Dibuat oleh
52418020
Akuntansi
MADIUN
KASUS KORUPSI YANG MELIBATKAN TOKOH PENTING DI INDONESIA
DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ETIKA DAN ACTUS HUMANUS MANUSIA
Abstract:
Paper ini menjelaskan tentang bagaimana pandangan etika dan actus humanus
manusia tentang tindakan korupsi. Dalam hal ini korupsi memang sudah jelas merupakan
perbuatan yang melanggar etika, dimana etika berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku
manusia. Sedangkan dalam actus humanus berkaitan dengan kebebasan manusia melakukan
sesuatu dimana manusia mengetahui dan menghendaki perbuatannya tersebut, jadi dalam hal
ini manusia adalah tuan atas perbuatannya, sehingga dialah yang akan menanggung
konsekuensi atas perbuatan tersebut, tindakan korupsi merupakan tindakan yang merugikan
rakyat, dimana pelaku menghendaki melakukan hal tersebut demi keuntungannya sendiri, dan
konsekuensinya pelaku terjerat hukum dan dianggap memiliki etika yang buruk oleh rakyat.
ETIKA
Etika secara etimologis berasal dari Yunani, “ethos”, yang berarti “custom”
atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia, juga dapat
berarti “karakter” manusia (keseluruhan cetusan perilaku manusia dalam
perbuatannya).
Ethos memiliki makna “annaction that is one’s own”, atau suatu tindakan
yang dilakukan seseorang dan menjadi miliknya. Makna ethos semacam ini juga
dimiliki oleh kata Latin, “mores”, yang darinya kata “moral” diturunkan. Dengan
demikian ethical dan moral sinonim. Etika adalah filsafat moral.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan sebuah sifat yang berasal dari diri kita sendiri, terdapat
beberapa faktor yang mencakup faktor internal ini, diantaranya:
a. Sifat Tamak, merupakan sifat yang dimiliki manusia, dimana manusia tersebut
menginginkan kebutuhan yang lebih dan selalu kurang akan sesuatu yang
didapatkan.
b. Gaya hidup konsumtif, merupakan perilaku manusia dalam mencapai kebutuhan
hidupnya, jika perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan pendapatan yang
diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang mencakup faktor eksternal ini, diantaranya:
a. Faktor Politik, dalam sebuah politik akan selalu ada persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia akan bersaing demi mendapat kekuasaan
yang lebih tinggi, berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut.
Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap-menyuap dalam mendapatkan
kekuasaan.
b. Faktor Hukum, dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang
tumpul keatas lancip kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam
mengatasi suatu masalah. Sudah terbukti bahwa praktek praktek menyuap suatu
lembaga hukum dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga dalam hal tersebut
dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi karena banyaknya
kelemahan dalam sebuah hukum yang mendeskriminasi sebuah masalah.
c. Faktor Ekonomi, dorongan manusia untuk memiliki kekayaan membuat manusia
melakukan tindak korupsi.
d. Faktor Organisasi, di dalam struktur organisasi akan terjadi suatu tindak korupsi
jika didalam struktur tersebut belum ada kejujuran dan kesadaran diri dari setiap
pengurus maupun anggota.
Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum,
melainkan sekedar kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara,
Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan
pemberantasan korupsi di Indonesia semakin ditingkatkan oleh pihak yang berwenang,
namun apa jadinya jika korupsi yang dilakukan malah melibatkan tokoh penting yang
harusnya berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut merupakan
salah satu contoh kasus korupsi yang melibatkan tokoh penting di Indonesia :
(detik.com) KPK miris masih ada praktik jual beli jabatan yang dilakukan pejabat
tinggi. Ketum PPP Romahurmuziy (RMY) diduga menerima uang Rp 300 juta dalam praktik
jual-beli jabatan di Lingkungan Kementerian Agama.
Dalam kasus Rommy ini, KPK menemukan bukti transaksi uang ke Rommy untuk
seleksi pengisi jabatan pimpinan tinggi di Kemenag. Muhammad Muafaq Wirahadi (MFQ)
memberikan uang Rp 50 juta kepada Rommy untuk posisi Kepala Kntor Kemenag Kabupaten
Gresik. Sedangkan Haris Hasanuddin (HRS) disebutkan pernah menyetor uang Rp 250 juta
untuk posisi Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Timur.
Menurut Syarif, seharusnya seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi pada Kementerian
bisa menutup ruang peluang Korupsi. Apalagi, pejabat tinggi seharusnya lolos seleksi
berdasarkan kompetensi, bukan lewat suap.
Tim KPK mengamankan uang total Rp 156.758.000 dari sejumlah orang yang
diamankan, Rommy dijerat dengan Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 11 UU Nomor
20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
07.00 WIB
KPK mendapat informasi akan ada penyerahan uang dari MFQ ke RMY di Hotel
Bumi Hyatt Surabaya, Dugaanya, penyerahan uang dilakukan dari HRS kepada RMY,
melalui ANY (Amin Nuryadin,selaku asaisten RMY), pada pagi hari, Jumat 15 Maret 2019.
07.35 WIB
Setelah mendapat bukti adanya dugaan penyerahan uang. Tim segera mengamankan
MFQ dan sopirnya, bersama AHB (Abdul Wahab, Caleg PPP Gresik) di Hotel Bumi Hyatt,
Surabaya. Dari MFQ tim mengamankan uang Rp 17,7 juta dalam amplop putih.
Tim KPK juga mengamankan ANY yang sedang memegang sebuah tas kertas tangan
dengan logo salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berisikan uang Rp 50 juta.
Dari ANY, KPK juga mengamankan uang Rp 70,2 juta. Sehingga, total uang yang
diamankan Dri ANY sebesar Rp 120,2 juta.
07.50 WIB
Secara paralel, tim KPK mengamankan RMY di sekitar kawasan hotel. Kemudian
HRS di kamr hotel yang sama, beserta uang sejumlah Rp 18,85 juta. Semua pihak dibawa ke
Mapolda Jawa Timur untuk pemeriksaan lebih lanjut.
17.00 WIB
20.13 WIB
Enam orang yang tertangkap dan telah menjalani pemeriksaaan di Mapolda Jawa
Timur, tiba di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
20.30 WIB
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Kholis telah mendatangi Gedung KPK
terkait kebutuhan klasifikasi pasca penyegelan ruangan Menteri Agama dan Sekjen
Kementerian Agama.
ANALISIS KAITAN MATERI DAN KASUS
Seperti kita ketahui Etika merupakan kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan dan
tingkah laku manusia, dari hal tersebut menunjukan bahwa kebiasaan baik atau buruk
dalam tindakan atau tingkah laku manusia tersebut mencerminkan bagaimana etika
yang ada dalam diri manusia, jika tindakannya baik maka dikatakan etika yang
dimiliki manusia tersebut baik, begitupun sebaliknya, karena etika berkaitan dengan
baik atau buruk.
Termasuk halnya tindakan korupsi yang terjadi di kasus diatas, tindakan korupsi ini
merupakan tindakan yang buruk, dimana merugikan orang lain termasuk orang kecil,
padahal pelaku dari tindakan korupsi ini merupakan tokoh yang berperan penting
dalam kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Terlebih lagi diketahui bahwa tindakan ini dilakukan oleh tokoh dalam Kementerian
Agama dimana kita ketahui bahwa setiap Agama memiliki nilai-nilai yang
menjunjung tinggi kejujuran, harusnya sebagai Lembaga yang dianggap menjunjung
nilai-nilai kejujuran dalam Agama, tidak boleh melakukan hal tersebut, karena kita
ketahui bahwa memakan uang hasil korupsi adalah haram hukumnya.
Hal ini semakin memperkuat bahwa etika dan nilai-nilai agama yang dimilki pelaku
tersebut adalah buruk, mereka berani melawan nilai-nilai kejujuran yang ditanamkan
Tuhan demi keuntungan mereka sendiri.
Kebebasan mengandaikan dua hal, yaitu tahu dan mau, maknanya setiap perbuatan
yang dilakukan oleh manusia berdasar atas kehendaknya untuk mengetahui dan
menghendaki, dalam kasus tersebut pelaku mengetahui bahwa perbuatannya
merupakan tindak kejahatan, namun pelaku menghendaki untuk melakukan perbuatan
tersebut, karena mengikuti sifat tamak dan rasa ketidak puasan atas apa yang telah ia
miliki. Karena dibutakan oleh ketamakan pelaku tidak sadar bahwa yang ia lakukan
mengakibatkan terjadinya kemiskinan, kesenjangan sosial, serta kualitas jaminan
kesehatan bagi rakyat menengah kebawah menjadi menurun
Demikian paper ini saya buat, semoga bermanfaat, dan semoga berbagai kasus korupsi yang
terjadi di Indonesia segera dituntaskan, serta tidak akan terulang lagi kasus korupsi lain yang
akan semakin merugikan rakyat. Terima Kasih
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, A. W. (2013). Merefleksikan Hubungan antara Etika Aristotelian dan Bisnis dengan Studi
Kasus Lumpur Lapindo. Arete, 2(1), 23-40.
https://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/57f693238823bd2d1a4c749e/pengertian-
korupsi-dan-faktor-penyebab-korupsi?page=all
https://news.detik.com/berita/d-4470008/romahurmuziy-tersangka-suap-kpk-miris-jual-beli-
jabatan-di-kemenag
https://m.katadata.co.id/berita/2019/03/16/ini-kronologi-lengkap-penangkapan-
romahurmuziy