Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PELAKSANAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2022


Disusun oleh : Zumrotul Nur Azizah
Perencana Ahli Pertama - Bidang PPMP Bappelitbangda Kabupaten Bandung
(Total AK : 5,17)

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
(Mengidentifikasi Permasalahan : I.A.1 = 0,1)
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari agenda
pembangunan global sebelumnya yaitu Millennium Development Goals (MDGs). Program
SDGs mulai aktif dari tahun 2016 hingga tahun 2030. Perbedaan mendasar antara SDGs
dengan MDGs terdapat pada substansi hingga proses penyusunannya. Berbeda dengan
MDGs yang bertujuan mengurangi hanya separuh dari tiap-tiap masalah pembangunan,
SDGs mengakomodasi masalah-masalah pembangunan yang lebih komprehensif dengan
menargetkan penyelesaian tuntas untuk setiap tujuan dan sasarannya. SDGs berisi 17 tujuan
dan 169 sasaran yang diharapkan dapat menanggulangi berbagai masalah di dunia. 
Pencapaian target SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) sebagaimana
dimuat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya terkait dengan isu-
isu nasional seperti penurunan stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak mengalami kondisi gagal tumbuh. Kondisi
gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi menyebabkan anak memiliki tinggi dibawah
anak seusianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar
baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. 
Prevalensi stunting di Indonesia selama 7 (tujuh) tahun terakhir menunjukkan grafik
yang fluktuatif artinya masih belum stabil penurunannya sehingga masalah stunting perlu
ditangani segera. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 atau
sekitar 7 juta balita menderita stunting. Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9), Berat Bayi
Lahir Rendah atau BBLR (6,2), balita kurus atau wasting (10,2) dan anemia pada balita.
Penurunan stunting memerlukan intervensi yang terpadu mencakup intervensi gizi spesifik
dan gizi sensitif. Sejalan dengan inisiatif Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah
meluncurkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan
melalui Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka
1.000 HPK.

GAMBAR 1.
PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA TAHUN 2013-2021
Sehubungan dengan percepatan pencegahan dan penurunan stunting di Indonesia,
telah ditetapkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting yang memuat strategi nasional (stranas) percepatan penurunan stunting.
Berdasarkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021, percepatan penurunan stunting dilaksanakan
secara holistik, integratif dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi dan sinkronisasi
diantara Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
Pemerintah Desa dan pemangku kepentingan. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
juga mengatur terkait rencana kegiatan dan indikator-indikator yang harus dipenuhi baik
pada level Kabupaten/Kota, Kecamatan hingga pada level Desa.
Kabupaten Bandung menjadi salah satu kabupaten/kota lokasi prioritas percepatan
penurunan stunting sejak tahun 2018. Sehubungan dengan hal tersebut, telah ditetapkan 65
desa lokus prioritas penurunan stunting di Kabupaten Bandung melalui Keputusan Bupati
Bandung Nomor : 463/Kep.189-DP2KBP3A/2022 tanggal 21 Maret 2022. Percepatan
penurunan stunting di Kabupaten Bandung dilaksanakan secara konvergen melalui 8
(Delapan) Aksi Konvergensi Penurunan Stunting beserta inovasinya dengan berpedoman
pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021. Ditetapkan pula tim percepatan penurunan
stunting (TPPS) pada level Kabupaten, Kecamatan dan Desa sebagai upaya pelaksanaan
kegiatan penurunan stunting yang terintegrasi multilevel. Upaya-upaya tersebut dilakukan
untuk menuju Kabupaten Bandung zero new stunting.  

2. Rumusan Permasalahan
(Merumuskan Permasalahan : I.A.2 = 0,1)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebegai berikut :
1. Bagaimana hasil pelaksanaan konvergensi percepatan penurunan stunting di Kabupaten
Bandung pada Tahun 2022;
2. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan konvergensi penurunan stunting
di Kabupaten Bandung?
3. Bagaimana tindak lanjut terhadap kendala dan permasalahan tersebut?

3. Tujuan Penyusunan Laporan


Tujuan dari disusunnya laporan pendampingan terpadu percepatan penurunan stunting yaitu:
1. Menjelaskan hasil pelaksanaan konvergensi percepatan penurunan stunting di Kabupaten
Bandung pada Tahun 2022;
2. Mengidentifikasi kendala dalam pelaksanaan konvergensi penurunan stunting di
Kabupaten Bandung;
3. Merumuskan tindak lanjut atas kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan
konvergensi penurunan stunting di Kabupaten Bandung.

KERANGKA PEMIKIRAN
Upaya Percepatan Penurunan Stunting
Kabupaten Bandung

SDM dan Intervensi Spesifik Audit Kasus


Regulasi Lokus Ketersediaan Data Stunting
Kelembagaan dan Sensitif

Kendala dan Permasalahan

Tindak Lanjut

GAMBAR 2
KERANGKA PEMIKIRAN PELAKSANAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING KABUPATEN BANDUNG
METODOLOGI
Analisis pada laporan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dimana data
yang digunakan pada laporan ini menggunakan data sekunder serta data primer dari FGD
maupun diskusi yang dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bandung.
Adapun data kuantitatif yang digunakan, meliputi :
(Inventarisasi dan Identifikasi Data Sekunder : I.A.3 = 0,12)
TABEL 1
JENIS DAN SUMBER DATA

NO JENIS DATA SUMBER DATA


1. Regulasi Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten JDIH Kabupaten Bandung
Bandung
2. Jumlah Tim Pendamping Keluarga Kabupaten DP2KBP3A
Bandung
3. Kader Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung DPMD
4. Desa Lokus Stunting Kabupaten Bandung Tahun 2022 Bappelitbangda
5. Desa Lokus Stunting Kabupaten Bandung Tahun 2023 Bappelitbangda
6. Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif Web Aksi Bangda Kemendagri dan Hasil Desk
dengan Perangkat Daerah
7. Pemetaan Sistem Data Stunting Kabupaten Bandung Web Aksi Bangda Kemendagri dan Hasil Desk
dengan Perangkat Daerah
8. Hasil Audit Kasus Stunting DP2KBP3A
9. Prevalensi Stunting pada Masing-Masing Kecamatan BPB Bulan Agustus Tahun 2022
di Kabupaten Bandung
10. Prevalensi Stunting pada Masing-Masing Desa di BPB Bulan Agustus Tahun 2022
Kabupaten Bandung
PEMBAHASAN HASIL ANALISIS
1. Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bandung Tahun 2022
A. Regulasi
(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)

Kabupaten Bandung dalam rangka percepatan penurunan stunting menunjukkan


komitmennya dengan menerbitkan Peraturan Bupati Bandung Nomor 74 Tahun 2019
tentang Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting. Regulasi tersebut
mengatur sasaran dan kegiatan penurunan stunting, pendekatan yang dilakukan, tata
laksana edukasi, pelatihan dan penyuluhan gizi, peran serta stakeholder serta mekanisme
monitoring, evaluasi dan pelaporan atas upaya pencegahan dan penurunan stunting yang
telah dilaksanakan di Kabupaten Bandung.

GAMBAR 3
PERATURAN/KEPUTUSAN BUPATI BANDUNG TERKAIT PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING DI KABUPATEN BANDUNG

Adanya regulasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi stakeholder untuk
berperan aktif mengurangi jumlah balita stunting yang ada di Kabupaten Bandung.
Pemerintah Daerah sendiri, memiliki peran yang sangat strategis dalam percepatan
penurunan Kabupaten Bandung, antara lain :
a) merumuskan kebijakan daerah yang mendukung upaya pencegahan dan
penanggulangan Stunting, termasuk peningkatan peran Kecamatan dalam
mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pencegahan dan
penanggulangan Stunting di wilayahnya;
b) mensosialisasikan kebijakan terkait upaya pencegahan dan penanggulangan
Stunting sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional, khususnya kepada
Kecamatan dan Desa dan/atau kelurahan;
c) mencanangkan komitmen bersama antara pemerintahan daerah dengan unsur
masyarakat untuk mendukung penuh upaya pencegahan dan penanggulagan
Stunting secara konsisten dan berkelanjutan;
d) menyelenggarakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas Perangkat Daerah dan
aparat Desa dan/atau kelurahan dalam melaksanakan aksi konvergensi atau aksi
integrasi pencegahan dan penanggulangan Stunting;
e) meningkatkan dan membangun sistem manajemen data yang terkait dengan
pencegahan dan penanggulangan Stunting;
f) meningkatkan koordinasi dengan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan aksi
konvergensi atau aksi integrasi pencegahan dan penanggulangan Stunting;
g) menyelenggarakan rembuk Stunting tahunan dengan melibatkan unsur Perangkat
Daerah, Desa, masyarakat, dan pihak lain yang terkait dengan upaya pencegahan
dan penanggulangan Stunting;
h) memastikan rencana program kegiatan untuk Intervensi Gizi Spesifik dan
Intervensi Gizi Sensitif hasil rembuk Stunting yang telah disepakati dimuat dalam
rencana kerja Pemerintah Daerah dan rencana kerja Perangkat Daerah;
i) mengalokasikan dana bantuan khusus bagi Desa yang kurang mampu pendanaan
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Stunting;
j) memaksimalkan pemanfaatan anggaran pendapatan dan belanja daerah dan dana
alokasi khusus untuk program layanan Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi
Sensitif melalui proses penetapan dokumen pelaksanaan anggaran Perangkat
Daerah;
k) memastikan bahwa APB-Desa anggaran pendapatan, dan belanja Desa telah
sesuai dengan kebijakan pencegahan dan penanggulangan Stunting dan program
kegiatan dalam rencana kerja Pemerintah Daerah
l) melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan Stunting yang dilakukan oleh Desa;
m) melakukan penilaian kinerja Desa dalam pencegahan dan penanggulangan
Stunting sebagai tugas pembinaan dan pengawasan;
n) mempublikasikan hasil capaian kinerja pencegahan dan penanggulangan Stunting
di Daerah;
o) mengoordinasikan bantuan dari masyarakat atau pihak lain yang terkait dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan Stunting ke kelompok sasaran dan lokasi
Desa; dan
p) bertanggung jawab untuk meningkatkan pelayanan Intervensi Gizi Spesifik dan
Intervensi Gizi Sensitif kepada kelompok sasaran.
Selain regulasi tersebut, ada pula beberapa regulasi yang mendukung pelaksanaan
percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung tahun 2022, meliputi :
(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

