PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai
standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu
pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan
hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali dilakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi,
melakukan pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan pada ibu nifas
dan bayinya, mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas,
menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas dan
bayinya.
Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia dalam kurun waktu delapan tahun
terakhir secara umum mengalami kenaikan. Capaian indikator KF3 yang meningkat dalam
delapan tahun terakhir merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
dan masyarakat termasuk sektor swasta. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan
kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari paska persalinan oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal 3 kali dengan ketentuan waktu;
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah persalinan.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)
Menurut Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2015 cakupan pelayanan nifas (KF3)
di Indonesia sebesar 87,06% . Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah cakupan
pelayanan nifas tahun 2015 sebesar 95,69 % dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar
95,16%. Sementara untuk kabupaten Grobogan di tahun 2015 ini cakupan pelayanan nifas
sebesar 99,40%. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
studi kasus asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis pada Ny. S Usia 32 Tahun P 2 A0 7 Hari
Post Partum Fase Letting Go Di PKM Godong II Kabupaten Grobogan.
1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menggambarkan dan melakukan asuhan kebidanan nifas fisiologis pada Ny. S P2A0 Usia
32 Tahun 7 Hari Post Partum Fase Letting Go di PKM Godong II Kabupaten Grobogan
sesuai standar kebidanan dengan dokumentasi dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan nifas normal diharapkan :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif pada ibu nifas dengan
benar.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data obyektif pada ibu nifas dengan
benar.
c. Mahasiswa mampu menentukan analisa, diagnosa aktual, dan masalah yang
mungkin dapat terjadi pada ibu nifas dan menentukan kebutuhan yang sesuai.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada ibu nifas dengan tepat.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada ibu nifas setelah dilakukan asuhan.
C. Manfaat
1. Manfaat untuk Institusi Pendidikan (Poltekkes Kemenkes Semarang)
Studi kasus ini dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap mahasiswa
kebidanan untuk mengukur kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan nifas normal penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding
bagi studi kasus selanjutnya.
2. Manfaat untuk Instansi Pelayanan Kesehatan (PKM Godong II)
Studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelayanan kesehatan dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam kesehatan ibu dan
anak.
3. Manfaat untuk Penulis
a. Melatih dalam mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif
b. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
c. Memperluas wawasan ilmu pengetahuan
d. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
2
D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan
sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
Ditulis berdasarkan judul kasus yang di ambil, sebaiknya dari rujukan/daftar
pustaka yang jelas dari jurnal-jurnal ilmiah
BAB III : TINJAUAN KASUS
Diulas tentang kasus yang diambil dari pengkajian (data subyektif dan data
obyektif ), analisa, penatalaksanaan ( mencangkup intervensi, implementasi, dan
evaluasi )
BAB IV : PEMBAHASAN
Diulang berkaitan dengan masalah – masalah yang muncul pada saat
memberikan asuhan, kesenjangan yang ada antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus.
BAB V : KESIMPULAN
Berisi kesimpulan berdasarkan tujuan disertai dengan saran
3
BAB II
TINJAUAN TEORI NIFAS
4
4. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan kebijakan
dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling
sedikit ada 4 kali kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir. Untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
5
5. Perubahan-perubahan Fisik Pada Masa Nifas
a. Involusi Corpus Uteri
Segera setelah placenta lahir, fundus korpus uteri berkontraksi, letaknya kira-kira ½
pusat dan symfisis atau sedikit lebih tinggi. Umumnya organ ini mencapai ukuran
tidak hamil seperti semula dalam waktu ukuran sekitar 6-8 minggu. Proses involusio
uterus meliputi 3 aktivitas, yaitu :
a. Kontraksi uterus
b. Autolysis sel-sel myometrium
c. Regenerasi epithelium
Tabel tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio
6
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, terjadi pada hari ke 7-14 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Berupa cairan berwarna putih, berisi leukosit dan mukosa servik terjadi setelah
2 minggu pasca persalinan.
5) Lochea purulenta
Terjadi dikarenakan adanya infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk.
6) Lochiostasis
Yaitu lochea yang keluarnya tidak lancar.
d. Perubahan Servik dan Segmen Bawah Rahim
Segera setelah placenta lahir, servik dan segmen bawah rahim menjadi struktur
yang tipis, kolaps dan kendur. Mulut servik mengecil perlahan-lahan sebelum
beberapa hari mulut serviks mudah dimasuki oleh 2 jari, tetapi pada akhir minggu
pertama telah menjadi sedemikian sempitnya sehingga jari sulit untuk masuk,
sewaktu servik menyempit, servik menebal dan salurannya terbentuk kembali, tetapi
masih ada tanda-tanda servik parut.
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah rahim yang sangat menipis
berkontraksi dan beretraksi tetapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam perjalanan
beberapa minggu segmen bawah rahim diubah dari struktur yang jelas dan cukup
besar untuk memuat kebanyakan kepala janin cukup bulan menjadi isthmus yang
hampir tidak dapat dilihat.
e. Perubahan Vagina dan Pintu Keluar Vagina
Pada perlukaan jalan lahir akan sembuh dalam 6-7 hari, bila tidak disertai
infeksi dan faktor gizi juga sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka jalan lahir
tersebut, karena dengan gizi yang cukup akan mempercepat pertumbuhan sel-sel
tubuh yang rusak.
Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk
lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil
tetapi jarang kembali ke ukuran semula. Rugae terlihat kembali pada minggu ke 3
dan terdapatcarunculae mirtiformis yang khas pada wanita yang pernah melahirkan.
f. Rasa Sakit
Yang disebut juga “after pains” (meriang atau mules-mules) disebabkan oleh
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
7
pengertian pada ibu, mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan
obat-obatan anti sakit dan anti mulas.
g. Ligament-ligament
Ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan.
Setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga
tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum
rotundum menjadi kendor.
Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan “berkusuk” atau
“berurut” dimana sewaktu diurut tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena
setelah melahirkan ligamen, fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika
dilakukan urut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik.
Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pasca
persalinan/senam nifas. Biasanya striae yang terjadi pada saat kehamilan akan
berkurang.
h. Perubahan Saluran Kencing
Peregangan dan dilatasi selama kehamilan yang menyebabkan perubahan
permanen di pelvis renalis dan ureter, kecuali ada infeksi kembali normal pada
waktu 2-8 minggu, bergantung pada :
1) Keadaan atau status sebelum persalinan
2) Lamanya partus kala II
3) Besarnya kepala yang menekan pada saat persalinan
i. Sistem Kardio Vaskuler
Penurunan volume darah diasumsikan dengan kehilangan darah. Pada saat
persalinan volume plasma menurun 1000 ml karena kehilangan darah dan diuresis.
Setelah 3 hari volume darah meningkat 1200 ml sebagai akibar cairan ekstra seluler
ke intra seluler. Total volume darah menurun 16% setelah persalinan. Perkiraan
kehilangan darah dapat dibandingkan setelah persalinan. Kehilangan darah 500 ml
akan menyebabkan pengurangan Hb 1%, nadi dan cardiac output meningkat selama
1-2 jam post partum. Segera setelah melahirkan, cardiac outputmeningkat 50-60 %
dan menurun setelah 10 menit.
j. Payudara
Pada semua wanita setelah melahirkan, laktasi dimulai secara alami dan
normal. Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme fisiologis, yang meliputi:
produksi susu dan sekresi susu atau let down. Fisiologi dari produksi ASI masih
8
belum sepenuhnya dimengerti .Dipikirkan bahwa konsentrasi
estrogen dan progesteron yang tinggi sebelum kehamilan menghambat
produksi prolaktin, yang dibutuhkan untuk laktasi. Hal ini menjelaskan mengapa
seorang wanita tidak memproduksi ASI sepanjang kehamilannya.
Pada saat placenta lahir, terjadi perubahan drastis yang mendadak pada
kadar estrogen danprogesteron. Keadaan ini membuat kelenjar hipofise
anterior memproduksi prolaktin. Produksi ASI juga dipengaruhi oleh hisapan bayi
yang dapat menyebabkan kenaikan atau kelanjutan dari
pelepasan prolaktin dari hipofise anterior.
Seorang bayi akan menekan sinus laktiferussewaktu menghisap ASI.
Hisapan ini akan mendorong air susu melalui ductus laktiferus menuju tempat akhir,
yaitu mulut bayi. Aliran susu dan sinus laktiferus disebut let down dan dalam hal ini
dapat dirasakan oleh ibu.
9
c) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi, seperti
menggendong, menyusui, mengganti popok dan lain-lain
d) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat-nasehat bidan dan kritikan pribadi
c. Fase letting go
1) Terjadi lebih dari 4 hari post partum
2) Dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan keluarga
3) Ibu melakukan tugas/tanggung jawab terhadap perawatan bayi
4) Pada umumnya depresi post partum terjadi pada periode ini
5) Adaptasi terhadap kebutuhan bayi yaitu berkurangnya hak ibu dan hubungan
sosial
10
mengalami sulit berkemih sebaiknya dilakukan toiler training untuk BAB, jika ibu tidak
bisa BAB lebih dari 3 hari maka perlu diberi laksan/pencahar. BAB tertunda 2-3 hari
post partum dianggap fisiologis.
d. Istirahat
Ibu perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu dapat
berisitirahat atau tidur siang selagi bayi tidur, pentingnya dukungan dari
keluarga/suami. Bila istirahat kurang akan mempengaruhi ibu :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri
4) Kebersihan Diri/Personal Hygiene
Ibu nifas perlu menjaga kebersihan dirinya karena :
1) Mengurangi/mencegah infeksi
2) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan
Bila ibu cukup kuat berjalan, bantu ibu untuk mandi untuk membersihkan tubuh,
puting susu dan perineum, mengganti pembalut minimal 2 x atau setiap kali habis
kencing.
e. Sexual/Senggama
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai
melakukan hubungan sexual kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai
tradisi menunda hubungan sexual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau
enam minggu setelah persalinan, keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
f. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat
membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang
cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak akan
menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
meneteki (amenorhoe laktasi). Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman terutama bila ibu sudah haid lagi. Jika
11
pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya
lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu
atau pasangan dan untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
g. Latihan/Senam Nifas
Jelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan
merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa
menit setiap hari sangat membantu seperti :
1) Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menatik otot perut selagi
menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu
hitungan sampai lima, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel).
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan
tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu
naikkan jumlah latihan 5 x lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu
harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
12
3) Selalu bersihkan dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Ini akan
membantu mencegah daerah yang sedang mengalami penyembuhan episiotomi
atau perobekan terinfeksi kuman dari dubur.
c. Kontipasi
Disebabkan karena motilitas usus berkurang selama paersalinan, obat anastesi,
dan mungkin ibu takut karena sakit atau merusak jahitan. Asuhan yang dilakukan
yaitu:
1) Memperbanyak minum, minimal 3 liter perhari.
2) Meningkatkan makanan yang berserat, seperti buah-buahan.
3) Biasakan BAB tepat waktu, saat pertama kali ada dorongan untuk BAB.
4) Kalau perlu pemberian laksatif untuk melunakkan feses
13
b. Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
c. Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
d. Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami.
2) Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami ibu dan bayi..
14
Di samping harus mengandung :
a. Sumber tenaga (energi )
Untuk pembakaran tubuh , pembentukan jaringan baru, penghematan pritein ( jika
sumber tenaga kurang, protein dapat di gunakan sebagai cadanagan untuk
memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras,
sagu, jagung, tepung terigu, dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat di peroleh dari zat
hewani ( lemak , mentega, keju) dan nabati ( kelapa sawit, minyak sayur, minyak
kelapa, dan margarin)
b. Sumber pembangun
Protein di perlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel – sel yang rusak atau
mati. Protein dari makanan harus di ubah menjadi asam amino sebelum di serap oleh
sel mukosa usus dan di bawa ke hati melalui pembulu darah vena portae. Sumber
protein dapat di peroleh dari protein hewani (ikan , udang, kerang, kepiting, daging
ayam, hati, telur , susu, dan keju) dan protein nabati ( kacang tananh, kacang merah ,
kacang hijau , kedelai , tahu dan tempe ). Sumber protein terlengkap terdapat dalam
susu telur dan keju ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi
dan vitamin B.
c. Sumber pengatur dan pelindung ( mineral vitamin dan air )
Unsur – unsur tersebut di gunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
dan pengatur pelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air
sedikitnya 3 liter setiap hari ( di ajnurkan ibu untuk minum setiap kali habis
menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa di peroleh dari semua jeni
sayuran dan buah- buahan segar.
2. Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan
cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat besi
diberikan selama 40 hari post partum. Minum kapsul Vit A (200.000 unit). Jenis – jenis
Mineral Penting :
a. Zat kapur
Untuk pembentukan tulang , sumbernya : susu, keju, kacang – kacangan , sayuran
bewarna hijau
b. Fosfor
Di butuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak , sumbernya: susu, keju,
dan daging
15
c. Zat Besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena di butuhkan untuk
kenaikan sirkulasi darah dan sel , serta menambah sel darah merah ( HB ) sehingga
daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan . sumber zat besi antara lain : kuning
telur , hati, daging, kerang , ikan, kacang – kacangan dan sayuran hijau .
d. Yodium
Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan kekerdilan fisik
yang serius. Sumbernya : minyak ikan, ikan laut, dan garam /beryodium .
e. Kalsium
Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak , sumbernya :
susu dan keju.
16
Dibutuhkan untuk pembentukan sel drah merah serta kesehatan gigi dan gusi.
Sumber : gandum, jagung, hati, dan daging.
f. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf.
Sumber : telur, daging, hati, keju, ikan laut, dan kerang laut.
g. Folic Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukan sel darah merah dan
produksi inti sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan, dan sayuran hijau.
h. Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat (untuk penyembuhan
luka), pertumbuhan tulang, gigi, dan gusi, daya tahan terhadap in feksi, serta
memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber : jeruk, tomat, melon, brokoli,
jambu biji, manga, papaya, dan sayuran.
i. Vitamin D
Dibutuhkan untuk pertumbuhan, pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan
kalsium, dan fosfor. Sumbernya : antara lain : minyak ikan, susu, margarine, dan
penyinaran kulit dengan sinar matahari pagi (sebelum pukul 09.00).
j. Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal.
Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam.
Kebutuhan energy ibu nifas atau menyusui pada enam bulan pertama kira-kira 700
kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang
berumur 2 tahun rata-rata sebesar 400 kkal/hari.
17
Petunjuk untuk mengolah makanan sehat :
a. Pilihlah sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang segar.
b. Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengolah makanan.
c. Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong-potong.
d. Masak sayuran sampai layu.
e. Olah makanan sampai matang.
f. Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet (vetsin).
g. Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali di pakai.
h. Perhatikan kadaluwarsa dan komposisi zat gizi makanan.
i. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman.
j. Jangan biarkan binatang berkeliaran di dapur.
Analisis Hubungan Antara Status Nutrisi Ibu Nifas dengan Penyembuhan Luka Perineum
Berdasarkan hasil penelitihan yang dilakukan oleh Rini Hayu L, dkk dengan Judul
Penelitihan “Hubungan Antara Status Nutrisi pada Ibu Nifas dengan Penyembuhan Luka
Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir Kabupaten Jombang” menunjukkan bahwa
responden yang memiliki status nutrisi lebih terdapat 2 ibu nifas (100%) mengalami
penyembuhan luka perineum normal, sedangkan responden yang memiliki status nutrisi baik
terdapat 4 ibu nifas (14,8%) mengalami penyembuhan luka perineum cepat dan 19 ibu nifas
(82,6%) mengalami penyembuhan luka perineum normal dan yang memiliki status nutrisi
kurang terdapat 2 ibu nifas (7,4%) mengalami penyembuhan luka perineum lama. Peninjauan
peran berbagai nutrien khususnya dalam mengidentifikasi pengaruh nutrisi dalam
penyembuhan luka perineum yang efisien setelah melahirkan. Wanita yang baru menjadi ibu
hampir tidak dapat dihindari mengalami pola tidur yang kurang, nutrisi yang tidak adekuat dan
stres psikologis. Nutrisi yang baik untuk ibu tentu saja akan bermanfaat bagi janin dan bayi
baru lahir. Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,
meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi dan parut dengan
kualitas yang buruk. Defisiensi nutrien tertentu dapat berpengaruh pada penyembuhan.
Menurut pendapat peneliti hampir seluruhnya (77,8%) yaitu 21 ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Cukir mengalami penyembuhan luka perineumnya normal. Nutrisi seimbang
yang harus dikonsumsi oleh ibu nifas adalah makanan yang mengandung energi, protein,
mineral dan vitamin dengan porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
tidak mengandung alcohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna. Dalam penelitian ini
menghasilkan bahwa terdapat hubungan antara status nutrisi ibu nifas dengan penyembuhan
18
luka perineum tetapi tingkat keeratannya rendah karena dipengaruhi oleh faktor lain seperti
usia berpengaruh terhadap semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat, obesitas jaringan lemak
menyebabkan suplai darah yang tidak adekuat, mengakibatkan lambatnya proses
penyembuhan dan menurunnya resistensi terhadap infeksi. Diabetes mellitus gangguan
sirkulasi dan perfusi jaringan dapat terjadi pada diabetes mellitus, selain itu hiperglikemia
dapat menghambat fagositosis dan mencetuskan terjadinya infeksi jamur dan ragi, obatobat
anti-inflamasi menekan sintesis protein, inflamasi, kontraksi luka dan epitelialisasi. Gangguan
oksigenasi rendahnya tekanan oksigen arterial dapat mengganggu sintesis kolagen dan
menghambat epitelialisasi. Perfusi jaringan yang buruk dapat terjadi karena adanya
hipovolemia atau anemia. Oksigen sangat dibutuhkan untuk aktivitas fibroblast dan infeksi
menyebabkan peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan luka. Bila
terdapat infeksi luka dalam, luka perlu dibiarkan terbuka untuk mencegah terjadinya re-
epitelialisasi di atas organisme yang menginfeksi dan menyebabkan terbentuknya abses.
C. Manajemen Kebidanan
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut ACNM (1999) Proses manajemen
kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College of Nurse Midwife
terdiri dari :
1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap
danrelevan dengan melakukan pengkajian yang komperehensif terhadap kesehatan
setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi datadasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikanmasalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan
danbertanggung jawab terhadap kesehatannya
5. Membuat rencana asuhan yang komperehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
denganberkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu dalam situasi darurat danbila
ada penyimpangan dari keadaan normal
19
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
danmerevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
Proses Manajemen Menurut Hellen Varney (1997)
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimlulai dengan pengumpulan data dasar
danberakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah
manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut :
1. Langkah I (pertama) : pengumpulan data dasarPada langkah pertama ini dilakukan
pengkajian dengan mengumpulkan semua datayang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :1. riwayat kesehatan 2.
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya3. meninjau catatan terbaru atau
catatan sebelumnya4. meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan
hasil studi
2. Langkah II (kedua) : interpretasi data dasarpada langkah ini dilakukan identifikasi
yang benar terhadap diagnosa atau masalahdan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yangdikumpulkan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehinggaditemukan masalah
atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosakeduanya
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
sepertidiagnosa tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan
kedalam sebuahrencana asuhan terhadap klien.
3. Langkah III (ketiga) : mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial. Pada
langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4. Langkah IV (keempat) : mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
20
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja tetapi selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus.
5. Langkah V (kelima ) : merencanakan asuhan yang menyeluruh . Pada langkah
ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
6. Langkah VI (keenam) : melaksanakan perencanaan. Pada langkah keenam ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan yang lain.
7. Langkah VII (ketujuh) : evaluasi. Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya
21