PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan
sebelum terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan
sasaran mempermudah wankita mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum
ia hamil. wanita hamil yang sehat memiliki kemungkinan lebih besar untuk
memiliki bayi yang sehat. Idealnya, semua kehamilan adalah hal yang
terencana dan setiap bayi berada dalam lingkungan yang sehat. Asuhan
prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi, antara lain
memungkinkan identifikasi penyakit medis; pengkajian kesiapan psikologis,
keuangan, dan pencapaian tujuan hidup.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan.
Salah satu persiapan yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada masa prakonsepsi atau
hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka kesakitan dan kematian
ibu dan anak. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses
kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk
dapat cepat dihindari ( Cunningham, 2012).
Selama ini, persiapan prakonsepsi berupa konseling dengan tenaga
kesehatan masih tabu dilakukan. Padahal untuk membentuk generasi dan
masyarakat yang berkualitas dimulai dari pernikahan yang sehat.
Bidan sebagai tenaga kesehatan tidak hanya berperan dalam melakukan
tindakan medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukanya
konseling khususnya pada wanita usia subur, diharapkan dapat terwujudnya
kehamilan yang ideal guna mewujudkan keluarga berkualitas.
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan datas, penulis tertarik
mengangkat asuhan kebidanan pranikah pada WUS sebagai topik laporan
komprehensif asuhan kebidanan pada prakonsepsi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi asuhan kebidanan pranikah pada WUS di PMB Thoiffah
Astuti?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada wanita usia subur
dalam persiapan prakonsepsi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori prakonsepsi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada
wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
c. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada wanita usia
subur dalam perencanaan kehamilan .
d. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan pada wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
e. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan
kasus.
D. Manfaat
1. Untuk Institusi Pendidikan (Poltekkes Semarang)
Studi kasus ini dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap
mahasiswa kebidanan untuk mengukur kemampuan dan keterampilan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan normal, penambah
bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus
selanjutnya.
2. Untuk Pelayanan Kesehatan (PMB Thoiffah Astuti)
Studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelayanan
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya dalam kesehatan ibu dan anak.
3. Manfaat untuk Penulis
a. Melatih dalam mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif
b. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
c. Memperluas wawasan ilmu pengetahuan
d. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35
tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan
mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan
prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan
masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia
tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society
for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun
secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat
memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ
reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun.
Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah
usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-
lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk
dan faal organ reproduksi . Disarankan pria untuk menikah pada
usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko
kecacatan janin (RSUA, 2013).
b. Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya
pertemuan antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus
(senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan
normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ
reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi
yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini
berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi
tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu
kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak
akan terjadi kehamilan pada istri .
c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam
tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4%
dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri
berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk dapat
terjadi kehamilan.
3) Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan
yang sehat diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk
mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah
sakit. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi PUS diberikan
kepada PUS laki-laki maupun perempuan, baik yang belum
mempunyai anak maupun yang sudah memiliki anak dan ingin
merencanakan kehamilan selanjutnya. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil pada PUS meliputi:
1) Anamneis
a) Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga
kesehatan dan klien untuk memperoleh informasi tentang
keluhan, penyakit yang diderita, riwayat penyakit, faktor resiko
pada PUS, status imunisasi tetanus, riwayat KB, serta riwayat
kehamilan dan persalinan sebelumnya.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda sering menderita sakit
kepala?
2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur Anda tidak lelap?
4 Apakah Anda mudah menjadi takut?
5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, dan
khawatir?
6 Apakah tangan Anda gemetar?
7 Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir
jernih?
9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah Anda lebih sering menangis?
11 Apakah Anda merasa sulit untuk
menikmati aktivitas sehari-hari?
12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari
Anda terbengkalai?
14 Apakah Anda merasa tidak mampu
berperan dalam kehidupan ini?
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
16 Apakah Anda merasa tidak berharga?
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk
mengakhiri hidup Anda?
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang
waktu?
19 Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20 Apakah Anda mudah lelah?
