Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir Normal adalah bayi yang baru lahir dengan usia

kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan, yaitu 36 –

40 minggu. Bayi baru lahir harus menjalani proses adaptasi dari

kehidupan didalam (intrauterin) ke kehidupan diluar rahim.

Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat

penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan

lingkungan dari dalam rahim ke kuar rahim dipengaruhioleh banyak

factor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan

perubahan metabolic, pernafasan, dan sirkulasi pada Bayi Baru Lahir

Normal (BBLN) (Mitayani,P.90, 2010).

Menurut muslihatun (2010) masa neonatal adalah masa sejak lahir

sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Sedangkan

menurut Rukiyah (2010), neonatus adalah masa kehidupan pertama di

luar rahim sampai dengan 28 hari, dimana terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan dedalam rahim menjadi diluar rahim.

Neonates dini adalah bayi berusia 0-7 hari, sedangkan neonates lanjut

adalah bayi berusia 7-28 hari. Neonatus mengalami masa perubahan

dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi

kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Bayi baru lahir memiliki

6
kompetensi perilaku yang kesiapan interaksi sosial. Pada periode ini

merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada

bayi baru lahir. Pada masa ini organ bayi mengalami penyesuaian

dengan keadaan diluar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan

selanjutnya.

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-

4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,

bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak

ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar

dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung

120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan

rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai

APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting,

sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis

sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan

vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,

mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam

kecoklatan (Dewi, 2010).

7
3. Klasifiksi Neonatus

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi

menurut Marmi (2015) , yaitu :

a. Neonatus menurut masa gestasinya :

 Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

 Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

 Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau

lebih)

b. Neonatus menurut berat badan lahir :

 Berat lahir rendah : < 2500 gram

 Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

 Berat lahir lebih : > 4000 gram

c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi

dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :

 Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

 Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan

(SMK/KMK/BMK)

4. Penanganan Pada Bayi Baru Lahir

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah

transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan

lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif

dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada

bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan

8
atau anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-

20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan

yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah

potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan,

dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap

sudden infant death syndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk

membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi

(Saifuddin, 2008).

Asuhan bayi baru lahir meliputi :

a. Pencegahan Infeksi (PI)

b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk

menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan

penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga

pertanyaan :

 Apakah kehamilan cukup bulan?

 Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-

megap?

 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami

asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi.

Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak

9
dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI,

2013)

c. Pemotongan dan perawatan tali pusat

Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada

bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan

mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks,

kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah

pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat

dengan satu tangan melindungi perut bayi.

Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali

pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat

(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali

pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya,

menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,

membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena

menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah

umbilikus (Lissauer, 2013).

d. Inisissi Menyusui Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi

tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk

melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,

menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi

10
akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,

menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60

dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu

dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Jika

bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam,

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan

kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika

bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,

lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya

(menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta

pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi

kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI,

2013).

e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6

jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan

tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

f. Pemberian salep mata/tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan

infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika

profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika

lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah

kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika

11
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian

Kesehatan RI, 2013).

g. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis

tunggal di paha kiri

Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1

(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk

mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang

dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian

Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis

melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan

dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya,

atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk

mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang

pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan

dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).

h. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha

kanan

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah

penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah

penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang 12 dapat

menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI,

2010).

12
i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin

kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan

dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam

karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam

pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1

kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali

pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

j. Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika

memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan

makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI

ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK

Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian

ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak

untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu

Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan

perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan

perdagangan bayi.

13
5. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi fisiologis bayi baru lahir di kehidupan ekstrauterin antara lain

sebagai berikut :

a. Adaptasi Pernapasan

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami

penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang

dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini

menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena

terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi.

Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya

bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertama kali (Marmi,

2015).

Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivitas

napas yang pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam

paruparu. Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar

mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya

semua alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus

dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang

adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus

sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas (Sulistyawati,

2014).

14
b. Adaptasi Sistem Kardiovaskular

Menurut Rochmah dkk (2012), setelah lahir, darah bayi

baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan

bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke

jaringan. Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung

kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu:

 Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta

 Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan

tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen

menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara

mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah

aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam

pembuluh darah:

 Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah

sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun.

