Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KMB II

(AMPUTASI)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

DOSEN PEMBIMBING: Ns. FERMATASARI,S.Kep,M.Kep

RIA DILA,S.Kep,Ns.M.Kes
ANGGOTA :

1. ANGGI AMELIANI

2. FUJA LAURA

3. NORA SINTIA

4. TARIZA AGUSTINA

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian

Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang
menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh. Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan
cacat menetap. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa amputasi
adalah perlakuan berupa penghilangan seluruh atau sebagian ekstremitas atau sesuatu yang
menonjol yang mengakibatkan cacat menetap.

B. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit

DM, Gangren,cedera, dan tumor ganas.

Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :

a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.

b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.

d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.

e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

f. Deformitas organ.

C. Patofisiologi

Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh


darah,cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus dilakukan karena
dapat mengancam jiwa manusia. Adapun pengaruhnya meliputi :

a. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada
fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan
kecepatan metabolisme basal.
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari
anabolisme,maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan
pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah
sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien
sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus
posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

c. Sistem respirasi

1. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif
kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapaiinspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

2. Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi
dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan
metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

3. Mekanisme batuk tidak efektif


4. Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga
sekresi mucus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu
gerakan siliaris normal.

d. Sistem Kardiovaskuler

1. Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme
padakeadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan
immobilisasi.

2. Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu
pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.
3. Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana arteriol dan
venulatungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi
sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi
menurun, jumlahdarah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke
otak dan tekanan darahmenurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur
serta dapat juga merasakan pingsan.

e. Sistem Muskuloskeletal

1. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan
nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa
metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

2. Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi
persarafan.Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

3. Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan
gerak.

4. Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan
anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.

f. Sistem Pencernaan

1. Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar
pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori
yangmenyebabkan menurunnya nafsu makan.
2. Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus
menjadikontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces
lebih keras dan orang sulit buang air besar.

g. Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam
keadaansejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi dan pelvis renal banyak
menahanurine sehingga dapat menyebabkan :

- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.

-Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat
menyebabkan ISK.

h. Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi kejaringan. Jika
hal inidibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan
dihilangkandan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

D. Manifestasi Klinis

a. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)

b. Cyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang dekat
dengan permukaan.

c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan keronitis.

d. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)

e. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)

f. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.

g. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.
E. komplikasi

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahan dapat
terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi dapat
terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya
kontaminasi sertadapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi penggunaan protesis.

F. Penatalaksanaan Amputasi

Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasidan


menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat.
padalansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk
danmasalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan
penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan
balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk
menghindari infeksi.

1. Balutan Ringid Tertutup Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris
yang dipasang waktudikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harusimobilisasi atau tidak danpemasangan dilengkapi
tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering
digunakan untuk mendapatkan kompresiyang merata, menyangga jaringan lunak dan
mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur.Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan
bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut
dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati
jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segaradiganti.

2. Balutan lunak Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan
pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan
infeksi.

3. Balutan bertahap Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis.
Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa hari infeksi telah
terkontrol dan klien telah stabil,dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.

4. Protesis Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat
dimulai.Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan klien
menggunakan protesissedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu
minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara
diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal. Pada
ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk
ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang
bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Identitas Diri Klien Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.

B . Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama

Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya yaitu klien mengatakan nyeri pada
luka, mengalami gangguan pada sirkulasi dan neurosensori, serta memiliki keterbatasan
dalam beraktivitas.

 Riwayat Kesehatan Sekarang Kita kaji kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab, gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara
penanggulangan
 Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji apakah ada kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi,
trauma dan fraktur), kaji apakah ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit
jantung, penyakit gagal ginjal dan penyakit paru.
 Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit yang sama, kaji apakah ada anggota keluarga yang merokok
ataupun menggunakan obat-obatan.
 Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama, kaji
apakah ada anggota keluarga yang merokok ataupun menggunakan obat-obatan.

C.Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum Klien

Tingkat kesadaran: composmentis

Berat badan : normal

Tinggi badan :normal

 Tanda-Tanda Vital

TD :normal (120/80mmHg)

Nadi :normal

RR :normal (18-24 x/i)


Suhu :normal (36-37c)

d. Pemeriksaan Head to Toe

 Kepala

Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala

Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi

 Mata

Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda iritasi

 Telinga

Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta pendarahan

 Hidung

Inspeksi: Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi terhadap sesuatu

 Mulut

Inspeksi : Kebersihan mulut,mukosa mulut,lidh,gigi dan tonsil

 Leher

Inspeksi: Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP

Perkusi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau benjolan

 Thorax / Paru

Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas

Palpasi : vocal remitus

Perkusi : Batas paru kanan dan kiri

Auskutasi : Suara nafas

 Kardiovaskuler

Inspeksi : Ictus cordis

Palpasi :Ictus cordis

Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri

Auskultasi : Batas jantung I dan II


 Abdomen

Inspeksi : Asites atau tidak

Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Bising usus

 Kulit

Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.