Sumber:
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status kesehatan melalui pemeriksaan denyut
nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, suhu tubuh, dan pemeriksaan
lengkap. Selain itu dilakukan pemeriksaan status gizi yang meliputi
pengukuran berat badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
a) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan
darah, kelainan denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan
jantung. Pemeriksaan tanda vital dilakukan melalui pengukuran
suhu tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan diastole), denyut
nadi per menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi
jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru
(asma, tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati
beresiko mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah),
sakit kepala, sesak nafas, nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya,
pemeriksaan lebih difokuskan pada persiapan fisik untuk
kehamilan yang diinginkan. Pada PUS yang mempunyai
masalah terkait infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan pada
organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan
pemeriksaan fisik lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah
sakit.
b) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
1) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indek
Massa Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat
badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui
untuk menilai status gizi PUS/WUS dalam kaitannya dengan
persiapan kehamilan. Jika perempuan dengan status gizi
kurang menginginkan kehamilan, sebaiknya kehamilan
ditunda terlebih dahulu untuk dilakukan intervensi perbaikan
gizi sampai status gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang
dapat membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada
ibu dan janin, resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR,
mudah terkena penyakit infeksi, resiko keguguran, bayi lahir
mati, serta cacat bawaan pada janin. PUS laki-laki juga harus
memiliki status gizi yang baik.
2) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga
dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk
mengetahui adanya resiko KEK pada WUS. Ambang batas
LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah.
c) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui
status kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap
sesuai indikasi medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga
kesehatan mampu mendeteksi adanya gangguan kesehatan pada
PUS, misalnya gangguan jantung atau paru, tanda anemia,
hepatitis, IMS, dan lain-lain.
b. Darah Pemeriksaan
1) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam
menegakkan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar
hemoglobin dalam sel darah akan menetukan kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disebut
anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari
normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.
Tidak Anemia
Populasi
anemia Ringan Sedang Berat
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah
f) HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah
infeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan
cairan tubuh ( sperma dan cairan vagina) melalui kontak seksual
dengan penderita Hepatitis B. Berbagai jarum suntik dengan
penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita
hepatitis B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis
B dilakukan pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif
menunjukkan bahwa organ hati terinfeksi virus ini.
g) TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus
(CMV), dan herpes simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat
ditularkan melalui konsumsi makanan dan sayuran yang tidak
bersih dan tidak dimasak sempurna atau setengah matang,
kotoran yang terinfeksi virus TORCH dan juga pada ibu hamil
ke janin. TORCH dapat menimbulkan masalah kesuburan
(infertilitas) baim pada perempuan maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan
resiko keguguran. Pemeriksaan TORCH dapat dilakukan bila
ada indikasi atas saran dokter.
h) Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Kelainan yang
dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap antara lain ;
anemia, kekurangan asam folat, dan bahkan penyakit genetik
seperti talasemia dari hemofilia. Pemeriksaan darah lengkap
disarankan kepada pasien yang datang disertai dengan suatu
gejala klinis, dan jika didapatkan hasil diluar nilai normal, perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik.
Materi KIE kesehatan masa sebelum hamil untuk calon pengantin (Catin)
dan pasangan usia subur (PUS)
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
b. Pentingnya kesehatan reproduksi
1) Catin dan PUS pelu mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang
sehat dan aman.
2) Catin perempuan dan Wanita usia subur (WUS) akan menjadi
calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta
mendukung kehamilan dan persalinanyang aman.
4) Laki-laki dan perempua mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit, perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupunfisik terhadap penularan infeksi
menular seksual termasuk HIV
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hakdan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi
c. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika permpuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain,
misalnya :
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama-sama dan tidak memaksakan ego masing-
masing.
b) Suami-istri saling membantu dalam pekrjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI Esklusif.
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal berikut :
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan secara psikis
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga
d. Hak dan kesehatan reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
pasangan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya
b) Penularan Penyakit menular seksual dan HIV-AIDS, dan cara
mengatasinya
c) Pelayanan KB, mengetahui dan memahami efek samping
d) Catin berhak mendapatka kebutuhan reproduksinya sehingga
melahirkan bayi yang berkualitas mulai dari sebelum hamil
sampai masa nifas.
e. Perilaku yang sebaiknya dihindari dalam aktifitas seksual untuk
menjaga kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
f. Cara merawat organ reproduksi
Laki-laki dan Perempuan Laki-laki
perempuan
Pakaian dalam Bersihkan organ Menjaga
diganti minimal dua reproduksi dari depan kebersihan
kali sehari sampai kebelakang organ kelamin
Menggunakan dengan menggunakan air Di anjurkan
pakaian dalam yang bersih dan dikeringkan sunat untuk
menyerap keringat Sebaiknya tidak menjaga
dan cairan menggunakan cairan kebersihan
Bersihkan organ pembilas vagina karena kulup
kelamin sampai dapat membunuh bakteri Jika ada
bersih dan kering baik dalam vagina dan keluhan pada
Menggunakan memicu tumbuhnya organ kelamin
celana yang tidak jamur dan daerah
ketat Pilihlah pembalut yang sekitar, segera
Membersihkan berkualitas yang lembut memeriksakan
organ kelamin dan mempunyai daya diri kepetugas
setelah BAK dan serap yang tinggi, jangan kesehatan
BAB memakan pembalut
dalam waktu yang lama
Jika sering keputihan,
berbau, berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segrera memeriksakan
diri ke petugas kesehatan
g. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ
reproduksinya sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi secara
bertanggung jawab.
2. Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a. Kehamilan
1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki
janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan
harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
dengan baik.
2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan
menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup
b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b. Perencanaan kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
a) Terlalu muda <20 tahun
b) Terlalu Tua > 35 Tahun
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak
tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu
direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan
yang baik dan terhindar dari penyakit.
7) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual
dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang
putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam
minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level
kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
9) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.
Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat
dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,
hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.
10) Hindari konsumsi
Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli
yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan
tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,
tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian
perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan
kualitas air maupun rantai makanan.
7. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan
tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai
tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila
Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai
untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah
penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan
melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,
hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan
hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses
ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi
umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar
mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan
yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan
selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan keluarga sehingga
semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
8. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan sebagian
besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami
dan isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan
kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi,
pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan (tempat
tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya
untuk hal-hal yang tak terduga.
9. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu
dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah
yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan
keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak
diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian,
termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan
Perencanan Kehamilan
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh
langkah yang dikembangkan Helen Varney tersebut membentuk
kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi
dan dapat dipertanggung jawabkan. (Zian,2012: 20-21).
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Helen Varney (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan
(2018:25-28), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa
wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas
(P) abortus (A), umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri,
letak kepala, keadaan umum baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis
yang telah diidentifikasikan..
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
C. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa
yang meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang termasuk
keluhan yang dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi,
riwayat medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
a) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara
lain;
(1) Nama
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya
untuk dapat mengenal dan memanggil serta mencegah
kekeliruan dengan pasien lain,(Cristina, 1993/ Dalam
Marmi ,2012 : 120).
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal
untuk persiapan kehamilan disaat akan prakonsepsi akan
tergolong primitua atau primimuda. (Marmi ,2012 : 120).
(3) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu ,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan
menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada
kunjungan rumah. Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut
memberikan pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami
pada masa prakonsepsi. (Marmi ,2012 : 120).
(4) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) dalam . (Marmi ,2012 : 121),
bahwa Tingkat pendididkan sangat berpengaruh pada
tingkat intelektual seseorang, kemampuan berfikir, sehingga
bidan akan mampu menyampaikan atau memberikan
penyuluhan atau KIE pada pasien sesuai tingkat
pemahaman pasien dengan lebih mudah.
(5) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar
bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat atau
edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan untuk
memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan
yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh
terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi
nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam
uterus, BBLR, dan prematur . (Marmi ,2012 : 121).
b) Riwayat menstruasi
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami
menarche usia 12-16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam .
Marmi ,2012 : 123).
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak
hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari
sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8
hari. (Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
3) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea (Sarwono, 2009)
4) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Sarwono, 2009)
c) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu
terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara
yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status
imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi
lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita
dan laki – laki. (Kemenkes RI, 2012).
d) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa
kembalinya kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi
memerlukan waktu untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari
pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari
wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan
yang paling lama adalah 13 bulan.
e) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang
berkaitan dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana
persalinannya, dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan
perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang
akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi. Marmi ,
2012 : 123).
(1) Riwayat kesehatan klien
(a) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Powrie, 2008/ dalam
(Judy, EGC, 2018: 191)
(b) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk
metabolisme karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3)
(c) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan.
(Judy,EGC, 2018: 181)
(d) Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran
pernafasan yang menyebabkan episode berulang, sesak
nafas, , sesak dada batuk serta kadang terjadindi malam
dan dini hari. Dalam asuhan ini perlunya menjaga
kesehatan catin secara optimal, kebutuhan akan obat
inflamasi harus tersedia dan jika keadaan lebih buruk
butuh penanganan lanjut dengan steroid hirup yang
dikombinasikan dengan agonis beta kerja panjang yang
dihirup dapat membantu. (Judy,EGC, 2018: 217)
(e) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Judy,EGC, 2018: 135)
(f) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B
(defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked
recessive. Perempuan () dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang
asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa
dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang
bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di
bawah jumlah minimal untuk mempertahankan
keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil
penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel
untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)
(g) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia
dan tromboembolisme, beberapa ahli menyarankan
pemberian aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko
tersebut. (Judy,EGC, 2018: 99)
(h) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat
terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas
dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
(i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan
oleg bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis,
sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
(Kemenkes RI, 2015:52)
(j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria
maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi
yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau
kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau
memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum
matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi:
demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan
kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau
cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi
mata (Prawirohardjo, 2010).
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena
faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat
penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji
kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes
melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit
yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Marmi ,2012 :
125)..
(a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping
langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil. (Marmi ,2012 : 126).
(b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan
meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012:
127). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011
Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang
selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya
di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
(c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi
pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti
pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam
sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
(d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat
berbeda dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh
memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya
kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit. Tidur/ istirahat pada malam hari
sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang
sekitar 2 jam . Wanita yang tidak biasanya berolah raga
harus memulai kegiatan fisik dan intensitasnya rendah
dan meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012:
127)
(e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada
plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk
bagi janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi
mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media.
Konsumsi obat-obatan tertentu, kesalahan subklinis
tertentu atau defesiensi pada mekanisme intermediat
pada janin mengubah obat yang sebenarnya tiddak
berbahaya menjadi berbahaya, a[palagi pada
perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).
(f) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa
lama usia pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya
mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui
bagaimana keadaan alat reproduksi internal ibu, misal
dengan pernikahan yang lama belum pernah hamil
sehingga perlu penanganan khusus. . (Marmi ,2012 :
121).
(g) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain :
kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun
sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon
dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal
bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak
lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan
komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga
serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes RI, 2013).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
a) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg. . (Marmi ,
2012 : 129).
(2) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit. . (Marmi ,2012 : 129).
(3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C – 37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
(4) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal,
irama, kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan
normal antara 18-24 kali per menit. . (Marmi ,2012 : 130).
b) Antropometri
(1) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling
prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya
dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk meningkatkan
asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia
harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya
berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan
tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes RI, 2015)
(2) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang
memiliki TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko
panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :
IMT
Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem > 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN:
Tanggal : 7 September 2020
Jam : 10.00 WIB
IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. S 1. Nama : Tn. S
2. Umur : 30 tahun 2. Umur : 32 tahun
1. DATA SUBYEKTIF
a. ALASAN DATANG :
KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan sudah menikah selama tujuh bulan dan belum ada tanda-
tanda kehamilan.
b. RIWAYAT KESEHATAN:
c. RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun
Siklus : 30 hari
Leukhorea :-
a. Jika pernah :
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
- - - -
3. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:
a. Nutrisi
1) Makan
b) Komposisi :
2) Minum
b. Eliminasi
c. Personal hygiene
Mandi 2x sehari
Keramas 3x seminggu
d. Hubungan seksual
Contact bleeding : -
Keluhan lain :-
e. Istirahat/tidur
Frekuensi - x seminggu
4. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan :
lamanya 7 bulan
3) Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
suami
lainnya : .....................................................
j. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang ingin diketahui ibu: ibu ingin mengetahui hal apa
saja yang dipersiapkan untuk kehamilan
II. DATA OBYEKTIF:
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
2) Kesadaran : composmentis
4) Nadi : 82x/menit
5) Suhu : 36,7 oC
6) RR : 22x/mnt
8) TB : 158 cm
9) LILA : 28 cm
1. Inspeksi:
Mamae : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada cairan yang keluar
2. Palpasi
d. Pemeriksaan penunjang :
1) IVA : -
2) Papsmear : -
3) PMTCT : -
III. Analisis
IV. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik
dan sehat
Hasil : ibu merasa senang dengan informasi yang diberitahukan oleh petugas.
3. Menejelaskan kepada ibu cara menghitung usia subur, yaitu siklus haid
terpanjang selama enam bulan terakhir dikurangi 11 dan siklus haid terpendek
selama enam bulan terakhir dikurangi 18.
Hasil : ibu mengerti dan dapat menghitung masa subur ibu berikutnya.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk berhubungan suami istri secara teratur, yakni
setiap 3 hari sekali terutama pada masa subur agar Proses spermatogenesis
sempurna.
6. Menganjurkan ibu untuk rutin berolahraga minimal tiga puluh menit setiap
hari.
7. Memberikan motivasi ibu agar rileks dan tidak stress dalam menunggu
kehamilan.
PEMBAHASAN
Meskipun usia klien masih dalam usia reproduksi, akan tetapi dilihat dari
aspek fertilitas, terdapat pengurangan kesuburan pada wanita diusia diatas 25 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah
usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan
bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96%
dalam setahun, usia 25 – 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44
tahun.
Dalam kasus ini, Ny. S jarang memakan sayuran hijau serta buah-buahan.
Sehingga perlu diberi informasi mengenai gizi seimbang serta mengkonsumsi lebih
banyak makanan yang mengandung asam folat. Hal ini sesuai teori yang
mengemukakan bahwa saam folat, penting bagi calon ibu sejak masa prakonsepsi
sampai sampai masa kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan
system saraf pusat dan sistem peredaran darah janin, cukup asam folat mengurangi
risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. (DP2M, 2014). Dalam hal
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif Ny.S berada dalam
usia reproduksi sehat. Dalam melakukan persiapan kehamilan prakonsepsi
perbaikan pola hidup kedua pasangan mutlak dibutuhkan. Baik dalam segi
kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, menghindari rokok dan kebiasaan buruk
lainnya, olah raga, kebersihan, dan perbaikan pola hidup lainnya.
B. Saran
Bidan atau tenaga kesehatan lainnya sebaiknya tidak hanya berfokus pada
pelayanan antenatal dan intranatal, tetapi berfokus pada kegiantan promotif dan
preventif dalam masa prakonsepsi gunan mewujudkan generasi yang sehat
cerdas, dan mandiri.
Bagi masyarakat, sebaiknya turut aktif dan mandiri dalam perbaikan
kesehatan diri guna mencapai kesehatan jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
BKKBN. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI
_______. 2017. Usia Pernikahan Ideal 21-25 Tahun. Jakarta: BKKN. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun. Diakses pada 3 Oktober 2019.
Cunningham. 2012. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik
DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27.
Kasiati, NS., Rosmalawati, N.W.D. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
. 2014. Pedoman Gizi Seimbangi. Jakarta: Kemenkes RI.
. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
______ 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Koren G & Chandranipapongse W. 2013. Preconception conseling for preventable
risk. Canadian Family Physician. 59: 737-3
Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Lisa, dkk. 2015. Preconception Care and Reproductive Planning in Primary
Care.Medical The Clinics.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil edisi 7. Yogyakarta
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20
Infertilitas%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. pada tanggal 18
oktober 2019.
Saifuddin, A. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR
Dan Yayasan Bina Pustaka.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. Diakses pada 18
oktober 2019 di https://www.kbbi.web.id.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 2. Jakarta: EGC.
Verawaty, S.N., dan Liswidyawati, R. 2012. Merawat Dan Menjaga Kesehatan
Seksual Wanita, Grafindi Media Pratama, Bandung.
Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta