Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

SISTEM PERADILAN PIDANA


Dr. H. AMSORI, S.H, M.H., S.M., M.M

OLEH
LAMRUDUT PANJAITAN, SH
NPM : 21260019

PROGRAM MAGISTER HUKUM


IBLAM SCHOOL OF LAW
JAKARTA
2022
1. Integrated criminal justice system adalah sistem peradilan pidana yang mengatur
bagaimana penegakan hukum pidana dijalankan. Sistem tersebut mengatur
bagaimana proses berjalannya suatu perkara mulai dari penyelidikan sampai
pemasyarakatan.

Masalah² yang menjadi masalah adalah.....


1) masih ada warga masyarakat yg TDK mengetahui kemana harus melapor atau
mengadukan tindak pidana yg dialami.
2) masih ada tersangka atau saksi yg mengalami perlakuan kasar dan di pojokan pada
saat memberikan keteran pada aparat
3) Alasan yg bersifat sukjektif masih mendominasi tindakan penahanan di kabulkan
nya atau ditolaknya permohonan penangguhan penahanan atau pengalihan jenis
tahanan
4) Masih ada tersangka maupun saksi yg mengalami perlakuan kasar yg dipojokkan
pada saat memberikan keterangan kepada aparat.
5) jumlah tersangka atau terdakwa yg mendapat bantuan hukum dlm proses
pemeriksaan masih relatif sedikit karena TDK mengetahui hak tersebut dan atau
TDK mampu membayar penasehat hukum dan TDK mengetahui adanya bantuan
hukum.
6) .masih ada aparat yg menyarankan agar tersangka maupun terdakwa TDK di
dampingi penasehat hukum atau menjabut kuasanya dlm hal sudah memiliki
penasehat hukum
7) masih terjadi saling lempar tanggung jawab antara sub sistim peradilan pidana dlm
pemenuhan hak mencari keadilan
8) Masih kurang kordinasi antar sub sistem peradilan pidana
9) masih kurang perhatian aparat penegak hukum pada korban sebagai pihak yg
langsung dirugikan dlm TP
10) Masih ada sikap inkonsistensi dr aparat penegak Hukum dlm melaksanakan Tugas
nya.
11) Aparat terkadang msh berpikir secara personal dlm bertindak dan TDK melihat
tujuan keseluruhan sistem
12) Terjadi kelebihan kasapitas yg sangat luar biasa di LP
13) Anggaran dan pasilitas yg sangat jauh dr memedai utk pelaksanaan proses
pemeriksaan dan pemenuhan hak hak pencari keadilan
14) Lembaga Hakim wasmat TDK berpungsi
15) Rendahnya kinerja aparat penegak Hukum yg di pengaruhi oleh kurangnya sarana
dan prasarana yg tersedia.

Jawab
2. Anak yang terlibat dalam suatu tindak pidana dalam tiga kategori:

Anak yang menjadi pelaku tindak pidana (Pasal 1 angka 3 UU SPPA);

Anak yang menjadi korban tindak pidana (Anak Korban) (Pasal 1 angka 4 UU
SPPA); dan

Anak yang menjadi saksi tindak pidana (Anak Saksi) (Pasal 1 angka 5 UU SPPA)

Sebelumnya, UU Pengadilan Anak tidak membedakan kategori Anak Korban dan


Anak Saksi.

2
Konsekuensinya, Anak Korban dan Anak Saksi tidak mendapatkan perlindungan
hukum.
Hal ini mengakibatkan banyak tindak pidana yang tidak terselesaikan atau bahkan
tidak dilaporkan karena anak cenderung ketakutan menghadapi sistem peradilan
pidana.

Penjatuhan Sanksi

Menurut UU SPPA, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis
sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun
(Pasal 69 ayat (2) UU SPPA) dan Pidana, bagi pelaku tindak pidana yang berumur
15 tahun ke atas.

Sanksi Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU SPPA):

Pengembalian kepada orang tua/Wali;


 Penyerahan kepada seseorang;
 Perawatan di rumah sakit jiwa;
 Perawatan di LPKS;
 Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh
pemerintah atau badan swasta;
 Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
 Perbaikan akibat tindak pidana.

Sanksi Pidana

Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak terbagi atas
Pidana Pokok dan Pidana Tambahan (Pasal 71 UU SPPA):

Pidana Pokok terdiri atas:


 Pidana peringatan;
 Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga, pelayanan
masyarakat, atau pengawasan;
 Pelatihan kerja;
 Pembinaan dalam lembaga;
 Penjara.

Pidana Tambahan terdiri dari:


 Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
 Pemenuhan kewajiban adat.

3
Jawab
3. Yang dimaksud dengan
Penyidik menurut Pasal 1 butir ke-1 KUHAP adalah pejabat polisi Negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Menurut UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP,


Pasal 6 Penyidik :
(1) Penyidik adalah:
a. pejabat polisi negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.

- Yang dimaksud dengan Penyidikan menurut Pasal 1 angka 2 UU No.8 tahun


1981 tentang KUHAP adaah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

- Yang dimaksud dengan Penyelidik menurut UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP
Pasal 1 angka 4 adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan

- Yang dimaksud dengan Penyelidikan menurut UU No. 8 tahun 198, Pasal 1 angka
5 adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini.

- Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang


untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.

Sedangkan Sesuai amanat Undang Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang


Perubahan atas Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia, Kejaksaan adalah Lembaga Pemerintah yang melaksanakan kekuasaan
negara dibidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

4
Jawab
4. Letak KPK dalam Sistem Peradilan Pidana dapat dikatakan sebagai bagian dari
sistem pidana karena di dalam Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri dari fungsi-
fungsi yang dimiliki oleh sub sistem peradilan pidana seperti fungsi penyelidikan dan
penyidikan, fungsi penuntutan, dan fungsi mengadili.

KPK seringkali diwacanakan untuk dibubarkan karena kinerja KPK yang turun dan
beberapa kali ada konflik di internal KPK antara pimpinan KPK dan pegawai KPK
sehingga mengganggu kinerja KPK terhadap penanganan kasus-kasus yang
sedang berjalan.

Dari berbagai lembaga survei menilai tingkat kepercayaan publik terhadap KPK
semakin merosot tajam.

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia (IPI), mencatat tingkat kepercayaan


publik terhadap KPK semakin menurun. Tingkat kepercayaan publik terhadap KPK
menurun menjadi 59,8 persen dari semula sebesar 70,2 persen (sumber berita :
Jawapos.com tanggal 10 Juni 2022).

5
Jawab
5. Maksud pernyataan ini adalah praktek peradilan
yang dikendalikan oleh mafia, akan menimbulkan
berbagai dampak negatif yang merusak sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti macetnya proses demokratisasi,terjadinya
ikiim diskriminasi hukum yang merupakan
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) universal,
hancurnya martabat peradilan {contempt ofcourt}, timbulnya situasi berupa
ketidakpercayaan publik terhadap hukum [eigen richting) dan Iain
sebagainya.

Munculnya fenomena Mafia Peradilan di


Indonesia merupakan bagian dari krisis
hukum multi dimensi yang beriangsung sejak
tahun 1980-an masa Orde Baru. Krisis hukum
tersebut berjangkit baik padatataran Kosmos,
Logos, Teknologos dan Real Every Day Ufe
di mana Mafia Peradilan dirasakan langsung
oleh rakyat yang tidak memiilkl proteksi politik
maupun ekonomi. Akibatnya diskresi-diskresi
hukum ataupemanfaatan "areakelabu" dalam
hanya dinikmati oleh barang siapayang mau,
mampu dan tega "memperkosa" Dew! Keadilan
dengan cara mempergunakan kekuasaan
politik maupun kekuatan ekonomi., Sejak terjadi
chaos, bangsa kita memang belum pernah
melahirkan arsitek hukum nasionai yanghandai,
dan secara inslitusional pembangunan hukum
di negara kita belum pemah dipiklrkan secara
serius. Merhang sejak zaman penjajahan
Belanda, bangsakita tidak pernah dilatih untuk
merancang bangun fondasi nasionai dari
suatu sistem hukum yang utuh. Padahal
sebagai negara besar Indonesia memerlukan

6
The Great Lawgiver, karena pembangunan
hukum merupakan bagian terpenting dari
pembangunan masyarakat'beradab.

Dalam menggagas dan upaya menghapuskan Mafia Peradiian, menuntut adanya


revitalisasi peran signiflkan, agar terjadi
hubungan partnership yang dinamis dan kritis
antar penegak hukum seperti hakim, jaksa,
pengacara, polisi dan masyarakat pecinta
keadiian, sehingga tercipta adanya kondisi
penegakan hukum yang transparan dan
bermartabat.

Penataan hubungan partnership


ini harus dapat membangun hubungan
institusional kredibel dan mencegahterjadinya
hubungan yang kolutif.
Kontrol intern dan ekstern terhadap institusi
penegak hukum ini merupakan kebutuhan
pokok bagi kredibilitas dan perkembangan
lembaga penegak hukum.

Kontrol intern
termasuk tindakan dislplin, penegakan kode etik,
eksamlnasi, pengawasan, beserta penjatuhan
sanksi dan pemberian promosi.

Sedangkan
kontrol ekstern termasuk proses hukum, peran
KPKPN, Pers, IGW, Ombusman, Polisi Watch,
Judicial Watch dan Iain-Iain. Tanpa didukung
oieh adanya kredibilitas, eksistensi lembaga
penegak hukum akan digerogoti oleh virus-
virus Mafia Peradiian, sehingga pada gilirannya
akan kehilangan legimitasinya di mata-rakyat

7
secara nasional, maupun di mata komunitas internasional.
Masuknya unsur luar ke dalam institusi penegak hukum seringkali disebabkan oleh
kelemahan dan kenaifan lembaga
penegak hukum (aparat) itu sendiri, misalnya
munculnya hal-hal yang bersifat adhoc. Artinya
aparat penegak hukum itu sendiri tidak tahu,
atau tidak mau tahu tentang kelemahannya,
sehingga lalu menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap integritas moral dan
kemampuan institusional.

8
9

Anda mungkin juga menyukai