Anda di halaman 1dari 9

RESUME

BAB I TENTANG “KORUPSI DAN INTEGRITAS”

DISUSUN OLEH:

NAMA : GUSTRIA SALSABILA

NIM : 01.21.0076

TINGKAT : 2B

DOSEN PEMBIMBING:

PELDA AHMAD BADARUDDIN, S.Pd.,M.Si

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/ SRIWIJAYA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KORUPSI DAN INTEGRITAS

A. Korupsi dan Perilaku Koruptif


1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu Corruptus dan Corruption, artinya
buruk, bejad, menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah.
Dalam Black Law Dictionary di modul Tindak Pidana Korupsi KPK, Korupsi
adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sebuah maksud untuk
mendapatkan beberapa keuntungan yang bertentangan dengan tugas resmi dan
kebenarankebenaran lainnya "sesuatu perbuatan dari suatu yang resmi atau
kepercayaan seseorang yang mana dengan melanggar hukum dan penuh kesalahan
memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain yang
bertentangan dengan tugas dan kebenarankebenaran lainnya.
Adapun beberapa pengertian korupsi menurut beberapa ahli, di antaranya:

a. Nurdjana (1990)

Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "corruptio", yang
berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama material, mental dan
hukum.

b. Juniadi Suwartojo (1997)

Korupsi adalah tingkah laku atau tindakan seseorang atau lebih yang melanggar
norma-norma yang berlaku dengan menggunakan dan/atau menyalahgunakan
kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan pungutan
penerimaan atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dilakukan pada
kegiatan penerimaan dan/atau pengeluaran uang atau kekayaan, penyimpanan
uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/atau jasa lainnya dengan tujuan
keuntungan pribadi atau golongannya sehing langsung atau tidak langsung
merugikan kepentingan dan/atau keuangan negara/masyarakat.

c. Haryatmoko

Korupsi adalah upaya menggunakan kemampuan campur tangan karena posisinya


untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan
demi kepentingan keuntungan dirinya.

d. Mubyarto

Korupsi adalah suatu masalah politik lebih daripada ekonomi yang menyentuh
keabsahan atau legitimasi pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik,
dan para pegawai pada umumnya. Akibat yang akan ditimbulkan dari korupsi ini
yakni berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat
provinsi dan kabupaten.

e. Syed Hussein Alatas.

Korupsi adalah subordinasi kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi


yang mencakup pelanggaran norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang
diakukan dengan kerahasiaan, penghianatan, penipuan, dan kemasabodohan
dengan akibat yang diderita oleh rakyat.

f. Gunnar Myrdal.

Korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan


penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan
tindakan-tindakan penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan dalam
pemberantasan korupsi umumnya dijadikan pembenar utama terhadap KUP
Militer.

g. Robert Klitgaard.

Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, di mana untuk memperoleh keuntungan status atau
uang yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat, kelompok
sendiri, atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah
laku pribadi.

2. Perilaku Koruptif
a. Definisi dan Arti Perilaku Koruptif dalam Masyarakat
Koruptif adalah awal dari perpuatan korupsi yang Diwali oleh sikap
ketidak mampuan untuk berjuang melawan kezaliman sehingga menimbulkan
sikap pasrah terhadap perbuatan yang tidak baik. Perilaku koruptif Diwali
dengan perbuatan sederhana seperti memberi tips, menyontek dan lain
sebagainya. Koruptif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap
korupsi yaitu sikap takut berkorban dan menyebabkan mereka mudah
ditaklukkan oleh musuh atau orang lain5 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perilaku koruptif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap,
tindakan, dan pengetahuan seseorang yang menjebakkan dirinya pada kegiatan
korupsi. Dalam peraturan perundangundangan memang tidak ada rumusan
mengenai apa itu perilaku koruptif. Namun perilaku sehari-hari yang
merugikan orang lain diantaranya mencontek, plagiarisme, berbohong,
mencurangi, buang sampah sembarangan, memberi uang pelican dalam hal
pelayanan publik seperti KTP dan SIM, dan lain sebagainya dan perbuatan
tidak tepat waktu.
b. Perbedaan korupsi dan perilaku koruptif
Korupsi, kata ini banyak dikenal orang di media massa,
menggambarkan tindakan curang atau penggelapan uang negara. Jika tindak
pidana korupsi dilakukan oleh pejabat atau penyelenggara negara, ada perilaku
koruptif yang banyak dilakukan oleh masyarakat, termasuk barangkali kita
sendiri. Perbedaan kedua istilah ini, korupsi dan perilaku koruptif, dibahas
dalam perbincangan antara KPK dengan Direktorat Jenderal Perbendaraan
(DJPb) Kementerian Keuangan Sumatera Selatan pada Sabtu lalu. Soraya Sri
Angarawati, Spesialis Sosialisasi dan Kampanye Anti Korupsi KPK RI, dalam
kegiatan yang disiarkan live di Instagram DJPb Sumsel ini menjelaskan bahwa
korupsi dan perilaku koruptif secara bahasa memang mirip, tapi maknanya
sangat berbeda. 
"Kalau tindak pidana korupsi, maka kita berbicara UU Nomor 20
Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Korupsi adalah kejahatan yang merugikan keuangan negara," kata
Soraya. Soraya menjelaskan bahwa korupsi adalah tindakan merugikan
keuangan negara yang memiliki konsekuensi hukum jika dilakukan, yaitu
hukuman penjara dan/atau denda. Terdapat 30 jenis korupsi yang dijelaskan
dalam undang-undang, lalu dikerucutkan lagi menjadi tujuh jenis, yaitu
merugikan uang negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
gratifikasi. Salah satu dengan hukuman terberat adalah gratifikasi, atau
pemberian karena jabatan, yang terkadang tidak disadari banyak orang. Dalam
perbincangan tersebut, Soraya juga menjelaskan perbedaan antara gratifikasi,
suap, dan uang pelicin. "Jika menerima gratifikasi, lebih baik laporkan ke
UPG atau langsung ke KPK jika pemberian itu berhubungan dengan jabatan,"
ujar Soraya.
Perilaku koruptif memiliki makna hampir serupa namun sebagian
besarnya tidak memiliki konsekuensi hukum seperti tindak pidana korupsi.
Perilaku koruptif dapat diartikan sebagai kecurangan, ketidakjujuran,
ketidakdisiplinan, atau perbuatan-perbuatan buruk yang bertentangan dengan
peraturan dalam kehidupan keseharian.
"Perilaku koruptif misalnya tidak on-time, mencontek, dan perbuatan-
perbuatan tidak disiplin lainnya," kata Soraya dalam perbincangan menjelang
peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 9 Desember tersebut.
Memang terdengar sepele, namun perilaku koruptif jika tidak diatasi dapat
menjadi cikal bakal korupsi di masa mendatang. Hal ini terjadi ketika
seseorang mulai menganggap enteng pelanggaran. Ketiadaan pembiasaan baik
dan benteng moral yang kokoh inilah yang dapat membuat seseorang dengan
mudahnya melakukan korupsi. KPK, kata Soraya, menyadari bahwa tidak
semua masyarakat memahami perihal korupsi dan menyadari perilaku
koruptif. Untuk itulah KPK memiliki strategi Trisula Pemberantasan Korupsi,
yang tidak hanya memuat penindakan pelaku korupsi tetapi juga menyebarkan
pendidikan antikorupsi dan pencegahan dengan perbaikan sistem.
3. Bentuk-Bentuk Korupsi dan Perilaku Koruptif
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 dan perubahannya merumuskan 30
bentuk korupsi yang kemudian disederhanakan lagi menjadi 7 kelompok tindak
korupsi. Ketujuh tindak korupsi ini berhubungan dengan suap-menyuap, kerugian
keuangan negara, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan,
gratifikasi, dan benturan kepentingan dalam pengadaan.

1. Kerugian Keuangan Negara

Pelakunya melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau


korporasi secara melawan hukum dengan tujuan menguntungkan diri sendiri dan
juga menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada.
Contohnya seperti pegawai pemerintahan yang memanipulasi anggaran demi
mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Tindakan seperti ini dapat
merugikan keuangan negara karena anggaran program jauh lebih tinggi kenyataan
yang sebenarnya.

2. Suap Menyuap

Suap menyuap adalah menjanjikan atau memberi sesuatu kepada ASN,


hakim, advokat, penyelenggara negara agar si penerima mau berbuat sesuatu atau
tidak melakukan apapun dalam jabatannya. Tindak korupsi yang satu ini bisa
terjadi antar pegawai atau antara pihak luar dengan pegawai. Contoh suap antar
pegawai misalnya seperti memberikan barang demi kenaikan pangkat atau
jabatan. Sedangkan suap pihak luar dengan pegawai misalnya perusahaan swasta
memberikan sejumlah uang kepada pegawai pemerintah agar dipilih menjadi
tender.

3. Penggelapan Dalam Jabatan

Ini adalah tindakan dengan sengaja penggelapan uang, pemalsuan buku-


buku, surat berharga, atau daftar-daftar yang digunakan khusus untuk pemeriksaan
administrasi. Misalnya, seorang penegak hukum menghancurkan barang bukti
suap agar pelaku dapat terbebas dari hukuman.

