

d. Penilaian Berkenaan dengan kondisi tersebut,


Direktorat Litbang telah mengidentifikasi
Setelah mengetahui usulan bobot untuk dan menyusun suatu metodologi pengukuran
setiap parameter, selanjutnya akan indeks akuntabilitas lembaga pemerintah.
dilakukan penilaian hasil akhir Metodologi tersebut merupakan suatu
akuntabilitas. Nilai ini didasarkan pada rangkuman dari program-program yang
perbandingan skor dengan maksimal skor sudah dilaksanakan oleh pemerintah melalui
dikalikan dengan jumlah bobot untuk instansi-instansi yang diberi wewenang
setiap parameter. Penilaian tersebut untuk melaksanakan penilaian seperti BPK
dapat dilakukan dengan menyusun RI, Kemendagri, KemenPAN-RB, Kemenkeu,
matriks penilaian. Matrik penilaian un- KPK dan LKPP.
tuk pemerintah pusat (kementerian/
lembaga) dapat dilihat pada tabel 15 se- Metodologi ini mencoba menggabungkan
dangkan matrik penilaian untuk metodologi penilaian dari beberapa instansi
pemerintah daerah dapat dilihat pada pemerintah melalui pendekatan kuantitatif.
tabel 16. Penilaian atas tingkat akuntabilitas
pemerintah dapat lebih komprehensif, bila
e. Rating indeks-indeks penilaian yang sudah
dilakukan instansi-instansi tersebut dikelola
Rating dapat dilihat pada tabel 17. secara terintegrasi, sehingga memperoleh
hasil akhir atau simpulan kuantitatif atas
f. Contoh Pengisian: penilaian-penilaian tersebut. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan diskusi
Contoh pengisian dapat dilihat pada tabel lebih lanjut mengenai peran dan posisi BPK
18. dalam merumuskan suatu indeks penilaian
akuntabilitas pemerintah yang terstruktur
dengan baik, komprehensif, objektif dan
dapat diterapkan secara optimal
KESIMPULAN

P erhatian para pemangku kepentingan


terhadap kinerja pemerintah semakin
meningkat, terutama dalam menjalankan
UCAPAN TERIMA KASIH
akuntabilitas pelaksanaan dan pertanggung-
jawaban keuangan negara. Oleh karena itu, P enulis ingin menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada Tim Litbang Kinerja atas kerja sama,
keberadaan suatu sistem yang dapat menilai
tingkat akuntabilitas suatu pemerintah san- kesempatan berdiskusi dan berbagi
gat diperlukan. Sistem tersebut berupa in- pengetahuan tentang indeks akuntabilitas
deks-indeks yang dapat dipergunakan untuk yang menjadi objek kajian ini. Taklupa
mengukur tingkat kemampuan pemerintah penulis juga menyampaikan terima kasih
dalam mencapai kinerjanya bagi kesejahter- kepada B. Dwita Pradhana, Ikhtaria Syaziah,
aan masyarakat. Denny Wahyu Sendjaja dan Dwi Sabardiana
atas bimbingan yang diberikan dalam proses
pembuatan kajian ini.

41
JURNAL TATA KELOLA & AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

2010 tentang Pemantauan Tindak


Lanjut Hasil Pemeriksaan.
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/
PMK.02/2014 tentang tentang Tata
Cara Pemberian Penghargaan dan
ASOSAI. (1985). The Statement of Guidelines
Pengenaan Sanksi Atas Pelaksanaan
on the Role of Supreme Audit
Anggaran Belanja Kementerian
Institutions in
Negara/Lembaga.
Promoting Public Accountability.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Pedoman dipresentasikan pada The
Negara dan Reformasi Birokrasi
Third ASOSAI Assembly Meeting, 15-
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
21 May 1985, Tokyo-Jepang.
Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
tentang Percepatan Pemberantasan
Negara dan Reformasi Birokrasi
Korupsi.
Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 ten-
Pedo man Penilaian Mandir i
tang Aksi Pencegahan dan Pember-
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
antasan Korupsi Tahun 2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
tentang Pedoman Evaluasi
Republik Indonesia Nomor 4/K/I-
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
XIII.2/9/2012 tentang Buletin Teknis
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
01 tentang Pelaporan Hasil
tentang Grand Design Reformasi
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Birokrasi 2010-2025.
Pemerintah.
Prasojo, E. (2009). Buku panduan tentang
Komite Nasional Kebijakan Governance.
transparansi dan akuntabilitas
(2014). Sepuluh prinsip Good
parlemen, Jakarta: DPR RI UNDP.
Governance. Diakses dari http://knkg
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
-indonesia.com/home/news/93-10-
tentang Penyelenggaraan Negara yang
prinsip-good-governance.html.
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
dan Nepotisme.
(2005). Buletin Teknis 01 Pelaporan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Hasil Pemeriksaan Atas Laporan
tentang Keuangan Negara.
Keuangan Pemerintah. Jakarta:
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003
Komite Standar Akuntansi
tentang BUMN.
Pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004
National Audit Departement of Malaysia.
tentang Pemeriksaan dan Tanggung
(2008). Accountability Index
Jawab Pengelolaan Keuangan Negara.
Financial Management.
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2006
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
UNESCAP. (2014, Desember). What is Good
2007 tentang Tata Cara Penyelesaian
Governance?. Diakses dari
Ganti Kerugian Negara terhadap
www.unescap.org/resources/what-
Bendahara.
good-governance.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

Volume 1, Nomor 1, Juli 2015: 21-42 42

Anda mungkin juga menyukai