(AMPUTASI)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
RIA DILA,S.Kep,Ns.M.Kes
ANGGOTA :
1. ANGGI AMELIANI
2. FUJA LAURA
3. NORA SINTIA
4. TARIZA AGUSTINA
Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang
menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh. Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan
cacat menetap. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa amputasi
adalah perlakuan berupa penghilangan seluruh atau sebagian ekstremitas atau sesuatu yang
menonjol yang mengakibatkan cacat menetap.
B. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
C. Patofisiologi
a. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme,maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah
sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien
sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus
posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.
c. Sistem respirasi
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif
kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapaiinspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan
metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme
padakeadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan
immobilisasi.
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu
pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
3. Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana arteriol dan
venulatungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi
sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi
menurun, jumlahdarah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darahmenurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur
serta dapat juga merasakan pingsan.
e. Sistem Muskuloskeletal
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan
nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
2. Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan.Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
3. Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan
gerak.
4. Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.
f. Sistem Pencernaan
1. Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori
yangmenyebabkan menurunnya nafsu makan.
2. Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
menjadikontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces
lebih keras dan orang sulit buang air besar.
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaansejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi dan pelvis renal banyak
menahanurine sehingga dapat menyebabkan :
- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
-Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat
menyebabkan ISK.
h. Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi kejaringan. Jika
hal inidibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkandan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
D. Manifestasi Klinis
b. Cyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang dekat
dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan keronitis.
g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.
E. komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahan dapat
terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi dapat
terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya
kontaminasi sertadapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi penggunaan protesis.
F. Penatalaksanaan Amputasi
1. Balutan Ringid Tertutup Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris
yang dipasang waktudikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harusimobilisasi atau tidak danpemasangan dilengkapi
tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering
digunakan untuk mendapatkan kompresiyang merata, menyangga jaringan lunak dan
mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur.Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan
bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut
dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati
jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segaradiganti.
2. Balutan lunak Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan
pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan
infeksi.
3. Balutan bertahap Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis.
Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa hari infeksi telah
terkontrol dan klien telah stabil,dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
4. Protesis Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat
dimulai.Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan klien
menggunakan protesissedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu
minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara
diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal. Pada
ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk
ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang
bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas Diri Klien Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
B . Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya yaitu klien mengatakan nyeri pada
luka, mengalami gangguan pada sirkulasi dan neurosensori, serta memiliki keterbatasan
dalam beraktivitas.
Riwayat Kesehatan Sekarang Kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangan
Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji apakah ada kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi,
trauma dan fraktur), kaji apakah ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit
jantung, penyakit gagal ginjal dan penyakit paru.
Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit yang sama, kaji apakah ada anggota keluarga yang merokok
ataupun menggunakan obat-obatan.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama, kaji
apakah ada anggota keluarga yang merokok ataupun menggunakan obat-obatan.
C.Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital
TD :normal (120/80mmHg)
Nadi :normal
Kepala
Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda iritasi
Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta pendarahan
Hidung
Inspeksi: Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi terhadap sesuatu
Mulut
Leher
Perkusi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau benjolan
Thorax / Paru
Kardiovaskuler
Perkusi : Tympani
Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.
D. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut
Definisi nyeri akut:
Pengalaman sesorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
Agen pencedra fisiologis (mis. Inflamasi iskemia, neoplasma)
Agenpencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, prosedur operasi, taruma, dll)
Subjektif :
mengeluh nyeri
Objektif:
Tampak meringis
Bersikap proaktif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif:-
Objektif:
Tekanan darah meningkat
Pola nafas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
Menarik diri
Berfokus pada diri sendiri
Diaforesisi
kondisi pembedahan
cidera traumatis
infeksi
sindrom koroner akut
glaukoma
2. Risiko jatuh
Definisi
Faktor resiko
2.Riwayat jatuh
9.Hipotensi ortosastik
11.Anemia
13.Gangguan pendengaran
14.Gangguan keseimbangan
15.Gangguan penglihatan
16.Neuropati
1.Osteoporosis
2.kejang
3. penyakit suprovaskuler
4.Katarak
5.Glaukoma
6.Demensia
7.Hipotensi
8.Amputasi
9.Intoksikasi
10.Preeklampsi
Penyebab
5.Transisi perkembangan
6.Gangguan psikososial
Subjektif
Objektif
Subjektif
Objektif
2.Amputasi
3.Jerawat
5.Obesitas
Intervensi keperawatan
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
Pasang handrail tempat tidur
Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
Tempatkan pasien beresiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
Gunakan alat bantu
berjalan(mis.kursi roda,walker)
Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkaun pasien
Edukasi
Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
Ajarkan cara menggunakan bel
memanggil untuk memanggil
perawat.
Terapeutik
Edukasi
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil
akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.