Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN AMPUTASI

A. DEFINISI
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan embel – embel
tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan. (kedaruratan medik. 2000)Amputasi adalah
pengangkatan melalui pembedahan kaki karena trauma, penyakit, tumoratau anomaly kongenital;
terkelupasnya kulit secara umum diperbaiki kembali untukmemudahkan penyembuhan dan
penggunaan peralatan protetik (Standart Perawatan Pasien Vol.3. 1998)Amputasi adalah tindakan
pembedahan dengan membuang bagian tubuh. Untuk amputasitertutup, dokter bedah menutup luka
dengan klap kulit yang terbuat dengan memotong tulangkira-kira dua inci lebih pendek dari pada
kulit dan otot.
B. ETIOLOGI
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,Gangren, cedera, dan
tumor ganas. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :a.
 
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki. b.
 
Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.c.
 
Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.d.
 
Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.e.
 
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.f.
 
Deformitas organ.
C.
 
PATOFISIOLOGI
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh dengan dua metode :1.
 
Metode terbuka (guillotine)Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.
Bentuknya benar- benar terbuka dan di pasang drainase agar luka bersih dan luka dapat ditutup setelah
tidakterinfeksi.

2.
 
Metode tertutup (flap amputasi)Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada
daerah yang diamputasi, tidak semua amputasi di operasi dengan terencana, klasifikasi yang ada
karenatrauma amputasi.Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh
darah,cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus dilakukan karena dapatmengancam
jiwa manusia. Adapun pengaruhnya meliputi :a.
 
Kecepatan metabolismJika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan
padafungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkankecepatan
metabolisme basal. b.
 
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitAdanya penurunan serum protein tubuh akibat proses
katabolisme lebih besar darianabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal
inimenyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagiantubuh yang
rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkansumber stressor bagi klien sehingga
menyebabkan kecemasan yang akan memberikanrangsangan ke hypotalamus posterior untuk
menghambat pengeluaran ADH, sehinggaterjadi peningkatan diuresis.c.
 
Sistem respirasi1.
 
Penurunan kapasitas paruPada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot
intercostarelatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal danekspirasi
paksa.2.
 
Perubahan perfusi setempatDalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio
ventilasidengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatanmetabolisme
(karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

3.
 
Mekanisme batuk tidak efektifAkibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan
sehingga sekresimukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan
siliarisnormal.d.
 
Sistem Kardiovaskuler1.
 
Peningkatan denyut nadiTerjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan
mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien denganimmobilisasi
.2.
 
Penurunan cardiac reserveDibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.3.
 
Orthostatik HipotensiPada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana arteriol dan
venulatungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksisehingga
darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasimenurun, jumlah darah ke
ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi keotak dan tekanan darah menurun,
akibatnya klien merasakan pusing pada saat banguntidur serta dapat juga merasakan pingsan.e.
 
Sistem Muskuloskeletal1.
 
Penurunan kekuatan ototDengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan
suplai O
2
 dannutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisametabolisme akan
terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.2.
 
Atropi ototKarena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan
fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.3.
 
Kontraktur sendiKombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasangerak.

 
 
4.
 
OsteoporosisTerjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik
dananorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.f.
 
Sistem Pencernaan1.
 
AnoreksiaAkibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi
kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori
yangmenyebabkan menurunnya nafsu makan.2.
 
KonstipasiMeningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anusmenjadi
kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeceslebih keras dan orang sulit
buang air besar.g.
 
Sistem perkemihanDalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing beradadalam
keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi dan pelvisrenal banyak menahan
urine sehingga dapat menyebabkan :

 
Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.

 
Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kumandan dapat menyebabkan
ISK.h.
 
Sistem integumenTirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokongakan
tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini
dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit
dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
D.
 
MANIFESTASI KLINIS
a)
 
Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah) b)
 
 Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung sarafyangdekat dengan permukaan.

 
 
c)
 
Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosadengankeronitis.d)
 
Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)e)
 
Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)f)
 
Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.g)
 
Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
E.
 
JENIS- JENIS AMPUTASI
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :a.
 
Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yangterdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah
satu tindakan alternatif terakhir. b.
 
Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat traumadan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisilokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.c.
 
Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti padatrauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.Jenis amputasi yang dikenal adalah :a.
 
Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang beratdimana pemotongan pada
tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasiterbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka
perang atau infeksi beratantara lain gangrene, dibuat sayatan dikulit secara sirkuler sedangkan
ototdipotong sedikit proximal dari sayatan kulit dan digergaji sedikit proximal dariotot. b.
 
Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebihmemungkinkan dimana dibuat
skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat denganmemotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah
potongan otot dan tulang. Setelahdilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi
perawatanluka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegahkontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan

 
 
 protese ( mungkin ). Amputasi tertutup dibuat flap kulit yang direncanakan luasdan bentuknya secara
teliti untuk memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas pembedahan
F.
 
TINGKATAN AMPUTASI
a.
 
Estremitas atas. Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kananatau kiri. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum,mandi, berpakaian danaktivitas yang lainnya yang
melibatkan tangan. Ekstremitasatas, terdiri dari : telapak, pergelangan tangan, lengan bawah, siku dan
lenganatas.
 
 b.
 
Ekstremitas bawah. Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atausebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan penurunan seminimal mungkinkemampuannya. Ekstremitas bawah terdiri dari : jari
kaki dan kaki, proksimalsendi pergelangan kaki, tungkai bawah, tungkai atas, sendi panggul,
lutut,hemipeivektomi. Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagimenjadi dua letak
amputasi yaitu :
 
1)
 
Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode padaamputasi jenis ini yaitu amputasi
pada nonischemic limbdan inschemiclimb.2)
 
Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhantertinggi pada pasien dengan penyakit
vaskuler perifer.
 
c.
 
 Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bilatidak berhasil dilakukan
reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
 
d.
 
Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stumpamputasi serta melakukan
latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendikarena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di
gerakkan.
 
e.
 
 Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendahsehinggamelengket dengan kulit
ujung stump. Hal ini dapat dicegah denganmemotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam
di dalam otot.
 

 
 
f.
 
Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masihutuhnya ekstremitas tersebut
disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara
kombinasi.
 G.
 
KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahandapat terjadi akibat
pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksidapat terjadi pada semua
pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanyakontaminasi serta dapat terjadi kerusakan
kulit akibat penyembuhan luka yang buruk daniritasi penggunaan protesis.
H.
 
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 
Foto rontgen : Mengidentifikasi abnormalitas tulang.
 

 
Scan CT : Mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, pembentukan hematoma
 

 
LED : Mengindikasikan respons inflamasi
 

 
Kultur luka : Mengidentifikasi adanya luka / infeksi dan organisme penyebab.
 

 
Biopsy : Mengkonfirmasikan diagnosa masa benigna / maligna.
 I.
 
PENATALAKSANAAN AMPUTASI
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasidan menghasilkan sisa tungkai
(puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang
sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang burukdan
masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan
dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan
kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untukmenghindari infeksi.
 
a.
 
Balutan rigid tertutupBalutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang
waktudikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan apakah

 
 
 penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasangekstensi prosthesis
sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering digunakanuntuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak danmengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril
dipasang pada sisi sterildan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting)
kemudiandibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yangmerata. Hati-
hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14hari. Bila terjadi peningkatan
suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harussegara diganti. b.
 
Balutan lunakBalutan lunak dengan atau tanpakompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan
. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untukmeminimalkan infeksi.c.
 
Amputasi bertahapAmputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukanamputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Lukadidebridemen
dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa hari infeksi telahterkontrol dank lien telah stabil,
dilakukan amputasi definitife dengan penutupankulit.d.
 
ProtesisKadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapatdimulai.
Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan klienmenggunakan protesis sedini
mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikansetelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk
penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan
untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi,tem
asuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapatdicapai. Sebaliknya
untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengantangan miolektrik canggih yang bekerja atas
sinyal miolektrik dari otot biseps dantriseps.

 
 
ASUHAN KEPERAWATANI.
 
PENGKAJIAN
 
a.
 
Pengumpulan Data
1.
 
Identitas KlienMeliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, no
registerdan tanggal MRS.2.
 
Keluhan UtamaBiasanya px mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op apabila digerakkan.3.
 
Riwayat Penyakit Dahulu.Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang apa pernah
mengalami tindakanoperasi apa tidak.4.
 
Riwayat Penyakit Sekarang.Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.5.
 
Riwayat Penyakit Keluarga.Didalam anggota keluara tidak / ada yang pernah mengalami penyakit
fraktur / penyakit menular.
b.
 
Pola
 – 
 Pola Fungsi
1.
 
Aktivitas/IstirahatGejala : keterbatasan actual atau antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi/amputasi2.
 
Integritas egoTanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri, keceriaan berdayaGejala :
masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situasi financial, reaksi orang lain perasaan putus asa,
tidak berdaya.3.
 
SeksualitasGejala : masalah tentang keintiman hubungan4.
 
Interaksi socialGejala : masalah hubungan dengan penyakit atau kondisi..

 
 
A.
 
Pengkajian Riwayat Kesehatan.
Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapatmempengaruhi resiko
pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaanrokok
dan obat-obatan.
B.
 
Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh kliensecara utuh untuk
kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakanamputasi merupakan tindakan
terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisitubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/
tindakan darurat.
 
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :SISTEM TUBUH KEGIATANIntegumen :Kulit secara
umum.Lokasi amputasiMengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkathidrasi.Lokasi amputasi
mungkin mengalami keradangan akutatau kondisi semakin buruk, perdarahan atau
kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasiterhadap terjadinya stasis vena atau
gangguan venusreturn.Sistem Cardiovaskuler :Cardiac reservePembuluh darahMengkaji tingkat aktivitas
harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikatorfungsi
jantung.Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaianterhadap elastisitas pembuluh
darah.Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilaiadanya sianosis, riwayat
gangguan nafas.Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.Menkaji adanya perubahan warna, BJ
urine.Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

 
 
Memonitor intake dan output cairan.Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.Mengkaji
sistem persyarafan, khususnya sistem motorikdan sensorik daerah yang akan
diamputasi.Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
C.
 
Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada
kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klienmelalui
penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien padaamputasi dan dampak
amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibatoperasi itu sendiri. Disamping itu juga
dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasiterhadap nyeri yang mungkin timbul.
 
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikantingkat persepsi klien
terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan
meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standaryang
dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran
dan gangguan identitas.
 
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-
sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan kopingkonstruktif.
 
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguanfungsi jantung dan
sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siapuntuk menjalani operasi
amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik
bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawatuntuk melakukan tindakan intervensi dalam
mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
D.
 
Diagnosa Keperawatan
 

 
Pre Operasi
 

 
 
a.
 
 Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma saraf. b.
 
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot dan pergerakanakibat gangren.c.
 
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.d.
 
Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilanganakibat amputasi.

 
Post Operasi
 a.
 
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadapamputasi. b.
 
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunanaliran darah arteri/
venac.
 
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan/anoreksia.d.
 
Resiko kerusakan Integritas kulit b.d adanya dekubitus akibat tirah baring lama.e.
 
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat tirah baringlama post amputasi.f.
 
Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, berdandan berhubungan dengankehilangan bagian
tubuhg.
 
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan akibatamputasi.
E.
 
Intervensi Keperawatan
 

 
Pre Operasi
  No. Analisa Data Diagnosa keperawatan NOC NIC1. Ds:Pasien mengatakannyeri pada
daerahluka.Do:Wajah meringis Nadi: 120x/mntRR: 25x/mnt Nyeri (akut) berhubungan dengancedera
fisik/jaringandan trauma saraf.Setelah dilakukanasuhan keperawatanselama 3x24
jam pasien dapatmentoleransi nyeridan nyeri berkurang.Dengan kriteria hasil:-Px. Tampak
rileksMandiriCatat lokasi,frekwensi danintensitas nyeri (skala0-10). Amati perubahankarakteristik
nyeri,misalnya kebas dan

 
 
TD: 170/90mmHg Nadi: 60-100x/mntRR:16-24x/mntTD:120/80mmHgSkala nyeri berkurang0-
2.kesemutan.Tinggikan bagianyang sakit denganmeninggikan tempattidur atau bantalgulingsebagai
penyangga.Tingkatkankenyamanan klien(rubah posisi seseringmungkin, dan
beri pijatan punggung).Dotong penggunaanteknik manajemenstres (napas dalam,visualisasi).Berikan
pijatanlembut pada sisatungkai (puntung)sesuai toleransi bila balutan telah dilepas.Kolaborasi
dalam pemberian analgetik2. Data Subjetif: pasien seringmenanyakantentang prosedurtindakan yang
akandilakukan.Data Objektif:nadi: 120x/mntKecemasan berhubungan dengankurang pengetahuantentang
kegiatan perioperatif.Setelah dilakukantindakan keperawatanselama 3 jam pasienmampu
mengontroltingkat ansietasnyaserta
mampumengkomunikasikan perasaan negatifnya. Memberikan bantuansecara fisik
dan psikologis,memberikandukungan moral.. Menerangkan proseduroperasidengan sebaik-

 
 
RR: 25x/mntTD:170/90mmHgTampak bingungdengan tepat. DenganKH: Nadi: 60-100x/mntRR:16-
24x/mntTD:120/80mmHgPasien tampak rileks baiknya.. Mengatur waktukhusus dengan klienuntuk
berdiskusitentang kecemasanklien.. Bina hubungan saling percaya dengan pasiendan keluarga
pasien.. Kolaborasi: beri obatuntuk mengurangiansietas sesuaikebutuhan3. Ds: -Do: wajah pasientampak
murung.Pasien tidak inginmelihat tubuh yangtelah di amputasi.Berdukayang antisipasi(anticipated
griefing) berhubungan dengankehilangan akibatamputasi.Setelah dilakukanasuhan keperawatanselama
1x24 jam klienmampumendemontrasikankesadaran akandampak
pembedahan pada citra diri denganKH:Pasien menyadaridanmenerima kondisitubuhnya saat ini, pasien
tampak tenang.. Anjurkan klien untukmengekspresikan perasaan tentangdampak pembedahan pada gaya
hidup.. Berikan informasiyang adekuat danrasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan
amputasi.. Beri informasi bahwaamputasi merupakantindakan untukmemperbaiki kondisiklien dan
merupakanlangkah awal untukmenghindariketidakmampuan atau
 
 
kondisi yang lebih parah.. Fasilitasi untuk bertemu dengan orangdengan amputasi yangtelah berhasil
dalam penerimaan terhadapsituasi amputasi.

 
Post Operasi
  No. Analisa Data Diagnosa keperawatan NOC NIC1. Ds: Pasienmengatakan
nyeri pada bagian tubuhyang diamputasi.Do:Wajah meringisnadi: 120x/mntRR: 25x/mntTD:
170/90mmHgGangguan rasanyaman:Nyeri berhubungan denganinsisi bedah sekunderterhadap
amputasi.Setelahdilakukanasuhankeperawatan selama3x24 jam pasien dapatmentoleransi nyeridan nyeri
berkurang.Dengan kriteria hasil:-Px. Tampak rileks Nadi:
60-100x/mntRR:16-24x/mntTD:120/80mmHgSkala nyeri berkurang0-
2.. Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb ataudari luka insisi. Bilaterjadi nyeri
panthomlimb. Ajarkan klienmemberikan tekananlembut denganmenempatkan
puntung pada handuk danmenarik handukdengan berlahan.. Ajarkan teknikdistraksi relaksasiuntuk
menanggulanginyeri.. Beri analgesic( kolaboratif )2. Ds: - Resiko tinggi Setelah dilakukan Pantau tanda v
ital,

 
 
Do:Terdapat sianosisSuhu EkstremitasdinginDenyut proksimaldan perifer distallemah N: 50x/mntWarna
kulit pucat perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan alirandarah arteri/
venaasuhan keperawatanselama 1x24 jammenunjukkan perfusi jaringan yang baikdengan kriteria
hasil:Sianosis (-)Suhu ekstermitashangatDenyut proksimaldan perifer distal kuat N: 60-100x/mntWarna
kulitnormal. palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatandan kesamaan.Lakukan pengkajianneurovascular
periodicmisalnya sensasi,gerakan, nadi, warnakulit dan
suhu.Inspeksi balutan/drainase, perhatikan jumlah dankarakteristik balutan.Berikan tekananlangsung pada
sisi perdarahan, bilaterjadi perdarahansegera hubungi dokter.Evaluasi tungkai bawah yang tidakdioperasi
dari adanyainflamasiKolaborasiBerikan cairanIV/darah sesuai orderGunakan kaoskakiantiembolitik
untukkaki yang tidakdioperasi.Pantau pemeriksaanlaboratorium :Hb/Ht

 
 
Pt/APTT.3. Ds: pasienmengatakan adanyasensasi rasa pahit dilidahnyaDo:-adanya sisamakanan di
piring pasien-Bising usushiperaktif-konjungtiva danmukosa pucatMenolak untukmakanPerubahan
nutrisikurang dari kebutuhantubuh b.d penurunannafsumakan/anoreksia.Setelah dilakukanasuhan
keperawatanselama 3x24 jamkebutuhan nutrisi pasien terpenuhidengan kriteria hasil:-rasa pahit di
lidah(-)-sisa makanan (-)-Bising Usus (-)-Konjungtiva danmukosa berwarnamerahmuda-
annoreksia(-). Berikan informasitentang kebutuhannutrisi dan bagaimanacara
memenuhinya. Berikan asupanmakanan dalam porsisedikit tapi sering. Beri asupan makanantinggi kalori
tinggi protein. Kolaborasi denganahli gizi dalammenentukankebutuhan nutrisi pasien untukmemenuhi
kebutuhannutrisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

 
 
Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
 – 
 Bedah, edisiIndonesia, EGC: Jakarta.

 
Wilkinson, Judith.M. 2006.
 Buku saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Edisi 7. EGC: Jakarta

 
Price, silvia A, and lorraine M. Wilson. 1995. patofisiologi : konsep klinis

Anda mungkin juga menyukai