Anda di halaman 1dari 13

Faktor-faktor Penyebab Korupsi di Indonesia

PUJI NUGRAHANTI

119106019 / Ilmu Komunikasi 2019 – 2020

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KATA PENGANTAR

Penyusun mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunianya penyusun dapat menyelesaikan Paper yang berjudul “Faktor-faktor Penyebab
Korupsi di Indonesia” untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan
dengan baik.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah


membantu dan membimbing dalam proses pembuatan Paper ini dan penyusun membuat paper ini
dengan tujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang “Faktor-faktor Penyebab Korupsi
di Indonesia”.

Akhir kata semoga Paper ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada
khususnya. Seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa “Tiada gading yang tak retak”
demikian pula dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk
itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca terutama dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan.

Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih.

Bogor, April 2020

Puji Nugrahanti

Penyusun
Faktor-faktor Penyebab Korupsi di Indonesia

Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhakan korupsi penyebab
korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, aspek sikap
komsumtif dan aspek sosial seprti keluargayang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku
korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak mencukupi
kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik,aspek hukum, terlihat bruknya wujud
perundang undanga dan lemahnya penegak hukum serta aspek sosialyaitu lingkungan
masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik bersal dari dalam diri pelaku atau dari
pelaku luar. Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjdi karena beberapa faktor yaitu:

1. Faktor Politik
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinnya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi
instabilitasi politik, kepentingan politis para pengusa kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan
2. Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi merupakn salah satu penyebab terjadinnya korupsi. Hal itu dapat dijelaskan dari
pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan.
3. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengoranisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi ata dimana
korupsi terjadi biasannya memberi andil terjadinnya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinnya korupsi (Tunggal 2000).
4. Faktor Hukum
Faktor Hukum bisa dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain
lemah penegak hukum. Dari faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan
jika kita menganalis masing-masing faktor penyebab korupsi tersebut. Pelaku korupsi paling
banyak terdapat pada politik dan hukum. Semua faktor memberikan pengaruh.
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Ada dua faktor penyebab korupsi

Faktor Internal

Faktor internal sangat berhubungan dengan perilaku manusia karena berasal dari diri manusia
dan mengarah pada sifat yang dimiliki manusia diantaranya:

1. Sifat tamak manusia


Sifat tamak atau rakus adalah sifat yang dimiliki manusia yang selalu kurang atas apa
yang dimilikinya atau kurangnya rasa syukur. Seseorang yang memiliki sifat tamak selalu
mempunyai hasrat dalam dirinya untuk menambah harta dan kekayaan yang bisa
membuat dirinya melakukan tindakan yang dinamakan korupsi.
2. Moral yang kurang kuat
Seseorang yang memiliki sifat kurang konsisten atau moralnya yang kurang kuat akan
lebih mudah melakukan tindakan korupsi baik pengaruh yang berasal dari luar, dari
dalam dirinya, atasan atau bawahan.
3. Gaya hidup yang konsumtif
Gaya hidup konsumtif sangat berhubungan dengan pendapatan seseorang jika pendapatan
seseorang lebih kecil dari gaya hidup tersebut, maka tidak menutup kemungkinan orang
tersebut melakukan tindakan korupsi karena pendapatan yang tidak seimbang dengan apa
yang telah di konsumsinya
Faktor Eksternal

Faktor eksternal penyebab korupsi lebih condong terhadap pengaruh dari luar diantaranya:

1. Politik
Politik merupakan suatu faktor yang di dalamnya banyak kecurangan mulai bawahan
sampai atasan dalam setiap organisasi dalam politik banyak orang yang bermain-main
yang tidak jujur didalamnya. Orang-orang yang suka melakukan kompromi dari situlah
muncul tindakan korupsi yang biasanya bersifat tertutup.Ekonomi
Di dalam ekonomi setiap orang mengenal pendapatan dan kebutuhan dan apabila
pendapatan lebih rendah daripada kebutuhan maka seseorang akan melakukan segala cara
yang di dalamnya terdapat suatu tindakan korupsi.
2. Hukum
Di dalam suatu hukum dapat terjadi korupsi, karena banyak orang yang tersusun secara
struktural yang mampu memunculkan permainan-permainan curang. Aturan yang berada
dalam hukum tidak semuanya berjalan murni tetapi ada manipulasi di dalamnya tanpa
sepengetahuan banyak orang. Hukum akan secara mudah dipermainkan oleh siapa saja
yang didalamnya baik oleh pakar hukum, ataupun ahli hukum yang lain, sehingga tidak
menutup kemungkinan terjadi tindakan korupsi.
3. Organisasi
Kurangnya adanya sikap keteladanan pemimpin
4. Posisi pemimpin dalam suatu lemabag formal maupun informal mempunyai pengaruh
penting bagi bagi bawahannya. Apabila pemimpin tidak bisa memberikan keteladanan
yang baik di hadapan bawahannya, misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar
bawahannya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.
5. Tidak ada kultur organisasi yang benar
Kulturr organisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur
organisasi tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif .
6. Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Intitusi pemerintahan umumnya pada satu sisbelum dirumuskan dengan jelas visi dan
misi. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit melakukan penilaian.
7. Kelemahan sistem pengendalian manajemen
Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi.
Semakin longgar atau lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin
terbuka perbuatan tindak korupsi anggota di dalamnya.
8. Lemahnya pengawasan
Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal (pengawasan
fungsional dan pengawasan langsung pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
(pengawasan darin legislatif dan masyarakat)

Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor diantaranya adanya tumpang tindih
pengawasan pada berbagai instanti, kurangnya profesional pengawas serta kurangnya kepatuhan
pada etika hukum maupun pemerintahan oleh pengawasan sendiri.

ANALISIS

Korupsi disebabkan oleh dua faktor, yaitu Internal dan Eksternal. Namun, dari paparan di
atas faktor eksternal lebih mendominasi seseorang untuk melakukan korupsi. Hal tersebut
dikarenakan seorang individu lebih sering melakukan kegiatannya di luar rumah atau dapat
dikatakan mereka lebih sering bersosialisasi, sehingga pengaruh-pengaruh dari luar lebih mudah
mempengaruhi seseorang untuk melakukan korupsi. Namun, faktor internal juga ikut andil dalam
mempengaruhi seseorang melakukan tindakan korupsi. Dikarenakan kodrat manusia yang selalu
merasa kurang dalam pemenuhan kebutuhan kepuasan hidup. Selain berdasarkan dari kodrat,
faktor internal juga dilihat dari lingkungan keluarga yang mendidik seseorang berperilaku sesuai
dengan nilai dan norma.

Dari lingkungan sekitar individu dapat pula membentengi seseorang untuk melakukan tindakan
korupsi, seperti halnya terdapat pengawasan pada individu dan sanksi diberikan sebagai upaya
preventif dalam tindakan korupsi. Upaya-upaya ini akan terwujud jika semua pihak mau terlibat,
dalam hal ini keluarga, masyarakat, dan pemerintah serta pribadi seseorang itu sendiri. Karena,
korupsi mempunyai sifat yang kolektif, artinya sang pelaku korupsi pasti mempunyai teman atau
partner yang melakukan kerja sama dalam tindakan korupsi ini. Sehingga sebagai mahasiswa
yang belajar pendidikan anti korupsi diharapkan mahasiswa mampu menerapkan nilai, norma
dan prinsip-prinsip dalam mata kuliah pendidikan anti korupsi.
5 Kasus Korupsi Terbesar di Indonesia dengan Kerugian Negara
Fantastis

1. Kotawaringin Timur
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai tersangka atas kasus
korupsi penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di daerah itu. Dalam kasus ini, negara tercatat
mengalami kerugian hingga Rp 5,8 triliun dan 711 ribu dolar AS.

Supian yang juga kader PDIP ini diduga menguntungkan diri sendiri dan korporasi dalam
pemberian IUP kepada tiga perusahaan yakni PT. Fajar Mentaya Abadi (PT. FMA), PT. Billy
Indonesia (PT. BI) dan PT. Aries Iron Maining (PT. AIM) pada periode 2010-2015.
Peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Emerson Yuntho menyebut kasus korupsi Bupati
Kotawaringin Timur menjadi salah satu kasus orupsi terbesar yang ditangani oleh KPK.

2. Kasus BLBI

Kasus korupsi Bantuan Likuiditas Nak Indonesia (BLBI) yang telah bergulir sejak lebih dari satu
dasawarsa ini juga menjadi salah satu kasus korupsi terbesar yang pernah ada di Tanah Air.
Hingga kini, kasus yang membelit sejumlah petinggi negara dan perusahaan besar ini masih juga
belum menemui titik terang.
BLBI adalah program pinjaman dari Bank Indonesia kepada sejumlah bank yang mengalami
masalah pembayaran kewajiban saat menghadapi krisis moneter 1998. Bank yang telah
mengembalikan bantuan mendapatkan Surat Keterangan Lunas (SKL), namun belakangan
diketahui SKL itu diberikan sebelum bank tertentu melunasi bantuan.

