LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
SEMARANG
2018
A. PENGERTIAN
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha)
dan embel – embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan.
(kedaruratan medik. 2009)
Amputasi adalah pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma,
penyakit, tumor atau anomaly kongenital; terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki
kembali untuk memudahkan penyembuhan dan penggunaan peralatan protetik
(Standart Perawatan Pasien Vol. 3. 2008)
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh.
Untuk amputasi tertutup, dokter bedah menutup luka dengan klap kulit yang terbuat
dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih pendek dari pada kulit dan otot.
B. ETIOLOGI
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,
Gangren, cedera, dan tumor ganas. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
C. PATHOFISIOLOGI
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua
metode :
1. Metode terbuka (guillotine)
Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya
benar-benar terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup
setelah tidak terinfeksi.
Dalam kondisi tidur terlentang,renal pelvis ureter dan kandung kencing berada
dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi dan
pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan
nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan
akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk
meningkatkan suplai darah.
D. MANIFESTASI KLINIS
Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung
saraf yangdekat dengan permukaan.
Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau
aterom)
Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
PATHWAY
Dapat diperbaiki/
disembuhkan Iskemik
Terbentuknya Gangren
Nekrosis Defisit self care
mobilisasi
Kecacatan
E. KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.
Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi
masif. Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang
buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat
penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto rontgen : Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
Scan CT : Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis,
pembentukan hematoma
LED : Mengindikasikan respons inflamasi
Kultur luka : Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan
organisme penyebab.
Biopsy : Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna /
maligna.
G. PENATALAKSANAAN AMPUTASI
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit
yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka
karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan
penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid)
dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
a. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang
waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan
apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat
memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini
sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan
lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril dipasang
pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai
(punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan
memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh
darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri
berat atau gips mulai longgar harus segara diganti.
b. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpakompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat
dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka
untuk meminimalkan infeksi.
c. Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan
sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa hari
infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife dengan
penutupan kulit.
d. Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat
dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan klien
menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan
setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah
proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk
mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal
harus diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini
sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit
dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal
miolektrik dari otot biseps dan triseps.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
B. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh
klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan
amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi
tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
2. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot dan
pergerakan akibat gangren.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
d. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder
terhadap amputasi.
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah arteri/ vena
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan/anoreksia.
d. Resiko kerusakan Integritas kulit b.d adanya dekubitus akibat tirah baring
lama.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tirah
baring lama post amputasi.
f. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, berdandan berhubungan
dengan kehilangan bagian tubuh
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota
badan akibat amputasi.
D. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
1. Nyeri (akut) Setelah dilakukan Mandiri
berhubungan dengan asuhan keperawatan
1. Catat lokasi, frekwensi dan intensitas
cedera fisik/jaringan selama 3x24 jam nyeri (skala 0-10). Amati perubahan
dan trauma saraf. pasien dapat karakteristik nyeri, misalnya kebas dan
mentoleransi nyeri kesemutan.
dan nyeri berkurang.
2. Tinggikan bagian yang sakit dengan
Dengan kriteria hasil: meninggikan tempat tidur atau
-Px. Tampak rileks bantalguling sebagai penyangga.
Nadi: 60-100x/mnt 3. Tingkatkan kenyamanan klien (rubah
RR:16-24x/mnt posisi sesering mungkin, dan beri
TD:120/80mmHg pijatan punggung). Dotong penggunaan
Skala nyeri berkurang teknik manajemen stres (napas dalam,
0-2. visualisasi).
4. Berikan pijatan lembut pada sisa
tungkai (puntung) sesuai toleransi bila
balutan telah dilepas.
5. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
Post Operasi
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
1. Gangguan rasa Setelah 1. Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi
nyaman:Nyeri dilakukanasuhan
berhubungan dengan keperawatan selama panthom limb atau dari luka insisi. Bila
insisi bedah sekunder 3x24 jam pasien dapat terjadi nyeri panthom limb
terhadap amputasi. mentoleransi nyeri2. Ajarkan klien memberikan tekanan
dan nyeri berkurang. lembut dengan menempatkan puntung
Dengan kriteria hasil: pada handuk dan menarik handuk
-Px. Tampak rileks dengan berlahan.
Nadi: 60-100x/mnt 3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi untuk
RR:16-24x/mnt menanggulangi nyeri.
TD:120/80mmHg 4. Beri analgesic
Skala nyeri berkurang ( kolaboratif )
0-2.
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan
1. Pantau tanda vital, palpasi nadi
perubahan perfusi asuhan keperawatan perifer, perhatikan kekuatan dan
jaringan perifer selama 1x24 jam kesamaan.
berhubungan dengan menunjukkan perfusi
2. Lakukan pengkajian neurovascular
penurunan aliran jaringan yang baik periodic misalnya sensasi, gerakan,
darah arteri/ vena dengan kriteria hasil: nadi, warna kulit dan suhu.
Sianosis (-) 3. Inspeksi balutan/drainase, perhatikan
Suhu ekstermitas jumlah dan karakteristik balutan.
hangat 4. Berikan tekanan langsung pada sisi
Denyut proksimal perdarahan, bila terjadi perdarahan
dan perifer distal kuat segera hubungi dokter.
N: 60-100x/mnt 5. Evaluasi tungkai bawah yang tidak
Warna kulit dioperasi dari adanya inflamasi
normal. 6. Kolaborasi
Berikan cairan IV/darah sesuai order
Gunakan kaoskaki antiembolitik untuk
kaki yang tidak dioperasi.
Pantau pemeriksaan laboratorium :
Hb/Ht
Pt/APTT.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara ( 2009), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia,
EGC: Jakarta.
Wilkinson, Judith.M. 2007. Buku saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan