PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Komisi Pemberantasan Korupsi ?
2. Apa Visi dan Misi KPK ?
3. Bagaimanakah kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia (RI) ?
4. Apa fungsi dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ?
5. Apa ciri-ciri dan faktor penyebab korupsi ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami
tentang :
1.Mengetahui Komisi Pemberantasan Korupsi
2. Mengetahui Visi dan Misi KPK
3. Mengetahui kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia (RI)
4. Mengetahui fungsi dan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
5.Mengetahui faktor-faktor penyebab korupsi
D. Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini, kami menaruh harapan besar kepada para pembaca
untuk lebih memahami lembaga negara di negara ini, terutama Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) secara umum.
BAB II
KERANGKA TEORI
Untuk mendukung kinerja komisi pemberantasan korupsi yang sangat luas dan berat
dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, maka lembaga komisi pemberantasan korupsi
perlu didukung oleh sumber keuangan yang berasal dari APBN. Komisi pemberantasan
korupsi dalam UU dibentuk dan berkedudukan di ibukota negara dan jika dipandang perlu
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka komisi pemberantasan korupsi dapat
membentuk perwakilan di daerah provinsi. Dalam menjalankan tugas dan wewenang
komisi pemberantasan korupsi yaitu penyelidikan, penyidikan dan juga penuntutan, komisi
pemberantasan korupsi disamping itu mengikuti hukum acara yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan UU No. 20 Tahun 2001 mengenai pemberantasan
tindak pidana korupsi. Dalam UU ini dimuat hukum acara tersendiri sebagai ketentuan
khusus. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum terhadap tindak
pidana korupsi, maka dalam UU ini diatur mengenai pembentukan pengadilan tindak
pidana korupsi pada lingkungan peradilan umum,yaitu di lingkungan pengadilan negeri
jakarta pusat untuk pertama kalinya. Pengadilan tindak pidana kourpsi tersebut bertugas
dan berwenang memeriksa dan memutus perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan
oleh majelis hakil yang terdiri oleh dua orang hakim pengadilan negeri dan tiga orang
hakim ad hoc, hal ini juga berlaku dalam proses pemeriksaan baik ditingkat banding
maupun tingkat kasasi. Melihat begitu besarnya wewenang komisi pemberantasan korupsi
dan kedudukan yang independen, harapan rakyat Indonesia hanyalah tinggal kepada
komisi pemberantasan korupsi untuk mampu menegakkan peraturan perundang-undangan
di bidang tindak pidana korupsi, karena instansi-instansi konvensional seperti auditor,
kepolisian dan kejaksaan sudah dianggap tidak mampu lagi. Penegakan hukum untuk
memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh auditor, kepolisian dan kejaksaan
selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan, karena auditor dan penegak hukum
tersebut turut melakukan korupsi.
Sumber : Buku dalam Penulisan Pengertian Komisi Pemberantasan Korupsi :
– Surachmin dan Suhandi Cahaya, 2013. Judul : Strategi dan Teknik Korupsi (Mengetahui
untuk Mencegah).
Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK
bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan
berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK. KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri
atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua
merangkap anggota. Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang
berasal dari unsur pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan
selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam
pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.
Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang Pencegahan,
Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.
Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang deputi. KPK juga dibantu
Sekretariat Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia, namun bertanggung jawab kepada
pimpinan KPK. Ketentuan mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan
langkah-langkah yang dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan operasional, KPK mengangkat
pegawai yang direkrut sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.
b. Wewenang KPK
1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi.
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait.
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi.
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
c. Kewajiban
1. Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan
laporan ataupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana
korupsi.
2. Memberikan informasi terhadap masyarakat yang memerlukan atau memberikan
bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan
tindak pidana korupsi yang ditanganinya.
3. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikan kepada presiden RI, DPR RI, dan
Badan Pemeriksa Keuangan.
4. Menegakkan sumpah jabatan.
5. Menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan azas-azas
yaitu (azas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas).
E. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi, yaitu :
a. Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make up politik,
sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti pemerintahan.
b. Penyalahgunaan kekuasaan/wewenanng, takut dianggap bodoh kalau tidak
menggunakan kesempatan.
c. Langkanya lingkungan yang antikorup, sistem dan pedoman antikorupsi hanya
dilakukan sebatas formalitas.
d. Rendahnya pendapatan penyelenggara Negara. Pendapatan yang diperoleh harus
mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara Negara, mampu mendorong
penyelenggara Negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.
e. Kemiskinan, keserakahan, masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena
kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena
serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
keuntungan.
f. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
g. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat
tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya
diringankan hukumannya.
h. Budaya permisif/serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa bila sering
terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi.
i. Gagalnya pendidikan agama dan etika. Pendapat Franz Magnis Suseno bahwa agama
telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena
perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Sebenarnya agama bisa
memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan
institusi lainnya, sebab agama memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para
pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang dimiliki
agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat
buruk (Indopos.co.id, 27 September 2005).
Mengutip teori yang dikemukakan oleh Jack Bologne atau sering disebut GONE
Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :
1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau
masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.
3. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh individu-
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.
4. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.
Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Faktor-faktor penyebabnya
bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini
adalah aspek-aspek penyebab seseorang berbuat Korupsi.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, tidak ada jawaban yang persis, tetapi ada dua hal
yang jelas, yakni :
1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan sebagainya).
2. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang kontrol
dan sebagainya.
c. Aspek Politis
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak korupsi,
yaitu seseorang atau golongan yang membeli suatu atau menyuap para
pemilih/anggota partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku korup seperti
penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi. Terkait hal itu
Terrence Gomes (2000) memberikan gambaran bahwa politik uang sebagai use of
money and material benefits in the pursuit of political influence (menggunakan uang
dan keuntungan material untuk memperoleh pengaruh politik). Penyimpangan
pemberian kredit atau penarikan pajak pada pengusaha, kongsi antara penguasa dan
pengusaha, kasus-kasus pejabat Bank Indonesia dan Menteri di bidang ekonomi pada
rezim lalu dan pemberian cek melancong yang sering dibicarakan merupakan sederet
kasus yang menggambarkan aspek politik yang dapat menyebabkan kasus korupsi
(Handoyo: 2009).
d. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi
atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena
membuka peluang atau kesempatan terjadinya korupsi (Tunggal, 2000). Aspek-aspek
penyebab korupsi dalam sudut pandang organisasi meliputi:
1. Kurang adanya sikap keteladanan Pemimpin
Pemimpin adalah panutan bagi bawahannya. Apa yang dilakukan oleh pemimpin
merupakan contoh bagi bawahannya.
2. Tidak Adanya Kultur/Budaya Organisasi yang Benar
Organisasi harus memiliki Tujuan Organisasi yang fokus dan jelas. Tujuan
organisasi ini menjadi pedoman dan memberikan arah bagi anggota organisasi
dalam melaksanakan kegiatan sesuati tugas dan fungsinya. Tatacara pencapaian
tujuan dan pedoman tindakan inilah kemudian menjadi kultur/budaya organisasi.
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK) adalah lembaga negara
yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.
2. Visi dan Misi KPK
Visi : Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia Yang Bersih Dari Korupsi
Misi : Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penegakan hukum dan menurunkan
tingkat korupsi di Indonesia melalui koordinasi. supervisi, monitor, pencegahan, dan
penindakan dengan peran serta seluruh elemen bangsa.
3. Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang
bersifat independen dan berkaitan dengan kekuasaan kehakiman tetapi tidak berada di
bawah kekuasaan kehakiman.
4. Komisi pemberantasan korupsi ini dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 30
tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi pasal 1 undang-
undang.
5. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi bisa disebabkan 2 faktor diantaranya faktor
internal dan eksternal.
B. SARAN
Banyak kejahatan korupsi yang terjadi di negeri ini, oleh karena itu dibentuklah KPK
untuk memberantasnya. Negeri ini miskin dan sengsara karena ulah para koruptor. Maka
sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara Indonesia untuk mencegah dan
menanggulangi ‘penyakit’ yang mengerikan ini agar kedepan, negara kita bisa menjadi
negara maju bukan hanya berkembang seperti sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Entri Selpawani Fredy. “Makalah tentang kinerja lembaga pemberatasan korupsi”. 8
Mei 2013. http://selpawaani.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tentang-kinerja-
lembaga.html.
2. Anonim. Visi dan misi kpk. “ Komisi Pemberatasan Korupsi”. 2015-2019.
https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/visi-misi.
3. Alvan Noris, Binta k, Ginanjar Bann, Jnez Annisa , Naili Husna D , Nindyaruspita,
dan Tika D. “Makalah Pkn Pemberatasan Korupsi di Indonesia”. 5 Oktober 2010.
http://dewikdewok.blogspot.co.id/2012/06/makalah-pkn-pemberantasan-korupsi-
di.html.