Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

( DEFISIT PERAWATA DIRI )

D
i
s
u
s
u
n
Oleh :
Gally Arifianto
PO7120318021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
KEPERAWATAN
MERAUKE
2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri


1. Pengertian
Defisit perwatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi
kesehatannya. klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan dirinya. (Aziz R.,2003).

2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan
diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes
(2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

2
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000), faktor - faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri. Misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien penderita diabetes melitus, ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasan seseorang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo, sikat
gigi, dan lain - lain.
7) Kondisi fisik atau psikis

3
Pada keadaan tertentu atau sakit kemapuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:


1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan
fisikyang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, keutuhan di cintai
dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksisosial.

3. Jenis-jenis deficit perawatan diri


Menurut Nanda 1 (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi atau beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan umtuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan umtuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas sendiri.
d. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.

4
4. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria
(2009)adalah sebagai berikut:
a. Mandi atau hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, menegringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakain atau berhias
Pasien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada
tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan
sepatu.
c. Makan
Klien mengalami ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi makanan kedalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut,
melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamr
kecil.

5
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang danmkotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3) Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB disembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias
secara mandiri. Dan toileting secara mandiri.
1. Pengkajian
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang
perawatan diri makan tanda dan gejala dapat diperoleh melalui
observasi pada pasien yaitu sebagai berikut :

6
a) Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor. Aspek
emosional, individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa
tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain,
mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
b) Ketidakmampuan berhias atau berdandan ditandai dengan rambut
acak - acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai,
pada pasien laki - laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita
tidak berdandan.
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran,
dan makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan
diri dengan baik setelah BAB atau BAK.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
b. Isolasi sosial
c. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1:
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Tujuan
Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri
Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.

7
Intervensi :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

1) Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.


Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik.
b) Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri
dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan
tanda- tanda bersih.
c) Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan
diri.
d) Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
e) Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f) Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
g) Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti:
mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari
(sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika panjang.

8
2) Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan
perawat.
Intervensi :
a) Motivasi klien untuk mandi.
b) Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar. ang benar.
c) Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d) Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
e) Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan perawatan kebersihan kebersihan diri,
seperti seperti mandi dan kebersihan kebersihan kamar
mandi.
f) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian
ganti, handuk dan sandal.

3) Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara


mandiri.
Intervensi :
a) Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara
teratur
b) Ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti
baju dan pakai sandal.

4) Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.


Intervensi :

9
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan
kebersihan diri.

5) Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan


kebersihan diri.
Intervensi :
a) Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya
klien menjaga kebersihan diri.
b) Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan
dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c) Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang
lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
e) Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri.
f) Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
g) Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi,
mandi, keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2:

Isolasi sosial

Tujuan

Umum : Klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi

Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi :

10
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik,
memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, interaksi,
ciptakan lingkungan yang buat kesepakatan dengan jelas tentang
topik, tempat dan waktu.
2. Beri perhatian dan penghaargaan : temani klien walau tidak
menjawab.
3. Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.

1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tandatandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan berhubungan dengan orang lain orang lain
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
c. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain

11
d. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain ng lain
e. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
f. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
g. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
h. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain orang
lain

3. Klien dapat melaksanakan hubungan social


Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien membina Kaji kemampuan klien membina
hubungan dengan orang hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat berhubungan berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan


orang lain
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain

12
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain

13
Diagnosa 3

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB / BAK

Tujuan

Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri

Khusus :

1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri


2. Pasien mampu Pasien mampu melakukan berhias melakukan berhias /
berdandan / berdandan secara baik secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan BAB / BAK secara mandiri

Intervensi :

1. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri


a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2. Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan

14
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

15
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta

Kaplan Sadoch. 2008. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2007. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Nurjanah, Intansari Intansari S.Kep. 2011. Pedoman Pedoman


Penanganan Penanganan Pada Gangguan Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

Perry, Potter. 2015 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2014. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 2008. Buku Saku Keperawa Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3
tan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Stuart, GW. 2012. Buku Saku Keperawa Buku Saku Keperawatan Jiwa. tan Jiwa.
Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2008. Kebutuhan Kebutuhan Dasar Manusia Manusia.


Jakarta.

Townsend, Marry C. 2008. Buku Saku Diagnosa Diagnosa Keperawatan


Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta. EGC

Nurjanah, Nurjanah, Intansari Intansari S.Kep. 2014. Pedoman Pedoman


Penanganan Penanganan Pada Gangguan Gangguan Jiwa. Yogyakarta :
Momedia

16

Anda mungkin juga menyukai