Anda di halaman 1dari 6

KASUS KORUPSI DIBIDANG PENEGAKKAN HUKUM

“Hakim Pengadilan Tipikor Medan Merry Purba didakwa menerima suap”

MK : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Disusun Oleh:

BETI AKNESIA
P.1337424519078

KELAS EUGENIA 5

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2019
A. Deskripsi Kasus
Hakim Pengadilan Tipikor Medan Merry Purba didakwa menerima suap .
Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa mantan hakim Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Medan Merry Purba menerima suap senilai SGD 150 ribu dari
pengusaha Tamin Sukardi. Menurut jaksa suap itu berkaitan dengan sejumlah putusan
perkara di Pengadilan Negeri Medan. “Terdakwa melakukan atau turut serta
melakukan, menerima hadiah atau janji berupa uang senilai 150 ribu Dolar
Singapura,” penjelasan dari Jaksa KPK, Haeruddin, di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta pada Senin, 14 Januari 2019.

Haeruddin mengatakan uang suap Tamin diberikan melalui panitera pengganti


Pengadilan Negeri Medan yaitu Helpandi. Suap bertujuan agar Merry dan anggota
hakim, memutuskan Tamin Sukardi tidak terbukti bersalah. Adapun perkara korupsi
yang menjerat Tamin adalah kasus korupsi terkait pengalihan tanah negara milik PT
Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa di Pasar IV Desa Helvetia, Deli Serdang,
Sumatera Utara dan Tamin ingin divonis bebas.

Namun, dalam putusan pada 27 Agustus 2018, hakim Wahyu Prasetyo dan hakim
Sontan telah menyatakan bahwa Tamin terbukti bersalah dalam kasus tersebut. Hakim
menghukum Tamin 6 tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan.

Tamin juga diwajibkan membayar uang pengganti Rp 132 miliar. Namun Merry
Purba menyatakan berbeda pendapat atau dissenting opinion dengan menyatakan
dakwaan jaksa tidak terbukti.

Terungkapnya kasus suap hakim ini bermula dari operasi tangkap tangan KPK selang
sehari setelah putusan terhadap Tamin Sukardi dibacakan yaitu pada 28 Agustus
2018. Dalam operasi itu, KPK menangkap Helpandi, Tamin dan Merry Purba, serta
menyita duit SGD 130 ribu yang diduga akan diberikan kepada Sontan.

Atas perbuatan Merry Purba didakwa melanggar Pasal 12 huruf a, c Undang-Undang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP juncto
Pasal 64 ayat 1 KUHP.

B. Analisa Penyebab
Indonesia adalah negara hukum, dimana setiap perbuatan yang melawan
hukum harus diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Idealnya, Setiap orang harus
diperlakukan sama dihadapan hukum, artinya bahwa dalam prosesnya hukum tidak
memandang seseorang berdasarkan jabatan atau kekuasaannya.
Namun dalam kenyataannya kedudukan hukum seringkali dipermalukan oleh
aparat penegak hukum itu sendiri. Dalam menjatuhkan putusan, seorang hakim harus
objektif dan rasional. Namun, tidak jarang dalam menjatuhkan putusan terkadang
hakim seolah-olah mengaburkan fakta-fakta dipersidangan. Saat ini hukum seolah
bisa dibeli dengan uang. Bagi masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan
sudah biasa terjadi. Namun bagi masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya
kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka dengan tuntutan hukum.
Berdasarkan kasus hakim Tipikor Medan Merry Purba yang menerima suap
senilai SGD 150 ribu dari pengusaha Tamin Sukardi. Adapun analisa faktor-faktor
penyebab korupsi diantaranya :
1. Faktor Internal
a. Adanya hasrat yang besar untuk memperkaya diri. Sifat rakus atau tamak yang
dimiliki oleh manusia. Pada sikap rakus tersebut artinya tidak merasa puas
dengan apa yang dimiliki saat ini sehingga mendorong hakim Tipikor Medan
Merry Purba untuk menerima suap dari pengusaha Tamin Sukardi.
b. Moral yang kurang kuat, adanya kesempatan atau kecenderungan untuk
melakukan korupsi. Artinya moral yang dimiliki sangat kurang dan lebih
mementingkan kepentingan diri sendiri.
2. Faktor Eksternal
a. Lemahnya pengendalian pengawasan baik dari pimpinan maupun pengawasan
legislatif dan masyarakat.
b. Adanya dorongan dari pihak luar yang berkaitan.
c. Manajemen pengendalian organisasi yang kurang baik sehingga memberikan
peluang untuk melakukan korupsi.
d. Lemahnya peraturan perundang-undangan dan penegak hukum
C. Analisa Dampak
1. Fungsi pemerintahan mandul
Korupsi telah mengikis kemampuan pemerintah untuk melakukan
fungsi yang sebenarnya, karena perilaku korupsi tidak bisa dipungkiri hanya
bersifat personal tetapi juga mencoreng kredibilitas organiasi pemerintahan
dimana si koruptor bekerja. Sehingga menurunkan citra dan kredibilitas
lembaga pemerintah termasuk dalam menjalankan fungsi-fungsinya. Serta
masyarakat ragu dan lembaga pemerintah harus membayar mahal untuk
mengembalikan reputasinya.
2. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga negara

Atas kedaulatan rakyat sistem hukum diciptakan untuk memberi


otoritas pemerintah yang dipercaya dan menciptakan keteraturan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena korupsi sistem hukum kita masih
menjadi paradoks karena lembaga-lembaga negara pada kenyataannya masih
belum menjalankan fungsinya dengan benar, menurut Barometer Korupsi
Global (BKG) pada tahun 2009, Lembaga Peradilan (MA dan Kejaksaan
Agung) termasuk lembaga korup.

D. Pelanggaran pasal terkait undang undang


Merry Purba melanggar Undang – Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Pasal 12 yaitu :
1. Pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang menerima hadiah atau janji,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.
2. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara
yang yang diserahkan kepadanya untuk diadili
Mendapat hukuman dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (duapuluh tahun) dan
pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
E. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan

Ironi memang ketika hal itu terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat kita
sekarang ini. Kemajuan teknologi dan zaman tidak membuat pola pikir masyarakat
kita menjadi lebih baik dan menjunjung tinggi rasa keadilan serta kemanusiaan.

Oleh karena itu perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara
komprehensif mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling
bawah dengan melakukan pembaruan dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek
perilaku masyarakat hukum kita ke arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek kemanusiaan.

Sudah saatnya kita melakukan reformasi terhadap supremasi hukum di


Indonesia untuk menciptakan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional
terhadap sistem hukum Indonesia. Masih banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum
yang terjadi di negara kita. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap
orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Kepercayaan rakyat harus dikembalikan terhadap pengadilan, hakim dan jaksa
sebagai tempat untuk mencari keadilan bukan tempat sogok menyogok.
DAFTAR PUSTAKA

• https://nasional.tempo.co/amp/1164788/terima-suap-eks-hakim-tipikor-merry-purba-
mulai-diadili
• Undang-undang No. 31 tahun 1999 juncto Undang- Undang No. 20 tahun 2001

Anda mungkin juga menyukai