Anda di halaman 1dari 7

Nama : Shela Auliavika Khabibah

Nomer Kelompok : 16
Nama Kelompok : Felodipin

Pendidikan Anti Korupsi

Pemateri Pertama : Nanang Gunaryanto, S.H., M.H (Kepala Kejaksaan Negeri Surakarta)

 Pengertian Korupsi
Pengertian Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermaknabusuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawainegeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya merekayang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakankepadamereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-
unsur sebagai berikut :
1. perbuatan melawan hukum
2. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana
3. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
4. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;Selain itu terdapat beberapa jenis
tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya
5. memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)
6. penggelapan dalam jabatan
7. pemerasan dalam jabatan
8. ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)
9. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).Dalam arti yang luas,
korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmiuntuk keuntungan pribadi.
Jenis-jenis Korupsi sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 31 tahun 1999. UU Nomor
1:

1. Korupsi yang Terkait dengan Kerugian Keuangan Negara


2. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan Negara
3. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan dapat merugikan
keuangan Negara
Perbedaan kedua pasal di atas adalah apakah seseorang tersebut mempunyai kewenangan
ataukah tidak.
1. Korupsi yang terkait dengan suap menyuap
2. Menyuap Pegawai Negeri dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuatsesuatu dalam
jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya
3. Menyuap Pegawai Negeri karena telah berbuat atau tidak berbuat sesuatudalam jabatannya
sehingga bertentangan dengan kewajibannya
4. Memberi hadiah kepada Pegawai Negeri karena jabatan
5. Pegawai Negeri menerima suap baik akan atau telah berbuat atau tidak berbuatsesuatu
dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya
6. Pegawai Negeri menerima suap padahal diketahui atau patut diduga bahwa janjiatau
hadiah tersebut diberikan untuk menggerakkkannya agar melakukan atautidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengankewajibannya.
7. Pegawai Negeri menerima suap padahal diketahui atau patut diduga bahwa janjiatau
hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangandengan kewajibannya.
8. Pegawai negeri menerima hadiah karena kekuasaan atau kewenangan yangberhubungan
dengan jabatannya.
9. Menyuap hakim
10. Menyuap Advokat
11. Hakim dan Advokat menerima suap
12. Hakim menerima suap
13. Advokat menerima suap
Jadi dalam hal suap menyuap, baik yang disuap maupun yang menyuap akanmendapatkan
sanksi. Pegawai Negeri yang menerima suap, baik dia melakukan,belum atau tidak
melakukan hal yang diminta si penyuap, tetap terkena sanksi.
1. Korupsi yang terkait penggelapan dalam jabatan
2. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan uang
3. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
4. Pegawai negeri merusakkan bukti
5. Membiarkan orang lain merusakkan bukti
6. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
Dalam hal penggelapan, Pegawai Negeri yang melakukan penggelapan, membantumelakukan
penggelapan tau hanya membiarkan terjadinya penggelapan, akandikenai sanksi.

1. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan


2. Pegawai negeri memeras dengan cara memaksa orang memberikan sesuatuuntuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya
3. Pegawai negeri memeras dengan cara meminta seseorang memberikansesuatu seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya.
Perbedaan dengan butir a di atas adalah apabila pada huruf a, PegawaiNegeri belum
melakukan sesuatu yang dimaksud dalam pemerasan tersebut.Sementara pada huruf b,
Pegawai Negeri sudah melakukan sesuatu yangdimaksud dalam pemerasan tersebut.

1. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain


A. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
B. Pemborong berbuat curang
C. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
D. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
E. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
F. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
G. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain
i. Korupsi yag terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan
ii. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaannya
a. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi
b. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor KPK

Pemateri Kedua : Kurniati (koordinator spak polwan polda DIY)


 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi :

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
prosesbelajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut,
makaPendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan
pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif)
dankesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap
penyimp[anganperilaku korupsi.

Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :

1. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidakbisa
diselesaikan hanya melalui penegakan hukum.
2. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasanpermanen agar
manusia menjadi sadar (disadarkan) tentang penindasan yangmenimpanya, dan perlu
melakukan aksi-aksi budaya yang membebaskannya.
3. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah >>> jalur penyelenggaraan
Pendidikan Antikorupsi selama ini tidak ada.
Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :
1. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah
nusantara,bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan
HindiaBelanda
2. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titikkulminasi
yang akut >>> tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasipemerintah >>> juga
menjadi fenomena multi dimensional >> telah menggerogotisendi2 kehidupan sosial dan
kultural
3. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi nilai2 spiritualmulai
bergeser pada nilai2 materialistis dan konsumerisme.
4. Korupsi =extra ordinary crime>>> Upaya menjadikan ´musuh bersama/commonenemy ´
belum menjadi bagian dari gerakan moral bangsaKarena itu pemberantasan korupsi harus
dijadikan sebagaicollective ethics movement.
Signifikansi Pendidikan anti Korupsi :
1. Rendahnya tingkat pemahaman terhadap korupsi di Indonesia.
Hal ini tidak hanya dapat menyebabkan kesalahpahaman mengenai bentuk-bentuk
korupsi,namun juga dapat menyeret seseorang terperangkap dalam sistem yang
mangakomodir perilaku korupsi tersebut.Contoh mudahnya adalah kemudahan´ dalam
pengurusan SIM oleh oknum Kepolisian.Sebagian besar dari kita mungkin beranggapan
bahwa kepengurusan SIM itu mahal, namunbisa sehari jadi dan tanpa tes. Padahal menurut
peraturan, kepengurusan SIM itu adalahmurah dan harus melalui tes.

1. Belum jelasnya definisi dan batasan dari korupsi.


Rendahnya tingkat pemahaman terhadap korupsi di Indonesia disebabkan karena
belum jelasnya definisi dan batasan korupsi. Sebelum dibentuknya KPK dan
dikeluarkannyaperaturan tentang tindak pidana korupsi, masyarakat cenderung gamang
dalammemutuskan apakah hal yang dilakukannya tersebut adalah korupsi ataukah
bukan.Terutama hal-hal yang tidak secara langsung merugikan keuangan Negara.

Contoh : Gratifikasi dan Uang Terima Kasih


1. Prosedur dan mekanisme yang ada di pemerintahan yang bisa menjadi celahterjadinya
korupsi.
Kadang kala, prosedur yang diterapkan di pemerintah bisa menjadi celah terjadinya
korupsiitu sendiri. Hal ini terutama terjadi apabila prosedur tersebut kurang diawasi. Hal yang
lainadalah apabila terjadinya penumpukan wewenang pada satu bagian atau orang, yaitu
satubagian / orang melakukan fungsi pelaksanaan dan pengawasan sekaligus.

Misal : mark up dalam SPPD yang sistemnya reimbursement, Penumpukan wewenang


padasuatu kantor yang kekurangan orang, dimana satu orang memegang peranan
sebagaiPejabat Pembuat Komitmen dan Pengguna Kuasa Anggaran.
1. Kebijakan dan peraturan yang ada di pemerintahan yang bisa menjadi celahterjadinya
korupsi.
Kebijakan dan peraturan yang resmi pun kadang bisa menjadi celah terjadinya
korupsi.Terutama pembuatan kebijakan dan peraturan yang cenderung bersifat politis dan
saratakan kepentingan pihak-pihak tertentu. Hal ini disebabkan masih bobroknya mental
parapembuat peraturan atau kurang kompetennya pembuat aturan tersebut

Contoh:  RUU tentang Dana Aspirasi DPR sebesar 15 Milyar


Pemateri Ketiga : Khresna Bayu Sangka,SE,MM,Ph.D (dosen pendidikan ekonomi UNS)

Korupsi tampaknya telah menjadi budaya yang mendarah daging di negeri kita tercinta ini,
Indonesia. Sebagai negara yang menggunakan adat dan budaya ketimuran yang sangat
menjunjung tinggi nilai - nilai moralitas dan kejujuran, sangat miris rasanya bila mengetahui
bahwa negara ini menempati posisi 2 sebagai negara terkorup di Asia pasifik menurut survei
dari The World Justice Project. Sebelum kita membahas apa dampak korupsi, sebaiknya kita
bahas dulu apa itu korupsi. Menurut KBBI, korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Sementara dari arti
kebahasaan, korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Menurut penulis sendiri,
korupsi berarti seseorang yang menyalahkan wewenangnya untuk kepentingan diri sendiri
tetapi merugikan institusinya dan orang banyak.
Mengapa korupsi dapat tumbuh subur di Indonesia? Ada banyak penyebabnya.
Kepercayaan masyarakat yang semakin berkurang dapat membuat masyarakat menjadi
marah. Kita bisa lihat contoh di Tunisia, Mesir dan Libya di mana kemarahan masyarakat
dapat menggulingkan pemerintah, mereka melakukan hal - hal tersebut utamanya karena
masalah ekonomi. Pada tahun 1998 pun kerusuhan yang ada di dipicu oleh masalah ekonomi,
yakni krisis moneter yang jika dikaji penyebabnya ialah karena masalah korupsi. Bukan hal
tersebut akan terulang jika korupsi masih merajalela dan pemerintah tidak menanggapi
masalah ini dengan serius.
Dari segi investor sendiri, dengan adanya korupsi di dalam tubuh pemerintah membuat
produsen harus mengeluarkan cost tambahan untuk menyelesaikan masalah birokrasi.
Bertambahnya cost ini tentunya akan merugikan mereka. Sementara bagi para investor asing,
mereka akan tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena masalah birokrasi yang
menjadi ladang korupsi ini dan beralih untuk berinvestasi di negara lain. Akan tetapi
pemerintah terlihat setengah-setengah untuk memberantas masalah korupsi. Bahkan, Presiden
SBY pun hanya bisa mengecam tindakan orang yang merampok uang negara sebesar Rp 103
T. Tidak ada yang bisa pemerintah lakukan terhadap hal tersebut. Kita bisa melihat bahwa
tidak ada Undang - Undang yang memberatkan para koruptor. Penegakan hukum terhadap
para koruptor juga sengat lemah. Sampai saat ini tidak ada satu pun koruptor yang menerima
hukuman berat. Sebagian besar koruptor hanya mendapatkan hukuman penjara yang tidak
sebanding dengan apa yang telah mereka curi. Di dalam penjara pun mereka juga
mendapatkan fasilitas yang berbeda dengan tahanan lain, fasilitas yang lebih mewah.

Anda mungkin juga menyukai