Menurut keterangan KPK, kerugian negara akibat kasus megakorupsi ini mencapai Rp 3,7
triliun. Penyelesaian kasus besar yang ditargetkan rampung 2018 ini pun kembali molor hingga
2019.

3. Kasus E-KTP
Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling fenomenal. Kasus yang
menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto ini telah bergulir sejak 2011
dengan total kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun.

Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK atas kasus ini dan hingga kini ada 8
orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.
Mereka adalah pengusaha Made Oka Masagung, Keponakan Setya Novanto yakni Irvanto
Hendra Pambudi, Mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Dirjen
Dukcapil Kemendagri Sugiharto, Mantan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kemendagri Irman, pengusaha Andi Narogong, Mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto,
Anggota DPR Markus Nari, dan Direktur PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo.

4. Proyek Hambalang
Kasus proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana Olahraga Nasional
(P3SON) di Hambalang juga tercatat menjadi salah satu kasus korupsi besar yang pernah ada.
Nilai kerugiannya mencapai Rp 706 miliar.

Pembangunan proyek Hambalang ini direncanakan dibangun sejak masa Menteri Pemuda dan
Olahraga Andi Malarangeng dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,2 triliun. Proyek yang
ditargetkan rampung dalam waktu 3 tahun ini mangkrak hingga akhirnya aliran dana korupsi
terendus KPK.

Aliran dana proyek ini masuk ke kantong beberapa pejabat. Di antaranya Mantan Menpora Andi
Malarangeng, Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram, Ketua Umum Partai Demokrat Anas
Urbaningrum, Direktur Utama PT Dutasari Citra Laras Mahfud Suroso, Anggota DPR Angelina
Sondakh.

5. Soeharto
Mantan Presiden Kedua Soeharto disebut-sebut telah melakukan tindak pidana korupsi terbesar
dalam sejarah dunia. Kekayaan negara yang diduga telah dicuri oleh Soeharto berkisar antara 15
hingga 35 miliar dolar AS atau sekitar Rp 490 triliun.

Lembaga internasional yang memerangi korupsi yakni Transprency International merilis bahwa
Soeharto menjadi salah seorang tokoh paling korup di dunia. Diperkirakan masih ada banyak
sumber pemasukan keluarga Soeharto dari hasil perusahaan swasta dan kebijakan yang ia buat
untuk memperkaya diri.

Peneliti ICW Emerson Yuntho meminta agar pemerintah dapat segera mengusut tuntas kasus
korupsi terbesar ini. Sebab penyelesaian kasus ini merupakan mandate reformasi
PENGAWASAN, PELANGGARAN DAN PROYEKSI PILKADA 2018

Penyelenggaraan Pilkada 2018 telah usai, namun evaluasi atas pendanaan dalam proses kampany
e menjadi salah satu sorotan mengingat tingginya potensi korupsi yang
terjadi. Pelaporan dana kampanye pasangan calon semestinya menjadi laporan yang
menunjukkan kualitas keuangan pasangan calon. Di dalamnya termasuk kejujuran dalam
membeberkan aktivitas keuangan yang riil dilakukan saat masa kampanye berlangsung.
Setidaknya hal ini menjadi salah satu sarana informasi publik guna mempercayai atas laporan
transaksi keuangan yang valid dan transparan. Namun, melihat pemberitaan terkait operasi
tangkap tangan (OTT) KPK yang masih kencang berembus, terutama pada calon
gubernur/bupati/walikota menjadi timbul pertanyaan, apakah selama ini pelaporan yang di
lakukan riil atau invalid? Penangkapan Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Partai Golkar
(13/7/18), Eni Saragih yang notabene adalah istri dari M Al-Khadziq, Bupati Temanggung
terpilih Pilkada 2018 memunculkan beberapa spekulasi bahwa dana yang diterima Eni juga
digunakan sebagai sarana pemenangan suaminya. Padahal jelas bahwa pasangan calon dilarang
menerima dana
yang berasal dari pemerintah/pemerintah daerah/BUMN/BUMDes, dengan sanksi pembatalan ca
lon. Selain itu terdapat Ahmad Hidayat Mus, pemenang Pilgub 2018 ProvinsiMaluku Utara, dan
Syahri Mulyo, Pemenang Pilbup Tulungagung yang tertangkap KPK dan saat ini sedang
menjalani pemeriksaan.Sungguh sebuah fenomena yang memilukan; sedari awal terpilih sudah
terbelenggu korupsi. Lalu, bagaimana dengan realisasi janji-janji kesejahteraan untuk rakyat
yang akan dipenuhi pasca-dilantik nanti? Kesadaran atas perlawanan terhadap korupsi masih
terasa stagnan di gincu para penguasa. Mereka umumnya berlomba-lomba membangun
institusi politik dan negara dengan penuh ambisi, namun regulasi yang terbangun sulit dicerna ak
al budi (Kristiadi, 2018). Pelaporan Dana Kampanye pasangan calon dikhawatirkan justrumenjad
i sarana pelaporan formalitas yang memicu perilaku potensi korupsi pasangan
calon.Hingga pilkada serentak gelombang ketiga, belum ada kontestan yang mendekam disel
penjara akibat ketidakbenaran laporan dana kampanye. Namun, contoh baik ditunjukkandari
KPU Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan yang berani mendiskualifikasi pencalonan
Sabirin Yahya Mahyanto karena pasangan tersebut tidak menyerahkan laporan akhir penerimaan
dan pengeluaran dana kampanye (LPPDK).
ini juga pernah terjadi pada pasangan Ridwan Lahiya-Maxi Millan pada pencalonan
WalikotaBitung, Sulawesi Utara dengan kasus yang sama.Dalam kondisi ini ketidakpatuhan
seakan menjadi enteng bagi paslon; mereka mulai
tidak mengindahkan sempritan peluit dari penyelenggara pemilu. Maka, pilkada yang berlangsun
g tampak damai dan sejahtera ini konon hanya sebuah pesta elite yang akhirnya menguntungkan
beberapa pihak. Tentu saja bahwa sumbangan atau fulus yang
diperoleh pasangan calon tidak otomatis bebas kepentingan. Kasus OTT calon Gubernur NTT,M
arianus Sae oleh KPK beberapa waktu lalu setidaknya membuktikan bahwa uang suap
yangditerimanya dari sebuah institusi digunakan untuk kepentingan pencalonan pada
kontestasi pada 2018.Hal senada juga terjadi dengan calon Gubernur Sulawesi Tenggara, Asrun
(Ayah),dan Walikota Kendari (2017-2022) Adriatma (anak) -
keduanya membangun dinastikekerabatan politik dengan mengkorupsi
dana proyek infrastruktur yang akan digunakandalam pemenangan kontestasi Asrun (sang ayah)
yang merupakan calon Gubernur Sultra2018. Setidaknya ini membuktikan bahwa anggaran
negara merupakan bidikan efektif bagimodal kampanye pasangan calon.

UU 10 tahun 2016 Pasal 76 menyebutkan, "Semua calon dilarang untuk menggunakan


dana dari negara dan dana yang tidak jelas sumber muasalnya." Namun,
seperti pada kasus calon Gubernur NTT, meski sudah berstatus tersangka, KPU tidak otomatisme
mbatalkan keikutsertaannya sebagai paslon Pilgub 2018. Lalu, dana apa yang akandigunakan?
Bukankah sudah jelas bahwa sumber pendanaan yang akan digunakan, meskitidak sebagian
besar, dana tersebut adalah hasil penyelewengan yang teranulir secara hukum?Penyelenggara
pemilu bergeming atas kondisi ini. Komisi II DPR tetap
mendukung para calon dari partai/gabungan partai yang sudah dipersiapkan jauh-
jauh hari untuk tetapmelenggang mengikuti proses kontestasi meski KPK sudah mengumumkan
status tersangkadan mondar-mandir dengan rompi oranye guna pemeriksaan lebih
lanjut.Mengingt rentannya pelanggaran dana kampanye yang terjadi disaat
kontestasi pemilu berlangsung, maka upaya pengawasan terhadap dana kampanye menjadi teram
at penting.Karna dapat mencegah manipulasi dan dominasi penyumbang kepada calon. Selain itu
, pengawasan juga dapat mencegah dana kampanye dari sumber illegal atau hasil tindak pidana.
Titik fokus pengawasan dana kampanye

Ada lima hal yang menjadi titik fokus :


1. Besar sumbangan yang berasal dari pasangan calon
2. Kesesuaian pengeluaran dana kampanye dengan fakta di lapangan
3. Perlu di pastikan bahwa laporan dana kampanye bersifat terbuka ( sesuai UU,tranparan
dan akuntabel )
4. Evaluasi seluruh laporan dana kampanye seluruh pasangan calon
5. Pengawasan akuntan publik supaya menjalankan audit dana kampanye secara ketatdan
benar

Menodai Kepercayaan

Menurut Robinson (2012) kegagalan negara dalam menghadirkan kesejahteraan bagirakyatnya


dipicu oleh lembaga politik ekstraktif yang didominasi oleh kalangan tertentu.Lembaga ini justru
menjadi buncahan segelontor elite yang ingin mengendalikan kekuasaan tanpa diganggu oleh
pihak-pihak lain (masyarakat). Representasi ini menjadi terpotret dalamsegitiga antara pasangan
calon, pengusaha, dan elite parpol yang mana mereka tidak bias diintervensi oleh pihak mana
pun.Kasus tertangkapnya perusahaan PT Tradha milik Bupati Kebumen non-
aktif,Muhammad Yahya Fuad, yang menjadi tersangka kasus tindak pidana pencucian uang(TPP
U), menjadi bukti nyata bahwa pilkada merupakan lahan subur pendomplengan
praktik gratifikasi (penyelewengan) yang jamak dilakukan para penguasa daerah. Jasa
penerimaan uang fee dari para kontraktor daerah yang ikut berafiliasi tender menjadi sumber
pendapatanyang berjenis suap. Penyelenggara pemilu sebagai pelaksana teknis hanya bisa
terjebak dalamaturan yang sudah ditetapkan. Peraturan terkait dana kampanye masih
dikedepankan sebagai wujud prasyarat semata.
Kontrol yang diberikan hanya sebatas penyelenggara mampu membangun MOU dengan
PPATK, KPU, KPK dan Bawaslu. Pemenuhan aspek integritas hak-hak masyarakat sipil
oleh para penguasa daerah acapkali hadir ketika menjelang pemilihan berlangsung.Pertama,
pengawas pemilu harus berani membeberkan ketidak benaran hasil laporan dalam
hasil pengawasan dana kampanye. Kedua, mendorong RUU perampasan aset segera disahkan,
dengan harapan siapapun pelaku korupsi akan segera mengetahui bahwa hartanya otomatis akan
terkuras habis dengan kekuatan UU tersebut.
Ketiga, menekankan masyarakat pemilih untuk mempublikasikan
track record keburukan calon kepala daerah agar tidak dipilih. Dengan demikian diharapkan
tidak akan ada lagi pemimpin terpilih yang menodai kepercayaan publik. Apalagi
melanggengkan praktik kebusukan anggaran sejak pelaksanaan pencalonan hingga terpilih menja
di pejabat daerah.

Isu mengenai politik uang selalu muncul saat kampanye politik di Indonesia,nampaknya
mengeliminasi budaya politik uang hampir tidak mungkin.
Sejakpemilihan pertama, isu politik uang selalu menyebar setiap saat pemilihan berlangsung. Me
nurut penulis, melalui konsep kampanye politik yang santun bisa menyelesaikan masalah money
politics.
Seorang kandidat harus mengembangkan serangkaian komunikasi politik, perencanaan pemasara
n dan kampanye politik dengan menggunakan cara yang efektif danterpadu untuk memenangkan
pemilihan. Garis besar rancangan kampanye
politik dalammakalah ini bertujuan untuk menyelesaikan praktik politik uang, untuk
mengembalikankecocokan pemilih terhadap kandidat, untuk mendorong harga diri para pemilih,
untuk mengurangi persepsi yang benar bahwa pemilihan bukan hanya sebuah perayaan sesaat,
tapi juga jujur. dan partai demokrasi bersih. Rancangan kampanye politik ini dirancang untuk dii
mplementasikan dalam pemilihan tingkat kabupaten dan dapat diajukan untuk
kandidatindependen, kandidat dari partai politik dan calon presiden.
REFERENCE
Sugiarto, Toto. 2017. Potensi Pelanggaran Dana Kampanye dalam Pelaksanaan PilkadaTahun
2018 dalam Potret Pengawasan dan Penanganan Pelanggaran Pilkada 2017.Bandung: Bawaslu
Jawa Barat
https://www.kompasiana.com/ita_purnamasari/57fe3807bb9373c847f98bcf/faktorfaktor-penyebab-
korupsi-di-indonesia
https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia-dengan-
kerugian-negara-fantastis

Anda mungkin juga menyukai