D. Diagnosis keperawatan

1. Nyeri akut
Definisi nyeri akut:
Pengalaman sesorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab :
 Agen pencedra fisiologis (mis. Inflamasi iskemia, neoplasma)
 Agenpencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
 Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, prosedur operasi, taruma, dll)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif :
 mengeluh nyeri

Objektif:
 Tampak meringis
 Bersikap proaktif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
Gejala dan tanda minor

Subjektif:-

Objektif:
 Tekanan darah meningkat
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesisi

Kondisi klinis terkait

 kondisi pembedahan
 cidera traumatis
 infeksi
 sindrom koroner akut
 glaukoma

2. Risiko jatuh
Definisi

Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh

Faktor resiko

1.Usia kurang lebih 65 tahun (pada dewasa)atau 2 tahun (pada anak)

2.Riwayat jatuh

3.Anggota gerak bawah prostesis (buatan)

4.Penggunaan alat bantu berjalan

5.Penurunan tingkat kesadaran

6.Perubahan fungsi kongnitif

7.Lingkungan tidak aman(mis.licin,gelap,lingkunganasing)


8.Kondisi pasca operasi

9.Hipotensi ortosastik

10.Perubahan kadar glukosa darah

11.Anemia

12.Kekuatan otot menurun

13.Gangguan pendengaran

14.Gangguan keseimbangan

15.Gangguan penglihatan

16.Neuropati

17.Efek agen framakologis(mis.sedasi,alkohol,anastesi umum)

Kondisi klinis terkait

1.Osteoporosis
2.kejang
3. penyakit suprovaskuler
4.Katarak
5.Glaukoma
6.Demensia
7.Hipotensi
8.Amputasi
9.Intoksikasi
10.Preeklampsi

3.Gangguan citra tubuh


Definisi

Perubahan persepsi tentang penampilan,struktur dan fungsi fisik individu

Penyebab

1.Perubahan struktur/bentuk tubuh (mis.amputasi,trauma,luka bakar,obesitas,jerawat)

2.Perubahan fungsi tubuh (mis.proses penyakit,kehamilan,kelumpuhan)


3.Perubahan fungsi kognitif

4.Ketidaksesuaian budaya,keyakinan atau sistem nilai

5.Transisi perkembangan

6.Gangguan psikososial

7.Efek tindakan/pengobatan(mis.pembedahan,kemoterapi,terapi radiasi)

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1.Mengungkapakan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

Objektif

1.Kehilangan bagian tubuh

2.Fungsi/struktur tubuh berubah/hilang

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1.Tidak mau mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh

2.Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh

3.Mengungkapakan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain

4.Mengungkapakan perubahan gaya hidup

Objektif

1.Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan

2.Menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh

3.Fokus berlebihan pada perubahan tubuh

4.respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh

5.Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

6.Hubungan sosial beruba

Kondisi klinis terkait


1.Mastektomi

2.Amputasi

3.Jerawat

4.Perut atau luka bakar yang terlihat

5.Obesitas

6.Hiperpigmentasi pada kehamilan

8.Program terapi neoplasma

9.Alopecia chaemically induced

Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan 3x Menejemen nyeri


agen pencedera 24 jam maka diharapkan
fisik Tingkat nyeri menurun dengan Observasi
(I. 08238) kriteria hasil
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik,
2. Meringis menurun durasi, frekuensi, kualitas,
3. Sikap protektif intensitas nyeri
4. Gelisah menurun  Identifikasi skala nyeri
5. Kesulitan tidur  Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
6. Frekuensi nadi  Identifikasi faktor yang
membaik memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
atau dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab periode dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
2. Risiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 3x Pencegahan jatuh
24jam maka diharapkan Tindakan
tingkat jatuh menurun dengan Observasi
kriteria hasil:  Identifikasi faktor risiko
1. Jatuh dari tempat tidur jatuh(mis.usia>65tahun,penuru
menurun nan tingkat kesadaran defisit
2. Jatuh saat berdiri kognitif hipotensi
menurun ortostatik ,gangguan
3. Jatuh saat duduk keseimbangan,gangguan
menurun penglihatan,neuropati)
4. Jatuh saat berjalan  Identifikasi risiko jatuh
menurun setidaknya sekali setiap shif
atau sesuai dengan kebijakan
institusi
 Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko
jatuh(mis.lantai
licin,penerangan kurang)
 Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala(mis.fall
morse scale,humpty dumpty,
scale),jika perlu
 Monitor kemamouan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya

Terapeutik
 Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
 Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
 Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
 Tempatkan pasien beresiko
tinggi jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari nurse
station
 Gunakan alat bantu
berjalan(mis.kursi roda,walker)
 Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkaun pasien

Edukasi
 Anjurkan memanggil perawat
jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
 Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak
kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
 Ajarkan cara menggunakan bel
memanggil untuk memanggil
perawat.

3. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh


tubuh b.d keperawatan 3x 24 jam maka
perubahan atau diharapkan citra tubuh Observasi
bentuk tubuh meningkat dengan kriteria
hasil:  Identifikasi harapan citra tubuh
1. Melihat bagian tubuh berdasarkan tahap
membaik perkembangan
2. Menyentuh bagian  Identifikasi budaya, agama, jenis
tubuh membaik kelamin, dan umur terkait citra
3. Verbalisasi kecacatan tubuh
bagian tubuh membaik  Identifikasi perubahan citra
4. Verbalisasi kehilangan tubuh yang mengakibatkan
bagian tubuh membaik isolasi sosial
 Monitor frekuensi pernyataan
kritik terhadap diri sendiri
 Monitor apakah pasien bisa
melihat bagian tubuh yang
berubah

Terapeutik

 Diskusikan perubahan tubuh


dan fungsinya
 Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap harga
diri
 Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan dan
penuaan
 Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis.
luka penyakit, pembedahan)
 Diskusikan cara
mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
 Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan
citra tubuh

Edukasi

 Jelaskan kepada keluarga


tentang perawatan perubahan
citra tubuh
 Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
 Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis. pakaian, wig,
kosmetik)
 Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung (mis. kelompok
sebaya)
 Latih fungsi tubuh yang dimiliki
 Latih peningkatan penampilan
diri (mis. berdandan)
 Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok

Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil
akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai