2. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian
ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri
jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari
bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta.Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan
tekanan-tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kiri
lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen ovale secara fungsional.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah
kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus
arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru
pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit/m2. Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus arteriosus
(Indrayani, 2013: 312).
3. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa
sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama energi didapatkan
dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran
lemak.Setelah mendapat suhu <pada hari keenam, energi 60% di dapatkan
dari lemak dan 40% dari karbohidrat (Indrayani, 2013).
4. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar
natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.
Fungsi ginjalbelum sempurna karena:
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal
c. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa(Indrayani, 2013: 313)
5. Imunoglobulin
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh
kekebalan alami: Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan
saluran nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, Perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan Purwoastuti, 2015:135).
6. Truktus digestivenus
Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus
mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan
berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya sudah terdapat
pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap dan
menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering
terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan lambung belum
sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu < 30 cc (Indrayani,
2013: 314).
7. Hati
Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih
dalam keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan
ketidakseimbangan hepar untuk menghilangkan bekas penghancuran dalam
peredaran darah (Rahardjo dan Marmi, 2015: 22).
Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan
glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu
yang lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
detoksifikasihati pada neonatus juga belum sempurna,contohnya peberian
obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgBB/hari dapat
menimbulkan grey baby syndrome(Indrayani, 2013: 314).
D. TELAAH JURNAL
Salah satu intervensi yang diberikan pada neonatus adalah imunisasi HB0
dimana rentang pemberiannya antara 0-7 hari. Namun dalam melakukan
prosedur imunisasi kerap sekali menimbulkan rasa nyeri pada bayi terutama
saat melakukan prosedur injeksi sehingga sering disebut sebagai salah satu
sumber nyeri akut pada bayi. Nyeri yang dialami bayi saat imunisasi
disebabkan akibat rendahnya kadar endorphine pada bayi. Bayi yang
merasakan nyeri maka akan mengalami ketidaknyamanan. Perasaan
kenyaman yang bayi rasakan sangat berpengaruh terhadap berkembangnya
kepercayaan yang menjadi salah satu tugas tumbang pada bayi. Penanganan
nyeri juga perlu dilakukan untuk menghindari trauma dan distress pada bayi
saat dilakukan imunisasi Yusnia Silvia Sari (2020). Diantara penatalaksanaan
nyeri non farmakologis yang dapat diberikan pada bayi saat dan setelah
diberikan imunisasi adalah metode harvey 5’S, facilitated tucking, dan
breasfeeding.
Facilitated Tucking merupakan tindakan memfasilitasi posisi fleksi
miring ke salah satu sisi dimana salah satu tangan melakukan fiksasi dengan
lembut daerah kepala dan tangan bayi, dan tangan lainnya memfiksasi daerah
kaki dan bokong bayi,Facilitated Tucking sendiri dapat mempertahankan
stabilitas sistem saraf otonom dan motori sehingga menurunkan tingkat stres
dikarenkan adanya batas-batas fisik dan posisi janin yang ditekukan dapat
merangsa dengan lembut untuk proprioseptif, termal, dan taktil sistem
sensorik, yang dapat memodifikasi mekanisme kontrol gerbang yang
mengakibatkan perubahan transmisi nyeri (Liew et al, 2011). Helti and Ariski
(2019) melakukan penelitian dengan membandingkan keefektivan fasilitated
tucking dengan terai musik mozart terhadap skala nyeri imunisasi neonatus,
menunjukan bahwa Pemberian terapi musik mozart dan facilitated
tuckingkeduanya dapat menurunkan skala nyeri, tetapi lebih efektif facilitated
tucking dalam menurunkan skala nyeri dibandingkan terapi musik mozart
dengan perbandingan rata-rata skala nyeri setelah diberikan perlakuan pada
pada pada kelompok yang diberikan terapi musik mozart dengan rata-rata
2,05 dan mode 2 sedangkan pada kelompok facilitated tuckingnilai rata skala
nyeri sebesar 1,11. Sehingga, dalam memberikan imunisasi hb0 pada
neonatus dapat dengan posisi fleksi ke kiri mengingat imunisasi hb0
dilakukan di 1/3 paha kana luar anterolateral.
Metode Harvey adalah cara mengalihkan perhatian bayi pada hal lainnya
agar endorphin terlepas dan melambatkan lepasnya pergerakan kesakitan
sehingga tidak lanjut ke Susunan saraf pusat bayi yang meliputi sweddling
(membungkuss bayi), sade (memiringkan bayi), shusshing sound
(membisikkan kata suushhh sussh ke telinga bayi), swinging (gerakan
berayun secara cepat namun pendek-pendek), dan sucking(mengisap). tata
laksana terapi ini dengan metode mengalihkan dan sentuhan fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan rasa nyaman pada bayi dengan cara
menstimulasi bayi seperti dalam rahim (Karp,H, 2004).
Yusnia Silvia Sari (2020) dalam penelitiannya menguji keefektivan
metode harvey 5 s terhadap respon nyeri bayi saat imunisasi dengan
kelompok kontrol masing-masing 19 responden. Pengukuran respon nyeri
menggunakan alat pulse oximeter untuk mengukur heart rate sebagai respon
nyeri secara fisiologis pada bayi. Penelitian membuktikan bahwa terdapat
pengaruh metode Harvey 5S terhadap respon nyeri pada bayi saat imunisasi
dimana rata-rata respon nyeri pada kelompok intervensi lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sehingga Metode Harvey 5S dapat
diterapkan dalam manajemen nyeri pada bayi saat imunisasi dengan
melibatkan ibu bayi. Penelitian serupa, Syatriawati and Sembiring (2020)
meneliti pengaruhnya terhadap 40 bayi dengan alat ukur skala pengukuran
nyeri NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) 0-8, menunjukan hasil ada pengaruh
Metode 5’S (Swaddling, Side/Stomach Position, Sushing, Swinging dan
Sucking) Terhadap Respon Nyeri pada bayi Setelah Imunisasi Hb-0.
Manajemen nyeri non farmakologis lain yang dapat diterapkan pada bayi
saat imunisasi adalah pemberian ASI atau breastfeeding. Didalam ASI
mengandung larutan manis yaitu laktosa merupakan gula susu, rasa manis
mempunyai pengaruh terhadap respon nyeri. Hal ini terjadi karena larutan
manis dalam ASI yaitu laktosa dapat menginduksi jalur oploid endogen yang
dapat menyebabkan transmisi nyeri yang dirasakan tidak sampai menuju otak
untuk dipersepsikan sehingga sensasi nyeri tidak akan dirasakan bayi (Wong
D dalam Yuli dan Mevi, 2017).
Yantina and Erinnica (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
rata-rata tingkat nyeri ketika bayi tidak menyusui pada saat imunisasi suntik
adalah 5.3 dan rata-rata tingkat nyeri ketika bayi menyusui pada saat
imunisasi suntik adalah 3,7. Penelitian lain, Devi (2018) membandingkan
pengaruh menyusui terhadap bayi dengan kelompok kontrol dan intervensi
dengan masing-masing responden sejumlah 29, menunjukan hasil bahwa
terdapat perbedaan rerata respon nyeri sedang yaitu sebesar 11,4%.
E. DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G. (2012). Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Devi, P. S. (2018) Pengaruh Tekhnik Breastfeeding Terhadap Respon Nyeri
pada bayi Saat Imunisasi I Di Desa Bandung, Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA
MEDIKA JOMBANG.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Marmi, S.ST & Kukuh Rahardjo.2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan
anak prasekolah. yokyakarta: pustaka pelajar
Rochmah, dkk. 2012. Panduan Belajar Asuhan Bayi, Neonatus dan Balita.
Jakarta: ECG.
Marmi, S.ST & Kukuh Rahardjo.2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan
anak prasekolah. yokyakarta: pustaka pelajar
Indrayani, Djami M.E.U. 2013. Asuhan Persalinan dan bayi Baru Lahir.
Jakarta : CV. Trans Info Media
Walyani, S.E. & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.
Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Saifuddin, A. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiharohardjo.
Syatriawati, S. and Sembiring, I. M. (2020) ‘Pengaruh Metode 5’S
(Swadding, Stomach Position, Sushing, Swingging, Sucking) terhadap
Respon Nyeri Bayi Setelah Imunisasi HB-0’, Jurnal Riset Hesti Medan
Akper Kesdam I/BB Medan, 5(2), p. 141. doi:
10.34008/jurhesti.v5i2.202.
Yantina, Y. and Erinnica, M. (2017) ‘PENGARUH MENYUSUI
TERHADAP RASA NYERI PADA PENYUNTIKAN IMUNISASI
HB 0 PADA BAYI DI BPS WIRAHAYU, Amd.Keb BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2017’, JURNAL KEBIDANAN, 3(4), pp. 224–
229.
Yusnia Silvia Sari (2020) Pengaruh Metode Harvey 5s Terhadap Respon
Nyeri Pada Bayi Saat Imunisasi, Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Universitas Sriwijaya.