Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elis Widyawati

Nim : 152212018

Tugas : Mencari contoh kasus dan analisis faktor ekternal & internalnya

1. Contoh kasus:
WAKIL Ketua Komisi II DPR RI Luqman Hakim menilai dugaan kasus korupsi
jual-beli jabatan yang melibatkan Bupati Ngajuk Novi Ramhan Hidayat
merupakan dampak politik berbiaya mahal. Sistem ini yang menyeret banyak
penyelenggara terpaksa atau berupaya mengembalikan modal politik.

 Faktor internal :
Aspek Perilaku Individu (Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya
diri.)
Aspek Sosial (lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan
dorongan bagi orang untuk korupsi )
 Faktor eksternal :
Aspek Politis (Ia mengatakan sistem politik yang biaya mahal akan
cenderung menjadi faktor penyebab korupsi bagi para pemegang kuasanya.
Celakanya, di negeri ini sistem politik yang di dalamnya terdapat aturan
pemilu dan pilkada, dalam pelaksanaannya telah menghasilkan praktek
politik berbiaya mahal)

2. KPK miris masih ada praktik jual beli jabatan yang dilakukan pejabat tinggi.
Ketum PPP Romahurmuziy (RMY) diduga menerima uang Rp 300 juta dalam
praktik jual-beli jabatan di Lingkungan Kementerian Agama. “KPK sangat miris
dan menyesalkan terjadinya kembali jual-beli jabatan di kementerian yang
seharusnya memberikan contoh baik bagi instansi lain,” kata Wakil Ketua KPK
Laode M Syarif dalam jumpa pers di gedung KPK, JL Kuningan Persada, Jakarta
Selatan, Sabtu (16/3/2019). Dalam kasus Rommy ini, KPK menemukan bukti
transaksi uang ke Rommy untuk seleksi pengisi jabatan pimpinan tinggi di
Kemenag. Muhammad Muafaq Wirahadi (MFQ) memberikan uang Rp 50 juta
kepada Rommy untuk posisi Kepala Kntor Kemenag Kabupaten Gresik.
Sedangkan Haris Hasanuddin (HRS) disebutkan pernah menyetor uang Rp 250
juta untuk posisi Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Timur. Menurut Syarif,
seharusnya seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi pada Kementerian bisa
menutup ruang peluang Korupsi. Apalagi, pejabat tinggi seharusnya lolos seleksi
berdasarkan kompetensi, bukan lewat suap. Tim KPK mengamankan uang total
Rp 156.758.000 dari sejumlah orang yang diamankan, Rommy dijerat dengan
Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 UU Nomor 20/2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Sedangkan
Muafaq Wirahadi dan Haris Hassanuddin disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1
huruf a atau huruf b atau Pasal 13 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Analisis kasusnya :
 Seperti kita ketahui Etika merupakan kebiasaan yang berkaitan dengan
tindakan dan tingkah laku manusia, dari hal tersebut menunjukan bahwa
kebiasaan baik atau buruk dalam tindakan atau tingkah laku manusia
tersebut mencerminkan bagaimana etika yang ada dalam diri manusia, jika
tindakannya baik maka dikatakan etika yang dimiliki manusia tersebut
baik, begitupun sebaliknya, karena etika berkaitan dengan baik atau buruk.
Termasuk halnya tindakan korupsi yang terjadi di kasus diatas, tindakan
korupsi ini merupakan tindakan yang buruk, dimana merugikan orang lain
termasuk orang kecil, padahal pelaku dari tindakan korupsi ini merupakan
tokoh yang berperan penting dalam kemajuan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia. Terlebih lagi diketahui bahwa tindakan ini dilakukan oleh
tokoh dalam Kementerian Agama dimana kita ketahui bahwa setiap
Agama memiliki nilai-nilai yang menjunjung tinggi kejujuran, harusnya
sebagai Lembaga yang dianggap menjunjung nilai-nilai kejujuran dalam
Agama, tidak boleh melakukan hal tersebut, karena kita ketahui bahwa
memakan uang hasil korupsi adalah haram hukumnya. Hal ini semakin
memperkuat bahwa etika dan nilai-nilai agama yang dimilki pelaku
tersebut adalah buruk, mereka berani melawan nilai-nilai kejujuran yang
ditanamkan Tuhan demi keuntungan mereka sendiri.
 Actus Humanus mengandaikan ahwa rasio manusia berada dalam
fungsinya sedemikian rupa sehingga ia adalah tuan dan pemilik atas
perbuatannya sendiri. Actus Humanus adalah syarat perbuatan moral.
Artinya etika berada dalam lapangan perbuatan manusiawi. Perbuatan
moral artinya perbuatan itu berada dalam penilaian baik/buruk dan
terpuji/tercela. Selain itu, perbuatan moral artinya perbuatan itu ada dalam
konteks kebebasan dan tangung jawab menusia. Dari pernyataan ini maka
setiap tindakan memiliki konsekuensi yang harus ditanggung oleh pemilik
atas tindakan tersebut, maka dari kasus tindakan korupsi tersebut pelaku
dikenai hukuman yang sesuai pasal yang telah diatur, dia harus menerima
konsekuensi atas perbuatan yang jelas-jelas melanggar hukum dan norma
yang berlaku, selain itu pelaku juga mendapat dosa atas pelanggaran nilai-
nilai kejujuran dalam suatu Agama, pelaku juga harus menerima
konsekuensi bahwa seluruh rakyat telah menganggap bahwa dia memiliki
etika yang buruk.
 Actus Humanus berkaitan dengan free act (tindakan bebas), dalam
pernyataan ini setiap manusia diberi kebebasan untuk bertindak atau
melakukan sesuatu, bebas dalam artian tidak melawan aturan misalnya
seperti bebas menentukan makanan apa yang akan dimakan, warna apa
yang disukai, bila berkaca dari kasus tersebut pelaku salah dalam
mengartikan kebebasan, pelaku menggunakan kekuasaannya untuk bebas
melakukan apapun demi keuntungannya sendiri.
 Kebebasan mengandaikan dua hal, yaitu tahu dan mau, maknanya setiap
perbuatan yang dilakukan oleh manusia berdasar atas kehendaknya untuk
mengetahui dan menghendaki, dalam kasus tersebut pelaku mengetahui
bahwa perbuatannya merupakan tindak kejahatan, namun pelaku
menghendaki untuk melakukan perbuatan tersebut, karena mengikuti sifat
tamak dan rasa ketidak puasan atas apa yang telah ia miliki. Karena
dibutakan oleh ketamakan pelaku tidak sadar bahwa yang ia lakukan
mengakibatkan terjadinya kemiskinan, kesenjangan sosial, serta kualitas
jaminan kesehatan bagi rakyat menengah kebawah menjadi menurun

3. 29 Desember 2011 dikatakan seorang Kepala dinas pendidikan di Kota Makmur


(Sukoharjo) sudah ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana bantuan siswa yang
tidak mampu selama tahun ajaran 2009 dan tahun 2010 dengan nilai milyaran
Rupiah. Apalagi kondisi sekarang ini praktek korupsi semakin membabi buta
seolah-olah perbuatan itu sudah biasa, yang ramai sekarang ini banyak pejabat
yang terlibat korupsi yaitu seperti kasus Hambalang, SIM, E-KTP ini melibatkan
banyak pejabat dan para Pimpinan Dewan yang Mulia
 Faktor internal ini merupakan penyebab terjadinya korupsi yang
datangnya dari diri sendiri (si Pelaku). Ketika seseorang yang menduduki
suatu jabatan dirinya berpikir secara materialistik dan konsumtif, maka
keadaan yang memungkinkan dari kedudukannya itu digunakan untuk
meraih suatu materi untuk memenuhi hasratnya mendapatkan materi yang
banyak dengan permainan uang dan korupsi. Hal itu tidak lain di dasari
dari sifat tamak manusia, moral yang kurang kuat menghadapi godaan,
gaya hidup konsumtif, dan tidak mau bekerja keras
 Faktor eksternal terjadinya korupsi karena pengaruh-pengaruh dari luar
diri orang tersebut dan tidak dibentengi dengan keimanan. Pihak luar
memberikan janji-janji dengan sebuah materi jika keinginannya itu
diberikan kemudahan-kemudahan dalam mencapai tujuannya, contohnya
dalam perebutan tender proyek. Jadi di sini kurangnya tauladan dari para
pemimpin untuk berbuat baik, bahkan para pemimpin mencontohi yang
salah. Lemahnya tingkat keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika.
Di samping itu juga faktor Politik perilaku seperti penyuapan, jual beli
jabatan dst, Hukum terdiri dari aspek perundang-undangan dan lemahnya
penegakan hukum, tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan
dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang multi
tafsir, ekonomi maupun Birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai