Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY.

A
UMUR 0 MENIT DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM

Pembimbing Akademik:
Kartika Sari, S.SiT.,M.Keb

Oleh:

Elis Widyawati

152212018

PROGRAM STUDI PROGRAM TERAPAN BIDAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Millennium Development Goals (MDG’s) tahun 2015 memiliki target

pencapaian AKB di Indonesia adalah 17/1000 kelahiran hidup, menurut

Survey Demografi dan Kesehatan di Indonesia (SDKI) AKB di Indonesia

tahun 2021 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. AKB merupakan

jumlah kematian bayi (0-11 bulan) / 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu

1 tahun, AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan yang

berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, dan tingkat pelayanan

Antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,

serta kondisi lingkungan di daerah tersebut (Depkes RI, 2021). Angka

kematian bayi di Provinsi lampung tahun 2021 sebesar 10,75/1000 kelahiran

hidup, meningkat dibandingkan tahun 2011 10,34/1000 kelahiran hidup

sedangkan angka kematian bayi (AKB) terendah di lampung tengah

sebesar 5,33/1000 kelahiran hidup (Dinkes, 2021).

Penyebab utama kematian neonatal dini adalah masalah neonatal terdiri

dari (asfiksia, ikterus, berat badan lahir rendah, caput succedaneum) 62%,

diare 17%, kelainan kongenital 6%, meningitis 5%, pneumoni 4%, tetanus

2%, sepsis 4% (Prasetyawati, 2012). Salah satu penyebab komplikasi adalah

sepsis pada bayi baru lahir adalah caput succedaneum yaitu pembengkakan

difus jaringan lunak kepala, yang dapat melampaui sutura garis tengah,

benjolan yang difus kepala terletak pada presentasi kepala bayi baru lahir,

1
terjadi oedema di bawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran serum dari

pembuluh darah (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Tindakan yang tepat dalam melakukan kegawatdaruratan pada bayi baru

lahir dengan caput succedaneum yaitu memberikan asuhan agar tidak terjadi

komplikasi, bidan harus dapat mengenali dengan baik tanda-tanda bayi baru

lahir dengan caput succedaneum dan memberikan perawatan yang dimulai

dengan memberikan ASI secara adekuat, mencegah terjadinya infeksi dengan

cara menjaga personal hygiene, perawatan tali pusat pada bayi dengan baik

agar tidak terjadi komplikasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengambil judul

“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Ny. A Umur 0 Menit dengan Caput

Succedaneum di BPM Nanik Asmawati, S.Tr.Keb.Bdn. ”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dapat melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir Ny. A dengan

caput succedaneum umur 0 menit di BPM Nanik Asmawati,

S.Tr.Keb.Bdn dengan menerapkan asuhan kebidanan menurut

manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian secara lengkap pada bayi baru lahir

Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum.

2) Menginterpretasikan data pada bayi baru lahir Ny. A umur 0

menit dengan caput succedaneum yang meliputi diagnosa


kebidanan, masalah dan kebutuhan.

3) Merumuskan diagnosa potensial yang mungkin timbul pada bayi

baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum.

4) Mengantisipasi/tindakan segera yang memerlukan tindakan pada

bayi baru lahir Ny. A umur 0 menitdengan caput succedaneum

5) Membuat rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada

bayi baru lahir Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum.

6) Melaksanakan tindakan sesuai rencana pada bayi baru lahir

Ny. A umur 0 menit dengan caput succedaneum.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan bayi baru lahir Ny. A

umur 0 menit dengan caput succedaneum.

b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara

teori dan praktek di lapangan pada bayi baru lahir Ny. A umur 0

menit dengan caput succedaneum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Bayi Baru Lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, yang pada usia

kandungan 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir

2.500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan

(Rukiyah dan Yulianti, 2010).

b. Ciri-ciri bayi baru lahir normal

Menurut Arief dan Kristyanasari (2009), ciri-ciri bayi baru lahir

normal adalah sebagai berikut :

1) Berat badan 2.500-4000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

3) Lingkar kepala 33-35 cm.

4) Lingkar dada 30-38 cm.

5) Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180x/menit

menurun sampai 120-160x/menit.

6) Pernafasan bayi menit pertama kurang lebih 80x/menit menurun

sampai 40x/menit.

7) Kulit merah muda dan licin.

8
9

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

9) Kuku agak panjang dan lemas, warna kemerahan.

10) Untuk laki-laki testis sudah turun dan untuk perempuan

genetalia labiya mayora telah menutupi labiya minora.

11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

12) Reflek moro sudah baik, dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan tangan seperti memeluk.

13) Reflek grasping sudah baik, bila diletakkan suatu benda di

telapak tangan maka akan menggenggam.

14) Eliminasi, urine dan meconium akan keluar 24 jam, pertama

meconium berwarna kecoklatan atau kehitaman.

c. Penatalaksanaan

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), penatalaksanaan yang

dilakukan segera setelah bayi baru lahir diantaranya sebagai berikut :

1) Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai apgar score

pada menit ke 1,5,10.

2) Mengeringkan badan bayi dari cairan ketuban dengan

menggunakan kain yang halus atau handuk.

3) Memotong dan mengikat tali pusat dengan memperhatikan

teknik aseptik dan antiseptik.

4) Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :

a) Bayi dibungkus dengan kain hangat.


10

b) Jangan membiarkan bayi dalam keadaan basah.

c) Jangan memandikan bayi dengan air dingin.

d) Daerah kepala dibungkus, memakaikan topi yang terbuat

dari kain.

5) Mendekapkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir.

6) Membersihkan badan bayi dengan cara :

a) Siapkan tempat kapas, kapas dan minyak/baby oil.

b) Bersihkan daerah muka dengan menggunakan kapas

lembab, pertama-tama yang dibersihkan adalah daerah mata

mulai dari bagian dalam keluar (setiap kali usapan kapas

harus diganti) kemudian menggunakan kapas minyak untuk

membersihkan daerah telinga. Selanjutnya muka dan

sekitarnya dibersihkan dengan kapas minyak sampai ke

daerah leher.

c) Bersihkan daerah ekstremitas atas, lipatan ketiak, daerah

dada dan sekitarnya, daerah punggung, ekstremitas bawah

dan terakhir daerah genetalia.

7) Memberikan obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%

dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia

(penyakit menular seksual) obat mata perlu diberikan pada jam

pertama setelah persalinan, yang lazim dipakaikan adalah

larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan

pada mata bayi segera setelah bayi lahir.


11

8) Memberikan Vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi

vitamin K pada bayi baru lahir, diberikan dengan dosis 0,1 – 1

mg secara IM 1 jam setelah bayi lahir dan setelah dilakukan

IMD. Lakukan hal-hal berikut, semua bayi baru lahir normal

atau cukup bulan diberi vitamin K.

9) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan bayi

a) Mengukur Berat Badan, Panjang Badan, Lingkar Kepala,

Lingkar Lengan Atas, Lingkar Dada.

b) Observasi tanda-tanda vital.

c) Observasi keadaan reflek.

d) Penampilan fisik dari kepala sampai kaki (Ekstremitas)

10) Memasangkan pakaian bayi

11) Identitas Bayi

a) Pada alat atau gelang bayi tercantum : Nama (By. Ny. A),

Tanggal Lahir, jenis Kelamin, Berat badan Bayi, Nama

Lengkap

b) Di tempat tidur selalu diberi nama atau tanda dengan

mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identitas bayi.


12

d. Masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir :

1) Asfiksia

Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami

gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,

sehingga bayi tidak dapat masukkan oksigen (Dewi, 2010).

2) Ikterus

Salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada

bayi akibat terjadinya hiperbilirubinemia (Dewi, 2010).

3) Berat Badan Lahir Rendah

Keadaan yang dialami bayi baru lahir dengan berat badan lahir

kurang dari 2.500 gram (Arief dan Kristiyanasari, 2009).

4) Caput Succedaneum

Oedema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan

letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah

bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati garis sutura

(Rukiyah dan Yulianti, 2010).

5) Cephal Hematom

Pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena

adanya penumpukan darah akibat perdarahan pada

subperiostinum (Dewi, 2010).


13

2. Caput Succedaneum

a. Definsi

Caput Succedaneum adalah oedema subcutis akibat penekanan

jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang

segera tampak setelah bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati

garis sutura (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Caput succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di

kepala karena adanya timbunan getah bening dibawah lapisan

aponerose diluar periostinum (Arief dan Kristiyanasari, 2009).

b. Etiologi

Caput Succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat

pada kepala saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan

sirkulasi perifer dan limfe disertai dengan pengeluaran cairan tubuh

ke jaringan ekstravaskuler (Dewi, 2010).

c. Tanda dan Gejala

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), tanda dan gejala dari

caput succedaneum adalah sebagai berkut :

1) Adanya oedema di kepala.

2) Terasa lembut dan lunak pada perabaan.

3) Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak.

4) Batas tidak jelas.

5) Biasanya menghilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan


14

d. Patofisiologi

Menurut Deslidel dkk (2011), patofisiologi caput succedaneum

terjadi karena adanya tekanan pada jalan lahir, atau karena

persalinan dengan vakum ekstraksi. Tanda gejalanya meliputi edema

di kepala, pada perabaan terasa lembut dan lunak, edema melampaui

sela-sela tulang tengkorak, batas tidak jelas dan biasanya menghilang

dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan.

e. Komplikasi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi pada bayi

dengan caput succedaneum adalah sebagai berikut :

1) Anemia

Anemia bisa terjadi pada bayi terkena caput succedaneum

karena pada benjolan terdapat darah.

2) Caput Hemoragik

Pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit terluka.

3) Infeksi

Terjadi infeksi bila benjolan tidak dijaga kebersihannya.

4) Ikterus

Terjadi apabila bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah.

f. Penatalaksanaan

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), penatalaksanaan bayi

caput succedaneum adalah sebagai berikut :

1) Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.


15

2) Awasi keadaan umum bayi.

3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk

sinar matahari.

4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan

dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat,

agar benjolan tidak meluas.

5) Mencegah terjadinya infeksi dengan cara

a) Perawatan tali pusat dengan baik.

b) Perawatan Hygiene dengan baik.

6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang :

a) Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan

menghilang dalam 2-3 hari.

b) Perawatan bayi sehari-hari.

c) Manfaat dan cara pemberian ASI.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah metode atau bentuk pendekatan yang

digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga

langkah- langkah manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan

dalam pemahaman masalah atau pengambil keputusan klinis

(Sudarti dkk, 2011).

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

caput succedaneum penulis mempunyai acuan pada Varney yang


16

sistematis sehingga memudahkan dalam pemecahan masalah pada

pasien.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney

Menurut Varney (2007), Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah

Varney terdiri :

a. Langkah Pertama : Pengkajian

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan mengumpulkan data

dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus

selama proses asuhan kebidanan berlangsung (Mufdlifah dkk, 2009).

1) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, data

tersebut tidak ditentukan oleh perawat secara independen tetapi

melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009). Data

yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian.

Menurut Matondang dkk (2013), meliputi :

a) Identitas bayi

(1) Nama bayi : Untuk mengetahui nama

bayi.

(2) Umur bayi : Untuk mengetahui umur

bayi.
17

(3) Tempat/tanggal lahir : Untuk mengetahui

dimana dan kapan bayi

itu lahir.

(4) Jenis Kelamin : Untuk mengetahui apakah

bayi laki-laki atau

perempuan.

(5) Nama Ibu/Ayah : Untuk mengetahui

identitas orang tua bayi

tersebut.

(6) Umur : Untuk mengetahui umur

orang tua bayi.

(7) Agama : Untuk menentukan

bagaimana kita

memberikan dukungan

kepada ibu selama

memberikan asuhan.

(8) Suku Bangsa : Untuk adat istiadat atau

budaya.

(9) Pendidikan : Untuk mengetahui

pendidikan orang tua

bayi.

(10) Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial

ekonomi keluarga apakah


18

dapat membiayai bayi

selama di RS.

(11) Alamat : Untuk mengetahui tempat

tinggal pasien, sehingga

mempermudah jika ada

kunjugan rumah pada

pasien.

b) Keluhan utama

Keluhan utama adalah untuk mengetahui alasan pasien

datang ke pelayanan kesehatan (Sulistyowati, 2009).

Keluhan utama pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum adalah ibu mengatakan ada benjolan di kepala

bayinya setelah bayi lahir (Arief dan Kristiyanasari, 2009).

c) Riwayat kehamilan sekarang

1) HPHT : Untuk mengetahui hari

pertama haid terakhir (HPHT)

ibu.

2) HPL : Untuk menghitung atau

mengetahui tanggal perkiraan

bayi lahir.

3) Ante Natal Care (ANC) : Untuk mengetahui frekuensi

pemeriksaan kehamilan dan

siapa yang memeriksa.


19

4) Keluhan : Untuk mengetahui gangguan

yang dialami ibu saat trimester

I, II, dan III.

5) Penyuluhan : Untuk mengetahui apakah ibu

sudah pernah mendapatkan

penyuluhan sebelumnya.

6) Imunisasi Tetanus : Untuk mengetahui sudah atau

belum ibu imunisasi tetanus.

(Varney, 2007).

d) Riwayat persalinan sekarang

Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan,

jenis kelamin anak, keadaan bayi, meliputi BB, PB, penolong

persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui proses

persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa

berpengaruh pada nifas saat ini. Bayi dengan caput

succedaneum biasanya disebabkan oleh adanya komplikasi

pada persalinan kala II lama dan persalinan menggunakan

vakum ekstraksi, Deslidel dkk (2011).

e) Riwayat penyakit saat hamil

Untuk mengetahui adanya hipertensi tanda-tanda tekanan

sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg,

preeklamsi, eklamsi, tanda gangguan pengelihatan dan mual

(Varney, 2007)
20

f) Riwayat penyakit sistemik

Untuk mengetahui apakah ada penyakit yang bisa

mempengaruhi pertumbuhan janin misalnya : riwayat

penyakit saat hamil dan riwayat penyakit sistemik seperti :

1) Jantung : Untuk mengetahui apakah ibu

mengalami tanda-tanda seperti sakit

pada dada sebelah kiri, sering merasa

berdebar-debar dan mengeluarkan

keringat di kedua telapak tangan.

2) Ginjal : Untuk mengetahui apakah ibu

mengalami tanda penyakit ginjal

seperti nyeri pada pinggang kanan dan

kiri atau sakit saat BAK.

3) Asma : Untuk mengetahui apakah ibu

pernah mengalami sesak nafas atau

kesulitan bernafas.

4) TBC : Untuk mengetahui apakah ibu

pernah mengalami batuk secara

terus menerus selama lebih dari 2

minggu.

5) Hepatitis : Untuk mengetahui apakah ibu

pernah mengalami mata, kuku, kulit

berwarna kuning.
21

6) Diabetes Militus : Untuk mengetahui apakah ibu

mengalami tanda penyakit diabetes

yaitu sering merasa mudah lapar,

mudah haus, sering BAK pada

malam hari.

7) Hipertensi : Untuk mengetahui adanya

hipertensi tanda-tanda tekanan

sistolik 140 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg.

8) Epilepsi : Untuk mengetahuiapakah ibu

pernah mengalami kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulut.

(Varney, 2007).

g) Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit menular dan menahun misalnya : jantung,

asma, Diabetus Melitus, epilepsi, dan lain-lain

(Varney, 2007).

h) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui apakah ada riwayat keturunan kembar

didalam keluarganya (Varney, 2007).


22

i) Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah pernah mengalami tindakan

pembedahan atau tidak (Varney, 2007).

2) Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur.

Data ini diperoleh melalui kepekaan perawat (senses) selama

melakukan pemerikssaan fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT

(hearing and touch atau taste) (Nursalam, 2009).

a) Pemeriksaan khusus

Dilakukan pemeriksaan apgar score pada bayi baru lahir

pada menit ke 1, ke 5, dan ke 10 (Dewi, 2010).

Tabel 2.1 APGAR SCORE

No Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2


1 Apperance Pucat/biru Tubuh merah Seluruh
(warna kulit) seluruh Ekstremitas tubuh
tubuh biru kemerahan
2 Pulse Tidak ada <100 > 100
(denyut
jantung)

3 Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan


(tonus otot) sedikit fleksi aktif

4 Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung


(aktivitas) menangis

5 Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis


(pernapasan) teratur
Sumber : Dewi, 2010
23

Keterangan :

1. Nilai 1-3 asfiksia berat.

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang.

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).

Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum nilai

apgar score normal.

b) Pemeriksaan umum pada kasus pada bayi baru lahir dengan

caput succedaneum

Keadaan umum dan kesadaran pasien dapat diambil

saat pertama kali kunjungan dan melakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital meliputi :

(1) Suhu

(Rukiyah dan Yulianti, 2010).

(2) Pernafasan

Waktu bayi tenang, hitung pernafasan selama 60 detik,

frekuensi normal adalah 40-60 kali per-menit

(Arief dan Kristiyanasari, 2009)

(3) Denyut jantung

Hitung denyut jantung selama 60 detik, normalnya

adalah 120-160 kali per-menit

(Arief dan Kristiyanasari, 2009).


24

c) Menurut Muslihatun (2010) adalah pemeriksaan sistematis

fisik meliputi :

(1) Kepala

Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase,

caput succedaneum, cephal hematom. Pada kasus caput

succedaneum terlihat kepala terdapat benjolan yang

teraba lunak, berbatas tidak tegas, sutura melewati

tulang tengkorak, benjolan berisi cairan

(Arief dan Kristiyanasari, 2009).

(2) Bentuk wajah

Tampak simetris atau tidak, Matondang dkk (2013).

(3) Mata

Ukuran bentuk dan kesimetrisan, bengkak, warna sklera

dan conjungtiva (Dewi, 2010).

(4) Telinga

Bentuk, kesimetrisan, adanya sekret atau tidak.

(5) Hidung

Kesimetrisan, ada benjolan atau tidak.

(6) Mulut

Bentuk simetris atau tidak, mukosa, mulut kering atau

basah, lidah, bercak putih pada gusi, reflek menghisap,

adakah labioskizis atau palatoskizis.


25

(7) Leher

Bentuk simetris atau tidak, adakah pembengkakan atau

benjolan, kelainan tiroid.

(8) Dada

Bentuk dada, putting susu, gangguan pernafasan, bunyi

jantung dan pernafasan.

(9) Tali pusat

Memeriksa apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah,

berbau pada tali pusat (Arief dan Kristiyanasari, 2013).

(10) Punggung

Skoliosis atau tidak, spina bifida

(Arief dan Kristiyanasari, 2009).

(11) Ekstremitas

Atas : adakah oedema, simetris atau tidak.

Bawah : adakah kelainan atau tidak, simetris atau

tidak (Arief dan Kristiyanasari, 2013).

(12) Genetalia

Laki-laki : testis sudah turun berada dalam skrotum.

Perempuan : labia mayora dan labia minora, klitoris,

(Dewi, 2010).

(13) Anus

Berlubang atau tidak.


26

d) Pemeriksaan reflek

Menurut Dewi (2010), pemeriksaan reflek adalah sebagai

berikut :

(1) Kejut atau (Moro Reflek)

Didapat dengan memberikan isyarat kepada bayi,

dengan satu teriakan atau gerakan mendadak. Respon

bayi baru lahir berupa menghentakkan tangan dan kaki

lurus ke arah luar, sedangkan lutut fleksi, tangan akan

kembali lagi ke arah dada seperti posisi bayi berada

dalam pelukan. Jari-jari tampak terpisah dan bayi

mungkin menangis. Pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum reflek kejut positif baik.

(2) Reflek menggenggam (Graps Reflek)

Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak

tangan bayi, maka bayi akan menutup telapak

tangannya. Pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum reflek menggenggam baik.

(3) Reflek menghisap (Suching Reflek)

Respon pada bayi yang timbul apabila ada obyek atau

jari yang dimasukkan ke dalam mulut maka bayi akan

menghisap obyek atau jari tersebut. Pada bayi baru lahir

dengan caput succedaneum reflek menghisap baik.


27

(4) Reflek mencari (Rooting Reflek)

Muncul pada stimulasi taktil pada pipi dan daerah

mulut, bayi akan memutar kepala seakan-kan mencari

putting susu. Pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum reflek mencari baik.

(5) Reflek walking

Reflek walking akan timbul jika bayi dalam posisi

berdiri akan ada gerakan spontan posisi kaki bayi

melangkah ke depan. Pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum reflek walking baik.

(6) Reflek tonick neck

Reflek akan timbul saat bayi dalam posisi terlentang,

saat punggung diurut kepala bayi akan sedikit

mengangkat. Pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum reflek tonick neck baik.

e) Pemeriksaan Antopometri

Menurut Marmi dan Rahardjo (2012) pemeriksaan

antopometri meliputi :

(1) Lingkar kepala

Untuk mengetahui pertumbuhan otak, normalnya 33-35

cm bayi dengan caput succedaneum lingkar kepala

berbeda dengan bayi normal, lingkar kepala bayi


28

dengan caput succedaneum lebih besar dengan bayi

normal.

(2) Lingkar dada

Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan normal

(30-38) cm, bayi dengan caput succedaneum lingkar

dada sama seperti bayi normal.

(3) Berat badan

Untuk mengetahui berat badan bayi normal, normalnya

2500-4000 gram, pada bayi dengan caput succedaneum

berat badan sama dengan bayi normal.

(4) Panjang badan

Untuk mengetahui normal atau tidak panjang badan

bayi, normalnya 48-52 cm, bayi dengan panjang badan

sama seperti bayi normal.

f) Nutrisi

(1) ASI

Suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar

mammae ibu, sebagai makanan bayinya.

(2) PASI

Makanan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi

kebutuhan gizi serta pertumbuhan dan perkembangan

bayi sampai berumur 4 – 6 bulan.


29

g) Eliminasi

(1) Urine

Biasanya bayi baru lahir urine akan keluar pada 24 jam

pertama setelah lahir (Marmi dan Rahardjo, 2012).

(2) Mekonium

Mekonium pada bayi baru lahir akan keluar setelah 24

jam kelahiran, biasanya mekonium akan berlangung 2-

3 hari, pada hari selanjutnya mekonium akan berwarna

kehijau-hijauan (Marmi dan Rahardjo, 2012).

b. Langkah Kedua : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang dikumpulkan (Mufdlifah dkk, 2012).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah pengelolaan/ analisa data yaitu

menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang

lainnya sehingga tergambar fakta (Mufdlifah dkk, 2012).

Diagnosa : Bayi Ny. X umur....jenis kelamin....dengan caput

succedaneum.

Data dasar

Subyektif :

1) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal.....pukul......


30

2) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan benjolan di kepala

setelah bayi lahir.

Obyektif :

1) Keadaan Umum

2) Kesadaran

3) Apgar Score

4) Pemeriksaan sistemik kepala

Inspeksi : kepala terdapat benjolan, batas tidak

tegas, benjolan berisi cairan.

Pada palpasi : benjolan di kepala teraba lunak, melampaui

garis tengkorak

(Arief dan Kristiyanasari, 2009).

2) Masalah

Masalah yang terjadi pada bayi dengan caput succedaneum

adalah bayi mengalami beberapa ketidaknyamanan meskipun

perawatan telah diberikan secara baik dan benar, pada bayi baru

lahir dengan caput succedaneum bayi merasa tidak nyaman

seperti bayi menjadi rewel (Mufdlifah dkk, 2012).

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah suatu hal yang dibutuhkan pasien dan

belum teridentifikasikan dalam diagnosa dan masalah didapat

dengan analisa data (Varney, 2007).


31

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), kebutuhan yang

diperlukan bayi baru lahir dengan caput sucedaneum adalah

usahakan bayi untuk tidak diangkat, memberi ASI yang adekuat,

menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi,

pertahankan area caput succedaneum untuk tetap kering dan

bersih.

c. Langkah ketiga : Diagnosa potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau

diagnosa lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah diidentifikasikan (Mufdlifah dkk, 2012).

Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum adalah infeksi sekunder bila timbul lecet di daerah

benjolan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

d. Langkah keempat : Antisipasi/Tindakan Segera

Beberapa data menunjukkan situasi emergensi bidan perlu

bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi

(Mufdlifah dkk, 2012).

Antisipasi yang dilakukan bidan yaitu mandiri pada bayi dengan

caput succedaneum adalah menjaga kebersihan dan menjaga agar

kulit yang terluka untuk diperhatikan dan dapat digunakan obat-

obatan antiseptik lokal, usahakan bayi tidak sering diangkat agar

benjolan tidak meluas, serta kolaborasi dengan dokter spesialis anak

untuk pemberian terapi (Arief dan Kristiyanasari, 2009).


32

e. Langkah kelima : Rencana tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya, langkah ini merupakan

lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasikan atau antisipasi, pada langkah ini informasi/data

dasar yang tidak lengkap dilengkapi (Mufdlifah dkk, 2012).

Menurut Arief dan Kristiyanasari (2009), Rencana asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah :

1) Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.

2) Awasi keadaan umum bayi.

3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk

sinar matahari.

4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan

dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat,

agar benjolan tidak meluas.

5) Mencegah terjadinya infeksi dengan :

a) Perawatan tali pusat yang baik.

b) Personal Hygiene yang baik.

6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang :

a) Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan

hilang 2-3 hari.

b) Perawatan bayi sehari-hari.

c) Manfaat dan cara pemberian ASI.


33

f. Langkah keenam : Penatalaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang

menyeluruh dari perencanaan. Penatalaksanaan asuhan ini bisa

dilakukan oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya (Varney, 2007).

Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum

disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat

(Arief dan Kristiyanasari, 2009).

g. Langkah ketujuh : Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana

asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam

masalah dan diagnosa (Mufdlifah dkk, 2012).

Bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah :

1) Keadaan umum baik.

2) Bayi tampak tenang dan nyaman

3) Benjolan caput succedaneum bayi baru lahir menghilang tanpa

komplikasi.

3. Data Perkembangan

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan

pada bayi dengan caput succedaneum dengan SOAP menurut Varney

(2007), yaitu :
34

S : Subyektif

Hasil pengumpulan data klien dari anamnesa. Data subyektif

diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu bayi Ny. X.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien,

hasil laboraturium dan tes diagnostik yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I, data obyektif

diperoleh langsung berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan

pada bayi Ny. X.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.

a. Diagnosa kebidanan, Masalah, Kebutuhan.

b. Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial.

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter kolaborasi atau

rujukan.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi

(E) berdasarkan analisa pada bayi Ny. A.

C. Landasan Hukum

Seorang bidan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam

melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. X dengan caput succedaneum

harus berdasarkan :
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.

166/MENKES/PER/X/2010, Pasal 11, Poin C, pelayanan kesehatan

anak meliputi : c. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan

rujukan.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No.

1464/MENKES/PER/X/2010, Pasal 16 ayat 2, pelayanan kebidanan

pada anak meliputi :

a. Perawatan bayi baru lahir.

b. Perawatan tali pusat.

c. Perawatan bayi.

d. Resusitasi pada bayi baru lahir.

e. Pemantauan tumbuh kembang anak.

f. Pemberian imunisasi.

g. Pemberian penyuluhan.
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Ruang : VK

Tanggal Masuk

:25November2022

A. TINJAUAN KASUS

Tanggal 25 November 2022 Pukul : 09.55 WIB

I. PENGKAJIAN DATA

A. IDENTITAS

1) Identitas Bayi

a) Nama Bayi : By. Ny. A

b) Umur : 0 Menit

c) Tanggal / Jam Lahir : 25 November 2022, Pukul 09.55 WIB

d) Jenis Kelamin : Laki – laki

2) Identitas Orangtua

a) Nama Ibu : Ny. A Nama Ayah : Tn. Y

b) Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun

c) Agama : Islam Agama : Islam

d) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

e) Pendidikan : SD Pendidikan : SMA

f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

g) Alamat : Rama gunawan 2

41
42

B. ANAMNESA ( DATA

SUBYEKTIF) Pada Ibu

1) Keluhan Utama

Ibu mengatakan melahirkan anak keduanya pada 25 November

2022 pukul 09.55 dan terdapat benjolan lunak di kepala bayi.

2) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) HPHT : 17 Februari 2022

b) HPL : 24 November 2022

c) ANC :Ibu mengatakan 8 kali di bidan secara teratur.

Trimester I : 2 kali saat umur kehamilan 2 bulan dan 3

bulan. Trimester II : 4 kali saat umur kehamilan 4, 5, 6, 7

bulan.

Trimester III : 2 kali saat umur kehamilan 8 bulan dan 9 bulan.

d) Keluhan – keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan pusing, mual dan muntah pada

waktu pagi hari.

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Trimester III : Ibu mengatakan pegal-pegal dan nyeri pada

pinggang.

e) Penyuluhan yang pernah di dapat

Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tablet Fe,

gizi ibu hamil dan tanda bahaya kehamilan oleh bidan pada umur

kehamilan 5 bulan dan 8 bulan.


43

f) Imunisasi TT

Ibu mengatakan telah mendapat imunisasi TT sebanyak 3

kali. TT 1 : Februari 2019

TT 2 : November 2020

TT 3 : Januari 2021

3) Riwayat persalinan sekarang

a) Tempat Persalinan : PMB Nanik Asmawati, S.Tr.Keb,Bdn.

b) Penolong : Bidan.

c) Jenis Persalinan :Persalinan spontan.

d) Komplikasi : kala II lama.

4) Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit saat hamil

Ibu mengatakan saat hamil tidak pernah menderita penyakit pada

saat hamil seperti batuk, pilek.

b. Riwayat penyakit sistemik.

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa

berdebar-debar saat beraktivitas ringan dan

tidak berkeringat dingin di telapak tangan.

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sakit

pada pinggang bagian bawah dan tidak

pernah merasa nyeri saat BAK.


44

3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak

nafas dan sulit nafas.

4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk secara

terus – menerus lebih dari 2 minggu.

5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada ujung kuku, mata dan

kulit tidak terlihat kuning.

6) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

lapar, haus dan BAK lebih dari 7 x di malam

hari.

7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

pusing di tengkuk dan tekanan darah

melebihi 140/90 mmHg.

8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejang yang disertai dengan keluar busa dari

mulutnya.

9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit lain seperti penyakit menular.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dari pihak suami dan ibu tidak ada penyakit

menurun seperti diabetes melitus, jantung dan hipertensi, asma

serta tidak ada riwayat menular misalnya TBC, hepatitis, penyakit

menular seksual, HIV/AIDS.


45

d. Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan baik dari pihak keluarga dirinya maupun dari

pihak suaminya tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan

kembar.

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah mengalami operasi apapun terutama

pada perut bagian bawah.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1) Pemeriksaan khusus Apgar Score

Tabel 4.1 Apgar Score By. Ny.A

Aspek yang Jumlah


Dinilai
Menit I 5 Menit I 5 Menit II
Apperance 2 2 2
(Wana Kulit)
Pulse 2 2 2
(Denyut Nadi)
Grimance 1 1 2
(Refleks)
Activity 1 2 2
(Tonus otot)

Respiration 2 2 2
(Pernafasan)

Jumlah 8 9 10
Sumber : Status pasien bayi Ny. A

2) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Cukup

b) Kesadaran : Composmentis
46

c) TTV C R : 54x/ menit

N : 144 x/ menit

3) Pemeriksaan Fisik Sistematis

a) Kepala : Terdapat benjolan, teraba lunak, batas tidak

tegas, sutura melewati tulang tengkorak,

ubun-ubun berdenyut.

b) Muka : Simetris, tidak pucat dan tidak oedem.

c) Mata : Conjugtiva merah muda, sklera putih.

d) Telinga : Simetris, tidak ada serumen yang keluar.

e) Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada sekret.

f) Mulut : Tidak ada bibir sumbing (labioskizis dan

labiopalatoskizis).

g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

kelenjar limfe.

h) Dada : Simetris, tidak ada kelainan..

i) Tali Pusat : Masih basah, tidak terlihat tanda perdarahan

dan infeksi.

j) Punggung : Tidak ada spina bifida.

k) Ekstremitas : Jumlah jari lengkap dan warna kulit merah

muda.

l) Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum.

m) Anus : Ada, berlubang dan belum keluar

mekonium.
47

4) Refleks

a) Refleks Moro : Baik, yaitu apabila bayi dikagetkan

lengan dan kaki bayi terangkat.

b) Refleks Grashping : Baik, dengan cara meletakkan jari

telunjuk diletakkan pada tangan bayi

dan bayi menggenggam.

c) Refleks Suching : Baik, bayi berusaha menghisap jika ada

benda yang menyentuh.

d) Reflkes Rooting : Baik, yaitu apabila menyentuh pipi bayi

akan menoleh ke arah sentuhan.

e) Refleks Walking : Baik, yaitu akan ada gerakan spontan

kaki melangkah kedepan.

f) Refleks Tonick Neck : Baik, timbul saat bayi dalam posisi

terlentang, saat punggung di urut

kepala bayi akan sedikit mengangkat.

5) Antopometri

a) Lingkar Kepala : 31 cm

b) Lingkar Dada : 31 cm

c) LILA : 10 cm

d) BB / PB : 3100 gram / 49 cm

6) Nutrisi

a) ASI : Belum diberi ASI.

b) PASI : Belum diberi PASI


48

7) Eliminasi

a) Urine : Sudah keluar

b) Mekonium : Sudah Keluar

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan.

2) Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan.

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal 25 November 2022 Pukul 09.55 WIB

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

By. Ny. A umur 0 menit jenis kelamin laki-laki dengan caput

succedaneum.

Data Dasar

Data Subyektif :

1) Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal 25 November 2022 pukul

09.55 WIB.

2) Ibu mengatakan proses persalinannya lama.

3) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan benjolan di kepala.

Data Obyektif :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TT C R : 54 x/ menit
V
N : 144 x/ menit
49

4) Keaktifan : Aktif

5) Berat Badan : 3100 gram

6) Panjang Badan : 49 cm

7) Lingkar Kepala : 31 cm

8) Lingkar dada : 31 cm

9) LILA : 10 cm

10) Nilai apgar score : 8 – 9 – 10

11) Kepala : Terdapat benjolan berisi cairan, teraba

lunak, berbatas tidak tegas, sutura melewati

tulang tengkorak.

12) Pemeriksaan Reflek : Baik.

B. MASALAH

Gangguan rasa tidak nyaman akibat dari benjolan yang ada di kepala dan

bayi rewel.

C. KEBUTUHAN

1) Usahakan agar bayi tidak terlalu sering diangkat.

2) Menjaga benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi.

3) Pertahankan area caput succedaneum agar tetap kering dan bersih.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Terjadi infeksi sekunder bila timbul lecet di daerah benjolan.


50

IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA

1. Menjaga kebersihan kulit yang terluka dengan pemberian obat antiseptik

betadine.

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal 25november 2022 Pukul 09.55 WIB

a. Rawat bayi seperti bayi normal.

b. Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam

c. Berikan lingkungan yang baik dan pertahankan suhu bayi agar tetap hangat

dengan meletakkan bayi dalam radiant warmer.

d. Usap daerah caput succedaneum dengan menggunakan kassa betadine.

e. Beri nutrisi yang adekuat dengan cara pemberian ASI dari ibu dengan cara

diperas.

f. Anjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya.

g. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang caput sucedaneum.

VI. PELAKSANAAN

Tanggal 25 November 2022 Pukul 10.55 WIB

a. Pukul 10.55 WIB merawat bayi seperti bayi normal.


51

b. Pukul 11.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign setiap 6

jam.

c. Pukul 11.05 WIB memberikan lingkungan yang baik dan mempertahankan

suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan meletakkan bayi dalam radiant

warmer.

d. Pukul 11.10 WIB mengusap daerah caput succedaneum dengan kassa

betadine.

e. Pukul 11.15 WIB memberikan nutrisi yang adekuat dengan pemberian ASI

sebanyak ± 50 cc.

f. Pukul 11.20 WIB menganjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering

mengangkat bayinya.

g. Pukul 11.25 WIB memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga bahwa

caput succedaneum adalah keadaan yang umum terjadi pada bayi yang

lahir, akan timbul benjolan di kepala yang akan hilang dalam waktu 2-3

hari setelah kelahiran.

VII. EVALUASI

Tanggal25 november 2022 Pukul 16.00WIB

a. Bayi sudah dirawat seperti bayi normal meliputi menghangatkan tubuh

bayi, memandikan bayi, menggantikan popok yang basah dengan yang

kering.
52

b. Keadaan umum baik, kesadaran composmetis

Vital Sign C R : 48 x/ menit N : 144 x/ menit

c. Daerah caput sudah diusap dengan kassa air hangat sebanyak 3 kali.

d. ASI sudah di berikan ± 50 cc.

e. Ibu dan keluarga sudah mengetahui untuk tidak terlalu sering mengangkat

bayinya.

f. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang caput succedaneum pada bayi

baru lahir.
53

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 26 november 2022 Pukul 10.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah memberikan ASI pada anaknya melalui sendok.

2. Ibu mengatakan bayinya sudah di mandikan dan diganti popoknya dengan

bersih dan hangat.

Obyektif

1. Keadaan umum bayi : baik Kesadaran : Composmentis

Vital sign C

2. BB/TB : 3100 gram / 49 cm

3. Keaktifan bayi : aktif

4. Kepala : benjolan sudah agak berkurang.

5. Pemeriksaan reflek moro baik, rooting baik, walking baik, grasping baik,

suching baik dan tonick neck baik.

6. BAB 1 kali warna hijau kehitaman konsistensi lembek.

7. BAK 1 kali warna kuning jernih.

Assesment

Bayi Ny. A umur 1 hari jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum

Planning

Tanggal 26 november 2022 Pukul 10.00 WIB

1. Pukul 10.05 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam.
54

2. Pukul 10.10 WIB merawat bayi seperti bayi normal.

3. Pukul 10.15 WIB menganjurkan keluarga untuk tidak sering mengangkat

bayinya agar benjolan tidak meluas.

4. Pukul 10.20 WIB mengobservasi benjolan caput succedaneum.

5. Pukul 10.25 WIB mengompres daerah caput succedaneum dengan kassa air

hangat.

6. Pukul 10.30 WIB memberikan imunisasi Hb 0 dosis 0,5 cc secara IM

7. Pukul 10.35 WIB memberikan ASI yang adekuat dengan menggunakan

sendok makan bayi.

8. Pukul 10.40 WIB menganjurkan ibu untuk tetap memerah ASI dan

diletakkan dalam gelas.

Evaluasi

Tanggal26 november 2022 Pukul 11.00 WIB

1. Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis

Vital sign : N : 142 x/menit, R : 42 x/menit, S : 36,9C

2. Bayi sudah dirawat seperti bayi normal.

3. Ibu dan keluarga sudah tahu dan tidak akan terlalu sering mengangkat

bayinya.

4. Terapi kompres kassa yang di basahi air hangat telah dilakukan.

5. Benjolan caput succedaneum sudah sedikit berkurang.

6. Imunisasi Hb 0

7. ASI sudah diberikan sebanyak ± 50 cc.

8. Ibu bersedia memerah ASI dan memasukkan ke dalam gelas.

9. Bayi sudah BAB 2 kali warna hitam kecoklatan, BAK ± 4 kali.


55

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 27 November 2022 Pukul 08.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah memeras ASI dan diletakkan dalam gelas.

2. Ibu mengatakan benjolan di kepala bayi sudah menghilang.

3. Ibu mengatakan berencana mau pulang.

4. Ibu mengatakan bayinya sudah tidak rewel.

Obyektif

1. Keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis.

Vital sign : N C

2. Kepala : benjolan yang dikepala sudah menghilang.

3. BB / TB : 3100 gram / 49 cm.

4. Tali pusat : masih basah dan bersih.

5. BAB 1 kali dan BAK 2 kali.

Assessment

Bayi Ny. A umur 2 hari jenis kelamin laki-laki dengan caput sucedaneum

Planning

Tanggal 27 november 2022 Pukul 08.30 WIB

1. Pukul 08.35 WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign.

2. Pukul 08.40 WIB mengajarkan ibu cara merawat tali pusat di rumah yaitu

dengan cara mengganti kassa steril sesudah mandi atau dibiarkan saja.
56

3. Pukul 08.45 WIB mengajarkan cara merawat bayi sehari-hari yaitu dengan

mengganti popok bila sudah basah atau kotor dan memandikan bayi,

memperhatikan suhu tubuh dan pernafasan bayi.

4. Pukul 08.50 WIB menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada

bayinya.

5. Pukul 08.55 WIB menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya

sesuai jadwal imunisasi di pelayanan kesehatan.

6. Pukul 09.00 WIB mempersiapkan bayi untuk pulang dan memakaikan

popok, pakaian dan mengganti bedong bayi.

Evaluasi

Tanggal 27 november 2022 Pukul 09.30 WIB

1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.

Vital sign : N : 148 x/menit, R : 42 x/menit, S : 36 C

2. Ibu sudah paham cara merawat tali pusat di rumah.

3. Ibu sudah tahu cara merawat bayinya sehari-hari dengan mengganti popok

bila sudah basah, memandikan bayi, memperhatikan suhu tubuh bayi.

4. Ibu bersedia memberi ASI eksklusif pada bayinya.

5. Ibu bersedia mengimunisasikan bayinya sesuai jadwal imunisasi.

6. Ibu rencana pulang pukul 09.45 WIB


57

B. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada By.

Ny. A dengan Caput Succedaneum di PMB nanik asmawati, S.Tr.Keb,Bdn.

Menggunakan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri

dari tujuh langkah pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, rencana

tindakan dan evaluasi. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada pasien (Varney, 2007). Data subyektif adalah data yang

didapat dari pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat

sebagai kutipan langsung dengan diagnosa (Varney, 2007). Menurut Arief

(2009), keluhan utama pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah

ibu mengatakan ada benjolan di kepala bayinya seteah lahir. Bayi dengan

caput succedaneum biasanya disebabkan oleh adanya komplikasi pada

persalinan kala II lama dan persalinan menggunakan vakum ekstraksi (Dewi,

2010).

Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, selama pemeriksaan

fisik (Nursalam, 2009). Terlihat kepala terdapat benjolan yang teraba lunak,

bebatas tidak tegas, sutura melewati tulang tengkorak, benjolan berisi cairan

(Arief, 2009), reflek kejut positif baik, reflek menggenggam baik, reflek

menghisap baik, reflek mencari baik, reflek walking baik, reflek tonick neck

baik (Dewi, 2010). Data penunjang diperlukan sebagai pendukung apabila


58

diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum tidak dilakukan pemeriksaan data penunjang (Matondang, dkk).

Pada kasus bayi Ny. A keadaan umum baik

C, R : 60 x/menit, N : 146 x/menit, keaktifan aktif, terdapat benjolan

teraba lunak, batas tidak tegas dan sutura melewati tulang tengkorak, raflek

kejut positif, reflek mencari baik, reflek menggenggam baik, reflek menghisap

baik, reflek walking baik, reflek tonick neck baik, lingkar kepala 31 cm, lingkar

dada 31 cm, LILA 10 cm, BB 3100 gram, PB 49 cm.

Pada langkah ini penulis tidak menemuakan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus yang ada di lahan.

2. Interpretasi Data

Menurut Yulianti (2010), pada langkah ini dilakukan identifikasi yang

benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi data yang besar atas data-data yang di kumpulkan. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2007).

Diagnosa : Bayi Ny. ... umur ... jam dengan caput succedaneum. Masalah yang

terjadi pada bayi dengan caput succedaneum adalah bayi akan mengalami

beberapa ketidaknyamanan meskipun perawatan telah diberikan secara baik

dan benar, pada bayi baru lahir dengan caput succedaneumbayi merasa tidak

nyaman seperti bayi menjadi rewel (Mufdlifah, 2012). Kebutuhan adalah suatu

hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridenfikasikan dalam diagnosa dan

masalah didapat dengan analisa data (Varney, 2007). Menurut Dewi (2012),
kebutuhan yang diperlukan bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah

usahakan bayi untuk tidak diangkat, memberi ASI yang adekuat, menjaga

benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi, pertahankan area caput

succedaneum untuk tetap kering dan bersih.

Pada langkah ini didapatkan diagnosa kebidanan bayi baru lahir Ny. A

umur 0 menit jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum, dengan

masalah gangguan rasa tidak nyaman akibat benjolan yang ada dikepala dan

bayi rewel, kebutuhan yang diberikan yaitu usahakan bayi tidak terlalu sering

diangkat, memberi ASI yang adekuat, menjaga benjolan supaya tidak terjadi

iritasi atau infeksi dan pertahankan area caput succedaneum agar tetap kering

dan bersih.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus yang ada di lahan.

3. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan (Varney, 2007).

Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah

infeksi sekunder bila timbul lecet didaerah benjolan (Dewi, 2012).

Pada kasus bayi Ny. A diagnosa potensial tidak muncul setelah dilakukan

asuhan yang tepat dan menyeluruh. Pada langkah ini tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.


4. Antisipasi / tindakan segera
Antisipasi yang dilakukan bidan yaitu mandiri pada bayi dengan caput

succedaneum adalah menjaga kebersihan dan menjaga agar kulit yang terluka

untuk diperhatikan dan dapat digunakan obat- obat antiseptik lokal(Arief dan

kristiyanasari, 2009).

Antisipasi yang diberikan pada bayi Ny. A adalah untuk menjaga

kebersihan kulit yang terluka dengan kompres air hangat atau kassa betadine

pada daerah caput succedaneum.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus yang ada dilahan praktek.

5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah suatu hal tindakan yang akan diberikan kepada

pasien sesuai dengan langkah-langkah sebelumnya (Varney, 2007). Menurut

Arief (2009) rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum adalah :

a. Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.

b. Awasi keadaan umum bayi.

c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar

matahari.

d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran

untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas.

e. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara :

1) Perawatan tali pusat yang baik.

2) Personal Hygiene dengan baik.

f. Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang :


1) Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan

menghilang 2-3 hari.

2) Perawatan bayi sehari-hari.

3) Manfaat dan pemberian ASI.

Pada kasus bayi Ny. A rencana yang dibuat meliputi : rawat bayi seperti

bayi normal, observasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam, berikan

lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup,

pertahankan suhu bayi agar tetap hangat dengan membedong bayi tanpa ikatan

yg kuat dan selimuti, rawat tali pusat menggunakan kassa steril setiap 2 kali

sehari setelah mandi, kompres daerah caput succedaneum dengan

menggunakan air hangat dan waslap setelah disibin, beri nutrisi yang adekuat,

ajarkan ibu teknik menyusui yang benar, observasi BAB dan BAK, anjurkan

pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat bayinya.

Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus yang ada di lahan praktek yaitu kompres daerah caput dengan

menggunakan air hangat atau kassa, kompres daerah caput succedaneum

dengan menggunakan kassa betadine, alasannya tidak mengakibatkan caput

menjadi parah dan untuk menjaga supaya tidak terinfeksi dan pemberian obat

seperti salep tidak dilakukan.

6. Pelaksanaan

Langkah ini merupakan penatalaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh

dari perencanaan. Penatalaksanaan asuhan ini bisa dilakukan oleh klien atau

tenaga kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pelaksanaan asuhan pada bayi baru

lahir dengan caput succedaneum disesuaikan dengan perencanaan yang telah

dibuat.

Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan praktek yaitu kompres daerah caput dengan

menggunakan air hangat atau waslap, kompres daerah caput menggunakan

kassa bethadine sedangkan pada teori tidak dilakukan.

7. Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana asuhan

yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan

diagnosa (Varney, 2007). Menurut Prawirohardjo (2009), evaluasi bayi baru

lahir dengan caput succedaneum adalah : keadaan umum bayi baik, bayi

tampak tenang dan nyaman, benjolan caput succedaneum bayi baru lahir

menghilang tanpa komplikasi.

Pada kasus bayi Ny. A setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan

hasil dari asuhan yaitu keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis,

tanda-tanda vital : N : C, Kepala :

benjolan yang ada dikepala sudah menghilang, berat badan / panjang badan :

3100 gram / 49 cm, tali pusat : masih basah dan bersih.

Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ada

dilahan praktek.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada bayi Ny.

A umur 1 jam dengan caput succedaneum PMB nanik asmawati,

S.Tr.Keb.Bdn, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang

dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan khususnya pada bayi

baru lahir dengan caput succedaneum adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian pada kasus bayi Ny. A keadaan umum lemah, kesadar

C, R : 54 x/menit, N : 144 x/menit, keaktifan

aktif, terdapat benjolan dikepala, teraba lunak, batas tidak tegas dan sutura

melewati tulang tengkorak, reflek kejut positif baik, reflek menggenggam

baik, reflek menghisap baik, reflek mencari baik, reflek walking baik,

reflek tonick neck baik, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 31 cm, LILA

10 cm, BB 3100 gram, PB 49 cm.

2. Interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan bayi baru lahir Ny. A

umur 1 jam jenis kelamin laki-laki dengan caput succedaneum, dengan

masalah gangguan rasa tidak nyaman akibat dari bejolan yang ada di

kepala dan bayi rewel, kebutuhan yang diberikan yaitu usahakan agar bayi

tidak terlalu sering diangkat, memberikan ASI yang adekuat, menjaga

benjolan supaya tidak terjadi iritasi atau infeksi dan pertahankan area

caput succedaneum agar tetap kering dan bersih.


65
65

3. Diagnosa potensial tidak muncul setelah dilakukan asuhan yang tepat dan

menyeluruh.

4. Antisipasi yang diberikan pada bayi Ny. A adalah menjaga kebersihan

kulit yang terluka dengan kompres air hangat pada daerah caput

succedaneum dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak.

5. Rencana yang dibuat meliputi : rawat bayi seperti bayi normal, observasi

keadaan umum dan vital sign bayi setiap 6 jam, berikan lingkungan yang

baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup, pertahankan suhu

tubuh bayi agar tetap hangat dengan meletakkan bayi dalam radiant

warmer, rawat tali pusat menggunakan kassa steril setiap 2 kali setelah

mandi atau dibiarkan saja, kompres daerah caput succedaneum dengan

menggunakan kompres air hangat atau kassa betadine, beri nutrisi yang

adekuat, ajarkan ibu teknik menyusui yang benar, observasi BAB dan

BAK, anjurkan pada keluarga untuk tidak terlalu sering mengangkat

bayinya.

6. Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum

disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Setelah dilakukan asuhan selama 3 hari didapatkan hasil dari asuhan yaitu

keadaan umum bayi baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital : N :

146 x/menit, R : 48 x/menit, S : 36,4C, Kepala : benjolan yang dikepala

sudah menghilang, berat badan / panjang badan : 3100 gram / 49 cm, tali

pusat : basah, bersih.

8. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada

dilahan praktek yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan.


66

B. SARAN

1. Bagi PMB

Disarankan agar PMB lebih meningkatkan pelayanan terutama dalam

memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caputsuccedaneum

secara optimal melalui penanganan segera setelah lahir.

2. Bagi Pasien

Diharapkan ibu mampu merawat bayinya sendiri di rumah dengan baik dan

bersedia menyusui bayinya dengan ASI eksklusif.

3. Pendidikan

Diharapkan agar institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan atau

menambah referensi asuhan kebidanan pada penanganan bayi baru lahir

dengan caput succedaneum, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa

yang akan mengambil kasus yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Kristiyanasari. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.


Rineka Cipta.

Depkes, RI. 2012. Profil Kesehatan Tahun 2012. http: //www.depkes.go.id. 5


November 2013.

Dewi, Vivian Nani Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika.

Deslidell, dkk. 2011. Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. 2010. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta :


Salemba Medika.

Kusdhani, Nindya. 2014. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Pada Bayi Ny. Y
dengan Caput Succedaneum di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Karya Tulis Ilmiah.

Marmi, Raharjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisik Pada Anak. Jakarta : CV. Agung Seto.

Mufdlifah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Muslihatun, N. W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta :


Fitramaya.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta :


Rineka Cipta.

Nursalam. 2009. Proses Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Prasetyawati, A.E. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta : Nuha
Medika.
6
8

Rukiyah, Y.A, Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak


Balita.
Jakarta : Trans Info Media.

Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai