M DENGAN
AMPUTASI DI INSTALASI KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT HERMINA BITUNG
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Noordyati (RSH Bitung)
Sevrina Mathilda (RSH Makassar)
Agnes landigi (RSH Podomoro)
Yulia Saputri ( RSH Samarinda)
Suci Ashriani (RSH Opi Jakabaring)
Footner (1992), mengemukakan 60 % amputasi dilakukan pada pasien dengan usia diatas 60
tahun dan umumnya akibat iskemia (kematian jaringan) atau akibat penyakit vascular perifer
progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren, truma, (cedera remuk dan
luka bakar) dan tumor ganas. Dari semua penyebab tadi penyakit vascular perifer
merupakan penyebab yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada
kehilangan ekstremtas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat
spesialis, amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastic dan
digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau
memperbaiki kualitas hidup pasien.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari amputasi
b. Apa saja etiologi dari amputasi
c. Bagaimana pathofisiologi dari amputasi
d. Apa saja manifestasi klinis dari amputasi
e. Apa saja komplikasi dari amputasi
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada amputasi
g. Bagaimana penatalaksanaan pada amputasi
h. Bagaimana asuhan keperawatan pada amputasi
C. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui konsep dasar amputasi dan asuhan keperawatan pada pasien amputasi
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan “ Amputasi :
2. Untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul pada penderita “ Amputasi “
3. Untuk mengetahui apa penyebab “Amputasi “
4. Uuntuk mengetahui asuhan keperawatan “Amputasi “
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Medis
a. Pengertian
Amputasi berasal dari kata “ amputare “ yang kurang lebih diartikan “ pancung”. Bararah
dan Jauhar (2013) menatakan bahwa “ amputasi dapat diartikan sebagai tindakan
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstresmitas. Tindakan ini
merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah
organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti
timbulnya komplikasi infeksi.”
Amputasi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengobati luka cedera,kanker,
gangrene tungkai yang meluas, dan penyakit pembuluh darah yangmengancam nyawa
atau nyeri saat istirahat. Walaupun alat protesis dapatmengembalikan fungsi setelah
amputasi dilakukan, hilangnya bagian tubuh yangterlihat menyebabkan masalah
emosional yang tidak terjadi pada operasi-operasilainnya (Black & Hawks, 2014)
Adapun pengertian amputasi menurut Lemone (2016) amputasi adalah pemotongan
sebgaian atau seluruh dari anggot ekstremitas. Amputasi merupakan tindakan dari
poses yang akut, seperti kejadian kecelakaan atau kondisi yang kronik, misalnya
penyakit pembuluh perifer, diabetes mellitus.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti
integument, sistem persyarafan, sistem musculoskeletal dan sistem cardiovaskuler. Lebih
lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien atau keluarga berupa
penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.
b. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,
Gangren, cedera dan tumor ganas.
Amputasi akibat cedera : Amputasi yang disebabkan oleh cedera bisa terjadi kibat
sejumlah kondisi berikut :
1. Bencana alam, misalnya tertimpa reruntuhan gedung saat gempa
2. Kecelakaan akibat pekerjaan yang melibatkan mesin atau alat berat
3. Kecelakaan kendaraan bermtor
4. Serangan binatang buas
5. Luka bakar parah
6. Luka tembak
Amputasi akibat penyakit yang dapat mebuat seseorang harus menjalani prosedur
amputas antara lain :
Banyak penyakit yang dapat membuat sesorang harus menjalani prosedur mputasi, antara
lain :
1. Penebalan jaringan saraf (neuroma)
2. Cedera akibat paparan suhu dingin yang ekstrem
3. Infeksi parah di lengan atau kaki, misalnya infeksi tulang (osteomyelitis)
atau necrotizing facscitis yang parah
4. Kanker, seperti osteosarcoma atau kanker yang menyebar ke tulang, otot, saraf,
dan pembuluh darah
5. Gangren, misalnya akibat penyakit arteri perifer atau neuropati
diabetic Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti
pasien dengan artheorosklerosis, Diabetes Mmellitus
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury
seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolis me seperti pagets disease dan
kelainan kengenital.
c. Pathway
d. Manifestasi Klinis
f. Gejala Amputasi
Gejala amputasi yang dapat dialami, terutama pada amputasi akibat cedera, antara lain:
Rasa sakit, yang tingkat rasa sakitnya tidak selalu sebanding dengan tingkat
keparahan cedera atau perdarahan
Perdarahan, yang tingkat keparahannya tergantung pada lokasi dan jenis cedera yang
dialami
Jaringan tubuh rusak, tetapi sebagian jaringan masih terhubung dengan otot, tulang,
sendi, dan kulit, atau malah terputus total
i. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostic pada pasien amputasi meliputi :
1. Foto Rongent unuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
3. CT Scan Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
4. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan memebantu memperkirakan potensial penyembuhn jaringan
setelah amputasi
5. Kulturluka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
6. Biopsi mengkonfirmasi diagnos benigna / maligna
7. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
8. Hitung darah lengkap / deferensial peninggian dan perpinfahan ke kiri di duga
proses infeksi
j. Penatalaksanaan medik
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat.
Pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan
penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan
balutan kompres lunak 17 (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam peralatan luka
untuk menghindari infeksi.
1. Balutan rigid tertutup balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris
yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.
Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaos kaki steril
dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa
tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan
memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh
darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri
berat atau gips mulai longgar harus segara diganti.
2. Balutan Lunak Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan
alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3. Amputasi bertahap Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua
jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering.
Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dan klien telah stabil,
dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.
4. Protetis Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan
klien menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan
setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah
proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk
mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal
harus diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini
sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit
dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerba atas sinyal
miolektrik dari otot biseps dan triseps.
l. Komplikasi Amputasi
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah amputasi, yaitu:
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Bengkak (edema)
4. Infeksi
5. Sendi, otot, dan tendon di sekitar organ tubuh yang hilang menjadi kaku dan
sulit digerakkan
6. Phantom limb, yaitu sensasi nyeri yang muncul di organ tubuh yang hilang
7. Gangguan mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), mudah marah,
depresi, dan ingin bunuh diri
8. Deep vein thrombosis (DVT)
9. Serangan jantung
10. Pneumonia
11. Syok
Pencegahan Amputasi
Amputasi akibat cedera biasanya terjadi secara tiba-tiba tanpa diduga sehingga sulit untuk
dicegah. Sementara upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari amputasi akibat penyakit
adalah dengan mencegah terjadinya penyakit tersebut.
Sebagai contoh, amputasi akibat penyakit arteri perifer dan diabetes dapat dicegah dengan
berhenti merokok, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, serta rutin berolahraga.
Beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menghindari amputasi adalah:
1. Cegah borok di kaki bila pasien menderita diabetes, karena borok dapat
meningkatkan risiko amputasi.
2. Gunakan alat pelindung diri, baik saat berkendara maupun bekerja, terutama
bila pekerjaan Anda melibatkan penggunaan alat-alat berat.
3. Selalu berhati-hati dan menaati rambu lalu lintas dalam berkendara guna
menghindari terjadinya kecelakaan.
4. Mengajarkan pasien tentang hidup sehat
5. Pemeriksaan kesehatan teratur untuk deteksi penyakit diabetes mellitus dan
mengajarkan perawatan kaki.
m. Diagnosa keperawatan
1. Pre Op :
- Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma araf
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot dan
pergerakkan akibat gangrene
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kegiatas perioperative
2. Intra Op.
- Risiko cedera
3. Post Op.
- Nyeri berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota
badan akibat amputasi
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan
anggota ekstremitas
- Risiko jatuh berhubungan dengan pasca operasi
- Resiko infeksi berhubungan dengan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Identitas Pasien
▶ Nama : Ny. M
▶ Umur : 41Tahun
▶ Pendidikan : SMA
▶ Pekerjaan : IRT
▶ Agama : Islam
▶ Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
▶ Status Perkawinan : Menikah
▶ Diagnosa Medis : Ganggren nekrotik digiti 1 pedis sinistra
▶ Alamat : kp.pasir gadung
▶ Nama : Tn. M
▶ Usia : 45 Tahun
▶ Pendidikan : SMA
▶ Pekerjaan : Karyawan Swasta
▶ Agama : Islam
▶ Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
▶ Keluhan Utama
DO: Terlihat kaki kiri pasien bengkak, kemerahan dikaki kiri pasien dan menghitam di ibu
jari kaki kiri
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya sejak 10 hari SMRS. Keluhan awalnya berupa luka
seperti bisul dikaki lalu pecah. Namun sejak itu luka semakin meluas sampai dengan
bengkak,jari kehitaman dan berbau busuk. Selama ini pasien berobat luka ke bidan dekat
rumahnya dan tidak mengetahui kalau ada sakit gula.
▶ Riwayat Penyakit Dahulu
Pemeriksaan fisik
▶ Keadaan Umum
▶ KU : Sakit sedang
▶ Kesadaran : Compos Mentis
▶ GCS : E4V5M6
▶ Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
▶ Tekanan Darah : 120/80 mmhg
▶ Nadi : 83 x/menit
▶ Respirasi : 20 x/menit
▶ Suhu : 36,70C
▶ BB : 60 kg
▶ TB : 155 cm
▶ Penyakit yang pernah diderita : ada √ tidak,
▶ Pernah dirawat : □pernah √tidak , Jenis operasi : tidak
▶ Masalah operasi / pembiusan : √ Tidak □ Ya
▶ Riwayat Penyakit Keluarga : □ Tidak ada √ Ada, Riwayat pemakaian obat/
herbal/jamu sebelum masuk RS: √Tidak ada □ Ada
▶ Pengunaan obat pengencer darah (aspirin, warfarin, plavix dll) √ Tidak, □ Ya
▶ Riwayat Alergi: √ Tidak ada □ Ada, sebutkan
▶ Nyeri : □ Tidak ada √ Ada, Dengan skala nyeri : 6 □ NRS, √ VAS□ FLACSS □
Wong Baker
▶ Deskripsi : Provokes : □ Benturan □Tindakan √ Proses penyakit
▶ Quality : □ Seperti tertusuk-tusuk benda tajam □ Berdenyut ☑ Terbakar
□Tertindih benda berat □ Terpelintir √ Teriris
▶ Region : √Lokasi : kaki □Menyebar: √Tidak □ Ya
▶ Severity: □ FLACSS, Score : □ Wong Baker Faces, Score: □NRS, Score : _
√VAS,Score 6 □ BPS,Score :
▶ Time/ durasi nyeri : Saat melakukan aktivitas dan nyeri yang dirasakan terus-menerus
▶ Riwayat Tranfusi darah: Tidak pernah
▶ Golongan darah / Rh : √ A □ B □ O □ AB Rh : √ Positif □Negatif
▶ Khusus pasien dengan riwayat kemoterapi & radioterapi : √Tidak pernah □Pernah,kapan
Sudah berapa kali , terakhir
▶ Riwayat merokok : √Tidak □ Ya, jumlah/hari
▶ Riwayat minum minuman keras : √Tidak □Ya,jenis Jumlah/hari
▶ Riwayat penggunaan obat penenang :√Tidak □Ya, jenis Jumlah/hari
▶ Riwayat Pernikahan : □ Belum menikah √Menikah, Lama menikah: 20 tahun Pernikahan
keberapa: pertama
▶ Sistem integumen
▶ Turgor kulit elastis, kembali cepat, kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit
tidak baik pada bagian kaki sebelah kanan, ada kelainan kulit pada kaki kiri pasien ,
kondisi daerah pemasangan infus baik, keadaan rambut baik, warna kulit disekitar kaki
kirikemerahandanada yang menghitam
▶ Pengkajian Psikologis
▶ Pasien mengatakan cemas dan khawatir karena akan dilakukan tindakan operasi Ekspresi
wajah pasien tampak tegang dengan skala cemas 2,pasien jg cemas jika nanti sudah
diamputasi pasien tidak bisa jalan,pasien jg khawatir jika sudah diamputasi nanti keluarga
bisa menerima kondisi pasien atau tidak, dan pasien malu dengan orang-orang yang
dikenal,khawatir menjadi beban keluarga.
▶ Pengkajian fungsi kognitif dan motorik
▶ Orientasi pasien penuh dan pasien tampak kooperatif. Aktivitas dan berjalan pasien di
bantu sebagian, alat ambulasi tidak ada
▶ Pengkajian risiko jatuh
▶ Pengkajian skala risiko jatuh morse didapatkan skor 30 (risiko sedang) dan pengkajian
risiko jatuh pasca operasi didapatkan skor 12 dengan risiko tinggi
SisSistem penglihatan / mata Posisi mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva
ananemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor,
tidak ada kelainan pada otot – otot mata, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda – tanda radang, tidak
memakai kacamata dan kontak lensa, reaksi terhadap
cahaya normal.
Thorax PA / AP
X-Ray Pedis
Kesan: pembengkakan jaringan lunak pedis sinistra, tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis
• Pre-operasi
• Intra-operasi
• Post Operasi
Analisa Data Pre Operasi Perfusi Perifer Tidak Efektif B.D Hiperglikemia
DO:
DO:
-Pasien nampak meringis menahan
sakit
-Terlihat kaki kiri pasien bengkak,
kemerahan dikaki kiri pasien dan
menghitam di ibu jari kaki kiri dan
berbau
-▶ Tekanan Darah :
120/80 mmhg
▶ Nadi : 83 x/menit
▶ Respirasi : 20 x/menit
▶ Suhu : 36,70C
▶ BB : 60 kg
▶ TB : 155 cm
Resiko Hipotermia -Tidak terjadi Penurunan suhu tubuh -Mengobservasi keadaan umum dan ttv Hipotermi
b.d Suhu Lingkungan pasien
Rendah -Observasi keadaan umum dan Tidak terjadi
TTV pasien -Mengganti pakaian atau linen yang
basah
-Ganti pakaian atau linen yang
basah -Melakukan penghangatan pasif
dengan pemberian selimut/ penutup
-Lakukan penghangatan pasif kepala.
dengan pemberian selimut/ penutup
kepala.
• S : Pasien mengatakan bagaimana cara merawat luka operasi bekas amputasi yang berada di kaki
kirinya, nyeri luka operasi seperti tersayat-sayat didaerah pada kaki kiri dan bertambah saat
bergerak dengan skala 6. Pasien mengatakan malu,tidak percaya diri jika bertemu dengan orang-
orang yang dikenal (keluarga dan tetangga), pasien sebelum menggunakan tongkat sementara
untuk mobilisasinya dibanu oleh keluarganya.
• O: Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, tidak terjadi resiko cedera intraoperatif dan
injury, pasien tampak meringis, skala nyeri 6, akral hangat, nadi teraba kuat, CRT <2 detik,
konjuctiva berwarna merah muda, mual tidak, muntah tidak, jalan nafas pasien paten, tidak
tampak nafas cuping hidung, kondisi luka operasi baik (tidak terdapat rembesan) dan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi. Keluarga selalu mendampingi pasien dan ADL dibantu keluarga,
pasien masih tampak menutupi kaki kanannya menggunakan selimut. EWS score 0 (resiko
ringan). resiko jatuh pasca tindakan 12 (tinggi), TD : 123/80 mmHg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt,
S : 36,6ºC.
• A : DX. I Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (amputasi)
• DX. II Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (amputasi)
• DX III Gangguan Mobilitas Fisik b.d Efek Farmakologis (Kedua kaki masih baal)
• DX IV Gangguan integritas kulit / jaringan b.d faktor mekanis (pembedahan)
• P : DX I: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam nyeri akut belum teratasi
• DX II : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Gangguan Citra tubuh belum teratasi
• DX III : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
• DX IV : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Gangguan integritas belum teratasi
• Intruksi ppa:
• Observasi ttv, ku, kesadaran, rembesan luka operasi
• Kaji secara verbal dan non verbal respon pasien terhadap tubuhnya
• Berikan penkes mobilisasi bertahap
• Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien
• Kolaborasi pemberian analgetik jika nyeri bertambah atau tidak berkurang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Selain ketidakmampuan fisik, perawat perlu juga mengetahui aspek psikososial yang
ditimbulkan karena aspek tersebut lebih sering dijumpai. Amputasi akan mengubah gambaran tubuh dan
harga diri. Proses selanjutnya dapat diikuti melalui proses kehilangan.
Indikasi utama bedah amputasi, yaitu:
1. Iskemia akibat penyakit vaskular progresif (klien arteriosklerosis, diabetes melitus)
2. Trauma berat akibat perang, kecelakaan kendaraan bermotor (cedera remuk), cedera termal, luka
bakar, tumor, infeksi (gangren, osteomieliis kronis) dan kelainan kongenital.
Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian besar tubuh. Metodenya terbuka dan
tertutup. Teknik terbuka dilakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang, kemudian dipasang
drainase agar kulit bersih. Kulit ditutup setelah infeksi teratasi (sembuh). Teknik tertutup, kulit penutup
ditarik sampai ke bagian yang diamputasi tertutup oleh kulit. Tindakan amputasi meliputi:
1. Ekstremitas bawah. Kehilangan semua atau sebagian dari jari-jari kaki akan mempengaruhi
keseimbangan menekan waku berjalan. Makin besar tingkatan amputasi, makin besar energi yang
diperlukan untuk mobilisasi.
2. Ekstremitas atas. Kehilangan ekstremitas atas menimbulkan masalah yang spesifik, dan dapat
mengenai tubuh bagian kiri atau kanan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperi makan,
minum, mandi berpakaian, dan mengendarai mobil. Pertahankan bagian yang masih dapat berfungsi
dengan baik. Amputasi ekstremitas atas jarang terjadi.
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan, infeksi, nyeri, nyeri fantom puntung, neuroma dan fleksi
kontraktur.
Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus
dipahami oleh tim perawatan kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra
diri permanen, yang harus dieselaraskan sedemikan rupa sehingga tidak akan menghilangkan rasa diri
berharaga. Mobilitas atau kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari berubah dan
pasien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri
dengan penggunaan alat bantu dan bantuan mobilitas. Tim rehabilitasi bersifat multidisiplin (pasien,
perawat, dokter, pekerja sosial, psikologis, ahli prostesis, pekerja rehabilitasi vokasional) dan membantu
pasien mencapai derajat fungsi tertinggi yang mungkin dicapai dan parisipasi dalam aktivitas hidup.