Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang diberikan pada perempuan
sebelum terjadi konsepsi. Asuhan ini diberikan sebelum kehamilan dengan
sasaran mempermudah wankita mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum
ia hamil. wanita hamil yang sehat memiliki kemungkinan lebih besar untuk
memiliki bayi yang sehat. Idealnya, semua kehamilan adalah hal yang
terencana dan setiap bayi berada dalam lingkungan yang sehat. Asuhan
prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi, antara lain
memungkinkan identifikasi penyakit medis; pengkajian kesiapan psikologis,
keuangan, dan pencapaian tujuan hidup.
Dalam mewujudkan kehamilan yang ideal butuh serangkaian persiapan.
Salah satu persiapan yang harus disiapkan adalah pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan pada masa prakonsepsi atau
hamil khususnya pada wanita akan mengurangi angka kesakitan dan kematian
ibu dan anak. Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses
kehamilan dapat dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk
dapat cepat dihindari ( Cunningham, 2012).
Selama ini, persiapan prakonsepsi berupa konseling dengan tenaga
kesehatan masih tabu dilakukan. Padahal untuk membentuk generasi dan
masyarakat yang berkualitas dimulai dari pernikahan yang sehat.
Bidan sebagai tenaga kesehatan tidak hanya berperan dalam melakukan
tindakan medis, tetapi memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukanya
konseling khususnya pada wanita usia subur, diharapkan dapat terwujudnya
kehamilan yang ideal guna mewujudkan keluarga berkualitas.
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan datas, penulis tertarik
mengangkat asuhan kebidanan pranikah pada WUS sebagai topik laporan
komprehensif asuhan kebidanan pada prakonsepsi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi asuhan kebidanan pranikah pada WUS di PMB Thoiffah
Astuti?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada wanita usia subur
dalam persiapan prakonsepsi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar teori prakonsepsi.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada
wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
c. Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada wanita usia
subur dalam perencanaan kehamilan .
d. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan
kebidanan pada wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan.
e. Mahasiswa mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan
kasus.
D. Manfaat
1. Untuk Institusi Pendidikan (Poltekkes Semarang)
Studi kasus ini dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap
mahasiswa kebidanan untuk mengukur kemampuan dan keterampilan
dalam melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan normal, penambah
bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus
selanjutnya.
2. Untuk Pelayanan Kesehatan (PMB Thoiffah Astuti)
Studi kasus ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak pelayanan
kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya dalam kesehatan ibu dan anak.
3. Manfaat untuk Penulis
a. Melatih dalam mengembangkan ketrampilan membaca yang efektif
b. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
c. Memperluas wawasan ilmu pengetahuan
d. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


1) Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat
remaja hingga sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat.
Kegiatan juga ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi
kesehatan reproduksi perempuan (Kementerian kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra
artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah
bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari,
2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine,
dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan
antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan.
Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikann sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai
tingkat kesehatan yang optimal sebelum ia mengandung.
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan)
adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri
dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi
mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan
menjadi hamil sehat (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Menurut WHO (2013) , pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
adalah penyedian pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi
promotif , preventif, kuratif, dan intervensisosial sebelum terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk:

a. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi


b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c. Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
d. Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas,
BBLR
e. Mencegah kelainan bawaan pada bayi
f. Mencegah infeksi neonatal
g. Mencegah stunting dan dan KEK
h. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
i. Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
j. Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di
kemudian hari.
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan
intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan
pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah
intervensi yang bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko
biomedik, perilaku, dan social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan
atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang
menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum
terjadinya konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan
hasil yang maksimal (Winardi, 2016).

2) Faktor yang mempengaruhi kesuburan


Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri)
untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria
(suami) yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa
subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana
terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut
melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum
menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin,
dkk (2010), untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia


subur antara lain:

a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35
tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan
mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan
prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan
masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia
tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada
usia 30 tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American Society
for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun
secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat
memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan organ
reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun.
Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah
usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-
lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk
dan faal organ reproduksi . Disarankan pria untuk menikah pada
usia kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,
konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko
kecacatan janin (RSUA, 2013).
b. Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya
pertemuan antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus
(senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan
normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ
reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi
yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini
berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi
tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu
kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak
akan terjadi kehamilan pada istri .
c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam
tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4%
dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan
adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri
berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk dapat
terjadi kehamilan.
3) Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan
yang sehat diantaranya:

a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk
mempersiapkan calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan
yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas atau rumah
sakit. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bagi PUS diberikan
kepada PUS laki-laki maupun perempuan, baik yang belum
mempunyai anak maupun yang sudah memiliki anak dan ingin
merencanakan kehamilan selanjutnya. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil pada PUS meliputi:
1) Anamneis
a) Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga
kesehatan dan klien untuk memperoleh informasi tentang
keluhan, penyakit yang diderita, riwayat penyakit, faktor resiko
pada PUS, status imunisasi tetanus, riwayat KB, serta riwayat
kehamilan dan persalinan sebelumnya.

b) Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa


Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, mudah, dan
efektif untuk PUS dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yang dikembangkan oleh WHO yaitu Self Reporting
Questionnaire (SRQ). Dalam SRQ terdapat 20 pertanyaan terkait
gejala masalah kesehatan jiwa yang harus dijawab klien dengan
jawaban ya atau tidak sepeti tabel dibawah ini.
Table 1.1 Self Reporting Questionnaire

