DISUSUN OLEH:
NIM : 01.21.0076
TINGKAT : 2B
DOSEN PEMBIMBING:
a. Nurdjana (1990)
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu "corruptio", yang
berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama material, mental dan
hukum.
Korupsi adalah tingkah laku atau tindakan seseorang atau lebih yang melanggar
norma-norma yang berlaku dengan menggunakan dan/atau menyalahgunakan
kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan pungutan
penerimaan atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dilakukan pada
kegiatan penerimaan dan/atau pengeluaran uang atau kekayaan, penyimpanan
uang atau kekayaan serta dalam perizinan dan/atau jasa lainnya dengan tujuan
keuntungan pribadi atau golongannya sehing langsung atau tidak langsung
merugikan kepentingan dan/atau keuangan negara/masyarakat.
c. Haryatmoko
d. Mubyarto
Korupsi adalah suatu masalah politik lebih daripada ekonomi yang menyentuh
keabsahan atau legitimasi pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik,
dan para pegawai pada umumnya. Akibat yang akan ditimbulkan dari korupsi ini
yakni berkurangnya dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat
provinsi dan kabupaten.
f. Gunnar Myrdal.
g. Robert Klitgaard.
Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, di mana untuk memperoleh keuntungan status atau
uang yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga dekat, kelompok
sendiri, atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah
laku pribadi.
2. Perilaku Koruptif
a. Definisi dan Arti Perilaku Koruptif dalam Masyarakat
Koruptif adalah awal dari perpuatan korupsi yang Diwali oleh sikap
ketidak mampuan untuk berjuang melawan kezaliman sehingga menimbulkan
sikap pasrah terhadap perbuatan yang tidak baik. Perilaku koruptif Diwali
dengan perbuatan sederhana seperti memberi tips, menyontek dan lain
sebagainya. Koruptif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap
korupsi yaitu sikap takut berkorban dan menyebabkan mereka mudah
ditaklukkan oleh musuh atau orang lain5 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perilaku koruptif adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap,
tindakan, dan pengetahuan seseorang yang menjebakkan dirinya pada kegiatan
korupsi. Dalam peraturan perundangundangan memang tidak ada rumusan
mengenai apa itu perilaku koruptif. Namun perilaku sehari-hari yang
merugikan orang lain diantaranya mencontek, plagiarisme, berbohong,
mencurangi, buang sampah sembarangan, memberi uang pelican dalam hal
pelayanan publik seperti KTP dan SIM, dan lain sebagainya dan perbuatan
tidak tepat waktu.
b. Perbedaan korupsi dan perilaku koruptif
Korupsi, kata ini banyak dikenal orang di media massa,
menggambarkan tindakan curang atau penggelapan uang negara. Jika tindak
pidana korupsi dilakukan oleh pejabat atau penyelenggara negara, ada perilaku
koruptif yang banyak dilakukan oleh masyarakat, termasuk barangkali kita
sendiri. Perbedaan kedua istilah ini, korupsi dan perilaku koruptif, dibahas
dalam perbincangan antara KPK dengan Direktorat Jenderal Perbendaraan
(DJPb) Kementerian Keuangan Sumatera Selatan pada Sabtu lalu. Soraya Sri
Angarawati, Spesialis Sosialisasi dan Kampanye Anti Korupsi KPK RI, dalam
kegiatan yang disiarkan live di Instagram DJPb Sumsel ini menjelaskan bahwa
korupsi dan perilaku koruptif secara bahasa memang mirip, tapi maknanya
sangat berbeda.
"Kalau tindak pidana korupsi, maka kita berbicara UU Nomor 20
Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Korupsi adalah kejahatan yang merugikan keuangan negara," kata
Soraya. Soraya menjelaskan bahwa korupsi adalah tindakan merugikan
keuangan negara yang memiliki konsekuensi hukum jika dilakukan, yaitu
hukuman penjara dan/atau denda. Terdapat 30 jenis korupsi yang dijelaskan
dalam undang-undang, lalu dikerucutkan lagi menjadi tujuh jenis, yaitu
merugikan uang negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan,
pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
gratifikasi. Salah satu dengan hukuman terberat adalah gratifikasi, atau
pemberian karena jabatan, yang terkadang tidak disadari banyak orang. Dalam
perbincangan tersebut, Soraya juga menjelaskan perbedaan antara gratifikasi,
suap, dan uang pelicin. "Jika menerima gratifikasi, lebih baik laporkan ke
UPG atau langsung ke KPK jika pemberian itu berhubungan dengan jabatan,"
ujar Soraya.
Perilaku koruptif memiliki makna hampir serupa namun sebagian
besarnya tidak memiliki konsekuensi hukum seperti tindak pidana korupsi.
Perilaku koruptif dapat diartikan sebagai kecurangan, ketidakjujuran,
ketidakdisiplinan, atau perbuatan-perbuatan buruk yang bertentangan dengan
peraturan dalam kehidupan keseharian.
"Perilaku koruptif misalnya tidak on-time, mencontek, dan perbuatan-
perbuatan tidak disiplin lainnya," kata Soraya dalam perbincangan menjelang
peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 9 Desember tersebut.
Memang terdengar sepele, namun perilaku koruptif jika tidak diatasi dapat
menjadi cikal bakal korupsi di masa mendatang. Hal ini terjadi ketika
seseorang mulai menganggap enteng pelanggaran. Ketiadaan pembiasaan baik
dan benteng moral yang kokoh inilah yang dapat membuat seseorang dengan
mudahnya melakukan korupsi. KPK, kata Soraya, menyadari bahwa tidak
semua masyarakat memahami perihal korupsi dan menyadari perilaku
koruptif. Untuk itulah KPK memiliki strategi Trisula Pemberantasan Korupsi,
yang tidak hanya memuat penindakan pelaku korupsi tetapi juga menyebarkan
pendidikan antikorupsi dan pencegahan dengan perbaikan sistem.
3. Bentuk-Bentuk Korupsi dan Perilaku Koruptif
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 dan perubahannya merumuskan 30
bentuk korupsi yang kemudian disederhanakan lagi menjadi 7 kelompok tindak
korupsi. Ketujuh tindak korupsi ini berhubungan dengan suap-menyuap, kerugian
keuangan negara, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan,
gratifikasi, dan benturan kepentingan dalam pengadaan.
2. Suap Menyuap
4. Pemerasan
Ini adalah tindakan dengan sengaja ikut serta dalam suatu kegiatan
pengadaan, pemborongan atau persewaan. Biasanya, ini sering dilakukan oleh
pegawai negeri atau penyelenggara yang bertugas mengurus atau mengawasi .
Contohnya seperti seorang pegawai pemerintahan yang mengikutsertakan
perusahaan keluarganya untuk menjadi memenangkan proses tender dalam
pengadaan alat tulis kantor.
7. Gratifikasi
1. Menyontek
Kejujuran adalah salah satu nilai integritas yang harus dipegang teguh
untuk mencegah korupsi. Menyontek, jelas-jelas adalah kecurangan yang
mencederai nilai kejujuran. Bentuk lainnya adalah mencuri ide atau
menyontek tugas milik teman. Walau disadari perbuatan buruk, faktanya
masih ada saja mahasiswa yang menyontek. Alasannya seribu satu, mulai dari
tidak belajar, tidak punya waktu mengerjakan sendiri, hingga tidak percaya
diri. Apapun alasannya, menyontek tidak bisa dibenarkan.
3. Selalu terlambat
Terlambat kadang tidak bisa dihindari, dan itu manusiawi. Bisa jadi
ada kepentingan mendesak atau hal lain yang membuat kita terlambat. Tapi
jika terjadi berkali-kali, maka ini patut dipertanyakan. Jika keterlambatan
sering terjadi karena kelalaian atau kemalasan, maka ini adalah bentuk
perilaku koruptif yaitu tidak disiplin. Sering terlambat juga menunjukkan
bahwa seseorang tidak bertanggung jawab atas kewajiban-kewajibannya, yaitu
datang tepat waktu.
B. Integritas
1. Pengertian Integritas
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dikutip dari laman resmi
Kemdikbud, integritas artinya mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan
yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan
kewibawaan atau kejujuran.
Dilansir laman Pusat Edukasi Anti Korupsi oleh KPK, mengutip dari kamus
kompetensi perilaku KPK, pengertian integritas adalah bertindak secara konsisten
antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut
(nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat
atau nilai moral pribadi).
3. Manfaat Integritas
Disebutkan dalam laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, ada
beberapa manfaat integritas. Berikut ini beberapa manfaat integritas untuk diketahui.
a. Manfaat integritas secara fisik: Integritas dapat membuat seseorang menjadi sehat
dan bugar. Dengan keadaan ini seseorang dapat melakukan aktivitas dan pekerjaannya
sehari-hari.
b. Manfaat integritas secara intelektual
Integritas dapat mengoptimalkan kinerja otak seseorang.
c. Manfaat integritas emosional: Integritas dapat membuat diri seseorang penuh
motivasi, empati, serta rasa solidaritas yang tinggi dalam interaksi bekerja.
d. Manfaat integritas spiritual: Integritas membuat seseorang menjadi lebih bijaksana
dalam mengartikan sesuatu, termasuk pengalaman hidupnya, seperti keberhasilan dan
kegagalan yang pernah dialaminya.
e. Manfaat integritas social: Integritas mampu mengembangkan hubungan antar
individu maupun lingkungan masyarakat, misalnya membuat seseorang mau
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas maupun kegiatan yang menuntut
kekompakan serta kerjasama yang baik.