Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28 hari),
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Bayi hingga umur kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa
muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat fatal (Kemenkes
RI, 2020).
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1ºC
lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Bayi baru lahir rentang berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit karena
kecerobohan perawatan diruang bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup
hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC),
atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera
setelah dilahirkan (Rohsiswatmo, 2014:368).
Periode ini merupakan periode yang sangat rentan terhadap suatu
infeksi sehingga menimbulkan suatu penyakit. Periode ini juga masih
membutuhkan penyempurnaan dalam penyesuaian tubuhnya secara fisiologis
untuk dapat hidup di luar kandungan seperti sistem pernapasan, sirkulasi,
termoregulasi dan kemampuan menghasilkan glukosa (Juwita & Prisusanti,
2020).
Berdasarkan data WHO (2021), angka kematian bayi neonatal (usia 0-
28 hari) Indonesia sebesar 11,7 dari 1.000 bayi lahir hidup pada 2021. Artinya,
terdapat antara 11 sampai 12 bayi neonatal yang meninggal dari setiap 1.000
bayi yang terlahir hidup.
Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia
Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN), angka kematian
bayi Indonesia berada di urutan ke-5 tertinggi dari 10 negara. Angka kematian
bayi neonatal Indonesia jauh lebih tinggi dari Singapura yang hanya 0,8 dari
1.000 bayi lahir hidup pada 2021. Artinya, hanya ada kira-kira 1 bayi neonatal
yang meninggal dari 1.000 bayi yang terlahir hidup di Negeri Singa tersebut.
Kematian bayi neonatal Indonesia juga lebih tinggi dibanding negara ASEAN
lainnya seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, serta Vietnam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir (Neonatus)
1. Pengertian
Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500 -
4000 gram, dengan nilai apgar> 7 dan tanpa cacat bawaan (Siti
Nurhasiyah Jamil,2017).
Menurut Saifuddin dalam Dwienda (2014:1), bayi baru lahir
adalah bayi yang baru dilahirkan selama satu jam pertama kelahiran.
Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu
menuju kemandirian fisiologi. Sedangkan bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir
antara 2500-4000 gram, cukup bulan lahir langsung menangis dan tidak
ada kelainan konginetal (Depkes RI dalam Marmi, 2015: 5).
2. Kriteria Bayi Baru Lahir
a. Berat badan : 2500-4000 gram.
b. Panjang badan : 48-52 cm.
c. Lingkar kepala : 33-35 cm.
d. Lingkar dada : 30-38 cm.
e. Frekuensi jantung : 120-160 x/menit.
f. Pernafasan : 40-60 x/menit.
g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia
Perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki
testis telah turun, skrotum sudah ada.
k. Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l. Refleks moro batau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
n. Eleminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Rahardjo Kukuh, Marmi,
2015:8)
3. Fisiologi Bayi Baru Lahir
a. System pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan O2 dari pertukaran gas
melalui plasenta, setelah lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama adalah tekanan
mekanis dari thorak saat melewati jalan lahir mengakibatkan
penurunan Pa O2, kenaikan Pa CO2 dan peningkatan pH darah.
Stimulasi dingin, bunyi bunyian, cahaya dan sensasi lain selama
proses kelahiran akan merangsang permulaan pernafasan dan
mengakibatkan timbulnya reflek Defaring Hering Breur sehingga
terjadi pernafasan pertama bayi baru lahir yang normalnya dalam
waktu 30 detik setelah lahir.
b. System kardiovaskuler
Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar
rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah tubuh.
c. System metabolism
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1–2 jam). Sistem metabolisme neonatus pada jam pertama
energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat. Pada hari kedua
berasal dari pembakaran lemak. Dalam 2 jam setelah lahir akan terjadi
penurunan kadar gula darah, namun terjadi penambahan energi yang
diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula dapat
mencapai 120 mg/ 100 ml.
d. System gastrointestinal
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30 ml)
untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Lama
pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Usus bayi dalam keadaan
steril hanya dalam beberapa jam. Bising usus terdengar dalam 1 jam
kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu
kehamilan dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar-
benar dibuang dalam waktu 48-72 jam.
a. Sistem Integumen
Struktur kulit bayi sudah terbentuk sejak lahir, namun masih belum
matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat
tipis. Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung kulit.
Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru
lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan memucat
menjadi normal beberapa jam kelahiran.
b. Sistem Endokrin
Selama dalam uterus, fetus mendapatkan hormon dari ibu yang
terkadang masih berfungsi hingga bayi dilahirkan. Misalnya dapat
dilihat pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun
perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat withdrawal (pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi perampuan),
kelenjat tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah
melai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir.
4. Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan makan dan minum
Jumlah rata-rata makanan seorang bayi cukup bulan selama dua minggu
pertama sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam. Untuk meyakinkan bahwa
bayi mendapat cukup nutrisi, ibu harus mengamati seberapa sering bayi
berkemih. Berkemih paling sedikit 6 kali/hari selama 2-7 hari setelah
lahir, ini menunjukkan asupan cairannya adekuat.

Penatalaksanaan nutrisi memiliki dua komponen utama: (1) nutrisi


enteral berupa pemberian susu dan (2) nutrisi parenteral (intravena).
Kami berusaha untuk mengidentifikasi strategi nutrisi yang optimal
untuk bayi cukup bulan dan bayi yang menerima hipotermia
terapeutik. Peneliti memeriksa komponen enteral dan parenteral
secara independen (Gale, 2021).

Menyusui pertama lebih awal, rata-rata, untuk bayi yang diberi makan
selama hipotermia terapeutik (rata-rata 7,3 hari) daripada bayi yang
tidak diberi makan (rata-rata 8,7 hari) (selisih –1,4 hari, interval
kepercayaan 95% –1,9 hingga –0,9 hari; p < 0,001), dan pemberian ASI
pertama lebih awal pada bayi yang diberi makan (rata- rata 3,3 hari)
daripada bayi yang tidak diberi makan (rata-rata 5,4 hari) (selisih –2,1
hari, interval kepercayaan 95% –2,2 hingga –2,0 hari; p < 0,001). Lama
tinggal unit neonatal lebih pendek untuk bayi yang diberi makan (rata-
rata 12,7 hari) dibandingkan bayi yang tidak diberi makan (rata-rata
14,8 hari) (Gale, 2020).
b. Kebutuhan eliminasi
Asuhan yang perlu diberikan pada bayi adalah sebagai berikut:
1) Monitor defekasi dan berkemih bayi dalam 24 jam, seberapa sering
bayi berkemih atau defekasi, dan bagaimana karakteristik kotoran bayi.
2) Amati adanya kelainan/gangguan yang muncul. Pengamatan
terhadap tahap-tahap perubahan kotoran membantu untuk mengenali
adanya kelainan pada saluran pencernaan.
3) Jelasakan pada ibu bahwa kotoran bayi yang berwarna kuning dan
agak berbiji-biji merupakan hal yang normal
c. Kebutuhan tidur
Bayi baru lahir mempergunakan sebagian besar dari waktuya untuk
tidur. Dengan bertambahnya usia, waktu untuk terjaga atau tidak tidur
menjadi semakin lama, khususnya pada waktu pagi dan siang hari. Pada
umumnya, waktu tidur dan istirahat bayi berlangsung pararel dengan
pola menyusu/ makannya.
d. Kebersihan kulit
Kesehatan neonatus dapat diketahui dari warna, integritas, dan
karakteristik kulitnya. Kulit bayi biasanya tipis, lembut, dan sangat
mudah terkena trauma baik akibat peregangan, tekanan, atau
bahanbahan dengan pH yang berbeda. Menjaga kesehatan kulit bayi
agar tidak muncul komplikasi atau penyakit dapat dilakukan dengan
memandikan bayi.
e. Keamanan
Kebutuhan kemanan yang di perlukan oleh bayi baru lahir adalah
kebutuhan terkait pencegahan hal hal yang beresiko akan terjadi seperti
infeksi, masalah pernafasan, hipotermi, perdarahan maupun luka dan
trauma.
5. Pemeriksaan, pengawasan, dan penanganan Bayi Baru Lahir:
a. Resusitasi pada saat Kelahiran
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi
sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau
terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula. Akan
tetapi, tindakan resusitasi seperti penghisapan lendir dari mulut dan
hidung bayi, serta stimulasi bayi dengan mengusap telapak kaki atau
punggung bayi tidak perlu dilakukan bila bayi dapat bernapas spontan
dengan adekuat atau menangis. (Prawirohardjo, 2019)
b. Pemotongan Tali Pusat
Tali pusat diklem kurang lebih 1 cm dari dinding perut dan
kemudian dipotong sedikitnya 1 cm di atas klem.Pada sebagian rumah
sakit, tali pusat diikat terlebih dahulu sebelum dipotong.
(Prawirohardjo, 2019).
c. Pemberian Salep/Tetes Mata
Bayi baru lahir harus mendapat profilaksis mata terhadap infeksi
yang di sebabkan oleh gonore dan klamidia (Prawirohardjo, 2019).
d. Penyuntikan Vitamin K
Penyuntikan vitamin K secara intramuskular dapat dilakukan pada
bayi baru lahir yang normal sebagai tindakan pencegahan terhadap
kecenderungan perdarahan (penyakit hemorhagik neonatal) (Varney,
2015).
Dosis vitamin K yang lazim diberikan adalah 1 mg menurut
ukuran bayinya.Vitamin K diberikan biasanya setelah 1 jam setelah
melahirkan. Cara pemberiannya yaitu diberikan pada paha kiri bayi
secara intra muskular (Wong, 2019).
e. Urine dan mekonium
Urine dan mekonium dapat diekskresikan pada saat lahir atau
segera sesudahnya. Bidan harus waspada akan kemungkinan, catatan
harus dibuat sehingga informasinya bisa diteruskan kepada bidan atau
perawat yang akan mengambil alih perawatan bayi tersebut. (Saifuddin,
2016).
f. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bidan harus waspada bahwa kemungkinan kehilangan panas dapat
terjadi dengan cepat pada bayi baru lahir.Kehangatan bayi harus dijaga,
dengan membungkusnya, menggunakan lampu pemanas atau alat
pengatur suhu ruangan (Infant warmer), serta tidak memandikan bayi
hingga 6-8 jam setelah kelahiran. (Saifuddin, 2016)
g. Prosedur lainnya
Bayi ditimbang, diukur dan dimandikan sebelum dipindahkan ke
ruang neonatus. Berat badan perlu diketahui untuk penghitungan
takaran obat atau pengambilan keputusan mengenai cara
penatalaksanaan bayi sehingga pengukuran antropometrik ini paling
sering dikerjakan pada stadium ini. Memandikan dan mengukur berat
serta tinggi badan dapat pula dilakukan setelah bayi pulih dan cukup
istirahat, tindakan ini biasanya ditunda sampai suhu bayi stabil dan
sedikitnya 36,5°C. (Saifuddin, 2016).
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi dini atau lebih
dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD didefinisikan
sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran.
Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri berupaya untuk
mencari puting dan segera menyusui.Jangka waktunya dalah sesegera
mungkin setelah melahirkan.IMD sangat penting tidak hanya untuk
bayi, namun juga bagi ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka
kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan.
(Prawirohardjo, 2019).

B. KONSEP DASAR APGAR SCORE


1. Definisi

Apgar score ialah suatu metode penilaian yg digunakan untuk


mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertama setelah lahir
hingga 5 menit setelah lahir , serta dapat diulang pada menit ke 10 –
15 . Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus & dapat
dijadikan sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari .
(Adelle , 2002).

2. Tujuan

Hal yg penting diketahui , bahwa penilaian score ini dibuat


untuk membantu tenaga kesehatan dalam mengkaji keadaan bayi
baru lahir dengan cara umum & memutuskan untuk melakukan
tindakan darurat atau tidak . Penilaian ini bukan menjadi prediksi
terhadap keadaan kesehatan bayi atau intelegensi bayi dimasa
mendatang . Beberapa bayi dapat mencapai angka 10 , & tidak
jarang , bayi yg sehat memiliki score yg lebih rendah dari umumnya,
terutama terhadap menit pertama waktu baru lahir . Hingga saat ini ,
score apgar masihlah terus digunakan , dikarenakan, selain
ketepatannya , serta lantaran cara penerapannya yg sederhana ,
cepat , & ringkas . & yg terpenting dalam penentuan score apgar ini
ialah untuk menetukan bayi tersebut memiliki asfiksia atau tidak .
(Sujiyatini , 2011)

3. Kriteria

Lima kriteria Score Apgar :

Cara Penilaian

Score Apgar dinilai pada menit pertama , menit kelima , & menit
kesepuluh setelah bayi lahir , untuk mengetahui perkembangan
kondisi bayi tersebut . Tetapi dalam situasi tertentu , Score Apgar
pun dinilai pada menit ke 10 , 15 , & 20 , sampai total score
memiliki nilai 10 . (Sujiyatini , 2011).

1. Appearance (warna kulit)

Menilai kulit bayi . Nilai 2 apabila warna kulit seluruhnya tubuh


bayi kemerahan , nilai 1 seandainya kulit bayi pucat pada bagian
ekstremitas , & nilai 0 apabila kulit bayi pucat pada seluruh tubuh
(Biru atau putih seluruhnya).

2. Pulse (denyut jantung) 

Untuk mengetahui tentang denyut jantung bayi , bisa


dilakukan dengan meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks
dengan menggunakan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop
pada dada bayi . Denyut jantung dihitung dalam satu menit ,
caranya dihitung dengan waktu 15 detik , lalu hasilnya dikalikan
4 , maka didapat hasil total dalam 60 detik . Jantung yg sehat
dapat berdenyut di atas 100 kali per menit & dikasih nilai 2 . Nilai
1 diberikan pada bayi yg frekuensi denyut jantungnya di bawah
100 kali per menit . Sementara jika denyut jantung tidak
terdeteksi sama sekali maka nilainya 0 .

3. Grimace (respon reflek)

Disaat selang suction dimasukkan ke dalam lubang hidung


bayi untuk membersihkan jalan nafasnya , akan terlihat
bagaimana reaksi bayi . Apabila beliau menarik , batuk , maupun
bersin disaat di stimulasi , itu pertanda responnya pada
rangsangan bagus & mendapat nilai 2 . Namun apabila bayi hanya
meringis saat di stimulasi , itu berarti hanya mendapat nilai 1 . &
apabila bayi tidak ada respon pada stimulasi sehingga diberi nilai
0.

4. Activity (tonus otot)

Hal ini dinilai dari gerakan bayi . Seandainya bayi


menggerakkan ke-2 tangan & kakinya dengan cara aktif &
spontan begitu lahir , artinya tonus ototnya bagus & dikasih nilai
2 . Namun apabila bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk ,
nilainya hanya 1 . Bayi yg lahir dalam kondisi lunglai atau
terkulai dinilai 0 .

5. Respiration (pernapasan)

Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan cara


mendengarkan tangisan bayi . Apabila dia langsung menangis
dengan kuat begitu lahir , itu tandanya paru-paru bayi sudah
matang & dapat beradaptasi dengan baik . Berarti nilainya 2 .
Sedangkan bayi yg hanya merintih rintih , nilainya 1 . Nilai 0
diberikan pada bayi yg terlahir tidak dengan tangis (diam) .

Dan kriteria keberhasilannya ialah sebagai berikut :

 Hasil score 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi


berada dalam keadaan baik atau dinyatakan bayi normal.
 Hasil score 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang , maka
memerlukan bersihan jalan napas dengan resusitasi & pemberian
oksigen tambahan hingga bayi dapat bernafas normal .
 Hasil score 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat , maka
memerlukan resusitasi segera dengan cara aktif & pemberian
oksigen secara terkendali .

Penatalaksanaan pada bayi baru lahir

a. Asfiksia berat (jika nilai score APGAR 0-3) :

 Kolaborasi dalam pemberian suction .


 Kolaborasi dalam pemberian O2 .
 Berikan kehangatan pada bayi .
 Observasi denyut jantung , warna kulit , respirasi .
 Berikan injeksi vit K , apabila ada indikasi perdarahan .

b. Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6) :


 Kolaborasi dalam melakukan pemberian suction .
 Kolaborasi dalam pemberian O2 .
 Observasi respirasi bayi .
 Beri kehangatan kepada bayi .

c. Bayi normal (jika nilai score APGAR 7-10) :

 Berikan kehangatan pada bayi .


 Observasi keadaan denyut jantung , warna kulit , serta
respirasi pada menit selanjutnya sampai nilai Apgar menjadi
10 .

Anda mungkin juga menyukai