4. Pemerasan

Pemerasan adalah tindakan pemaksaan yang dilakukan oleh seorang


pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan cara menyalahgunakan
kekuasaannya untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Pemaksaan ini
bisa dilakukan untuk memberikan sesuatu, menerima pembayaran dengan
potongan, membayar, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
Contohnya seperti seorang pegawai negeri yang bertugas membuat KTP meminta
tarif sebesar Rp50 ribu, padahal pemerintah tidak pernah meminta masyarakat
membayar untuk pembuatan KTP.
5. Perbuatan Curang

Perbuatan curang adalah tindakan yang sengaja dilakukan untuk


kepentingan pribadi dan dapat membahayakan orang lain. Contohnya seperti
pemborong atau penjual bahan bangunan melakukan perbuatan curang pada saat
membuat gedung pemerintahan. Perbuatan mereka ini dapat membahayakan
keamanan masyarakat atau barang-barang milik pemerintah.

6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Ini adalah tindakan dengan sengaja ikut serta dalam suatu kegiatan
pengadaan, pemborongan atau persewaan. Biasanya, ini sering dilakukan oleh
pegawai negeri atau penyelenggara yang bertugas mengurus atau mengawasi .
Contohnya seperti seorang pegawai pemerintahan yang mengikutsertakan
perusahaan keluarganya untuk menjadi memenangkan proses tender dalam
pengadaan alat tulis kantor.

7. Gratifikasi

Gratifikasi adalah pemberian barang kepada pegawai negeri atau


penyelenggara negara yang dianggap sebagai pemberian suap jika berhubungan
dengan jabatannya atau yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya. Contohnya
seperti seorang pengusaha yang memberikan sebuah mobil kepada Bupati dengan
tujuan untuk mendapatkan proyek dari Pemerintah Daerah setempat. Jika Bupati
tersebut tidak melaporkan hal ini kepada KPK maka akan dianggap sebagai suap.
Dalam prosesnya, pembuktian bahwa gratifikasi yang bernilai Rp 10 Juta atau
lebih bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi. Sedangkan
untuk barang yang bernilai kurang dari Rp10 juta, pembuktiannya dilakukan oleh
penuntut umum.

Selain bentuk korupsi yang sudah disebutkan di atas, menurut nominalnya,


korupsi juga bisa dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu:

1. Korupsi Gurem: nominalnya kurang dari Rp 10 juta


2. Korupsi Kecil: nominalnya mulai dari Rp 10 juta sampai kurang dari Rp 100
juta
3. Korupsi Sedang: nominalnya mulai dari Rp 100 juta sampai Rp 1 miliar.
4. Korupsi Besar: nominalnya mulai dari Rp 1 miliar sampai Rp 25 miliar
5. Korupsi Kakap: nominalnya lebih dari Rp 25 miliar

Adapun beberapa contoh perilaku koruptif korupsi mahasiswa:

1. Menyontek 
Kejujuran adalah salah satu nilai integritas yang harus dipegang teguh
untuk mencegah korupsi. Menyontek, jelas-jelas adalah kecurangan yang
mencederai nilai kejujuran. Bentuk lainnya adalah mencuri ide atau
menyontek tugas milik teman. Walau disadari perbuatan buruk, faktanya
masih ada saja mahasiswa yang menyontek. Alasannya seribu satu, mulai dari
tidak belajar, tidak punya waktu mengerjakan sendiri, hingga tidak percaya
diri. Apapun alasannya, menyontek tidak bisa dibenarkan.

2. Bolos kuliah dan titip absen


Ini sering sekali terjadi, tetapi sulit dihindari dan kebanyakan pelaku
melakukannya dengan sadar. Bahkan masalah titip absen juga dilakukan
dengan bersekongkol antar teman.  Alasan apapun itu, entah karena
kesetiakawanan atau balas budi, perilaku koruptif seperti ini tentu adalah
perbuatan tercela.

3. Selalu terlambat
Terlambat kadang tidak bisa dihindari, dan itu manusiawi. Bisa jadi
ada kepentingan mendesak atau hal lain yang membuat kita terlambat. Tapi
jika terjadi berkali-kali, maka ini patut dipertanyakan. Jika keterlambatan
sering terjadi karena kelalaian atau kemalasan, maka ini adalah bentuk
perilaku koruptif yaitu tidak disiplin. Sering terlambat juga menunjukkan
bahwa seseorang tidak bertanggung jawab atas kewajiban-kewajibannya, yaitu
datang tepat waktu.

4. Copy-paste tugas teman


Copy-paste atau plagiarisme adalah kegiatan mencatut karya orang lain
tanpa usaha dan kerja keras. Bagi mahasiswa, biasanya copy-paste dilakukan
karena malas mengerjakan tugas, atau agar tugas selesai dengan cepat.
Perilaku koruptif ini juga mencederai nilai kejujuran. Jika dianggap remeh,
maka akan terbawa hingga ke dunia kerja. Jika menemui kesulitan atau
kendala dengan tugas tersebut, mintalah bantuan teman atau dosen, bukan
dengan menyalin mentah-mentah pekerjaan orang lain.

5. Manipulasi laporan pertanggungjawaban (LPJ)


Korupsi bisa dilakukan mahasiswa dalam memanipulasi LPJ.
Manipulasi bisa berupa rekayasa nota pembelian barang hingga mark-up
harga. Tujuannya bisa jadi untuk mencari keuntungan pribadi dengan mencuri
uang yang diamanahkan kepadanya. Sudah tahu perilaku ini adalah bentuk
korupsi, tetapi tetap saja dilakukan. Perbuatan ini biasanya bermula dari sikap
egois dan materialistis.

6. Memberi hadiah untuk dosen


Memberikan hadiah kepada dosen adalah salah satu bentuk gratifikasi
yang dilakukan mahasiswa. Perbuatan ini terlarang karena berkaitan dengan
pekerjaan dosen sebagai pengajar di kampus. Kadang mahasiswa tidak
menyadari bahwa pemberian semacam ini adalah salah satu bentuk korupsi.
Memang terkesan tidak ada maksud apa-apa, namun gratifikasi mampu
membuat penerimanya merasa tidak enak hati sehingga akan condong kepada
pemberi. Hal ini tentu saja berpotensi memengaruhi kerja dosen sebagai
pengajar dan merugikan mahasiswa lainnya.
7. Memalsukan data beasiswa
Memalsukan data beasiswa adalah bentuk kecurangan yang menjurus
kepada korupsi. Di antara bentuknya adalah memalsukan nilai IPK dan
penghasilan orang tua, demi memenuhi persyaratan lolos beasiswa. Perilaku
ini menunjukkan bahwa pelakunya tidak berperilaku adil pada mereka yang
membutuhkan. Padahal masih banyak mahasiswa di luar sana yang lebih
membutuhkan.

B. Integritas
1. Pengertian Integritas
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dikutip dari laman resmi
Kemdikbud, integritas artinya mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan atau kejujuran.

Dilansir laman Pusat Edukasi Anti Korupsi oleh KPK, mengutip dari kamus
kompetensi perilaku KPK, pengertian integritas adalah bertindak secara konsisten
antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut
(nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat
atau nilai moral pribadi).

Dalam Modul Integritas Umum oleh KPK dijelaskan, integritas adalah


bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas
merupakan kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras
dengan hati nurani dan norma yang berlaku.

2. Ciri-Ciri Orang Berintegritas


Seorang yang memiliki integritas akan tercermin melalui perilaku atau tindakan
atau sikapnya. Hal ini dapat diketahui melalui karakteristik atau ciri-ciri tertentu.
Mengutip dari laman resmi Ditjen Keuangan, berikut ini ciri-ciri orang memiliki
integritas, antara lain:

a. Orang berintegritas memiliki sikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya.


b. Orang yang memiliki integritas bertindak transparan dan konsisten
c. Orang berintegritas menjaga martabat dan tidak melakukan hal-hal tercela
d. Orang yang memiliki integritas bertanggung jawab atas hasil kerja
e. Orang berintegritas memiliki sikap objektif.

3. Manfaat Integritas
Disebutkan dalam laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, ada
beberapa manfaat integritas. Berikut ini beberapa manfaat integritas untuk diketahui.
a. Manfaat integritas secara fisik: Integritas dapat membuat seseorang menjadi sehat
dan bugar. Dengan keadaan ini seseorang dapat melakukan aktivitas dan pekerjaannya
sehari-hari.
b. Manfaat integritas secara intelektual
Integritas dapat mengoptimalkan kinerja otak seseorang.
c. Manfaat integritas emosional: Integritas dapat membuat diri seseorang penuh
motivasi, empati, serta rasa solidaritas yang tinggi dalam interaksi bekerja.
d. Manfaat integritas spiritual: Integritas membuat seseorang menjadi lebih bijaksana
dalam mengartikan sesuatu, termasuk pengalaman hidupnya, seperti keberhasilan dan
kegagalan yang pernah dialaminya.
e. Manfaat integritas social: Integritas mampu mengembangkan hubungan antar
individu maupun lingkungan masyarakat, misalnya membuat seseorang mau
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas maupun kegiatan yang menuntut
kekompakan serta kerjasama yang baik.

Anda mungkin juga menyukai