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda sering menderita sakit
kepala?
2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur Anda tidak lelap?
4 Apakah Anda mudah menjadi takut?
5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, dan
khawatir?
6 Apakah tangan Anda gemetar?
7 Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir
jernih?
9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah Anda lebih sering menangis?
11 Apakah Anda merasa sulit untuk
menikmati aktivitas sehari-hari?
12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk
mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari
Anda terbengkalai?
14 Apakah Anda merasa tidak mampu
berperan dalam kehidupan ini?
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
16 Apakah Anda merasa tidak berharga?
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk
mengakhiri hidup Anda?
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang
waktu?
19 Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20 Apakah Anda mudah lelah?
Sumber:
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status kesehatan melalui pemeriksaan denyut
nadi, frekuensi nafas, tekanan darah, suhu tubuh, dan pemeriksaan
lengkap. Selain itu dilakukan pemeriksaan status gizi yang meliputi
pengukuran berat badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
a) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan
darah, kelainan denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan
jantung. Pemeriksaan tanda vital dilakukan melalui pengukuran
suhu tubuh ketiak, tekanan darah (systole dan diastole), denyut
nadi per menit, frekuensi nafas per menit, serta auskultasi
jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru
(asma, tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati
beresiko mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah),
sakit kepala, sesak nafas, nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya,
pemeriksaan lebih difokuskan pada persiapan fisik untuk
kehamilan yang diinginkan. Pada PUS yang mempunyai
masalah terkait infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan pada
organ reproduksi laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan
pemeriksaan fisik lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah
sakit.
b) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
1) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indek
Massa Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat
badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui
untuk menilai status gizi PUS/WUS dalam kaitannya dengan
persiapan kehamilan. Jika perempuan dengan status gizi
kurang menginginkan kehamilan, sebaiknya kehamilan
ditunda terlebih dahulu untuk dilakukan intervensi perbaikan
gizi sampai status gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang
dapat membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada
ibu dan janin, resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR,
mudah terkena penyakit infeksi, resiko keguguran, bayi lahir
mati, serta cacat bawaan pada janin. PUS laki-laki juga harus
memiliki status gizi yang baik.
2) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga
dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk
mengetahui adanya resiko KEK pada WUS. Ambang batas
LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah
23,5 cm. Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA artinya perempuan tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah.
c) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui
status kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap
sesuai indikasi medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga
kesehatan mampu mendeteksi adanya gangguan kesehatan pada
PUS, misalnya gangguan jantung atau paru, tanda anemia,
hepatitis, IMS, dan lain-lain.

b. Darah Pemeriksaan
1) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam
menegakkan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar
hemoglobin dalam sel darah akan menetukan kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disebut
anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari
normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.

Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia (g/dl)


berdasarkan umur

Tidak Anemia
Populasi
anemia Ringan Sedang Berat
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah

2) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus


Golongan darah tidak hanya sebagai pelembab kartu
indentitas. Golongan darah wajib kita ketahui karena dapat
mencegah resiko kesehatan, membantu orang dalam keadaan
darurat dan dalam proses transfuse darah.
Jenis golongan darah

No Golongan darah Aglutinogen dalam sel darah merah


1. A A
2. B B
3. AB A DAN B
4. O -
Manfaat mengetahui golongan darah yaitu :

a) Proses transfuse darah


Bila terjadi sebuah kecelakaan parah/bencana atau terkena
penyakit yang membutuhkan transfuse darah dan harus segera
mendapatkan bantuan maka dengan mengetahui golongan darah
akan memudahkan proses transfuse darah tersebut.

b) Terhindar dari penyakit


Selain hemolysis ada kelainan genetic lain yang juga
mengancam ibu dan bayi yang diakibatkan bila ada perbedaan
rhesus dari pasangan suami istri. Apabila rhesus negative
sementara ayah memiliki rhesus positif, bila terjadi kehamilan
dapat beresiko terhadap kesehatan janin yang dikandung.
Saat dilakukan pemeriksaan golongan darah seseorang
sekaligus akan diketahui jenis rhesusnya. Rhesus (Rh) merupakan
penggolongan atas ada dengan tidaknya antigen-D, disebut
didalam darah seseorang. Orang yang dalam darahnya mempunya
antigen D didalam darah disebut rhesus positif , sedang orang
yang dalam darahnya tidak dijumpai antigen –D disebut rhesus
negative. Orang dengan rhesus negative mempunyai sejumlah
kesulitan karena didunia ini, jumlah orang dengan rhesus negative
relative sedikit. Pada orang kulit putih sekitar 15% pada orang
kulit hitam sekitar 8 %, dan pada orang asia bahkan hamper
seluruhnya merupakan orang dengan rhesus positife.
Apabila terdapat inkontabilitas rhesus (ketidakcocokan
rhesus) akan dapat terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal,
yaitu kematian penerima darah, hal ini juga dapat menimbulkan
resiko pada ibu hamil yang mengandung bayi dengan rhesus yang
berbeda. Umumnya dijumpai pada orang asing atau orang yang
mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan Arab, namun
demikian tidak menutup kemungkinan terdapat juga orang yang
tidak mempunyai riwayat keturunan asing memiliki rhesus
negative, namun jumlahnya lebih sedikit. Di Indonesia, kasus
kehamilan dengan rhesus negatife ternyata cukup banyak
dijumpai,terutama pada pernikahan dengan ras non-Asia.
(kemenkes, 2019)
3). Pemeriksaan Urin Rutin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah
pemeriksaan makroskopik, mikroskopk, dan kimia urin.
Pemeriksaan urin rutin dilakukan untuk mengetahui dan memantau
kelainan ginjal/ saluran kemih termasuk infeksi saluran kemih (ISK)
dan mendeteksi penyakit metabolic atau sistemik

