Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anindira Annisya Rania

Nim : E.2010804
KUIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

1. Korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu Corruptus dan Corruption, artinya buruk,
menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah. Dalam Black Law
Dictionary di modul Tindak Pidana Korupsi KPK, Korupsi adalah suatu perbuatan yang
dilakukan dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang
bertentangan dengan tugas resmi dan kebenarankebenaran lainnya “sesuatu perbuatan dari
suatu yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan
penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain yang
bertentangan dengan tugas dan kebenarankebenaran lainnya.
1. Merugikan Keuangan Negara
Pengertian murni merugikan keuangan negara adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
orang, Pegawai Negeri Sipil (“PNS”), dan penyelenggara negara yang melawan hukum,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan dengan melakukan tindak pidana korupsi.
2. Suap – menyuap
Suap-menyuap adalah tindakan yang dilakukan pengguna jasa secara aktif memberi atau
menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud agar
urusannya lebih cepat, walau melanggar prosedur. Suap-menyuap terjadi terjadi jika terjadi
transaksi atau kesepakatan antara kedua belah pihak.
3. Penggelapan dalam jabatan
Penggelapan dalam jabatan adalah tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga, melakukan pemalsuan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan administrasi, merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk melindungi
pemberi suap, dan lain-lain.
4. Pemerasan
Pemerasan adalah perbuatan dimana petugas layanan yang secara aktif menawarkan jasa atau
meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk mempercepat layanannya, walau melanggar
prosedur. Pemerasan memiliki unsur janji atau bertujuan menginginkan sesuatu dari
pemberian tersebut.
5. Perbuatan Curang
Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi yang dapat
membahayakan orang lain. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU 20/2001 seseorang yang
melakukan perbuatan curang diancam pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama
tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp100 juta dan paling banyak Rp350 juta.
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Contoh dari benturan kepentingan dalam pengadaan berdasarkan Pasal 12 huruf (i) UU
20/2001 adalah ketika pegawai negeri atau penyelenggara negara secara langsung ataupun
tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan
padahal ia ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
Misalnya, dalam pengadaan alat tulis kantor, seorang pegawai pemerintahan menyertakan
perusahaan keluarganya untuk terlibat proses tender dan mengupayakan kemenangannya.
7. Gratifikasi
Berdasarkan Pasal 12B ayat (1) UU 20/2001, setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya

2. Salah satu teori korupsi menurut Jack Bologne Gone Theory menyebutkan bahwa faktor
penyebab korupsi adalah keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan.
Keserakahan berpotensi dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku korupsi.
Faktor Penyebab Internal
1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak merasa cukup atas
apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan
mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi.
Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram
dalam mencari rezeki. Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para
profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
2. Gaya hidup konsumtif
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor pendorong internal
korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-barang mewah dan mahal atau
mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang
melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
3. Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Aspek lemah
moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa malu melakukan tindakan korupsi.
Jika moral seseorang lemah, maka godaan korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan
korupsi bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi
kesempatan untuk melakukannya.

Faktor Penyebab Eksternal


1. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya korupsi, terutama
keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman, keluarga malah justru
mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya
adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat
hanya menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa memberikan
gratifikasi kepada pejabat.
2. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar menjadi faktor eksternal
penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money
politics. Dengan money politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli
suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya.
3. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi perundang-undangan
dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari celah di perundang-undangan untuk
bisa melakukan aksinya. Selain itu, penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan efek jera
akan membuat koruptor semakin berani dan korupsi terus terjadi.
4. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di antaranya tingkat
pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan
bahwa korupsi tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah
besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi.
5. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat koruptor berada.
Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau
kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan integritas dari pemimpin, kultur yang benar,
kurang memadainya sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen.

3. Berbagai landasan dan instrumen hukum telah dibentuk di Indonesia untuk memberangus
dan memberantas tindak pidana korupsi. Berbekal undang-undang dan peraturan pemerintah,
korupsi berusaha dicegah dan pelakunya diberi hukuman yang setimpal.
Indonesia memiliki dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi yang menjadi
pedoman dan landasan dalam pencegahan dan penindakan. Salah satunya menjadi dasar
pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK untuk menjadi penggawa
pemberantasan korupsi di tanah air.
Dasar-dasar hukum ini adalah bukti keseriusan pemerintah Indonesia dalam memberantas
korupsi. Dalam perjalanannya, berbagai perubahan undang-undang dilakukan untuk
menyesuaikan dengan kondisi terkini penindakan kasus korupsi. Menyadari tidak bisa
bekerja sendirian, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah juga mengajak peran serta
masyarakat untuk mendeteksi dan melaporkan tindak pidana korupsi.
Berikut adalah dasar-dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia.
1. UU No. 3 tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Ketetapan MPR No XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
KKN
3. UU no 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN
4. UU Nomor 20 Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
5. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
6. UU No 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
7. UU No 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
8. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi
(Stranas PK)
9. Peraturan Presiden No.102/2020 tentang tentang Pelaksanaan Supervisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
10. Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penyelenggaraan Pendidikan
Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi

Anda mungkin juga menyukai