Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEBIDANAN BAYI FISIOLOGIS

PADA BY. L USIA 9 BULAN DENGAN KEBUTUHAN IMUNISASI


CAMPAK
DI PMB THOIFFAH ASTUTI

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 5 maret 2021
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : PMB Thoiffah astuti
Identitas
a. Identitas Bayi
Nama : By. L

Tanggal/Jam lahir : 29 mei 2020 / 22.30 WIB

Jenis kelamin : Perempuan

b. Identitas Orang tua


Nama ibu: Ny.F Nama suami: Tn.D
Umur: 23 Tahun Umur: 25 Tahun
Agama: Islam Agama: Islam
Pendidikan: S1 Pendidikan: S1
Pekerjaan: Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : gajah birowo Alamat : gajah birowo
DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang : Ibu mengatakan anaknya ingin mendapatkan
imunisasi campak.
Keluhan Utama : Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai
keluhan.
2. Riwayat Kesehatan:
a. Dahulu: Ibu mengatakan By.L tidak pernah sakit kejang, diare,
pilek menahun ,batuk yang disertai dengan dahak yang tak
kunjung sembuh dan panas yang tak kunjung sembuh
b. Sekarang : Ibu mengatakan By.L tidak sedang sakit kejang, diare,
pilek menahun ,batuk yang disertai dengan dahak yang tak
kunjung sembuh dan panas yang tak kunjung sembuh
c. Keluarga: Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit Jantung, Hipertensi, TBC, Asma, DM,
Hepatitis, IMS, HIV/AIDS
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:

Persalinan Nifas

Hamil Jenis ASI


BB
ke Th. UK Jenis Penolong Komplikasi Kelami Eksklus Komplikasi
lahir
n if

38 Spont 2800
1. 2019 Bidan Tidak ada P Ya Tidak ada
Mgg an gr

4. Riwayat tumbang:
a. Pertumbuhan BB:

Berat lahir : 2800 gram

Maret 2021 : 9000 gram

b. Perkembangan anak : Ibu mengatakan By. L sudah dapat tertawa,


membalas senyuman, mengambil barang dan melambaikan tangan
c. Kelainan bawaan : Tidak ada kelainan bawaan
5. Riwayat Imunisasi :

Jenis Imunisasi Tanggal Pemberian Usia


Hb 0 29 Mei 2020 0 Hari
BCG dan polio 1 05 juni 2020 1 Bulan
DPT 1 dan polio 2 05 juli 2020 2 bulan
DPT 2 dan polio 3 10 agustus 2020 3 bulan
DPT 3 dan polio 4 10 september 2020 4 bulan

6. Pola kebiasaan sehari - hari:


a. Pola nutrisi : Ibu mengatakan By.L sudah memakan MP ASI
sejak usia 6 bulan. By. L sudah bisa memakan nasi yang
dilembutkan, sayur, dan pisang. Tidak ada masalah dalam pola
nutrisi.
b. Pola eliminasi : Ibu mengatakan By.L BAK 8-10x/hari warna
kuning jernih, bau khas urine dan BAB 1-2x/hari, warna : kuning,
konsistesi lembek. Tidak ada masalah dalam pola eliminasi.
c. Pola istirahat : Ibu mengatakan By.L sering tidur dengan tidur
siang ± 3 jam dan tidur malam ± 9 jam. Tidak ada masalah dalam
pola istirahat
d. Pola aktifitas : Ibu mengatakan By.L sangat aktif, dapat tertawa,
membalas senyuman, dan dan sudah mulai merangkak. Tidak ada
masalah dalam pola aktifitas
e. Personal hygiene : Ibu mengatakan By.L mandi 2x/hari, selalu
mengganti popok ketika kotor, keramas 3x/minggu, ganti pakaian
minimal 2x/hari. Tidak ada masalah dalam pola personal hygiene.
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital signs :
1) N = 128x/mnt
2) RR = 40x/mnt
3) T = 36,7 0C
2. Pengukuran antropometri:
a. BB : 9 kg
b. Lingkar kepala/ LK : 46 cm
c. PB : 70 cm
d. LILA : 18 cm
3. Status Present:
a. Kepala : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam,
persebaran rambut merata
b. Muka : Tidak pucat dan tidak oedema
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak
ikterik
d. Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pembesaran polip,
tidak ada pernapasan cuping hidung
e. Mulut : Bibir lembab, tidak sariawan, lidah bersih, dan
gusi tidak bengkak
f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar
limfe, dan kelenjar tiroid
h. Dada : Pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi
dinding dada
i. Pulmo/COR : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi, denyut
jantung teratur
j. Abdomen : Tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
k. Genetalia : Tidak ada kelainan
l. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang
m. Anus : Berlubang
n. Ekstremitas : Pergerakan normal, tidak ada oedema pada tangan
dan kaki, tidak ada varises, ujung kuku tidak pucar, jumlah jari-jari
lengkap
o. Kulit : Turgor kulit baik
B. ANALISA
By.L usia 9 bulan dengan kebutuhan Imunisasi Campak

C. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 05 Maret 2021 Pukul: 09.10 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa By.L dalam kondisi sehat
dan dapat dilakukan imunisasi Campak.
Hasil : ibu tampak senang dengan hasil pemeriksaan yang telah
disampaikan.
2. Menimbang by. L dan menuliskannya pada KMS
Hasil : BB bayi 9 kg dan terletak pada garis hijau di KMS
3. Menjelaskan ke ibu mengenai pentingnya imunisasi campak, yaitu
suatu upaya untuk memberi kekebalan secara aktif terhadap virus
campak, yang bertujuan untuk mencegah penyakit campak yang
diberikan pada usia 9 bulan
Hasil : ibu mengerti
4. Memberikan imunisasi campak pada By. L dengan mendekap bayi
untuk mengurangi nyeri penyuntikan.
Hasil : By. L telah mendapatkan imunisasi campak dengan dosis 0,5 ml
pada lengan kiri atas. Respon bayi menangis.
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan FTS berupa sitting up (posisi
kepala lebih tinggi dari ekstremitas bawah) diikuti dengan distraksi
menggunakan mainan bersuara atau hal lain.
Hasil : bayi berhenti menangis.
6. Memberikan parasetamol 15 ml dan menganjurkan untuk
meminukannya 1 jam lagi dngan dosis 0,4 untuk mengatasi nyeri dan
0,9 jika terjadi demam
Hasil : ibu mengerti dan bersedia.
7. Menjelaskan kepada ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
dan menganjurkan ibu untuk tetap datang ke faskes 1 bulan lagi pada
tanggal 5 April 2021 untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
By.L atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia untuk datang ke faskes 1 bulan lagi
pada tanggal 5 april 2021 untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan By.L dan jika ada keluhan

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 6 Maret 2021 Pukul 07.30 WIB
S : Ibu mengatakan anaknya berumur 9 bulan, Ibu mengatakan anaknya
sudah diimunisasi campak, Ibu mengatakan setelah diimunisasi campak
anaknya tidak panas

O : Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis


TTV : Nadi = 104 x/ menit Suhu = 36,30 C Respirasi = 38 x/ menit
Bekas suntikan : Tidak ada tanda-tanda infeksi

A : by. L umur 9 bulan pasca imunisasi campak hari pertama.

P :
Tanggal 06 Maret 2021 Pukul 07.45 WIB
1. Memberitahu ibu tentang keadaan anaknya saat ini, bahwa keadaannya baik
Hasil : ibu terlihat senang
2. Menganjurkan ibu agar tetap memberikan makanan yang bergizi, seperti
seperti nasi, sayuran hijau, susu dan buah-buahan
Hasil : ibu mengerti dan bersedia.
3. Memberitahu ibu bahwa imunisasi wajib sudah lengkap dan memberi tahu
imunisasi selanjutnya yaitu DPT booster pada anak umur 18 bulan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia anaknya diimunisasi lagi pada usia 18
bulang
4. Menganjurkan pada ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada
keluhan-keluhan pada anaknya
Hasil : ibu mengerti dan bersedia

D. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang merupakan tahap awal dari manajemen kebidanan
dilaksanakan dengan cara pengkajian data subyektif dan data penunjang
(Nursalam, 2003). Pada data obyektif diperoleh dengan pemeriksaan fisik
untuk mengetahui keadaan umum pasien selama imunisasi yang dikaji dari
kepala sampai dengan kaki untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak.
Data subyektif pada by. L dengan imunisasi campak bahwa ibu
mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan
anaknya tidak sedang sakit. Data obyektif pada by. L dengan imunisasi
campak terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital normal.
Berdasarkan data yang diperoleh pada kasus by. L dengan imunisasi
campak didapatkan data by. L berumur 9 bulan dengan imunisasi campak
keadaan umumnya baik. Pada langkah pengkajian ini tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dengan praktek di lapangan
2. Interpretasi Data
Dalam kasus ini, by. L tidak mempunyai keluhan dan penyulit, maka tidak
dibutuhkan penanganan segera. Selain itu tidak terdapat masalah yang
membutuhkan tindakan kegawatdaruratan dan kolaborasi atau rujukan
serta penanganan secara team, sehingga diagnosa potensial tidak
ditegakkan.
3. Diagnosa potensial
Dalam kasus ini, by. L tidak mempunyai keluhan dan penyulit, maka
tidak dibutuhkan penanganan segera. Selain itu tidak terdapat masalah
yang membutuhkan tindakan kegawatdaruratan dan kolaborasi atau
rujukan serta penanganan secara team, sehingga diagnosa potensial tidak
ditegakkan.
4. Antisipasi segera
Tidak ditegakkannya diagnosa potensial, maka tidak dilakukan tindakan
antisipasi dalam langkah keempat ini.
5. Perencanaan
Pada by. L dengan kebutuhan imunisasi campak perencanaan yang akan
dilaksanakan yaitu:
a. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya
b. Pantau pertumbuhan bayi dengan menimbang dan menuliskan di KMS
c. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak.
d. Berikan imunisasi campak pada By. T dengan ibu mendekap bayi
untuk mengurangi nyeri penyuntikan. Facilitated Tucking dapat
mempertahankan stabilitas sistem saraf otonom dan motori sehingga
menurunkan tingkat stres dikarenkan adanya batas-batas fisik dan
posisi janin yang ditekukan dapat merangsa dengan lembut untuk
proprioseptif, termal, dan taktil sistem sensorik, yang dapat
memodifikasi mekanisme kontrol gerbang yang mengakibatkan
perubahan transmisi nyeri (Liew et al, 2011). Helti and Ariski (2019)
melakukan penelitian dengan membandingkan keefektivan fasilitated
tucking dengan terapi musik mozart terhadap skala nyeri imunisasi
neonatus, menunjukan bahwa facilitated tucking lebih efektif dalam
menurunkan skala nyeri dibandingkan terapi musik mozart.
Mendekap dapat mengurangi respon terhadap prosedur yang
menyakitkan dan merupakan sarana bagi orangtua untuk mengalihkan
perhatian dan menenangkan bayi mereka. Menurut rekomendasi
WHO, bayi harus mendapatkan perhatian khusus selama vaksinasi
(Chu, et.al, 2017). Fitri Wahyuni S and Ulfa Suryani,) melakukan
penelitian dengan membandingkan mengenai Efektifitas Terapi
Mendekap dan Terapi Musik dalam Menurunkan Skala Nyeri pada
Bayi Saat Dilakukan Imunisasi Campak dengan sampel masing-
masnig sebanyak 24 orang. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah terapi mendekap adalah
4,2 sedangkan terapi musik adalah 2,7. Disimpulkan bahwa terapi
mendekap lebih efektif dalam menurunkan skala nyeri pada bayi saat
dilakukan imunisasi campak.
e. Menganjurkan ibu untuk memberikan FTS berupa sitting up (posisi
kepala lebih tinggi dari ekstremitas bawah) diikuti dengan distraksi
menggunakan mainan bersuara atau hal lain serta memberi ASI.
Susanti et al., (2020) meneliti pengaruh Family Triple Support (FTS)
terhadap respon nyeri pada bayi saat imunisasi Measles Rubella (MR),
Nilai rerata respon nyeri pada bayi yang telah diberikan intervensi
FTS sebesar 6,20, lebih rendah daripada kelompok yang tanpa
diberikan intervensi dengan nilai rerata respon nyeri sebesar 7,40.
Selain itu, Putra, I.B. Putu Sancitha Guptayana, Ns.Drs. I Made
Widastra, S.Kep.M.Pd.(1), Ns. Ni Mas Ayu Gandasari and Program
(2014) membandingkannya dengan kelopok konrol masing-masing 43
responden, menunjukan hasil Selisih rata-rata respon nyeri responden
sebelum dan setelah setelah suntikan pada kelompok Intervensi adalah
4,02 lebih rendah dibandingkan dengan selisih rata-rata respon nyeri
responden sebelum dan setelah setelah suntikan pada kelompok
kontrol yaitu 5,74. Oleh karena itu, strategi FTS dapat menurunkan
nyeri dengan cara memberi banyak stimulus yaitu pemberian ASI,
posisi sitting up dan pengalihan nyeri dengan krincingan sehingga
bayi merasa nyaman karena didekap dan diperhatikan, sehingga dapat
menghambat impuls nyeri ke otak.
Selain itu, Latifah, Hastuti and Latifah (2010) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa rata-rata tingkat nyeri ketika bayi tidak menyusui
pada saat imunisasi suntik adalah 5.3 dan rata-rata tingkat nyeri ketika
bayi menyusui pada saat imunisasi suntik adalah 3,7. Penelitian lain,
Devi (2018) membandingkan pengaruh menyusui terhadap bayi
dengan kelompok kontrol dan intervensi dengan masing-masing
responden sejumlah 29, menunjukan hasil bahwa terdapat perbedaan
rerata respon nyeri sedang yaitu sebesar 11,4%. Didalam ASI
mengandung larutan manis yaitu laktosa merupakan gula susu, rasa
manis mempunyai pengaruh terhadap respon nyeri. Hal ini terjadi
karena larutan manis dalam ASI yaitu laktosa dapat menginduksi jalur
oploid endogen yang dapat menyebabkan transmisi nyeri yang
dirasakan tidak sampai menuju otak untuk dipersepsikan sehingga
sensasi nyeri tidak akan dirasakan bayi (Wong D dalam Yuli dan
Mevi, 2017).
f. Memberikan parasetamol 15 ml dan menganjurkan untuk
meminukannya 1 jam lagi dngan dosis 0,2 untuk mengatasi nyeri dan
0,4 jika terjadi demam.
g. Beritahu ibu bhwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai dan
anjurkan tetap datang ke faskes 1 bulan lagi untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan anaknya dan kapan saja jika
sewaktu-waktu ada keluhan.
5. Implementasi
Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan pada by. L dengan kebutuhan
imunisasi campak merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan asuhan
menyeluruh (Varney, 2007). Pada langkah pelaksanaan ini telah dilakukan
dan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat dan adanya
dukungan dari keluarga.
Pada kasus ini peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek dalam menetapkan pelaksanaan secara menyeluruh
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan manajemen
asuhan kebidanan, dan bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan
kebidanan yang diberikan. Evaluasi pada by. L adalah sebagai berikut.
a. ibu tampak senang dengan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan.
b. BB bayi 9 kg dan terletak pada garis hijau di KMS
c. Ibu sudah mengerti tentang manfaat imunisasi.
d. By. T telah mendapatkan imunisasi campak di 1/3 lengan kiri atas
secara SC. Respon bayi menangis.
e. bayi berhenti menangis.
f. ibu mengerti cara memberikan obat dan ibu bersedia meminumkan pada
anaknya.
g. Ibu mengerti dan bersedia untuk datang ke faskes 1 bulan lagi pada
tanggal 5 april 2021 untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
By.L dan jika ada keluhan.
Evaluasi pada kasus ini juga dilakukan pada hari pertama pasca imunisasi
untuk mengantisipasi terjadinya KIPI dengan hasil by. L tidak panas dan
tidak ada keluhan. Pada tahap evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik.

E. DAFTAR PUSTAKA

Devi, P. S. (2018) Pengaruh Tekhnik Breastfeeding Terhadap Respon Nyeri


pada bayi Saat Imunisasi I Di Desa Bandung, Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA
MEDIKA JOMBANG.

Fitri Wahyuni S and Ulfa Suryani (no date) ‘Efektifitas Terapi Mendekap dan
Terapi Musik dalam Menurunkan Skala Nyeri pada Bayi Saat
Dilakukan Imunisasi Campak’, jurnal keperawatan terpadu, 2(2), pp.
102–119.

Helti, M. R. and Ariski, N. (2019) ‘EFEKTIVITAS FACILITATED


TUCKING DENGAN MUSIK MOZART TERHADAP SKALA
NYERI NEONATUS MENERIMA VAKSIN ASI DI RS MITRA
MEDIKA TANJUNG MULIA MEDAN TAHUN 2019’, Jurnal
Maternitas Kebidanan, 4(1), pp. 19–28.

Latifah, E., Hastuti, D. and Latifah, M. (2010) ‘Pengaruh Pemberian ASI dan
Stimulasi Psikososial terhadap Perkembangan Sosial-Emosi Anak
Balita pada Keluarga Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja’, Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, 3(1), pp. 35–45. doi:
10.24156/jikk.2010.3.1.35.

Putra, I.B. Putu Sancitha Guptayana, Ns.Drs. I Made Widastra, S.Kep.M.Pd.


(1), Ns. Ni Mas Ayu Gandasari, S. K. (2) and Program (2014)
‘Pengaruh Family Triple Support (FTS) Berbasis Atraumatic Care
terhadap Respon Nyeri Bayi saat Imunisasi Di Puskesmas I Denpasar
Barat’, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, (1). Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/10767/7996.

Susanti, D. et al. (2020) ‘Pengaruh Family Triple Support terhadap Nyeri


pada Bayi saat Imunisasi Measles Rubella di Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Kota Padang Tahun 2019’, Jurnal Kesehatan
Andalas, 9(1S), pp. 29–35. doi: 10.25077/jka.v9i1s.1152.

Anda mungkin juga menyukai