Pemeriksaan urin rutin meliputi:


a) Pemeriksaan makroskopik: warna, volume, berat jenis, baud an
PH urin.
b) Pemeriksaan mikroskopik: sedimen urinritrosit, lekosit,
silinder, Kristal, dan epitel.
c) Pemeriksaan kimia: protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen,
dan benda-benda keton.
4). SADANIS (Periksa Payudara Klinis)
Pemeriksa klinis payudara dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. SADANIS dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau
apabila ditemukan adanya abnormalitas pada proses SADARI
(Periksa Payudara Sendiri).
Setelah dilakukan sadanis maka dapat ditentukan apakah memang
benar ada kelainan dan apakah kelainan termasuk kelainan jinak,
ganas, atau perlu pemeriksaan lebih lanjut setelah membutuhkan
rujukan ketingkat pelayanan lebih lanjut.
5). IVA Test atau Pap Smear (untuk PUS)
a) IVA test
IVA (inspeksi visual Asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher Rahim sedini mungkin. IVA merupakan
pemeriksaan leher Rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher Rahim setelah memulas leher lahir
dengan larutan asam Asetat 3-5%. Pemeriksaan IVA merupakan
salah satu pemeriksaan skrining kanker leher Rahim yang lebih
murah,praktis,sangat mudah untuk dilaksanakan,peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat
yang terlatih. Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan pada
perempuan yang sudah melakukan kontak seksual (bukan hanya
melakukan hubungan seksual tetapi termasuk penggunaan alat
,jari , dll
Deteksi dini kanker leher Rahim dengan metode IVA
dilakukan dengan jadwal sebagai berikut:
 Skrining pada setiap perempuan minimal 1 kali pada usia
35-40 tahun.
 Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada
usia 35-55 tahun.
 Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia
35-55 tahun.
 Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun
pada perempuan usia 25-60 tahun.
 Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali
seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila hasil
positif (+) adalah 1 tahun dan apabila negatife (-) adalah 5
tahun.
b) Pas Smear
Pemeriksaan pap smear adalah metode skrining ginekologi
yang dilakukan oleh dokter kandungan untuk memeriksa leher
Rahim (serviks) pemeriksaan ini dilakukan pada perempuan yang
sudah pernah melakukan hubungan seksual,idealnya dilakukan
setiap tahun dan wajib dilakukan setelah 3 tahun dari kontak
seksual pertama, bagi perempuan yang sudah menopause perlu
dilakukan pap smesr setiap 2-3 tahun.

6). Pemeriksaan penunjang seksual indikasi


a) Gula Darah
Dalam keadaan normal tingkat gula dapat berfluktuasi
sepanjang hari, dan kebanyakan cenderung naik selama
beberapa jam setelah makan, tergantung pada volume
karbohidrat yang dikonsumsi.tubuh kita memiliki mekanisme
yang sangat baik untuk mengatur kadar gula darah normal.
Cadangan glukosa disimpan dalam hati sebagai
glikogen.glikogen adalah gula dalam bentuk yang kompleks
dan biasa ditemukan dihati serta otot, yang fungsinya sebagai
cadangan makanan agar mudah dipecah kedalam aliran darah
ketika terjadi penurunan kadar gula.
Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat di
lakukan dengan menggunakan pemeriksaan glikosa darah
kapiler dengan glukometer.
Menurut Perkeni (2015), pemeriksaan glukosa puasa >126
mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8
jam atau pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg dl 2 jam setelah
estoleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram.
(peringkat bukti B) atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
≥200 mg dl dengan keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c >
6,5% dengan menggunakan metode High-performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang terstandarisasi oleh National
Glycohaemoglobin Standarizatian Program (NGSP).
b) Rapid tes malaria dan sediaan darah apus malaria.
Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada darah remaja,
catin, dan PUS yang berada didaerah endemis malaria dalam
rangka skrining. Pemeriksaan didaerah nonendemis malaria
dilakukan apabila ada indikasi. Rapid Diagnostic Test (RDT)
adalah pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan antigen parasit
malaria dengan imonocromatografi dalam bentuk dipstic. Tes ini
digunakan pada waktu terjadi KLB atau untuk memeriksa
malaria pada daerah terpencil yang tidak tersedia laboratorium,
dibandingkan uji microskopis, tes ini mempunyai kelebihan
yaitu hasil pengujian cepat diperoleh, sebaiknya dipilih RDT
dengan tingkat sensitifitas dan spesifitas lebih dari 95 %.
Hasilnya didapatkan dalam 15-20 menit. rDT bisa memastikan
apakah jenis parasit yang ada didalam darah itu adalah
palsmodiumfalciparu atau jenis lain.
Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagosi dengan
pemeriksaan mikroskopis, yaitu dengan pemeriksaan sediaan
darah tebal dan sediaan darah tipis. Tes ini bisa memastikan
keberdaan jenis parasit malaria dalam darah serta proporsi sel
darah merah yang terinfksi.
c) Tes HIV
Tes HIV terutama dilakukan pada remaja, catin dan PUS
didaerah terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV,
setiap remaja cati, dan PUS ditawarkan untuk dilakukan
konseling dan tes HIV bila ada indikasi antara lain mempunyai
tanda-tanda klinis/infeksi oportunistik HIV-AIDS mempunyai
perilaku seks beresiko dan gejala IMS. Tehnik ini disebut
provide ini teated testing and conceling (PITC) atau konseling
dan testing atas inisiasi petugas (KTIP) jika hasil tes HIV positif
segera rujuk untuk mendapatkan obat Anti Retroviral Treatment
(ART) (Kemenkes, 2013)
d) TB/ Sputum BTA
Pemeriksaan Sputum BTA dilakukan pada remaja, catin
dan PUS yang mempunyai tanda klinis batuk lebih dari dua
minggu, demam, keringat pada malam hari, penurunan berat
badan, dan lainnya. Bila pemeriksaaan sputum BTA positif,
diberikan pengobatan TB OAT, minimal 6 bulan
e) Tes IMS
Tes IMS dilakukan jika ada keluhan cairan dari keluan
yang abnormal, luka lecet, pembengkakan kelenjra getah bening
dipangkal paha, adanya vegetasi/candiloma, jengger ayam
dikemaluan, dan rasa gatal/terbakar dikemaluan. Pemeriksaan
IMS dilakukan sedini mungkin pada pasangan seksual sebelum
terjadinya kehamilan

f) HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah
infeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan
cairan tubuh ( sperma dan cairan vagina) melalui kontak seksual
dengan penderita Hepatitis B. Berbagai jarum suntik dengan
penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita
hepatitis B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis
B dilakukan pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif
menunjukkan bahwa organ hati terinfeksi virus ini.
g) TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus
(CMV), dan herpes simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat
ditularkan melalui konsumsi makanan dan sayuran yang tidak
bersih dan tidak dimasak sempurna atau setengah matang,
kotoran yang terinfeksi virus TORCH dan juga pada ibu hamil
ke janin. TORCH dapat menimbulkan masalah kesuburan
(infertilitas) baim pada perempuan maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan
resiko keguguran. Pemeriksaan TORCH dapat dilakukan bila
ada indikasi atas saran dokter.
h) Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Kelainan yang
dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap antara lain ;
anemia, kekurangan asam folat, dan bahkan penyakit genetik
seperti talasemia dari hemofilia. Pemeriksaan darah lengkap
disarankan kepada pasien yang datang disertai dengan suatu
gejala klinis, dan jika didapatkan hasil diluar nilai normal, perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik.
Materi KIE kesehatan masa sebelum hamil untuk calon pengantin (Catin)
dan pasangan usia subur (PUS)
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
b. Pentingnya kesehatan reproduksi
1) Catin dan PUS pelu mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang
sehat dan aman.
2) Catin perempuan dan Wanita usia subur (WUS) akan menjadi
calon ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam
perencanaan keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta
mendukung kehamilan dan persalinanyang aman.
4) Laki-laki dan perempua mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit, perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya
lebih rentan secara sosial maupunfisik terhadap penularan infeksi
menular seksual termasuk HIV
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hakdan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi
c. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika permpuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain,
misalnya :
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama-sama dan tidak memaksakan ego masing-
masing.
b) Suami-istri saling membantu dalam pekrjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI Esklusif.
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal berikut :
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan secara psikis
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga
d. Hak dan kesehatan reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
pasangan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya
b) Penularan Penyakit menular seksual dan HIV-AIDS, dan cara
mengatasinya
c) Pelayanan KB, mengetahui dan memahami efek samping
d) Catin berhak mendapatka kebutuhan reproduksinya sehingga
melahirkan bayi yang berkualitas mulai dari sebelum hamil
sampai masa nifas.
e. Perilaku yang sebaiknya dihindari dalam aktifitas seksual untuk
menjaga kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
f. Cara merawat organ reproduksi
Laki-laki dan Perempuan Laki-laki
perempuan
 Pakaian dalam  Bersihkan organ  Menjaga
diganti minimal dua reproduksi dari depan kebersihan
kali sehari sampai kebelakang organ kelamin
 Menggunakan dengan menggunakan air  Di anjurkan
pakaian dalam yang bersih dan dikeringkan sunat untuk
menyerap keringat  Sebaiknya tidak menjaga
dan cairan menggunakan cairan kebersihan
 Bersihkan organ pembilas vagina karena kulup
kelamin sampai dapat membunuh bakteri  Jika ada
bersih dan kering baik dalam vagina dan keluhan pada
 Menggunakan memicu tumbuhnya organ kelamin
celana yang tidak jamur dan daerah
ketat  Pilihlah pembalut yang sekitar, segera
 Membersihkan berkualitas yang lembut memeriksakan
organ kelamin dan mempunyai daya diri kepetugas
setelah BAK dan serap yang tinggi, jangan kesehatan
BAB memakan pembalut
dalam waktu yang lama
 Jika sering keputihan,
berbau, berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segrera memeriksakan
diri ke petugas kesehatan

g. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ
reproduksinya sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi secara
bertanggung jawab.
2. Kehamilan dan perencanaan kehamilan
a. Kehamilan
1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki
janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan
harus direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya
dengan baik.
2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan
menjaga kesehatan dan istirahat yang cukup
b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b. Perencanaan kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
a) Terlalu muda <20 tahun
b) Terlalu Tua > 35 Tahun
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak
tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu
direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan
yang baik dan terhindar dari penyakit.

c. Skrining dan Imunisasi Tetanus


WUS perlu mendapat imunisasi tetanus untuk mencegah dan
melindungi diri terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Setiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah
mencapai status T5. WUS perlu merujuk pada status imunisasi
terakhir pada saat hamil apabila sebelumnya sudah pernah hamil.
Tabel 1.2 Imunisasi TT pada WUS

Status TT Interval Lama


TT1 0
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
d. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk penundaan dan
penjarangan kehamilan.
1) Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
b) Implan
c) Metode operasi wanita (MOW)
d) Metode operasi pria (MOP)
2) Non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP)
a) Metode Amenore Laktasi MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil
3. Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada prakonsepsi
1) Kondisi dibawah ini perlu diwaspadai pada catin yang akan
merencanakan kehamilan
1) Anemia
2) Malnutrisi (Obesitas, KEK, dll)
3) Hipertensi dalam kehamilan
4) Kesehatan mulut(caries,penyakit periodontal,dll)
2) Penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai pada catin
1) HIV AIDS
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
3) Hepatitis B
4) Diabetes Melitus
5) TORCH
6) Malaria
7) Penyakit Genetik (talasemia dan hemofilia)
8) Depresi/genetik.
4. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali
dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat
olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan.

Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan


membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar
dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk
wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai
dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi.
Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan
jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu,
kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi,
seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.

5. Menghentikan kebiasaan buruk


Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga
janin yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat
bawaan hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki
kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria,
minum alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan
tingkat testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok
dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki.
Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur,
dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat
diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi
laki-laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma.
Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan
kuantitas spermatozoa.

6. Meningkatkan asupan makanan bergizi


Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang,
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang
mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya
mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat
kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang
dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin
sehat. Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :
1) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber
protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
2) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf
sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang
cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat
membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi.
Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna
hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya,
jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol,
seledri, wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun
mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil
yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan
produk yang berkualitas tinggi.
3) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat
pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,
wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga
75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan
sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,
minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel
telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga
kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak
tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber
vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai,
kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur
dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas
(oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi .
Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya,
mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.

4) Cukupi zat seng


Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,
melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan
hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting), daging,
kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan
bunga matahari), serta produk olahan susu.
5) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang
sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah,
kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
6) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu,
dan ikan teri.

7) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual
dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang
putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam
minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level
kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
9) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.
Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat
dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,
hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.
10) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli
yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan
tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,
tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian
perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan
kualitas air maupun rantai makanan.
7. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan
tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai
tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila
Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai
untuk mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah
penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan
melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan,
menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari
berbagai sumber yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,
hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan
hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses
ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi
umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar
mengatasi stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Sebaiknya ibu mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan
yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan
selama kehamilan dari orang terdekat seperti suami dan keluarga sehingga
semakin siapuntuk menjadi ibu baru.
8. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan
persalinan penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan sebagian
besar disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami
dan isteri karena biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan
kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi,
pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan (tempat
tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya
untuk hal-hal yang tak terduga.
9. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu
dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah
yang dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan
keluarga yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
maka ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak
diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian,
termasuk selama kehamilan (BKKBN, 2014).
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan
Perencanan Kehamilan
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh
langkah yang dikembangkan Helen Varney tersebut membentuk
kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi
dan dapat dipertanggung jawabkan. (Zian,2012: 20-21).
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Helen Varney (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan
(2018:25-28), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa
wanita hamil normal meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas
(P) abortus (A), umur kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri,
letak kepala, keadaan umum baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
dan mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis
yang telah diidentifikasikan..
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah
ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
C. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa
yang meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang termasuk
keluhan yang dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi,
riwayat medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
a) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara
lain;
(1) Nama
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya
untuk dapat mengenal dan memanggil serta mencegah
kekeliruan dengan pasien lain,(Cristina, 1993/ Dalam
Marmi ,2012 : 120).
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal
untuk persiapan kehamilan disaat akan prakonsepsi akan
tergolong primitua atau primimuda. (Marmi ,2012 : 120).
(3) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu ,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan
menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada
kunjungan rumah. Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut
memberikan pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami
pada masa prakonsepsi. (Marmi ,2012 : 120).
(4) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) dalam . (Marmi ,2012 : 121),
bahwa Tingkat pendididkan sangat berpengaruh pada
tingkat intelektual seseorang, kemampuan berfikir, sehingga
bidan akan mampu menyampaikan atau memberikan
penyuluhan atau KIE pada pasien sesuai tingkat
pemahaman pasien dengan lebih mudah.
(5) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar
bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat atau
edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan untuk
memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan
yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh
terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi
nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya
anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam
uterus, BBLR, dan prematur . (Marmi ,2012 : 121).
b) Riwayat menstruasi
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami
menarche usia 12-16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam .
Marmi ,2012 : 123).
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak
hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari
sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8
hari. (Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
3) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea (Sarwono, 2009)
4) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Sarwono, 2009)
c) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu
terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara
yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status
imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi
lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal calon pengantin wanita
dan laki – laki. (Kemenkes RI, 2012).
d) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa
kembalinya kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi
memerlukan waktu untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari
pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari
wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan
yang paling lama adalah 13 bulan.
e) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang
berkaitan dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana
persalinannya, dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan
perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang
akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi. Marmi ,
2012 : 123).
(1) Riwayat kesehatan klien
(a) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Powrie, 2008/ dalam
(Judy, EGC, 2018: 191)
(b) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk
metabolisme karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3)
(c) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan.
(Judy,EGC, 2018: 181)
(d) Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran
pernafasan yang menyebabkan episode berulang, sesak
nafas, , sesak dada batuk serta kadang terjadindi malam
dan dini hari. Dalam asuhan ini perlunya menjaga
kesehatan catin secara optimal, kebutuhan akan obat
inflamasi harus tersedia dan jika keadaan lebih buruk
butuh penanganan lanjut dengan steroid hirup yang
dikombinasikan dengan agonis beta kerja panjang yang
dihirup dapat membantu. (Judy,EGC, 2018: 217)
(e) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya,
volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan
konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Judy,EGC, 2018: 135)
(f) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B
(defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked
recessive. Perempuan () dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang
asimptomatik. Namun 10-20% perempuan pembawa
dapat beresiko terhadap komplikasi perdarahan yang
bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di
bawah jumlah minimal untuk mempertahankan
keseimbangan hemostatik. Hemofilia dapat
menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil
penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel
untuk hamil. (Prawirohardjo, 2010)

(g) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia
dan tromboembolisme, beberapa ahli menyarankan
pemberian aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko
tersebut. (Judy,EGC, 2018: 99)
(h) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat
terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat
dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas
dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
(i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan
oleg bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis,
sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma
akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
(Kemenkes RI, 2015:52)
(j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria
maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi
yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau
kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau
memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum
matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi:
demam, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan
kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau
cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi
mata (Prawirohardjo, 2010).
(2) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena
faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat
penyakit keluarga memegang peran penting dalam mengkaji
kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal.
Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes
melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit
yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Marmi ,2012 :
125)..