Aliran darah menuju atrium kanan berkurang sehingga

menyebabkan penurunan volume dan tekanan pada atrium

tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah yang miskin

oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi

ulang.

15
 Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah

paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen

pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem

pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru

mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan

pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium

kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale

secara fungsional akan menutup.

Menurut Marmi (2015), penutupan foramen ovale secara

anatomis berlangsung lama sekitar 2-3 bulan. Dengan

berkembangnya paruparu, pada alveoli akan terjadi peningkatan

tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan

mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan resistensi pembuluh darah dari arteri pulmonalis

mengalir ke paru-paru dan ductus arteriosus tertutup. Setelah tali

pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen

ovale tertutup.

c. Perubahan Termoregulasi

Bayi baru lahir/neonatus dapat menghasilkan panas dengan

tiga cara, yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis

yang bukan melalui mekanisme menggigil. Mekanisme menggigil

saja tidak efisien dan bayi cukup-bulan tidak mampu menghasilkan

panas dengan cara ini. Aktivitas otot dapat menghasilkan panas,

16
tetapi manfaatnya terbatas. Termogenesis non-menggigil mengacu

pada penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas.

Timbunan lemak cokelat terletak pada dan di sekitar tulang

belakang, klavikula, dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah

utama. Jumlah lemak cokelat bergantung pada usia kehamilan dan

menurun pada bayi baru lahir yang mengalami hambatan

pertumbuhan. Produksi panas melalui penggunaan cadangan lemak

cokelat dimulai saat rangsangan dingin memicu aktivitas

hipotalamus (Rochmah dkk, 2012).

d. Adaptasi Gastrointestinal

Menurut Marmi (2015) pada masa neonatus, traktus

digestivus mengandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan

yang terdiri dari mukopolosakarida dan disebut mekonium, yaitu

tinja pertama yang biasanya keluar dalam dua puluh empat jam

pertama setelah kelahiran. Dengan adanya pemberian susu,

mekonium mulai digantikan oleh tinja tradisional pada hari ke tiga

sampai empat yang berwarna coklat kehijauan. Pada saat lahir

aktivitas mulut sudah berfungsi yaitu menghisap dan menelan. Saat

lahir volume lambung 25-50 ml. Refleks muntah dan refleks batuk

yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.

Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum

sempurna mengakibatkan "gumoh" pada bayi baru lahir dan

neonatus.

17
Adapun adaptasi pada saluran pencernaan menurut Marmi

(2015), antara lain :

1) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.

2) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan

karbohidrat sederhana yaitu monosacarida dan

disacarida.

3) Defisiensi lifase pada pancreas menyebabkan

terbatasnya absopsi lemak sehingga kemampuan

bayi untuk mencerna lemak belum matang, maka

susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi

baru lahir.

4) Kelenjar ludah berfungsi saat lahir tetapi

kebanyakan tidak mengeluarkan ludah sampai usia

bayi ± 2-3 bulan.

e. Adaptasi Ginjal

Adaptasi ginjal pada bayi baru lahir menurut Sondakh

(2014), yaitu laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir

disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler

glomerulus, meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru

lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk

berespons terhadap stresor. Penurunan kemampuan untuk

mengekskresikan obat-obatan dan kehilangan cairan yang

berlebihan mengakibatkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan.

18
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama

setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu,

mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urin dapat keruh karena

lendir dan garam asam urat; noda kemerahan (debu batu bata)

dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.

f. Adaptasi Imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi

dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan

kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri

dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau

meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami

menurut Marmi (2015) :

1) Perlindungan dari membran mukosa.

2) Fungsi saringan saluran napas.

3) Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus.

4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Pada

bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga

imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena

berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang

dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks,

dan lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan

19
pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G, dan M

(Nanny, 2014).

 Imunoglobulin C (IgC), IgC didapat bayi sejak

dalam kandungan melalui plasenta dari ibunya. Bayi

kurang bulan mendapatkan IgC lebih sedikit

dibandingkan bayi cukup bulan sehingga bayi

kurang bulan lebih rentan terhadap infeksi. Bayi

mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif)

dalam jumlah yang bervariasi dan akan hilang

sampai usia 4 bulan sesuai dengan kuantitas IgC

yang diterimanya. Setelah lahir, bayi akan

membentuk sendiri immunoglobulin C. antibodi IgC

melawan virus (rubella, campak, mumps, varicella,

poliomielitis) dan bakteri (difteria, tetanus, dan

antibodi stafilokokus).

 Imunoglobulin M (IgM,) IgM tidak mampu

melewati plasenta karena memiliki berat molekul

yang lebih besar dibandingkan IgC . bayi akan

membentuk sendiri IgM segera setelah lahir

(imunitas aktif). IgM dapat ditemukan pada tali

pusat jika ibu mengalami infeksi selama

kehamilannya. IgM kemudian dibentuk oleh sistem

imun janin sehingga jika pada tali pusat terdapat

20
IgM menandakan bahwa janin mendapatkan infeksi

selama berada dalam uterus, seperti Toxoplasmosis,

Other infection (sifilis), Rubella, Cytomegalovirus

infection, dan Herpes simplex (TORCH)

 Imunoglobulin A (IgA), Dalam beberapa minggu

setelah lahir, bayi akan memproduksi IgA (imunitas

aktif). IgA tidak dapat ditransfer dari ibu ke janin.

IgA terbentuk pada rangsangan terhadap selaput

lendir dan berperan dalam kekebalan terhadap

infeksi dalam aliran darah, sekresi saluran

pernapasan dan pencernaan akibat melawan

beberapa virus yang menyerang daerah tersebut

seperti poliomielitis dan E. coli (Tando, 2016).

g. Adaptasi Neurologis

Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan

persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Otak

yang masih muda rentan terhadap hipoksia, ketidakseimbangan

biokimia, infeksi, dan perdarahan (Rochmah, 2012). Sistem

neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang

sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak

terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,

mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan

neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih

21
kompleks (misalnya: kontrol kepala, tersenyum, dan meraih

dengan tujuan) akan berkembang.

6. Masalah Nornal Pada Bayi Baru Lahir

a. Bercak Mongol

Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat

di bagian sakral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang

lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang

dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, terkadang juga terjadi

pada anak-anak dengan orang tua Mediterania (Mayes Midwifery

Textbook dalam Nanny, 2014).

b. Hemangioma

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor

vaskular jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari

pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap

jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering terjadi pada bayi

baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-10%).

Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi

dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi

pada orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau

angioma senilis yang biasanya jinak, kecil, red-purple papule pada

kulit orang tua.

22
c. Ikterus

Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang

terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia.

Ikterus merupakan kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru

lahir, sebanyak 25-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi

berat lahir rendah. Ikterus dibagi menjadi dua, yaitu ikterus

fisiologis dan ikterus patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus

normal yang dialami oleh bayi baru lahir, tidak mempunyai dasar

patologis sehingga berpotensi menjadi kern ikterus. Ikterus

patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan

kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut

hiperbilirubinemia.

d. Muntah

Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung

yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai

kontraksi lambung dan abdomen. Muntah ini tidak jarang menetap

setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut

kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh

sejumlah benda yang tertelan selama proses persalinan.

e. Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung

setelah beberapa saat setelah makanan masuk ke lambung. Muntah

susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang

23
mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan

berat badan secara signifikan. Gumoh biasanya terjadi karena bayi

menelan udara pada saat menyusu.

f. Oral trush

Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa mulut bayi oleh

jamur Candisiasis yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak

keputihan dan membentuk plak-plak berkeping di mulut, terjadi

ulkus dangkal. Biasanya penderita akan menunjukkan gejala

demam karena adanya iritasi gastrointestinal.

g. Miliariasis

Miliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat,

keringat buntet, atau prickle heat. Miliariasis adalah dermatosis

yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori

kelenjar keringat. Ada dua tipe miliariasis, yaitu miliariasis

kristalina dan miliariasis rubra.

24

Anda mungkin juga menyukai