Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP AMPUTASI ATAS LUTUT SINISTRA

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang diartikan “ pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala
kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau
merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi
(Daryadi, 2012).
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan
sistem kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi
klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
2. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh:
a. Iskemia, karena penyakit rekularisasi perifer, biasanya pada orangtua seperti pada
penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
b. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan
kelainan konginetal.
Faktor predisipasi terjadinya amputasi yaitu:
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
3. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner&Suddart, 2001),
dibedakan menjadi:
a. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
c. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindkaan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma
dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi, 2012) adalah:
a. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimanan
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
b. Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana
dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
lebih 5 cm dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan
pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka
operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah
kontraktur, memeprtahankan inteks jaringan dan persiapan untuk penggunaan
protese (mungkin). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada
klien sesuai dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Amputasi ekstermitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutus (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi
Bawah Lutut (BT) dan svme.
b. Amputasi ekstremitas Atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan amputasi Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi:
a. Amputasi Terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan
tulang dan jaringan otot pada tingkat yang samam. Pembuluh darah dikauterisasi
dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir.
b. Amputasi Tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit yang
dibuat memotong tulang kira-kira 2 inchi lebih pendek daripada kulit dan otot.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain:
a. Nyeri akut
b. Keterbatasan fisik
c. Pantom syndrom e
d. Perasaan tidak nyaman
e. Adanya perasaan tidak nyaman
f. Gangguan citra tubuh
5. Patofisiologi
Amputasi yang dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari
tubuh dengan metode:
a. Metode terbuka guilottone amputasi
Metode ini dilakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang atau berat
dimana pemotongan dilakukan pada tingkat yang sama bentuknya benar-benar
terbuka dan dipasang drainage agar luka dan luka dapat ditutup setelah infeksi.
b. Metode tertutup
Dilakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit tepi ditarik
atau dibuat skalfuntuk menutupi pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah
yang diamputasi.
6. Pemeriksaan diagnostik
Menurut (Daryadi, 2012), pemeriksaan diagnostik pada klien amputasi
meliputi:
a. Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang.
b. CT scan mengidentifikasi lesi neoplestik, ostemfelitis, pembentukan hematoma.
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial
penyembuhan jaringan setelah amputasi.
d. Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
e. Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna/maligna
f. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi.
g. Hitung darah lengkap/deferensial peninggian dan perpindahan ke kiri diduga
proses infeksi.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penanganan pasien dengan amputasi
yaitu:
a. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai
penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan data dan
faktor: peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai
kebutuhan protesis), status peredaran darah ekstremitas dievaluasi melalui
pemeriksaan fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat penting untuk
penyembuhan. floemetri dopler penentuan tekanan darah segmental dan tekanan
parsial oksigen perkuatan (paO2), merupakan uji yang sangat berguna angiografi
dilakukan bila refaskulrisasi kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah mempertahankan sebanyak mungkin tujuan
ekstremitas konsisten dengan pembasmian proses penyakit. Mempertahankan
lutut dan siku adalah pilihan yang diinginkan. Hampir pada semua tingkat
amputasu dapat dipasangi prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardiovaskuler yang ditimbulkan akan
meningkatkan dan menggunakan kursi roda ke prostesi maka pemantauan
kardiovaskuler dan nutrisi yang kuat sangat penting sehingga batas fisiologis dan
kebutuhan dapat seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi sisa
tungkai puntung yang tidak nyeri tekan dan kulit sehat untuk penggunaan
prostesis, lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan luka karena
nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan sisa amputasi yaitu:
a. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan pemasangan perban
elastis harus hati-hati sampai kontraksi puntung di proksimalnya sehingga
distalnya iskemik.
b. Meninggikan puntung dengan mengangkat kaki jangan ditahan dengan bantal
sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha dan lutut.
c. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan puntung tetap dibalut
tekan, angkat jahitan hari ke 10 sampai 11.
d. Amputasi bawah lutut tidak boleh menggantung dipinggir tempat tidur atau
berbaring atau duduk lama dengan fleksi lama.
e. Amputasi diatas lutut jangan dipandang bantal diantara paha atau memberikan
abdukasi puntung, menggantung waktu jalan dengan kruk untuk mencegah
konstruktur lutut dan paha.
8. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan kerusakan kulit.
Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong dapat terjadi perdarahan masif.
Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk
atau konstaminasi luka setelah amputasi traumatika resiko infeksi meningkat
penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan
kerusakan kronik.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan , nama (inisial), nomor MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan amputasi keluhan utamanya yaitu klien
mengatakan nyeri pada luka, mengalami gangguan pada sirkulasi da
neurosensori, serta memiliki keterbatasan dalam beraktivitas.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji kapan timbulnya masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala (tiba-
tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggualangan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apa ada kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur0,
kaji apakah ada riwayat penyakit Diabetes Mellitus, penyakit janutng,
penyakit gagal ginjal dan penyakit paru.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang
sama, kaji apakah ada anggota keluarga yang merokok ataupun menggunakan
obat-obatan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Biasanya lemah
2) Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
3) Berat badan : Biasanya normal
4) Tinggi badan : Biasanya normal
5) TD : Biasanya normal (120/80 mmHg)
6) Nadi : Biasanya normal
7) RR : Biasanya normal ( 18-42 x/menit)
8) Suhu : Biasanya normal (36⁰C-37⁰C)
9) Kepala
Inspeksi : bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala.
Palpasi : adanya massa, benjolan ataupun lesi.
10) Mata
Inspeksi : sklera, conjungtiva, iris, kornea serta refleks pupil dan
tanda-tanda iritasi
11) Telinga
Inspeksi : daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya
serumen serta perdarahan.
12) Hidung
Inspeksi : lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman
serta alergi terhadap sesuatu.
13) Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil.
14) Leher
Inspeksi : kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP.
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya
massa atau benjolan.
15) Thorax
Inspeksi : bentuk thorax, pola nafas dan otor bantu nafas.
Palpasi : vocal remitus
Perkusi : batas paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara nafas
16) Kardiovaskuler
Inspeksi : ictus cordis
Palpasi : ictus cordis
Perkusi : tympani
Auskultasi : Bising usus
17) Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi
dan CRT.
18) Ekstremitas : kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot.
2. Pathway

Kecelakaan lalu lintas

Fraktur

Defisit pengetahuan informasi Penanganan yang salah

Nekrosis jaringan

Terputusnya kontinuitas tentang


otot, saraf Amputasi

Hilangnya jaringan Luka pasca amputasi

Gangguan citra tubuh Invasi bakteri Resiko Infeksi

Pengeluaran
Saraf terputus inflamasi Histamin, bradikinin

Ujung saraf makrofag Menekan nyeri

Meransang hipotalamus Menempel jaringan Nyeri akut


luka

Persepsi nyeri
Pus yang purulen
Phantom limb

Pasang stumb

Hambatan mobilitas fisik


3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Gangguan citra tubuh
4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa Nyeri akut
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik
4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
5) Ajarkan teknik relaksasi
6) Kolaborasi dalam pemberian terapi
b. Hambatan mobilitas fisik
Intervensi:
1) Pantau TTV sebelum dan sesudah latihan
2) Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
3) Latih pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLs secara mandiri
c. Gangguan citra tubuh
1) Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya.
2) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.
3) Dorong klien mengungkapkan perasaannya.

Anda mungkin juga menyukai