TABEL 2
REGULASI PENDUKUNG PERCEPATAN PENURUNAN STUNITNG KABUPATEN BANDUNG

Regulasi Perihal Tanggal Terbit


Keputusan Bupati Bandung Tim Percepatan Penurunan Stunting
Nomor 463/Kep.139- Kabupaten Bandung
DP2KBP3A/2022
Kabupaten Bandung Nomor Tim Percepatan Penurunan Stunting 14 Maret 2022
: 001/SEK-TPPS/III/2022 Tingkat Kecamatan Se-Kabupaten
Bandung Tahun 2022
Keputusan Bupati Bandung Penetapan Desa Lokus Stunting 21 Maret 2022
Nomor : 463/Kep.189- Kabupaten Bandung Tahun 2022
DP2KBP3A/2022
Keputusan Bupati Bandung Penetapan Desa Lokus Prioritas 19 April 2022
Nomor : 463/Kep.301- Penurunan dan Pencegahan
DP2KBP3A/2022 Stunting di Kabupaten Bandung
Tahun 2023
Peraturan Bupati Bandung Pedoman Pengelolaan Dana Desa
Nomor 166 Tahun 2022 Kabupaten Bandung Tahun 2022

B. Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan


(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
Pelaksanaan upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung tidak
terlepas dari pentingnya peran kelembagaan dan sumber daya manusia yang terkait.
Beberapa kelembagaan yang berperan dalam percepatan penurunan stunting di
Kabupaten Bandung, antara lain :
1) TPPS Kabupaten Bandung
2) TPPS Kecamatan se-Kabupaten Bandung
3) TPPS Desa/Kelurahan se-Kabupaten Bandung
4) Tim Pendamping Keluarga
5) Kader Pembangunan Manusia
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting, upaya percepatan penurunan stunting di tingkat
Kabupaten/Kota hingga tingkat Desa dilakukan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting
(TPPS). Tim tersebut tidak hanya terdiri atas perangkat daerah dan pemangku
kepentingan, termasuk Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-
PKK). TPPS Kabupaten Bandung sebagaimana Keputusan Bupati Bandung Nomor
463/Kep.139-DP2KBP3A/2022 tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten
Bandung bertugas mengkoordinasikan, mensinergikan, dan mengevaluasi
penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting di tingkat kabupaten/ kota dan
kecamatan. Berikut susunan keanggotaan TPPS Kabupaten Bandung.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 4
SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
KABUPATEN BANDUNG

Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kecamatan dibentuk oleh Tim


Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten/Kota untuk membantu koordinasi dan
operasionalisasi penyelenggaraan percepatan penurunan Stunting dalam rangka
mendekatkan pelayanan koordinasi dan konvergensi percepatan penurunan Stunting
kabupaten/kota kepada desa/kelurahan. Tim Percepatan Penurunan Stunting Kecamatan
bertugas memberikan pendampingan dan pengawasan perencanaan dan pemanfaatan
dana desa dan alokasi dana desa untuk percepatan penurunan Stunting. Kabupaten
Bandung telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kecamatan
pada semua kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung yaitu 31
Kecamatan. Tim Percepatan Penurunan Stunting Kecamatan mempunyai tugas
menyediakan data, pendampingan lapangan, pengawasan perencanaan dan pemanfaatan
Dana Desa dan Alokasi Dana Desa untuk percepatan penurunan stunting serta
mengkoordinasikan peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan di Tingkat Kecamatan. TPPS Tingkat Kecamatan di Kabupaten Bandung
ditetapkan melalui Keputusan Ketua Pelaksana TPPS Kabupaten Bandung Nomor :
001/SEK-TPPS/III/2022 tanggal 14 Maret 2022 tentang Tim Percepatan Penurunan
Stunting Tingkat Kecamatan Se-Kabupaten Bandung Tahun 2022.
(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 5
SUSUNAN KEANGGOTAAN TPPS TINGKAT KECAMATAN SE-KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2022

Komponen pembentuk TPPS Kecamatan paling sedikit memenuhi standar tugas


dan fungsi yang terdiri dari Pengarah dan Pelaksana. Hal tersebut diakomodir oleh TPPS
Kabupaten Bandung dalam rangka membentuk TPPS Tingkat Kecamatan dengan
berpedoman pada Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka
Stunting Indonesia Tahun 2021-2024. Pengarah TPPS Kecamatan adalah TPPS
Kabupaten/kota. Pelaksana TPPS Kecamatan terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris
dan bidang-bidang. Ketua Pelaksana TPPS Kecamatan adalah Camat. Wakil Ketua
Pelaksana TPPS Kecamatan dijabat oleh Kepala Puskesmas yang bertugas di wilayah
bersangkutan. Sekretaris Pelaksana TPPS Kecamatan dijabat oleh Ka. UPT KB
Kecamatan atau Koordinator KB.
Pelaksanaan percepatan penurunan Stunting di desa/kelurahan menjaditanggung
jawab Kepala Desa/Lurah dengan pelaksanaan teknis melalui oleh TPPS
Desa/Kelurahan yang dikoordinasikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK.
Penyelenggaraan TPPS Desa/Kelurahan difokuskan pada operasional data, penggerakan
dan pendampingan keluarga. TPPS Desa/Kelurahan mengoordinasikan secara langsung
pelayanan dan pendampingan kepada keluarga sasaran percepatan penurunan Stunting
yang dilaksanakan oleh Tim Pendamping Keluarga.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 6
SUSUNAN KEANGGOTAAN TPPS DESA/KELURAHAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2022
Komponen Pendukung TPPS Tingkat Desa/Kelurahan yaitu Tim Pendamping
Keluarga (TPK). Pendampingan Keluarga merupakan salah satu pembaruan strategi
percepatan penurunan Stunting yang dilaksanakan melalui pendekatan keluarga dalam
menjangkau kelompok sasaran, yakni calon pengantin (catin), ibu hamil dan menyusui,
dan anak 0-59 bulan. Secara konsep, pendampingan keluarga adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan terhadap keluarga yang memiliki ibu hamil, ibu pasca
persalinan, anak usia dibawah 5 tahun (balita), serta calon pengantin/calon pasangan usia
subur untuk deteksi dini faktor risiko Stunting dan melakukan upaya meminimalisir atau
pencegahan dari faktor risiko Stunting. Tim Pendamping Keluarga merupakan
sekelompok tenaga pendamping yang terdiri dari Bidan, Kader Tim Penggerak PKK dan
Kader KB yang melaksanakan pendampingan kepada Calon Pengantian/Calon Pasangan
Usia Subur dan keluarga berisiko Stunting yang meliputi penyuluhan, fasilitasi
pelayanan rujukan, fasilitasi penerimaan program bantuan sosial serta surveilans untuk
mendeteksi dini faktor risiko Stunting.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kabupaten Bandung membentuk 8376 TPK
yang terdiri dari bidan, Kader TP-PKK, dan kader KB/kader lainnya yang melaksanakan
pendampingan kepada keluarga berisiko Stunting. Berikut adalah uraian TPK per
kecamatan di Kabupaten Bandung.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)


TABEL 3
TIM PENDAMPING KELUARGA DI KABUPATEN BANDUNG

NO. KECAMATAN JUMLAH TPK NO. KECAMATAN JUMLAH TPK


1 Arjasari 246 17 Kertasari 156
2 Baleendah 636 18 Kutawaringin 243
3 Banjaran 309 19 Majalaya 390
4 Bojongsoang 261 20 Margaasih 282
5 Cangkuang 186 21 Margahayu 258
6 Cicalengka 279 22 Nagreg 126
7 Cikancung 201 23 Pacet 285
8 Cilengkrang 117 24 Pameungpeuk 171
9 Cileunyi 438 25 Pangalengan 393
10 Cimaung 210 26 Paseh 303
11 Cimenyan 282 27 Pasirjambu 240
12 Ciparay 411 28 Rancabali 114
13 Ciwidey 210 29 Rancaekek 447
14 Dayeuhkolot 234 30 Solokanjeruk 204
15 Ibun 192 31 Soreang 252
16 Katapang 300
Total 8376

Tugas TPK meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan dan fasilitasi


penerimaan program bantuan sosial serta surveilans untuk menditeksi dini faktor resiko
Stunting. Selain itu, tim pendamping juga harus dapat melakukan pemutakhiran data
sasaran keluarga yang dilakukan pendampingan sebagai bagian dari survailans yang
dapat menjadi bahan pengambilan tindakan yang dibutuhkan berdasarkan data tersebut.
Dalam melaksanakan tugasnya, TPK bekerjasama dengan kader pembangunan lain yang
ada di desa.
KPM adalah kader masyarakat terpilih yang mempunyai kepedulian dan bersedia
mendedikasikan diri untuk ikut berperan dalam pembangunan manusia di Desa, terutama
dalam monitoring dan fasilitasi konvergensi penanganan stunting. KPM memiliki tugas,
antara lain : (1) Memfasilitasi pemetaan sosial untuk mengidentifikasi status intervensi
gizi-spesifik dan gizi sensitif pada rumah tangga yang memiliki Ibu hamil, ibu menyusui
dan anak usia 0-23 bulan.; (2) Memfasilitasi diskusi terarah untuk membahas
permasalahan stunting di desa sampai dengan penyusunan kegiatan penanganan stunting
dalam RKP dan APBDes; (3) Memfasilitasi pengukuran panjang/panjang/tinggi badan
balita sebagai deteksi dini stunting; dan (4) Memonitor dan memastikan rumah tangga
yang memiliki ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan mendapatkan 5 paket
pelayanan utama dalam penangan stunting di desa. Rincian jumlah KPM pada setiap
Kecamatan di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)


TABEL 4
KADER PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BANDUNG

NO. KECAMATAN JUMLAH KPM NO. KECAMATAN JUMLAH KPM


1 Arjasari 22 17 Kertasari 16
2 Baleendah 16 18 Kutawaringin 22
3 Banjaran 22 19 Majalaya 22
4 Bojongsoang 12 20 Margaasih 12
5 Cangkuang 14 21 Margahayu 10
6 Cicalengka 24 22 Nagreg 16
7 Cikancung 18 23 Pacet 26
8 Cilengkrang 12 24 Pameungpeuk 12
9 Cileunyi 12 25 Pangalengan 26
10 Cimaung 20 26 Paseh 24
11 Cimenyan 18 27 Pasirjambu 20
12 Ciparay 28 28 Rancabali 10
13 Ciwidey 14 29 Rancaekek 28
14 Dayeuhkolot 12 30 Solokanjeruk 14
15 Ibun 24 31 Soreang 20
16 Katapang 14
TOTAL 560

Kabupaten Bandung memiliki total 560 KPM yang tersebar pada 270 Desa dan
10 Kelurahan yang ada. KPM berkolaborasi dengan Kader Posyandu, PKK serta
stakeholder lainnya untuk memberikan edukasi dan monitoring upaya percepatan
penurunan stunting di masing-masing Desa.

C. Lokus Intervensi Stunting


(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
Penentuan Desa Lokus Stunting didasarkan pada sebaran stunting serta capaian
intervensi stunting pada tahun sebelumnya. Pemilihan Desa lokus tersebut juga
mempertimbangkan kondisi kemiskinan ekstrem berdasarkan data sasaran penerima
BLT miskin ekstrem tahun 2021. Berdasarkan hasil sebaran kasus stunting di Kabupaten
Bandung pada tahun 2021, sebagian besar kecamatan yang ada di wilayah selatan
memiliki prevalensi stunting yang tinggi (lebih dari 9,6). Prevalensi stunting tertinggi
ada di Kecamatan Pameungpeuk sedangkan jumlah stunting terbanyak ada di Kecamatan
Ciparay. Berdasarkan pendataan keluarga (PK) tahun 2021, dari 1.193.07 keluarga yang
ada di Kabupaten Bandung, sebanyak 45 atau 539.030 keluarga merupakan keluarga
beresiko stunting. Keluarga beresiko stunting terbesar ada di Desa Baleendah.
(Mengolah Data dan Informasi : I.A.5 = 0,1 )
(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 7
SEBARAN KASUS STUNTING KABUPATEN BANDUNG

Apabila dilihat dari capaian intervensi spesifik pada tahun sebelumnya, terdapat 4
(empat) indikator yang capaiannya sudah melebihi target nasional yaitu Konsumsi TTD
bagi Ibu Hamil, Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Balita dan PMT Ibu dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Sedangkan 3 (tiga) indikator lainnya yaitu Pemberian ASI Eksklusif, Imunisasi Dasar
Lengkap dan Pemantauan Pertumbuhan. Indikator Konsumsi TTD bagi Remaja Putri
capaiannya nol dikarenakan indikatornya adalah konsumsi TTD bagi Remaja Putri
sementara yang sudah dilakukan saat ini adalah memberikan advokasi dan edukasi
tentang konsumsi TTD remaja putri, belum dilaksanakan pendampingan dan pemantauan
TPK dalam rangka konsumsi TTD remaja putri.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 8
KONDISI EKSISTING ASPEK INTERVENSI SPESIFIK PENURUNAN STUNTING KABUPATEN
BANDUNG TAHUN 2021

Gambar dibawah menunjukkan bahwa kondisi eksisting aspek intervensi sensitif


penurunan stunting Kabupaten Bandung Tahun 2021. Masih terdapat 15 indikator yang
belum mencapai target Nasional. Cakupan intervensi spesifik dan sensitive berikut
merupakan rata-rata cakupan pada masing-masing indikator di setiap Desa/Kelurahan
yang ada di Kabupaten Bandung. Cakupan yang rendah menunjukkan masih terdapat
Desa/Kelurahan yang belum mendapatkan intervensi tersebut.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 9
KONDISI EKSISTING ASPEK INTERVENSI SENSITIF PENURUNAN STUNTING KABUPATEN
BANDUNG TAHUN 2021

Hasil dari analisis sebaran stunting serta cakupan intervensi yang telah dilakukan
menjadi dasar penentuan lokus stunting tahun 2023 sedangkan untuk lokus stunting pada
tahun 2022 telah ditentukan melalui analisis yang sama di tahun sebelumnya. Desa lokus
stunting Kabupaten Bandung pada tahun 2022 ditetapkan melalui Keputusan Bupati
Bandung Nomor : 463/Kep.189-DP2KBP3A/2022 tanggal 21 Maret 2022 tentang
Penetapan Desa Lokus Stunting Kabupaten Bandung Tahun 2022. Desa lokus stunting
Kabupaten Bandung terdiri dari 65 Desa yang tersebar pada 20 kecamatan. Berikut
adalah daftar desa lokus prioritas stunting Kabupaten Bandung tahun 2022.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)


TABEL 5
DESA LOKUS STUNTING KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2022
NO KECAMATAN DESA NO KECAMATAN DESA
1 Ciwidey Rawabogo 34 Rancaekek Rancaekek Wetan
2 Rancabali Sukaresmi 35 Rancaekek Linggar
3 Rancabali Alamendah 36 Rancaekek Cangkuang
4 Pasirjambu Margamulya 37 Rancaekek Rancaekek Kencana
5 Cimaung Cimaung 38 Ciparay Babakan
6 Cimaung Campakamulya 39 Ciparay Mekarsari
7 Cimaung Pasirhuni 40 Ciparay Sarimahi
8 Cimaung Warjabakti 41 Ciparay Gunungleutik
9 Pangalengan Banjarsari 42 Baleendah Baleendah
10 Pangalengan Sukamanah 43 Arjasari Batukarut
11 Kertasari Neglawangi 44 Arjasari Ancolmekar
12 Kertasari Tarumajaya 45 Banjaran Mekarjaya
13 Kertasari Cikembang 46 Banjaran Banjaran Wetan
14 Kertasari Cibereum 47 Banjaran Ciapus
15 Kertasari Resmitinggal 48 Banjaran Pasirmulya
16 Pacet Girimulya 49 Pameungpeuk Bojongmanggu
17 Pacet Sukarame 50 Pameungpeuk Langonsari
18 Pacet Mandalahaji 51 Pameungpeuk Rancamulya
19 Pacet Pangauban 52 Katapang Katapang
20 Paseh Cijagra 53 Katapang Cilampeni
21 Paseh Tangsimekar 54 Soreang Sadu
22 Paseh Cigentur 55 Soreang Panyirapan
23 Cikancung Srirahayu 56 Soreang Karamatmulya
24 Cikancung Cihanyir 57 Soreang Sekarwangi
25 Cikancung Mandalasari 58 Margaasih Margaasih
26 Cikancung Tanjunglaya 59 Dayeuhkolot Cangkuang Kulon
27 Cicalengka Nagrog 60 Dayeuhkolot Cangkuang Wetan
28 Cicalengka Narawita 61 Cilengkrang Jatiendah
29 Cicalengka Cikuya 62 Cilengkrang Cilengkrang
30 Cicalengka Tenjolaya 63 Cimenyan Mandalamekar
31 Cicalengka Cicalengka Kulon 64 Cimenyan Cikadut
32 Rancaekek Tegalsumedang 65 Cimenyan Mekarmanik
33 Rancaekek Rancaekek Kulon

Desa lokus stunting Kabupaten Bandung pada tahun 2023 terdiri dari 55 desa
yang tersebar pada 22 kecamatan. Desa lokus prioritas penurunan dan pencegahan
stunting tahun 2023 ditentukan pada tahun berjalan agar perangkat daerah dapat
melakukan sinkronisasi program dan kegiatan yang ada dengan lokus sasaran stunting.
Berikut daftar Desa dan Kelurahan yang menjadi lokus percepatan penurunan stunting
Kabupaten Bandung tahun 2023.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)


TABEL 6
DESA LOKUS STUNTING KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2023

NO KECAMATAN DESA NO KECAMATAN DESA


1 Pangalengan Sukamanah 29 Arjasari Patrolsari
2 Rancaekek Jelekong 30 Cikancung Tanjunglaya
3 Baleendah Jelekong 31 Arjasari Pinggirsari
4 Rancabali Alamendah 32 Cikancung Srirahayu
5 Katapang Sangkanhurip 33 Majalaya Padaulun
6 Baleendah Manggahang 34 Baleendah Wargamekar
7 Baleendah Baleendah 35 Baleendah Bojongmalaka
8 Cimaung Jagabaya 36 Baleendah Andir
9 Pacet Cikawao 37 Baleendah Rancamanyar
10 Cicalengka Panenjoan 38 Paseh Cigentur
11 Pameungpeuk Sukasari 39 Pangalengan Banjarsari
12 Pameungpeuk Bojongkunci 40 Ciparay Cikoneng
13 Banjaran Ciapus 41 Pacet Sukarame
14 Pameungpeuk Rancamulya 42 Pangalengan Tribaktimulya
15 Pasirjambu Tenjolaya 43 Ciparay Ciparay
16 Katapang Gandasari 44 Ibun Sudi
17 Ciparay Pakutandang 45 Ciparay Gunungleutik
18 Ciparay Bumiwangi 46 Ciparay Sagaracipta
19 Katapang Sukamukti 47 Cicalengka Waluya
20 Ciparay Mekarsari 48 Ciparay Serangmekar
21 Banjaran Tarajusari 49 Cicalengka Nagrog
22 Pangalengan Lamajang 50 Pacet Mandalahaji
23 Soreang Soreang 51 Pacet Maruyung
24 Pacet Nagrak 52 Pangalengan Margamukti
25 Margaasih Nanjung 53 Pangalengan Margamulya
26 Cikancung Cihanyir 54 Majalaya Biru
27 Cikancung Mekarlaksana 55 Pangalengan Pangalengan

D. Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif


(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
Intervensi gizi spesifik merupakan kegiatan yang langsung mengatasi terjadinya
stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan
kesehatan lingkungan. Intervensi gizi sensitif umumnya dilaksanakan di luar Dinas
Kesehatan. Sasaran intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat dan
dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan yang dapat mendukung penurunan
angka stunting. Berikut Intervensi Spesifik dan Sensitif yang telah dilaksanakan oleh
beberapa perangkat daerah di Kabupaten Bandung dalam rangka menurunkan prevalensi
stunting.

(Mengolah Data dan Informasi : I.A.5 = 0,1 )


(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

TABEL 7
INTERVENSI SPESIFIK DAN INTERVENSI SENSITIF

PD Uraian Kegiatan Subkegiatan Anggaran Sumber Dana


INTERVENSI SPESIFIK
Dinkes Distribusi TTD disertai dengan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 12.400.000,- DAK NON-FISIK
monitoring evaluasi kepatuhan Masyarakat
dalam mengkonsumsi TTD dengan
LP/LS
Dinkes Pemberian PMT-P berbasis pangan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 132.750.000,- DAU
lokal Masyarakat

Dinkes Edukasi tentang ASI eksklusif Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 58.400.000,- DAK NON-FISIK
melalui penyuluhan dan koseling Masyarakat
Dinkes Orientasi PMBA bagi tenaga Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 10.848.000,- DAU
kesehatan; Edukasi tentang ASI Masyarakat
eksklusif melalui penyuluhan dan
konseling
Dinkes Pemberian tatalaksana kasus balita Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 23.780.000,- DAU
gizi buruk sesuai standar dan Masyarakat
Orientasi Tatalaksana gizi buruk
bagi petugas kesehatan
Dinkes Penimbangan rutin balita dan Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 434.300.000,- DAK NON-FISIK
pemantauan tumbuh kembang; Masyarakat
Pelaksanaan Bulan Penimbangan;
Edukasi /penyuluhan kepada
masyarakat pentingnya
pemantauan pertumbuhan dan
peningkatan ketahanan gizi
Dinkes Defaulter Tracking Data Imunisasi Terlaksananya Investigasi Awal Kejadian Rp. 457.894.400,- DAU
Dasar Lengkap (IDL), Uci Desa Tidak Diharapkan Kejadian Ikutan Pasca
Dan Vaksinasi Covid-19 Oleh Imunisasi dan Pemberian Obat Massal
Puskesmas (Survim); Pertemuan
Program Imunisasi Dalam
Peningkatan Cakupan IDL
(Survim) ASB
Dinkes Persiapan Publikasi Data Stunting; Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 4.145.000,- DAK NON-FISIK
'- Publikasi Data stunting Masyarakat
INTERVENSI SENSITIF
Dinkes Verifikasi desa/kecamatan SBS Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Rp. 71.444.800,- DAU
dalam rangka percepatan Lingkungan
Kabupaten SBS. '- Pertemuan
koordinasi dalam rangka
percepatan desa SBS
Dinkes Evaluasi pelaksanaan Perbup Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Rp. 32.130.000,- DAK FISIK
PHBS Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
Dinkes Pembinaan Peningkatan Peran Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Rp. 4.560.000,- DAU
wanita menuju keluarga sehat dan Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
sejahtera
Dinkes Gerakan PHBS di Rumah Tangga Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dan Rp. 44.940.000,- DAU
melalui Monev Kesrak PKK KB Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
Kesehatan
Dinkes Persiapan rembuk stunting; Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 27.705.000,- DAK NON-FISIK
Rembuk stunting tk kabupaten; Masyarakat
Dinkes Rembuk stunting tk kecamatan; Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Gizi Rp. 93.775.000,- DAK NON-FISIK
Masyarakat
Dinkes - Kampanye STBM dan institusi Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Rp. 47.102.500,- DAU
pendidikan/Pontren; '- Lingkungan
Pendampingan penerapan STBM
DP2KBP3A Operasional Pendampingan Calon Promosi dan Sosialisasi Kelompok Rp. 531.900.000,- DAK NON-FISIK
Pengantin Kegiatan Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga (Menjadi Orang Tua Hebat,
Generasi Berencana, Kelanjutusiaan serta
Pengelolaan Keuangan Keluarga)
DP2KBP3A Operasional Tenaga Penggerak Penguatan Pelaksanaan Penyuluhan, Rp. 1.470.238.000,- APBD
Desa Penggerakan, Pelayanan dan
Pengembangan Program KKBPK untuk
Petugas Keluarga Berencana/Penyuluh
Lapangan Keluarga Berencana
(PKB/PLKB)
DP2KBP3A Pencanangan Dapur Sehat Atasi Pembinaan IMP dan Program KKBPK di Rp. 65.620.000,- APBD
Stunting, Pembinaan TPD dan Pos Lini Lapangan oleh PKB/PLKB
KB
DP2KBP3A Operasional Survailance Tim Promosi dan Sosialisasi Kelompok Rp. 10.051.200.000,- DAK NON-FISIK
Pendamping Keluarga Kegiatan Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga (Menjadi Orang Tua Hebat,
Generasi Berencana, Kelanjutusiaan serta
Pengelolaan Keuangan Keluarga)
DP2KBP3A Kegiatan Pemilihan Duta GenRe Promosi dan Sosialisasi Kelompok Rp. 50.075.200,- APBD
dan Pertemuan Forum PIK-R Kegiatan Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga (Menjadi Orang Tua Hebat,
Generasi Berencana, Kelanjutusiaan serta
Pengelolaan Keuangan Keluarga)
DP2KBP3A Rapat Pengelola Poktan BKB dan Orientasi dan Pelatihan Teknis Pengelola Rp. 23.660.000,- APBD
BKL Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga
(BKB, BKR, BKL, PPPKS, PIK-R dan
Pemberdayaan Ekonomi
Keluarga/UPPKS
Dispakan Peningkatan Ketersediaan Ikan Penyediaan dan Penyaluran Bahan Baku Rp. 198.000.000,- APBD
untuk konsumsi dan usaha Industri Pengolahan Ikan dalam 1 (satu)
pengolahan dalam satu daerah daerah Kabupaten/Kota
kabupaten/Kota
Dispakan Pemberdayaan masyarakat dalam Peningkatan Ketahanan Pangan Keluarga Rp. 410.848.800,- APBD
penganekaragam konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal
Dispakan Pemberdayaan masyarakat dalam Peningkatan Ketahanan Pangan Keluarga Rp. 210.000.000,- DAK NON-FISIK
penganekaragam konsumsi pangan
berbasis sumberdaya lokal
Dispakan Pengelolaan Keseimbangan Pengadaan Cadangan Pangan Kab/Kota Rp. 622.079.600,- APBD
Cadangan Pangan Kab/Kota
DPMD Pembinaan dan Pelatihan Bagi Pembinaan Peningkatan Kapasitas Rp. 400.000.000,- APBD
Aparatur Pemerintah Desa Aparatur Pemerintah Desa
DPMD Peningkatan Kapasitas Kapasitas Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Rp. 150.000.000,- APBD
Kelembagaan Lembaga Lembaga Kemasyarakatan
Kemasyarakatan Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan (RT, RW, PKK,
(RT, RW, PKK, Posyandu, LPM, Posyandu, LPM, dan Karang Taruna),
dan Karang Taruna), Lembaga Lembaga Adat Desa/Kelurahan dan
Adat Desa/Kelurahan dan Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat Hukum Adat
DPMD Pembinaan dan sosialisasi Fasilitasi Penyusunan Perencanaan Rp. 50.000.000,- APBD
penyusunan perencanaan Pembangunan Desa
pembangunan desa
DPMD Pembinaan dan pendampingan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Rp. 10.855.000,- APBD
pengelolaan keuangan desa (Dana
Desa)

DPMD Pembinaan dan pendampingan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Rp. 108.526.000,- APBD
penyusunan sasaran kegiatan dana
desa dalam upaya konvergensi
percepatan penurunan stunting
DPMD Evaluasi dan Monitoring Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Rp. 143.520.000,- APBD
Percepatan Penurunan Stunting
DPMD Pembinaan dan Pendampingan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Rp. 10.855.000,- APBD
Desa Bebas Stunting
Disdik Bimtek Pengembangan karir Pengembangan karir pendidik dan tenaga Rp. 405.000.000,- APBD
pendidik dan tenaga kependidikan kependidikan pada satuan pendidikan
pada satuan pendidikan PAUD PAUD
Disdik Bimtek Penyelenggaraan Proses Penyelenggaraan Proses Belajar PAUD Rp. 200.000.000,- APBD
Belajar PAUD
Disdik Bimtek Pengembangan Data dan Pembinaan dan Kelembagaan dan Rp. 250.000.000,- APBD
Informasi PAUD Manajemen PAUD
Disdik Pengelolaan Dana BOP Pengelolaan Dana BOP PAUD Rp. 36.322.480.000,- DAK NON-FISIK
DPUTR Pembangunan SPAM Jaringan Pembangunan SPAM Jaringan Perpipaan Rp. 62.629.467.500,- APBD
Perpipaan diKawasan Perdesaan diKawasan Perdesaan
DPUTR Pembangunan SPAM Jaringan Pembangunan SPAM Jaringan Perpipaan Rp. 11.739.805.000,- DAK FISIK
Perpipaan diKawasan Perdesaan diKawasan Perdesaan
DPUTR Perluasan SPAM Jaringan Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan di Rp. 22.000.000.000,- DANA
Perpipaan di KawasanPerdesaan KawasanPerdesaan LAINNYA

DPUTR Perluasan SPAM Jaringan Perluasan SPAM Jaringan Perpipaan di Rp. 1.392.500.000,- APBD
Perpipaan di KawasanPerdesaan KawasanPerdesaan
DPUTR Pembangunan/Penyediaan Sistem Pembangunan/Penyediaan Sistem Rp. 5.151.685.000,- DAK FISIK
PengelolaanAir Limbah Terpusat PengelolaanAir Limbah Terpusat Skala
Skala Permukiman Permukiman
DPUTR Pembangunan/Penyediaan Sub Pembangunan/Penyediaan Sub Sistem Rp. 2.581.591.000,- APBD
Sistem Pengolahan Setempat Pengolahan Setempat
DPUTR Pembangunan/Penyediaan Sistem Pembangunan/Penyediaan Sistem Rp. 10.222.928.540,- APBD
PengelolaanAir Limbah Terpusat PengelolaanAir Limbah Terpusat Skala
Skala Permukiman Permukiman
TOTAL Rp. 168.859.009.340,-
Rencana kegiatan intervensi stunting di Kabupaten Bandung tahun 2022 meliputi
kegiatan intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik dilakukan melalui
pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri, pemberian makanan tambahan
bagi ibu hamil KEK dan balita, tata laksana kasus balita gizi buruk serta penimbangan
dan pemantauan pertumbuhan secara berkala. Edukasi baik kepada ibu, keluarga, tenaga
kesehatan dan kader juga terus dilakukan dalam rangka optimalisasi intervensi. Selain
intervensi spesifik, dilakukan pula intervensi sensitif untuk mewujudkan lingkungan
yang sehat bagi masyarakat Kabupaten Bandung khususnya kepada keluarga dengan
resiko stunting. Intervensi yang dilakukan berupa rembuk sunting tingkat Desa hingga
Kabupaten, percepatan SBS, pendampingan oleh forum masyarakat baik dari TPD, TPK,
Pos KB, Kemenag dan forum PIK-R, peningkatan kapasitas dan komitmen pemerintah
Desa dalam percepatan penurunan stunting, edukasi melalui lembaga PAUD, pemberian
bantuan sosial serta pemenuhan sanitasi dan air minum yang layak. Kegiatan tersebut
difokuskan pada desa dan kelurahan yang menjadi lokus stunting dengan harapan dapat
menurunkan prevalensi balita stunting baru

E. Ketersediaan Data
(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)

Upaya pengelolaan data di tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat


Desa/kelurahan yang akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan intervensi gizi
terintegrasi dan digunakan untuk membantu pengelolaan program dan/atau kegiatan
percepatan penurunan Stunting. Kebutuhan data yang akan digunakan dalam
pelaksanaan intervensi cakupan layanan yang akan disesuaikan dengan kegiatan di setiap
tingkatan pemerintahan. Tujuannya untuk membantu penyediaan dan mempermudah
akses data untuk pengelolaan program penurunan stunting. Berikut adalah hasil
pengelolaan sistem manajemen data stunting di Kabupaten Bandung sebagaimana
diinput ke dalam aplikasi Bangda Kemendagri.

(Mengolah Data dan Informasi : I.A.5 = 0,1 )


(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

TABEL 8
PEMETAAN SISTEM DATA STUNTING KABUPATEN BANDUNG
No. Jenis Data Sumber Data Penanggung Ketersediaan Metode Metode
Jawab Data Pencatatan Pengolahan

1 Rumah tangga yang Data Primer DPUTR Tersedia Laporan Manual


mendapatkan akses air (data
minum layak Langsung dari
satuan terkecil
RT/RW)

2 Rumah tangga yang Data Primer DPUTR Tersedia Laporan Manual


mendapatkan akses sanitasi (Pendataan
(air limbah domestik) Langsung
layak Dari satuan
terkecil
RT/RW)

3 Pasangan Usia Subur Pendamping Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual


(PUS) dengan status PKH
miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan
sosial yang menerima
bantuan tunai bersyarat

4 Cakupan  PUS miskin yang Pendamping Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual
memperoleh bantuan tunai PKH
bersyarat

5 Cakupan Pasangan Usia BNI, PT. Pos Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual
Subur (PUS) dengan status
miskin dan penyandang
masalah kesejahteraan
sosial yang menerima
bantuan pangan nontunai

6 Cakupan PUS yang BNI, PT. Pos Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual
memperoleh bantuan
pangan non tunai

7 Kelompok Keluarga Pendamping Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual


Penerima Manfaat (KPM) PKH
Program Keluarga Harapan
(PKH) yang mengikuti
Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga
(P2K2) dengan modul
kesehatan dan gizi

8 Cakupan keluarga SIKS NG, Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual


prasejahtera penerima BNI, dan PT
manfaat variasi bantuan POS
pangan selain beras dan
telur

9 Keluarga Penerima Pendamping Dinas Sosial Tersedia Laporan Manual


Manfaat (KPM) dengan PKH
ibu hamil, ibu menyusui,
dan baduta yang menerima
variasi bantuan pangan
selain beras dan telur

10 Prevalensi Stunting ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


Kesehatan

11 Remaja putri yang Aplikasi Ceria Dinas Tersedia Aplikasi Manual


mengonsumsi Tablet Kesehatan
Tambah Darah (TTD)

12 Remaja putri yang Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
menerima layanan Kesehatan Tersedia dicatat
pemeriksaan status anemia
(hemoglobin)

13 Calon pengantin /calon ibu Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
yang menerima Tablet Kesehatan Tersedia dicatat
Tambah Darah (TTD)

14 Persentase catin/caPUS Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah


anemia yang mengonsumsi Kesehatan Tersedia dicatat
90 Tablet Tambah Darah
(TTD)

15 Calon pasangan usia subur Laporan rutin Dinas Tersedia Laporan Manual
(PUS) yang memperoleh puskesmas Kesehatan
pemeriksaan kesehatan
sebagai bagian dari
pelayanan nikah

16 Cakupan calon Pasangan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
Usia Subur (PUS) yang Kesehatan Tersedia dicatat
melakukan pemeriksaan
kesehatan dalam 3 bulan
pra nikah
17 Cakupan calon Pasangan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
Usia Subur (PUS) yang Kesehatan Tersedia dicatat
menerima pendampingan
kesehatan reproduksi dan
edukasi gizi sejak 3 bulan
pranikah

18 Pasangan calon pengantin Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
yang mendapatkan Kesehatan Tersedia dicatat
bimbingan perkawinan
dengan materi pencegahan
stunting

19 Persentase catin/caPUS Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah


yang mendapatkan Kesehatan Tersedia dicatat
tatalaksana kesehatan dan
gizi

20 Cakupan Pasangan Usia Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
Subur (PUS) fakir miskin Kesehatan Tersedia dicatat
dan orang tidak mampu
yang menjadi Penerima
Bantuan Iuran (PBI)
Jaminan Kesehatan

21 Persentase Ibu hamil yang Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
menerima pendampingan Kesehatan Tersedia dicatat

22 Ibu hamil Kurang Energi Laporan Dinas Tersedia Aplikasi Manual


Kronik (KEK) yang Pemberian Kesehatan
mendapatkan tambahan MT Ibu Hamil
asupan gizi

23 Ibu hamil yang Laporan PWS Dinas Tersedia Laporan Manual


mengonsumsi Tablet KIA Kesehatan
Tambah Darah (TTD)
minimal 90 tablet selama
masa kehamilan

24 Persentase Ibu hamil Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
dengan Pertumbuhan Janin Kesehatan Tersedia dicatat
Terhambat (PJT) yang
mendapat  tata laksana
kesehatan

25 Bayi usia kurang dari 6 ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


bulan mendapat air susu Kesehatan
ibu (ASI) eksklusif

26 Anak usia 6-23 bulan yang ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual
mendapat Makanan Kesehatan
Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI)

27 Anak berusia di bawah ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


lima tahun (balita) gizi Kesehatan
buruk yang mendapat
pelayanan tata laksana gizi
buruk

28 Persentase keluarga anak ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


usia 0-23 bulan dengan gizi Kesehatan
buruk yang mendapatkan
tata laksana gizi buruk

29 Persentase keluarga dengan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
anak usia 0-23 bulan Kesehatan Tersedia dicatat
dengan infeksi kronis yang
mendapatkan tatalaksana
kesehatan

30 Persentase anak usia 24-59 Laporan Dinas Tersedia Laporan Manual


bulan dengan gizi buruk Kasus Kesehatan
yang mendapatkan tata
laksana gizi buruk

31 Persentase anak usia 24-59 Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
bulan dengan infeksi Kesehatan Tersedia dicatat
kronis yang mendapatkan
tatalaksana kesehatan

32 Anak berusia di bawah ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


lima tahun (balita)  yang Kesehatan
dipantau pertumbuhan dan
perkembangannya

33 Persentase keluarga dengan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
anak usia 0 bulan dengan Kesehatan Tersedia dicatat
panjang < 48 cm yang
mendapatkan tatalaksana
kesehatan dan gizi

34 Persentase keluarga dengan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
anak usia 0 bulan dengan Kesehatan Tersedia dicatat
berat badan < 2.500 gram
yang mendapatkan
tatalaksana kesehatan dan
gizi

35 Persentase Balita 0-23 ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


bulan dengan berat badan Kesehatan
dan panjang/tinggi badan
sesuai standard (10)

36 Persentase balita 0-23 ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


bulan yang dipantau Kesehatan
perkembangannya sesuai
standard (11)

37 Persentase Balita 0-59 ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


bulan dengan berat badan Kesehatan
dan panjang/tinggi badan
sesuai standard

38 Persentase balita 0-59 ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


bulan yang dipantau Kesehatan
perkembangannya sesuai
standard

39 Anak berusia di bawah ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


lima tahun (balita) gizi Kesehatan
kurang yang mendapat
tambahan asupan gizi

40 Persentase keluarga dengan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
anak usia 0-23 bulan Kesehatan Tersedia dicatat
dengan gizi kurang yang
mendapatkan tambahan
asupan gizi

41 Persentase anak usia 24-59 ePPGBM Dinas Tersedia Aplikasi Manual


bulan dengan gizi kurang Kesehatan
yang mendapatkan
tambahan asupan gizi

42 Balita yang memperoleh Laporan PWS Dinas Tersedia Laporan Manual


imunisasi dasar lengkap Imunisasi Kesehatan

43 Persentase keluarga dengan Belum Ada Dinas Tidak Belum Belum diolah
anak usia 0-23 bulan yang Kesehatan Tersedia dicatat
mendapatkan imunisasi
dasar lengkap

44 Keluarga yang Stop BABS Laporan Dinas Tersedia Laporan Manual


kesling Kesehatan

45 Keluarga yang Laporan Dinas Tersedia Laporan Manual


melaksanakan PHBS program Kesehatan
promkes

46 Keluarga Berisiko Stunting Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


2021

47 Pelayanan Keluarga Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


Berencana (KB) 2021
pascapersalinan

48 Keluarga berisiko stunting Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


yang memperoleh 2021
pendampingan

49 Keluarga berisiko stunting Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


yang mendapatkan manfaat 2021
sumber daya  pekarangan
untuk peningkatan asupan
gizi

50 Persentase  keluarga Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


berisiko stunting  yang 2021
mempunyai jamban sehat

51 Persentase keluarga Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


berisiko stunting yang 2021
memiliki rumah layak huni

52 Persentase keluarga Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


berisiko Stunting yang 2021
mendapatkan KIE
interpersonal sesuai standar
(4)

53 Persentase  keluarga Portal PK DP2KBP3A Tersedia Form Sistem PK 21


berisiko stunting  yang 2021
mengakses air minum
layak

54 Pusat Informasi dan New SIGA DP2KBP3A Tersedia Aplikasi Sistem New SIGA
Konseling (PIK) Remaja
dan Bina Keluarga Remaja
(BKR) yang melaksanakan
edukasi kesehatan
reproduksi dan gizi bagi
remaja

55 Desa/Kelurahan yang New SIGA DP2KBP3A Tersedia Aplikasi Sistem New SIGA
melaksanakan kelas Bina
Keluarga Balita (BKB)
tentang pengasuhan 1000
HPK

Ketersediaan data pada masing-masing indikator intervensi stunting sebagian besar


sudah ada namun ada beberapa indikator yang belum tersedia datanya seperti data : (1)
Remaja putri yang menerima layanan pemeriksaan status anemia (hemoglobin), (2) Calon
pengantin /calon ibu yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD), (3) Persentase
catin/caPUS anemia yang mengonsumsi 90 Tablet Tambah Darah (TTD), (4) Cakupan
calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan pemeriksaan kesehatan dalam 3 bulan
pra nikah; (5) Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang menerima pendampingan
kesehatan reproduksi dan edukasi gizi sejak 3 bulan pranikah; (6) Pasangan calon
pengantin yang mendapatkan bimbingan perkawinan dengan materi pencegahan stunting;
(7) Persentase catin/caPUS yang mendapatkan tatalaksana kesehatan dan gizi; (8)
Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) fakir miskin dan orang tidak mampu yang menjadi
Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan; (9) Persentase Ibu hamil yang
menerima pendampingan; (10) Persentase Ibu hamil dengan Pertumbuhan Janin
Terhambat (PJT) yang mendapat tata laksana kesehatan; (11) Persentase keluarga dengan
anak usia 0-23 bulan dengan infeksi kronis yang mendapatkan tatalaksana kesehatan; (12)
Persentase anak usia 24-59 bulan dengan infeksi kronis yang mendapatkan tatalaksana
kesehatan; (13) Persentase keluarga dengan anak usia 0 bulan dengan panjang < 48 cm
yang mendapatkan tatalaksana kesehatan dan gizi; (14) Persentase keluarga dengan anak
usia 0 bulan dengan berat badan < 2.500 gram yang mendapatkan tatalaksana kesehatan
dan gizi; (15) Persentase keluarga dengan anak usia 0-23 bulan dengan gizi kurang yang
mendapatkan tambahan asupan gizi; dan (16) Persentase keluarga dengan anak usia 0-23
bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

F. Audit Kasus Stunting


(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
Salah satu Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting diantaranya
pelaksanaan Audit Kasus Stunting (AKS). Audit Kasus Stunting ini diperlukan untuk
mencari penyebab terjadinya kasus stunting di tiap–tiap wilayah sebagai upaya
pencegahan terjadinya kasus serupa. Audit Kasus Stunting Kabupaten Bandung
dilaksanakan Pada Periode Semester 1 Bulan September - Desember Tahun 2022 dengan
kegiatan dan waktu pelaksanaan sebagai berikut: 

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)


TABEL 9
JADWAL KEGIATAN AUDIT KASUS STUNTING KABUPATEN BANDUNG
NO Kegiatan Uraian Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

Audit Kasus Stunting I

1 Rapat Koordinasi Sosialisasi Internal Tim Teknis, Penyiapan Data, 29 September 2022
Tim Teknis Identifikasi Kasus,  Seleksi Kasus

2 Kunjungan Lapangan Pengisian Kertas Kerja Audit 17 – 28 Oktober 2022

3 Kajian Oleh Tim Kajian AKS oleh Tim Pakar dan Tim Teknis 28 - 31 Oktober 2022
Pakar

4 Diskusi Panel Rencana Tindak Lanjut Kajian 31 Oktober 2022

5 Diseminasi Diseminasi Hasil Rekomendasi kepada lintas sektor 17 November 2022


kabupaten

Audit Kasus Stunting II

1 Rapat Koordinasi Sosialisasi Internal Tim Teknis, Penyiapan Data, 23 November 2022
Tim Teknis Identifikasi Kasus,  Seleksi Kasus

2 Kunjungan Lapangan Pengisian Kertas Kerja Audit 29 November - 14


Desember 2022
3 Kajian Oleh Tim Kajian AKS oleh Tim Pakar dan Tim Teknis 15 - 29 Desember 2022
Pakar

4 Diskusi Panel Rencana Tindak Lanjut Kajian 29 Desember 2022

5 Diseminasi Diseminasi Hasil Rekomendasi kepada lintas sektor 30 Desember 2022


kabupaten

Adapun lokus Audit Kasus Stunting Kabupaten Bandung Tahun 2022 berlokasi di
Kecamatan Ciparay pada 8 (delapan) desa dengan sebaran sasaran sebagaimana Tabel
berikut. Sasaran audit kasus stunting merupakan calon pengantin beresiko, ibu hamil
beresiko, Ibu pasca salin dan balita beresiko. Sasaran tersebut diperoleh dari hasil
pendampingan oleh Tim Pendamping Keluarga yang kemudian dikoordinasikan dengan
tim pakar yang terdiri dari dari dokter kandungan, dokter anak, dan ahli gizi.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

TABEL 10
DATA SASARAN AUDIT KASUS STUNTING

No. Desa Data Sasaran (dalam orang)

Calon Pengantin Beresiko Ibu Hamil Berisiko Ibu Pasca Salin Balita Beresiko

1 Babakan 1 1

2 Ciparay 1

3 Gunung 2
Leutik

4 Mekarsari 2 2 1

5 Pakutandang 1

6 Sagaracipta 2 1

7 Serangmekar 1 2 2

8 Sumbersari 1

Jumlah 2 6 6 6

Berdasarkan hasil Audit Kasus Stunting Kabupaten Bandung Tahun 2022, berikut
kesimpulan hasil identifikasi dan faktor resiko dari Pakar/Tim Kajian dan Tim Teknis
yang melaksanakan audit kasus stunting :

(Mengolah Data dan Informasi : I.A.5 = 0,1 )


(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)
TABEL 11
HASIL AUDIT KASUS STUNTING KABUPATEN BANDUNG
No. Data Sasaran Hasil Faktor Resiko
Identifikasi

1 Calon Pengantin Resiko Tinggi  KEK


Berisiko  IMT Kurang
 Anemia
 Usia terlalu muda

2 Ibu Hamil Berisiko Resiko Tinggi  Kehamilan terlalu muda


 Anemia
 Pendidikan rendah
 Gizi kurang
 Paparan asap rokok
 Kehamilan terlalu tua

3 Ibu Pasca Salin Resiko Rendah  Umur persalinan terlalu tua


 Pendidikan rendah
 Anak lebih dari 3 anak
 Tidak menggunakan KB pasca persalinan
 Paparan asap rokok
 Pemahaman yang rendah tentang KMS dan stunting
 Umur persalinan terlalu tua
 Anak tidak dibawa ke kelas pengasuhan BKB

4 Balita Beresiko Resiko Tinggi  Riwayat kelahiran prematur


 Riwayat kehamilan ibu mengalami KEK 
 BBLR
 Berat badan dan tinggi badan tidak sesuai ukuran
ideal
 Pemahaman rendah terkait gizi seimbang
 Pemahaman rendah terkait stunting
 Tidak ASI Eksklusif
 Pemberian makanan tidak adekuat

Hasil audit kasus stunting menunjukkan adanya risiko tinggi bagi calon pengantin
yang memiliki kondisi kekurangan energi kronis disertai dengan indeks masa tubuh
yang rendah dan kondisi anemia. Hal tersebut juga diperparah dengan usia yang masih
terlalu muda. Akibat dari adanya kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi
kehamilan beresiko tinggi dan kelahiran bayi stunting yang lebih tinggi. Sedangkan
untuk ibu hamil beresiko tinggi, faktor penyebabnya adalah kehamilan di usia muda
maupun terlalu tua, disertai dengan kondisi anemia serta terpapar oleh asap rokok.
Meskipun terdapat risiko rendah pada ibu bersalin yang diaudit, namun faktor risiko
hampir sama dengan ibu hamil yaitu persalinan yang terlalu muda maupun terlalu tua
serta paparan rokok. Pada balita beseriko yang diidentifikasi memiliki risiko tinggi
mengalami stunting, ditemukan bahwa faktor penyebabnya dari kelahiran premature,
kehamilan ibu mengalami KEK sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan
rendah, kurangnya pemahaman terkait gizi dan stunting, pemberian ASI tidak secara
eksklusif dan pemberian makanan tidak adekuat.

G. Capaian Pelaksanaan Upaya Penurunan Stunting Tahun 2022


(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
(Mengolah Data dan Informasi : I.A.5 = 0,1 )
(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

Kabupaten Bandung pada bulan Agustus di tahun 2022 melaksanakan Bulan


Penimbangan Balita sebagai bahan evaluasi perkembangan kondisi stunting pada tahun
tersebut. Hasil BPB menunjukkan adanya peningkatan prevalensi stunting di Kabupaten
Bandung menjadi 9,1 persen dari prevalensi 8,8 pada tahun sebelumnya. Peningkatan
yang signifikan terjadi di beberapa kecamatan seperti kecamatan Pangalengan, Ciparay,
Cilengkrang, Majalaya, Ibun, Cicalengka, dan Margahayu. Kecamatan Pangalengan,
Ciparay dan Cilengkrang di tahun 2022 memiliki prevalensi lebih dari 20% yang berarti
1 dari 5 balita yang ada di ketiga kecamatan tersebut stunting. Oleh karenanya
diperlukan kerja keras pada ketiga kecamatan dengan prevalensi yang tinggi tersebut
agar dapat mencapai target prevalensi stunting 14% di tahun 2024. Meski beberapa
kecamatan mengalami peningkatan, terdapat kecamatan yang di tahun 2022 mengalami
penurunan prevalensi stunting yaitu Kecamatan Bojongsoang, Cikancung, Pacet dan
Kertasari.

GAMBAR 10
PERKEMBANGAN PREVALENSI STUNTING KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2020-2022

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

GAMBAR 11
PREVALENSI STUNTING KABUPATEN BANDUNG PER KECAMATAN TAHUN 2022

Kecamatan dengan prevalensi stunting terbesar di tahun 2022 berdasarkan BPB adalah
Kecamatan Cilengkrang dengan prevalensi stunting sebesar 27,3 sedangkan kecamatan dengan
prevalensi terendah adalah Kecamatan Bojongsoang dengan prevalensi stunting sebesar 0,8%.
Grafik berikut menunjukkan bahwa masih terdapat enam kecamatan yang belum memenuhi
target prevalensi stunting sebesar 14%. Kecamatan tersebut meliputi kecamatan cilengkrang,
kecamatan ciparay, kecamatan pangalengan, kecamatan pameungpeuk, kecamatan rancabali dan
kecamatan arjasari. Meskipun demikian, peningkatan prevalensi stunting tidak selalu berkonotasi
negative. Peningkatan prevalensi stunting dapat pula disebabkan oleh peningkatan kapasitas
kader dalam mengukur pertumbuhan pada anak serta dapat diinterpretasikan sebagai peningkatan
kasus akibat adanya peningkatan minat orangtua untuk melakukan pengukuran tumbuh kembang
secara berkala di posyandu. Perkembangan prevalensi stunting di tahun 2022 juga disajikan
untuk masing-masing desa di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung. Berikut
perkembangan prevalensi selama tiga tahun terakhir pada setiap desa.

(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

TABEL 12
PREVALENSI STUNTING KABUPATEN BANDUNG PER DESA TAHUN 2022
Berdasarkan hasil bulan penimbangan balita (BPB), dari 280 desa dan kelurahan
yang ada di Kabupaten Bandung terdapat 165 desa dan kelurahan yang mengalami
peningkatan prevalensi stunting dan 115 desa dan kelurahan yang mengalami
penurunan. Desa Cipanjalu Kecamatan Cilengkrang menjadi Desa dengan peningkatan
prevalensi stunting tertinggi di tahun 2022 dengan peningkatan sebesar 39,38 persen.
sedangkan penurunan prevalensi stunting terbesar ada di Desa Sukapura Kecamatan
Kertasari dengan penurunan mencapai 20,23 persen. Secara keseluruhan, rata-rata
prevalensi stunting tahun 2022 pada setiap desa yang ada di Kabupaten Bandung
mengalami penurunan dibandingkan dengan prevalensi stunting di tahun 2022.

2. Kendala dan Permasalahan dalam Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting di


Kabupaten Bandung Tahun 2022
(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
(Mengolah Data dan Informasi : I.A.5 = 0,1 )
(Menyajikan Data dan Informasi : I.A.8 = 0,1)

TABEL 12
KENDALA DAN PERMASALAHAN DALAM PENURUNAN STUNTING KABUPATEN BANDUNG

Aspek Kendala/Permasalahan

Peraturan Bupati Nomor 74 Tahun 2019 tentang Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan
Regulasi
Stunting belum dilakukan updating dan disesuaikan dengan Perpres 72/2021

a) Belum semua Desa memiliki bidan desa (baru 97,85% Desa yang memiliki bidang desa sendiri)
b) Belum semua anggota TPPS memiliki pemahaman mengenai tugas dan fungsi sebagai TPPS
sesuai kewenangannya
Sumber Daya Manusia dan c) Belum optimalnya koordinasi antar TPPS dari tingkat Kabupaten hingga tingkat Desa
Kelembagaan d) Keterampilan kader posyandu dalam melakukan pemantauan pertumbuhan belum merata
e) Pemahaman Tim Pendamping Keluarga (TPK) belum merata dikarenakan adanya pergantian
personil TPK
f) Kapasitas kader BKB dan TPG belum merata terkait pengasuhan 1000 HPK

Lokus Intervensi Stunting Belum ada integrasi lokus stunting dengan program prioritas yang lainnya

a) Pemahaman masyarakat terkait konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), proses menyusui,
pemberian MP-ASI yang adekuat belum merata
b) Banyak anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap
c) Dukungan lintas sektor di wilayah terdekat belum maksimal dalam hal edukasi dan promosi
dalam rangka pembinaan kader di desa, kacamatan dalam hal pemberian imunisasi bagi sasaran
d) Alat antropometri di posyandu yang belum terstandar
Intervensi Spesifik dan
e) Pemahaman ibu hamil tentang pentingnya mengatur jarak kehamilan belum merata
Intervensi Sensitif
f) Penerima bantuan sosial belum tepat sasaran diantaranya dikarenakan masih terdapat exclusion
dan inclusion error serta perbedaan database antara Kemensos, Dukcapil Kemendagri dengan
BPJS Kesehatan
g) Terbatasnya pendanaan, kurangnya swadaya masyarakat dan kondisi akses lokasi rutilahu yang
menyulitkan dalam pembangunan RUTILAHU
h) Bimbingan perkawinan untuk catin yang bekerja, belum maksimal
a) Masih terdapat indikator yang belum dapat diperoleh datanya dikarenakan perlu adanya
pendataan dari perangkat daerah
Ketersediaan Data
b) Sebagian data masih diolah secara manual sehingga memerlukan lebih banyak waktu
c) Belum ada integrasi data stunting di Kabupaten Bandung

a) Rendahnya pemahaman orangtua terkait usia pernikahan serta usia kehamilan yang baik serta
gizi seimbang
Audit Kasus Stunting b) Ibu hamil dan balita masih rentan terpapar asap rokok sehingga meningkatkan risiko terkena
infeksi maupun penyakit
c) Pemberian asi belum eksklusif

3. Rencana Tindak Lanjut


(Menganalisis Data dan Informasi : I.A.7 = 0,25)
Berdasarkan hasil identifikasi kendala dan permasalahan yang telah dilakukan,
dirumuskan rencana tindak lanjut. Rencana tindak lanjut diharapkan dapat memperbaiki
pelaksanaan kegiatan percepatan penurunan stuting di Kabupaten Bandung. Rencana
tindak lanjut juga disesuaikan dengan aspek penilaian kegiatan serta kewenangan dari
masing-masing perangkat daerah. Rumusan rencana tindak lanjut hasil identifikasi
kendala dan permasalahan diuraikan sebagai berikut : 
a. Penyusunan produk hukum terkait penurunan stunting sesuai dengan aturan-
aturan terbaru
b. Penyesuaian RAN PASTI ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran baik
Kabupaten, Kecamatan dan Desa
c. Sinkronisasi data melalui aplikasi terpadu percepatan penurunan stunting
d. Bimtek yang dilakukan oleh Tim Fasilitator untuk personil TPK yang baru 
e. Advokasi dan edukasi kepada masyarakat terkait konsumsi Tablet Tambah Darah
(TTD), proses menyusui, pemberian MP-ASI yang adekuat
f. Peningkatan kapasitas dan kompetensi petugas kesehatan dalam memberikan
edukasi menyusui dan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
g. Dilakukan imunisasi kejar usia 9-36 bulan yang akan dilaksanakan oleh
puskesmas
h. Dibeberapa wilayah akan direncanakan untuk binaan capaian Universal Child
Immunization (UCI)  desa dan imunisasi dasar lengkap bagi wilayah yang belum
memenuhi target
i. Penguatan koordinasi Lintas sektor dalam pelaksanaan intervensi spesifik
j. Pengadaan alat antropometri yang terstandar di setiap posyandu
k. Peningkatan kapasitas dan pelaksanaan monev pada kader posyandu dalam hal
melakukan pemantauan pertumbuhan
l. Optimalisasi pengadaan PMT bersumber dana Non Dinkes
m. Komunikasi, Informasi dan Edukasi oleh TPD/Pos KB
n. Pengelolaan Dana BOP ( Komponen Belanja : Pemberian PMT, Parenting dan
DDTK) dan Pembinaan BKB
o. Melaksanakan Verifikasi dan Validasi data sasaran bantuan sosial secara berkala
p. Koordinasi dan rekonsiliasi dengan BPJS Kesehatan  terkait perbedaan data
q. Kegiatan Bunga Desa untuk membangun rutilahu dan sanitasi di masing-masing
Desa
r. Penyusunan SOP untuk bimbingan perkawinan catin yang bekerja baik secara
daring maupun luring
s. Peningkatan kapasitas Kader BKB dan roleplay kepada keluarga binaan serta
pemberian BKB KIT
t. Orientasi, Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Tenaga Penggerak Desa
u. Updating data ibu hamil dan updating data keluarga berisiko stunting secara
berkala.
v. Pengawasan dan himbauan untuk menjauhkan ibu hamil dan balita dari paparan
asap rokok.
w. Menegakkan Kembali kegiatan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) khususnya untuk
ibu hamil dan balita.
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Konvergensi penurunan stunting di Kabupaten Bandung secara keseluruhan telah
dilaksankan dengan baik meskipun masih terdapat beberapa kendala. Kendala yang
ditemukan pada beberapa aspek seperti regulasi, sumber daya manusia dan kelembagaan,
penentuan lokus, intervensi spesifik dan intervensi sensitif, ketersediaan data, dan audit kasus
stunting menunjukkan masih diperlukan kerja keras yang harus dilakukan oleh Kabupaten
Bandung agar dapat mencapai target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen.
Adapun beberapa tindak lanjut yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung,
antara lain : (1) penyusunan regulasi; (2) peningkatan kapasitas sumber daya manusia
pendukung upaya penurunan stunting; (3) edukasi dan perbaikan pola asuh; (4) perbaikan dan
integrasi data; dan (5) pencegahan paparan asap rokok bagi ibu hamil dan balita.

2. Saran
Laporan ini merupakan laporan pelaksanaan stunting di Kabupaten Bandung tahun 2022
dimana sampai saat ini belum diketahui determinan stunting pada masing-masing wilayah
baik Desa maupun Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung sehingga sebagai salah satu
rekomendasi diperlukan analisis determinan stunting berbasis kewilayahan sebagai tindak
lanut dari laporan ini.

Soreang, 30 Desember 2022


Mengetahui
Atasan Langsung/Kepala Bidang Perencanaan Perencana Ahli Pertama
Pembangunan Manusia dan Pemerintahan

Zumrotul Nur Azizah, SE


Lilis Rostini, S.H., M.H. NIP. 19960601 201903 2 001
NIP.

Anda mungkin juga menyukai