(3) Pola fungsional kesehatan

(a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping
langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil. (Marmi ,2012 : 126).
(b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan
meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012:
127). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011
Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang
selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya
di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata
tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
(c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi
pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti
pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam
sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
(d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat
berbeda dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh
memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya
kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah
terserang penyakit. Tidur/ istirahat pada malam hari
sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang
sekitar 2 jam . Wanita yang tidak biasanya berolah raga
harus memulai kegiatan fisik dan intensitasnya rendah
dan meningkatkan aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012:
127)
(e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada
plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk
bagi janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi
mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media.
Konsumsi obat-obatan tertentu, kesalahan subklinis
tertentu atau defesiensi pada mekanisme intermediat
pada janin mengubah obat yang sebenarnya tiddak
berbahaya menjadi berbahaya, a[palagi pada
perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).
(f) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa
lama usia pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya
mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan
untuk mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui
bagaimana keadaan alat reproduksi internal ibu, misal
dengan pernikahan yang lama belum pernah hamil
sehingga perlu penanganan khusus. . (Marmi ,2012 :
121).
(g) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain :
kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun
sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon
dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal
bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak
lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan
komunikasi antara kedua belah pihak yang dapat
membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga
serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat
dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes RI, 2013).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
a) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg. . (Marmi ,
2012 : 129).
(2) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit. . (Marmi ,2012 : 129).
(3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C – 37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
(4) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal,
irama, kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan
normal antara 18-24 kali per menit. . (Marmi ,2012 : 130).
b) Antropometri
(1) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling
prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya
dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk meningkatkan
asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia
harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya
berat badannya turun sampai rentang normal pada saat
konsepsi, karena obesitas dalam masa kehamilan
meningkatkan resiko preeklampsia dan gangguan
tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes RI, 2015)
(2) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang
memiliki TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko
panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :

IMT
Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem > 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

(3) Lingkar lengan atas (LiLA)


Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu
>23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang
gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR. (Marmi ,
2012 : 130).
c) Pemeriksaan fisik
(1) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. .
(Marmi ,2012 : 130).
(2) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda
adanya infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis
untuk mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar
tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah
tirotoksikosis. (Marmi ,2012 : 130).
(3) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris.
(Marmi, 2012 : 130).
(4) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya
nyeri, tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae.
(Marmi ,2012 : 131).
(5) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi
cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva
dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi ,2012 : 131).
(6) Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan
bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
d) Pemeriksaan Penunjang
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat
mengindikasikan pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
(2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan
dengan diabetes melitus).
(3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan
dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari
sampel darah.
(4) Golongan darah dan rhesus
(5) HbsAg
(6) HIV/AIDS
(7) IMS (Sifilis)
(8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,
pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)

3) Analisa Perumusan diagnosis dan masalah


Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan
kebutuhan segera yang harus diidentifikasi menurut kewenangan
bidan melalui tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan
merujuk klien (Asrinah, 2010).
a) Diagnosis dan masalah
Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan
masalah. Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan ,
bidan diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah
atau kemungkinan masalah..
b) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan
diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah, sesuai kebutuhan klien
(Kemenkes RI, 2015:385)
c) Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
d) Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
4) Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan
dalam pengkajian, meliputi:
a) Jelaskan hasil pemeriksaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan
masalah yang dihadapi
b) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan
pernikahan, dan persiapan kehamilan sesuai panduan konseling
calon pengantin yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2015)
c) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan
reproduksi dan prakonsepsi.
d) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen
asam folat untuk pranikah. Disarankan mengkonsumsi asam
folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang
dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu menurunkan
resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi.
(Kemenkes RI, 2015:10-75)
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PRAKONSEPSI


PADA NY. S USIA 30 TAHUN
DI PMB THOIFFAH ASTUTI

A. PENGKAJIAN:
Tanggal : 7 September 2020
Jam : 10.00 WIB
IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab

Status : Suami
1. Nama : Ny. S 1. Nama : Tn. S
2. Umur : 30 tahun 2. Umur : 32 tahun

3. Agama : islam 3. Agama : islam

4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA

5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : karyawan

6. Suku bangsa: Jawa, 6. Suku Bangsa: Jawa,


indonesia indonesia

7. Alamat : Jln. Penggaron 7. Alamat : Jln. Penggaron


lor 2/01 lor 2/01

1. DATA SUBYEKTIF

a. ALASAN DATANG :

Ibu mengatakan ingin konsultasi mengenai persiapan hamil.

KELUHAN UTAMA:

Ibu mengatakan ingin segera memiliki keturunan.

Uraian keluhan utama

Ibu mengatakan sudah menikah selama tujuh bulan dan belum ada tanda-
tanda kehamilan.

b. RIWAYAT KESEHATAN:

Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan


tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit menahun, seperti mudah
lelah saat beraktivitas, nafas tersengal-sengal atau terengah-engah setelah
selesai beraktivitas (jantung), pusing yang tidak hilang setela dipakai
istirahat (hipertensi), batuk berkepanjangan ± 1 bulan atau disertai
dengan darah (TBC), nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada, batuk,
nafas berat yang berbunyi (asma), rasa sering kencing, mudah lapar,
mudah haus terutama pada malam hari (DM), dan Ibu mengatakan tidak
sedang ataupun pernah menderita penyakit menular seperti, IMS (Infeksi
Menular Seksual/penyakit kelamin) dan HIV/AIDS (Human Immuno
Defisiensi Virus/Aquired Immuno Devisiensi Syndrome).
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : Ibu
mengatakan dalam keluarganya tidak ada keluarga yang pernah atau
sedang menderita jantung, asma, alergi, ginjal, hemophilia, talasemia,
cacat bawaan, hepatitis dan TBC (batuk lama).

c. RIWAYAT OBSTETRI

Riwayat Haid:

Menarche : 14 tahun

Nyeri Haid : hari pertama haid

Siklus : 30 hari

Lama : 4-5 hari

Warna darah : merah

Leukhorea :-

Banyaknya : 3-4x ganti pembalut


d. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu: -
Kead
anak
Kehamilan Persalinan Nifas
sekaran
Tahu
g
n
Asi
Frek Keluhan/Penyu Penolo Penyuli
UK Jenis JK/ BB IMD Penyulit eksklusi
ANC lit ng t
f
- - - - - - - - - - - -

2. RIWAYAT KB : Pernah/ tidak pernah *)

a. Jika pernah :
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
- - - -
3. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:

a. Nutrisi

1) Makan

a) Frekuensi makan pokok : 3 x perhari

b) Komposisi :

 Nasi : 3 x @1piring (sedang / penuh)

 Lauk : 3 x @1potong (sedang / besar), jenisnya tempe, tahu,


telur

 Sayuran : 1x @ ½ mangkuk sayur ; jenis sayuran :


bayam, kangkung

 Buah 3x sehari / seminggu; jenis Pisang, pepaya

 Camilan 3x sehari; jenis : Makanan ringan, gorengan

c) Pantangan : tidak ada. Alasan: -

2) Minum

a) Jumlah total 7-8 gelas perhari; jenis : Air putih

b) Susu - gelas perhari; jenis susu : ibu tidak meminum susu

b. Eliminasi

a) Buang air kecil :

 Frekuensi perhari5-6 x ; warna : kekuningan, jernih

 Keluhan/masalah : tidak ada

b) Buang air besar :

 Frekuensi perhari : 1x ; warna

Kuning kecoklatan konsistensi lembek / keras*)

 Keluhan/masalah : tidak ada

c. Personal hygiene

 Mandi 2x sehari

 Keramas 3x seminggu

 Gosok gigi3x sehari


 Ganti pakaian1x sehari; celana dalam 2x sehari

 Kebiasaan memakai alas kaki : Saat keluar rumah

d. Hubungan seksual

 Frekuensi : 1-2x seminggu

 Contact bleeding : -

 Keluhan lain :-

e. Istirahat/tidur

 Tidur malam 8 jam

 Tidur siang 2 jam

 Keluhan/masalah : tidak ada

f. Aktivitas fisik dan olah raga

 Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : mengurus rumah tangga

 Olah raga : jenisnya -

Frekuensi - x seminggu

g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :

1) Merokok : Ibu mengatakan baik ibu maupun suami


tidak pernah merokok

2) Minuman beralkohol : Ibu mengatakan baik ibu maupun suami


tidak pernah minum minuman beralkohol

3) Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak pernah


mengkonsumsi obat selama kehamilan

4) Jamu : Ibu mengatakan tidak pernah


mengkonsumsi jamu

4. Riwayat Psikososial-spiritual

a. Riwayat perkawinan :

1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu


menikah 7 bulan.
2) Pernikahan ini yang ke1 sah/ tidak*)

lamanya 7 bulan
3) Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah

b. Keinginan hamil ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, suami,


keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap prakonsepsi ini :
mendukung
c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi

d. Ibu tinggal serumah dengan : suami

e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami

Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil


keputusan sendiri.

f. Orang terdekat ibu : suami dan ibu kandung

Yang menemani ibu untuk kunjungan/ pemeriksaan :

suami

g. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan usaha untuk


mendapatkan kehamilan : tidak ada

h. Penghasilan perbulan: Rp 3.000.000 Cukup/Tidak Cukup*)


i. Praktek agama yang berhubungan dengan usaha untuk
mendapatkan kehamilan: tidak ada

1) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :

 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan


kesehatan yang diberikan oleh nakes wanita
maupun pria;
× tidak boleh menerima transfusi darah;
× tidak boleh diperiksa daerah genitalia,

 lainnya : .....................................................
j. Tingkat pengetahuan ibu :

Hal-hal yang sudah diketahui ibu : ibu sudah mengetahui tanda-


tanda kehamilan.

Hal-hal yang ingin diketahui ibu: ibu ingin mengetahui hal apa
saja yang dipersiapkan untuk kehamilan
II. DATA OBYEKTIF:

1. PEMERIKSAAN FISIK:

a. Pemeriksaan Umum:

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Tensi : 120/70 mmHg

4) Nadi : 82x/menit

5) Suhu : 36,7 oC

6) RR : 22x/mnt

7) BB Sebelum/ Sekarang : 57/56,8 kg

8) TB : 158 cm

9) LILA : 28 cm

10) IMT : 22,8 kg/m2


b. Status present
Kepala : Mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam, agak lembab,
distribusi rambut merata, rambut tidak mudah rontok
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pembesaran polip
Mulut : Bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis, tidak
ada caries gigi, tidak ada perdarahan gusi
Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe,
dan kelenjar tiroid
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri
tekan
Dada : Pengembangan dada simetris, tidak tampak retraksi
dada,
tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Perut : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka bekas operasi,
tidak ada pembesaran limfa dan hepar
Lipatan Paha : Tidak pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
nyeri tekan
Vulva : Tidak odem, tidak ada varises
Ekstermitas :
Atas (tangan) : Tidak ada oedema
Bawah (kaki) : Tidak ada oedema, tidak ada varises
Refleks patella : + /+
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang
Anus : Tidak haemoroid
c. Status Obstetrik

1. Inspeksi:

 Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada bekas luka

 Mamae : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada cairan yang keluar

 Abdomen : tidak ada luka bekas operasi

 Vulva : tidak ada PPV abnormal

2. Palpasi

 abdomen : tidak ada benjolan,

d. Pemeriksaan penunjang :

1) IVA : -

2) Papsmear : -

3) PMTCT : -

III. Analisis

Ny. S Wanita usia subur usia 30 tahun dalam masa prakonsepsi.

IV. PELAKSANAAN

Tanggal 7 September 2020

Jam 10.15 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik
dan sehat

Hasil : ibu merasa senang dengan informasi yang diberitahukan oleh petugas.

2. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan seimbang, mengurangi


makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula
tinggi, mengurangi makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan,
melakukan olahraga secara rutin, dan kontol kesehatan secara rutin untuk
persiapan kehamilan.

Hasil : ibu mengerti dan mau melaksanakan anjuran yang diberikan.

3. Menejelaskan kepada ibu cara menghitung usia subur, yaitu siklus haid
terpanjang selama enam bulan terakhir dikurangi 11 dan siklus haid terpendek
selama enam bulan terakhir dikurangi 18.

Hasil : ibu mengerti dan dapat menghitung masa subur ibu berikutnya.

4. Menganjurkan kepada ibu untuk berhubungan suami istri secara teratur, yakni
setiap 3 hari sekali terutama pada masa subur agar Proses spermatogenesis
sempurna.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan.


5. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan mengandung
asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang
terdapat kandungan asam folat, dapat juga meminum suplemen asam folat 0,4
mg setiap hari minimal 1 bulan untuk persiapan kehamilan.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.

6. Menganjurkan ibu untuk rutin berolahraga minimal tiga puluh menit setiap
hari.

Hasil : ibu mengerti dan bersedia berusaha untuk melakukan anjuran.

7. Memberikan motivasi ibu agar rileks dan tidak stress dalam menunggu
kehamilan.

Hasil : ibu mengerti dan tampak tenang.


BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif ibu memiliki usia 30 tahun.


Artinya, dari aspek usia ibu memenuhi kriteria usia reproduksi untuk hamil. Hal ini
sesuai teori yang dikemukakan Stickler (2014) bahwa usia reproduksi ideal wanita
adalah 20 -35 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang hamil di bawah
usia 20 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia dan
plasenta previa (Stickler, 2014). Tidak ada kesenjangan teori dan fakta dalam kasus
ini.

Meskipun usia klien masih dalam usia reproduksi, akan tetapi dilihat dari
aspek fertilitas, terdapat pengurangan kesuburan pada wanita diusia diatas 25 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah
usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas 38 tahun. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan
bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96%
dalam setahun, usia 25 – 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 – 44
tahun.

Dalam kasus ini, Ny. S jarang memakan sayuran hijau serta buah-buahan.
Sehingga perlu diberi informasi mengenai gizi seimbang serta mengkonsumsi lebih
banyak makanan yang mengandung asam folat. Hal ini sesuai teori yang
mengemukakan bahwa saam folat, penting bagi calon ibu sejak masa prakonsepsi
sampai sampai masa kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan
system saraf pusat dan sistem peredaran darah janin, cukup asam folat mengurangi
risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. (DP2M, 2014). Dalam hal
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta yang ditemukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif Ny.S berada dalam
usia reproduksi sehat. Dalam melakukan persiapan kehamilan prakonsepsi
perbaikan pola hidup kedua pasangan mutlak dibutuhkan. Baik dalam segi
kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, menghindari rokok dan kebiasaan buruk
lainnya, olah raga, kebersihan, dan perbaikan pola hidup lainnya.

B. Saran
Bidan atau tenaga kesehatan lainnya sebaiknya tidak hanya berfokus pada
pelayanan antenatal dan intranatal, tetapi berfokus pada kegiantan promotif dan
preventif dalam masa prakonsepsi gunan mewujudkan generasi yang sehat
cerdas, dan mandiri.
Bagi masyarakat, sebaiknya turut aktif dan mandiri dalam perbaikan
kesehatan diri guna mencapai kesehatan jasmani dan rohani.
DAFTAR PUSTAKA

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
BKKBN. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI
_______. 2017. Usia Pernikahan Ideal 21-25 Tahun. Jakarta: BKKN. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun. Diakses pada 3 Oktober 2019.
Cunningham. 2012. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik
DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27.
Kasiati, NS., Rosmalawati, N.W.D. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
. 2014. Pedoman Gizi Seimbangi. Jakarta: Kemenkes RI.
. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
______ 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Koren G & Chandranipapongse W. 2013. Preconception conseling for preventable
risk. Canadian Family Physician. 59: 737-3
Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Lisa, dkk. 2015. Preconception Care and Reproductive Planning in Primary
Care.Medical The Clinics.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil edisi 7. Yogyakarta
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20
Infertilitas%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. pada tanggal 18
oktober 2019.
Saifuddin, A. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR
Dan Yayasan Bina Pustaka.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. Diakses pada 18
oktober 2019 di https://www.kbbi.web.id.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 2. Jakarta: EGC.
Verawaty, S.N., dan Liswidyawati, R. 2012. Merawat Dan Menjaga Kesehatan
Seksual Wanita, Grafindi Media Pratama, Bandung.
Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai