Anda di halaman 1dari 7

UAS HUKUM PIDANA TIPIKOR

NAMA : ANIK ISTIQOMAH

NPM : 41151015190040

KELAS : 6 B ( PILIHAN )

MATA KULIAH : HUKUM PIDANA TIPIKOR

JURUSAN : HUKUM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG 2022
1. Apa yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi ?

Pengertian tindak pidana korupsi sendiri adalah kegiatan yang dilakukan


untuk memperkaya diri sendiri atau kelomok dimana kegiatan tersebut melanggar
hukum karena telah merugikan bangsa dan negara

Berdasarkan uraian mengenai tindak pidana korupsi di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan suatu perbuatan yang
bertentangan dengan moral dan melawan hukum yang bertujuan menguntungkan
dan/atau memperkaya diri sendiri dengan meyalahgunakan kewenangan yang
ada pada dirinya yang dapat menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan
negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan-aturan
pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi

2. Dari kasus Ade Yasin, mana yang termasuk unsur-unsur tindak pidana
sebagaimana KUHP ?

Unsur unsur tindak pidana Suap-menyuap Bupati Bogor Ade Yasin (AY),
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Bogor Ade Yasin (AY)
Ade Yasin ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap dalam kasus Korupsi.
Adapun unsur unsur tindak pidana sebagai mana KUHP berdasarkan keterangan
dan bukti yang ada kami menemukan tersangka.

Pertama, tersangka pemberi suap, AY Bupati Kabupaten Bogor periode


2018-2023, kepada empat tersangka penerima suap, yaitu pegawai Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Barat/Kasub Auditorat Jabar
III/pengendali teknis Anthon Merdiansyah (ATM), pegawai BPK Perwakilan Jawa
Barat/Ketua Tim Audit Interim Kabupaten Bogor Arko Mulawan (AM), pegawai BPK
Perwakilan Jawa Barat/pemeriksa Hendra Nur Rahmatullah Karwita (HNRK), dan
pegawai BPK Perwakilan Jawa Barat/pemeriksa Gerri Ginajar Trie Rahmatullah
(GGTR)

Sebagai pemberi, Ade Yasin disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a
atau b atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Sedangkan sebagai penerima, Anthon Merdiansyah disangkakan melanggar
Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP

3. Sebutkan dan jelaskan faktor penyebab korupsi yang paling dominan ?

Berikut penjelasan mengenai dua faktor penyebab korupsi:


Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari diri
pribadi. Faktor ini terdiri dua aspek perilaku, yaitu individu dan sosial. Aspek perilaku
individu meliputi sifat tamak atau rakus manusia, moral yang kurang kuat, san gaya
hidup konsumtif.

Sementara aspek sosial dapat terjadi karena dorongan perilaku keluarga.


Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluarga lah yang secara kuat
memberi dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang
yang sudah menjadi sifat pribadinya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberi dorongan dan bukan memberi
hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaanny

Faktor internal merupakan faktor penyebab korupsi yang datang dari sebab-
sebab luar. Ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi


Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi di antaranya adalah:
- Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat
sendiri.
- Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
- Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas
bila mereka ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan.

Aspek ekonomi
Aspek ekonomi yang menjadi faktor penyebab korupsi adalah pendapatan yang
tidak mencukupi.

Aspek politis
Aspek politis yang menjadi faktor penyebab korupsi seperti kepentingan politis,
meraih dan mempertahakan kekuasaan.

Aspek organisasi
Aspek organisasi yang menjadi faktor penyebab korupsi di antaranya adalah:
- Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
- Tidak adanya kultur organisasi yang benar
- Kurang meadainya sistem akuntabilitas yang benar
- Kelemahan sistem pengendalian manajemen
- Lemahnya pengawasan
4. Sebutkan,jelaskan dan bedakan instansi yang diberi kewenanganan
menangani kejahatan korupsi ?
Lembaga-Lembaga Penanganan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Di
Indonesia, lembaga-lembaga yang berhak menangani tindak pidana korupsi terdiri
dari 3 (tiga) lembaga, yakni :

1. Kepolisian

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian


Negara Republik Indonesia Pasal 5 ayat (1), Kepolisian Negara Republik
Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat Tugas polisi secara umum
sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,

2. Kejaksaan

Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan


negara, hususnya di bidang penuntutan (Undang Undang Nomor 16 Tahun
2004). Sedangkan yang di maksud jaksa adalah pejabat fungsional yang
diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut
umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang undang.

Dalam hal penanganan tindak pidana korupsi, kejaksaan berpedoman


pada : a. Undang-undang No 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia b. Pasal 91 ayat (1) KUHAP mengatur tentang kewenangan jaksa
untuk mengambil alih berita acara pemeriksaan, Pasal 284 ayat (2) KUHAP
menyatakan : “Dalam waktu dua tahun setelah undang–undang ini
diundangkan, maka terhadap semua perkara diberlakukan ketentuan
undang–undang ini, dengan pengecualian untuk sementara mengenai
ketentuan khusus acara pidana sebagaimana tersebut pada undang–undang
tertentu, sampai ada perubahan dan/atau dinyatakan tidak berlaku lagi.

3. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah lembaga negara yang


dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan
bebas dari pengaruh kekuasaan manapun (Undang–Undang No. 30 Tahun
2002). KPK dalam nmberanta korupsi berasaskan pada 1. Kepastian hukum;
2. Keterbukaan; 3. Akuntabilitas; 4. Kepentingan umum; 5. Proporsionalitas.
Kesimpulan

Bahwa tugas dan wewenang kepolisian, kejaksaan dan KPK sama-


sama bisa menangani tindak pidana korupsi sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing. Khusus KPK bisa menangani kasus korupsi
dengan syarat melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara,
dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara Negara, mendapat
perhatian yang meresahkan masyarakat dan menyangkut kerugian negara
paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

5. Apakah keberadaan instansi-instansi tersebut sudah efektif ?

Agar keberadaan instansi-instansi tersebut efektif Tentunya perlu ada


kepastian pada kewenangan penyidikannya, seperti kepastian kewenangan
penyidikan yang melekat pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dimana ada
kepastian kualifikasi kewenangan untuk menyidik maupun tahapan penanganan
perkara korupsi lainnya.

Begitu juga mengenai kewenangan penyidikan yang ada pada Kejaksaan dan
Kepolisian, sebaiknya jangan sampai ada ketumpang tindihan kewenangan seperti
sekarang ini, mengingat kembali bahwa negara ini merupakan negara yang tidak
mengabaikan suatu kepastian hukum. Upaya yang dilakukan POLRI, Jaksa, dan
KPK untuk menghindari benturan kewenangan telah dilakukan, yaitu dengan
disepakatinya MoU antara ketiga instansi tersebut pada tanggal 29 Maret 2012 yang
terdiri dari tiga surat yaitu Nomor B/23/III/2012 untuk Kepolisian, Nomor SPJ-39/01/-
03/2012 untuk KPK, dan Nomor KEP-049/A/JA/ 03/2012 untuk Kejaksaan Tentang
Optimalisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, akan tetapi upaya ini menemui
jalan buntu ketika terjadi benturan kewenangan antara KPK dan POLRI dalam kasus
simulator SIM. MoU tersebut tidak sejalan dengan argumen masing-masing pihak
dan tidak sesuai dengan fakta-fakta terkait

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang sifatnya


konstitusional walaupun tidak disebutkan secara jelas dalam konstitusi negara yaitu
UUD 1945. KPK dibentuk dengan melihat sifat dari korupsi itu sendiri yaitu
merupakan kejahatan luar biasa, sehingga diperlukan suatu lembaga yang
independen untuk memberantas korupsi di Indonesia. Latar belakang terbentuknya
KPK bukanlah karena desain konstitusional yang diartikan secara kaku, tetapi lebih
kepada isu insidentil dalam negara dan kehendak bersama dari bangsa Indonesia
untuk memerangi tindak pidana korupsi.

Kedudukan KPK sebagai salah satu lembaga negara bantu adalah


independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, hal ini dimaksudkan
agar dalam memberantas korupsi KPK tidak mendapatkan intervensi dari pihak
manapun. Terbentuknya KPK juga merupakan jawaban atas tidak efektifnya kinerja
lembaga penegak hukum selama ini dalam memberantas korupsi, yang terkesan
berlarut-larut dalam penanganannya bahkan terindikasi ada unsur korupsi dalam
penanganan kasusnya

6. Apa yang dimaksud dengan gratifikasi, apakah gratifikasi merugikan


keuangan negara ?, mengapa gratifikasi dimasukkan dalam tindak pidana ?

Apa yang dimaksud dengan gratifikasi


gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Pengertian tercantum dalam menurut UU Nomor 20/2021 penjelasan pasal 12 b ayat
1.

Apakah gratifikasi merugikan keuangan negara ?

Gratifikasi akan berakibat pada kinerja dan pengambilan keputusan dari PNS
atau penyelenggara negara akan terpengaruh dan gratifikasi perlu dilaporkan karena
korupsi sering berawal dari kebiasaan yang tidak disadari pegawai negeri dan
pejabat penyelenggara negara. Misal penerimaan hadiah dalam suatu acara pribadi,
atau menerima pemberian fasilitas yang tidak wajar

Hal ini akan menjadi kebiasaan bila dibiarkan terus berlangsung. Akibatnya
kinerja dan pengambilan keputusan dari PNS atau penyelenggara negara akan
terpengaruh

Contoh dalam keuangan yang dapat merugikan Negara Pemberian potongan


harga khusus bagi pejabat untuk pembelian barang dari rekanan.

Mengapa gratifikasi dimasukkan dalam tindak pidana ? karena dari pernyataan


pasal 12 B ayat (1) tersebut, maka bila penerimaan gratifikasi tersebut memenuhi
unsur berhubungan dengan jabatannya dan menyebabkan penyelenggara negara
atau pegawai negeri tersebut melakukan tindakan berlawanan dengan kewajiban
dan tugasnya, maka gratifikasi tersebut menjadi sebuah kejahatan korupsi
7. Siapa yang berwenang menghitung keuangan negara dalam kasus
tipikor ?.
Kewenangan BPK untuk menghitung dan menetapkan
kerugian negara diatur dalam Pasal 10 ayat (1) UU BPK. Sementara Pasal
kewenangan BPKP untuk diatur dalam Pasal 3 huruf Peraturan Presiden Nomor 192
Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Dan institusi yang bertugas dan berwenang memeriksa pengelolaan dan


pertanggung-jawaban keuangan negara serta memberikan penilaian terhadap
kerugian negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini dinyatakan
dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
Pasal 6 ayat (1); BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung-jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan
Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara.

Kemudian ketentuan ini ditegaskan kembali dalam Peraturan BPK Nomor 1


Tahun 2008 tentang Penggunaan Pemeriksa dan/atau Tenaga Ahli dari Luar Badan
Pemeriksa Keuangan, Pasal 2 ayat (3) dinyatakan: “Pengelolaan dan Tanggung-
jawab Keuangan Negara yang diperiksa oleh BPK meliputi pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Layanan 9 Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau
badan lain yang mengelola keuangan negara”.

Anda mungkin juga menyukai