Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

M DENGAN
AMPUTASI DI INSTALASI KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT HERMINA BITUNG

Disusun oleh :

KELOMPOK 3
Noordyati (RSH Bitung)
Sevrina Mathilda (RSH Makassar)
Agnes landigi (RSH Podomoro)
Yulia Saputri ( RSH Samarinda)
Suci Ashriani (RSH Opi Jakabaring)

INSTALASI KAMAR BEDAH RUMAH SAKIT HERMINA


BITUNG
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Footner (1992), mengemukakan 60 % amputasi dilakukan pada pasien dengan usia diatas 60
tahun dan umumnya akibat iskemia (kematian jaringan) atau akibat penyakit vascular perifer
progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus), gangren, truma, (cedera remuk dan
luka bakar) dan tumor ganas. Dari semua penyebab tadi penyakit vascular perifer
merupakan penyebab yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada
kehilangan ekstremtas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat
spesialis, amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastic dan
digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau
memperbaiki kualitas hidup pasien.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari amputasi
b. Apa saja etiologi dari amputasi
c. Bagaimana pathofisiologi dari amputasi
d. Apa saja manifestasi klinis dari amputasi
e. Apa saja komplikasi dari amputasi
f. Apa saja pemeriksaan penunjang pada amputasi
g. Bagaimana penatalaksanaan pada amputasi
h. Bagaimana asuhan keperawatan pada amputasi

C. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui konsep dasar amputasi dan asuhan keperawatan pada pasien amputasi

Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan “ Amputasi :
2. Untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul pada penderita “ Amputasi “
3. Untuk mengetahui apa penyebab “Amputasi “
4. Uuntuk mengetahui asuhan keperawatan “Amputasi “
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Medis
a. Pengertian

Amputasi berasal dari kata “ amputare “ yang kurang lebih diartikan “ pancung”. Bararah
dan Jauhar (2013) menatakan bahwa “ amputasi dapat diartikan sebagai tindakan
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstresmitas. Tindakan ini
merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah
organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan
keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti
timbulnya komplikasi infeksi.”
Amputasi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengobati luka cedera,kanker,
gangrene tungkai yang meluas, dan penyakit pembuluh darah yangmengancam nyawa
atau nyeri saat istirahat. Walaupun alat protesis dapatmengembalikan fungsi setelah
amputasi dilakukan, hilangnya bagian tubuh yangterlihat menyebabkan masalah
emosional yang tidak terjadi pada operasi-operasilainnya (Black & Hawks, 2014)
Adapun pengertian amputasi menurut Lemone (2016) amputasi adalah pemotongan
sebgaian atau seluruh dari anggot ekstremitas. Amputasi merupakan tindakan dari
poses yang akut, seperti kejadian kecelakaan atau kondisi yang kronik, misalnya
penyakit pembuluh perifer, diabetes mellitus.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti
integument, sistem persyarafan, sistem musculoskeletal dan sistem cardiovaskuler. Lebih
lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien atau keluarga berupa
penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

b. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit DM,
Gangren, cedera dan tumor ganas.
Amputasi akibat cedera : Amputasi yang disebabkan oleh cedera bisa terjadi kibat
sejumlah kondisi berikut :
1. Bencana alam, misalnya tertimpa reruntuhan gedung saat gempa
2. Kecelakaan akibat pekerjaan yang melibatkan mesin atau alat berat
3. Kecelakaan kendaraan bermtor
4. Serangan binatang buas
5. Luka bakar parah
6. Luka tembak
Amputasi akibat penyakit yang dapat mebuat seseorang harus menjalani prosedur
amputas antara lain :
Banyak penyakit yang dapat membuat sesorang harus menjalani prosedur mputasi, antara
lain :
1. Penebalan jaringan saraf (neuroma)
2. Cedera akibat paparan suhu dingin yang ekstrem
3. Infeksi parah di lengan atau kaki, misalnya infeksi tulang (osteomyelitis)
atau necrotizing facscitis yang parah
4. Kanker, seperti osteosarcoma atau kanker yang menyebar ke tulang, otot, saraf,
dan pembuluh darah
5. Gangren, misalnya akibat penyakit arteri perifer atau neuropati
diabetic Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti
pasien dengan artheorosklerosis, Diabetes Mmellitus
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury
seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolis me seperti pagets disease dan
kelainan kengenital.
c. Pathway

d. Manifestasi Klinis

1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)


2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang
dekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia arikosa dengankeronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
5. Eusitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
e. Klasifikasi
Jenis Amputasi yang dikenal adalah :
1. Amputasi terbuka : dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan
tulang dan jaringan otot.
2. Amputasi tertutup : Menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengn memotong
tulang kira-kira 2 inci lenih pendek dari pada kulit dan otot.
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif / terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai slah satu tindakan alternative terakhir
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak di rencanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum pasien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan
patah tulang multiple dan kerusakan / kehilangan kulit yg luas.

f. Gejala Amputasi
Gejala amputasi yang dapat dialami, terutama pada amputasi akibat cedera, antara lain:

 Rasa sakit, yang tingkat rasa sakitnya tidak selalu sebanding dengan tingkat
keparahan cedera atau perdarahan
 Perdarahan, yang tingkat keparahannya tergantung pada lokasi dan jenis cedera yang
dialami
 Jaringan tubuh rusak, tetapi sebagian jaringan masih terhubung dengan otot, tulang,
sendi, dan kulit, atau malah terputus total

g. Metode – metode Amputasi


Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari ubuh, dengan 2 metode :
1. Metode terbuka (Guillotine Amputasi)
Metode ini digunakan pada pasien dengan infeksi yang mengembang. Bentuknya
benar-benar terbuka dan dipasang drainase agar luka bersih, dan luka dapat
ditutup setelah tidak terinfeksi
2. Metode Tertutup (Flp Amputasi)
Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah
yang di amputasi.
h. Tingkatan Amputasi
1. Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas ata dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini
berkaitan dengan aktivitas dengan aktivitas sehari-hari seperti makan,minum, mandi,
berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.
2. Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai emua atau sebagian dan jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

i. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostic pada pasien amputasi meliputi :
1. Foto Rongent unuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
3. CT Scan Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
4. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan sirkulasi /
perfusi jaringan dan memebantu memperkirakan potensial penyembuhn jaringan
setelah amputasi
5. Kulturluka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
6. Biopsi mengkonfirmasi diagnos benigna / maligna
7. Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
8. Hitung darah lengkap / deferensial peninggian dan perpinfahan ke kiri di duga
proses infeksi

j. Penatalaksanaan medik
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi dan
menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat.
Pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang
buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan
penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan
balutan kompres lunak 17 (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam peralatan luka
untuk menghindari infeksi.
1. Balutan rigid tertutup balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris
yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.
Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaos kaki steril
dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa
tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan
memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh
darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri
berat atau gips mulai longgar harus segara diganti.
2. Balutan Lunak Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan
alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

3. Amputasi bertahap Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi.
Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua
jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering.
Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dan klien telah stabil,
dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit.

4. Protetis Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan
klien menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan
setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah
proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk
mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal
harus diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini
sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit
dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerba atas sinyal
miolektrik dari otot biseps dan triseps.

k. Pemulihan setelah amputasi


Kehilangan anggota tubuh secara permanen akibat amputasi dapat mengurangi rasa percaya diri
dan menurunkan kemampuan pasien dalam beraktivitas. Untuk mengatasi masalah tersebut,
dokter akan menganjurkan pasien menjalani rehabilitasi fisik secara rutin.
Rehabilitasi yang dilakukan meliputi:

1. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot


2. Latihan untuk meningkatkan keterampilan anggota gerak, agar pasien bisa
menjalani aktivitas secara mandiri
3. Pengobatan dan perawatan untuk menunjang pemulihan dan meredakan rasa nyeri
yang muncul di area amputasi
4. Terapi psikologi untuk mengatasi gangguan emosional yang mungkin dialami oleh
pasien akibat kehilangan organ tubuh
5. Penggunaan alat bantu, seperti kursi roda dan kruk
6. Pasang balut steril, tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan. Pemasangan perban elastis
harus hati-hati jangan sampai terjadi kontriksi punting diproksimalnya sehingga
distalnya iskemik
7. Meninggikan punting dengan mengangkat kaki jangan di ahan dengan bantal, sebab
dapat menjadi fleksi kontraktur pada paha dan lutut
8. Luka ditutup, drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan punting tetap dibalut
tekan, angkat jahitan hari ke 10-14
9. Amputasi bawah lutut tidak boleh menggantung di pinggir tempat tidur / berbaring
/ duduk lama dengan fleksi lutut
10. Amputasi di atas lutus jangan dipasang bantal diantara ph / membiarkan abduksi punting
/ menggantungnya waktu jalan dengan kruk untuk mencegah kontraktur lutut dan paha

l. Komplikasi Amputasi
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah amputasi, yaitu:

1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Bengkak (edema)
4. Infeksi
5. Sendi, otot, dan tendon di sekitar organ tubuh yang hilang menjadi kaku dan
sulit digerakkan
6. Phantom limb, yaitu sensasi nyeri yang muncul di organ tubuh yang hilang
7. Gangguan mental, seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), mudah marah,
depresi, dan ingin bunuh diri
8. Deep vein thrombosis (DVT)
9. Serangan jantung
10. Pneumonia
11. Syok

Pencegahan Amputasi
Amputasi akibat cedera biasanya terjadi secara tiba-tiba tanpa diduga sehingga sulit untuk
dicegah. Sementara upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari amputasi akibat penyakit
adalah dengan mencegah terjadinya penyakit tersebut.
Sebagai contoh, amputasi akibat penyakit arteri perifer dan diabetes dapat dicegah dengan
berhenti merokok, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, serta rutin berolahraga.
Beberapa cara lain yang bisa dilakukan untuk menghindari amputasi adalah:

1. Cegah borok di kaki bila pasien menderita diabetes, karena borok dapat
meningkatkan risiko amputasi.
2. Gunakan alat pelindung diri, baik saat berkendara maupun bekerja, terutama
bila pekerjaan Anda melibatkan penggunaan alat-alat berat.
3. Selalu berhati-hati dan menaati rambu lalu lintas dalam berkendara guna
menghindari terjadinya kecelakaan.
4. Mengajarkan pasien tentang hidup sehat
5. Pemeriksaan kesehatan teratur untuk deteksi penyakit diabetes mellitus dan
mengajarkan perawatan kaki.
m. Diagnosa keperawatan
1. Pre Op :
- Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma araf
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot dan
pergerakkan akibat gangrene
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kegiatas perioperative
2. Intra Op.
- Risiko cedera
3. Post Op.
- Nyeri berhubungan dengan luka amputasi, pasca pembedahan
- Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota
badan akibat amputasi
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan
anggota ekstremitas
- Risiko jatuh berhubungan dengan pasca operasi
- Resiko infeksi berhubungan dengan
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Identitas Pasien

▶ Nama : Ny. M
▶ Umur : 41Tahun
▶ Pendidikan : SMA
▶ Pekerjaan : IRT
▶ Agama : Islam
▶ Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
▶ Status Perkawinan : Menikah
▶ Diagnosa Medis : Ganggren nekrotik digiti 1 pedis sinistra
▶ Alamat : kp.pasir gadung

Identitas penanggung jawab

▶ Nama : Tn. M
▶ Usia : 45 Tahun
▶ Pendidikan : SMA
▶ Pekerjaan : Karyawan Swasta
▶ Agama : Islam
▶ Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

▶ Keluhan Utama

DS: pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri

DO: Terlihat kaki kiri pasien bengkak, kemerahan dikaki kiri pasien dan menghitam di ibu
jari kaki kiri

▶ Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada kaki kirinya sejak 10 hari SMRS. Keluhan awalnya berupa luka
seperti bisul dikaki lalu pecah. Namun sejak itu luka semakin meluas sampai dengan
bengkak,jari kehitaman dan berbau busuk. Selama ini pasien berobat luka ke bidan dekat
rumahnya dan tidak mengetahui kalau ada sakit gula.
▶ Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak punya riwayat penyakit sebelumnya

▶ Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan Almarhum kakeknya mempunyai sakit gula, riwayat asma dan HT tidak
ada

Pemeriksaan fisik

▶ Keadaan Umum
▶ KU : Sakit sedang
▶ Kesadaran : Compos Mentis
▶ GCS : E4V5M6
▶ Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
▶ Tekanan Darah : 120/80 mmhg
▶ Nadi : 83 x/menit
▶ Respirasi : 20 x/menit
▶ Suhu : 36,70C
▶ BB : 60 kg
▶ TB : 155 cm
▶ Penyakit yang pernah diderita : ada √ tidak,
▶ Pernah dirawat : □pernah √tidak , Jenis operasi : tidak
▶ Masalah operasi / pembiusan : √ Tidak □ Ya
▶ Riwayat Penyakit Keluarga : □ Tidak ada √ Ada, Riwayat pemakaian obat/
herbal/jamu sebelum masuk RS: √Tidak ada □ Ada
▶ Pengunaan obat pengencer darah (aspirin, warfarin, plavix dll) √ Tidak, □ Ya
▶ Riwayat Alergi: √ Tidak ada □ Ada, sebutkan
▶ Nyeri : □ Tidak ada √ Ada, Dengan skala nyeri : 6 □ NRS, √ VAS□ FLACSS □
Wong Baker
▶ Deskripsi : Provokes : □ Benturan □Tindakan √ Proses penyakit
▶ Quality : □ Seperti tertusuk-tusuk benda tajam □ Berdenyut ☑ Terbakar
□Tertindih benda berat □ Terpelintir √ Teriris
▶ Region : √Lokasi : kaki □Menyebar: √Tidak □ Ya
▶ Severity: □ FLACSS, Score : □ Wong Baker Faces, Score: □NRS, Score : _
√VAS,Score 6 □ BPS,Score :
▶ Time/ durasi nyeri : Saat melakukan aktivitas dan nyeri yang dirasakan terus-menerus
▶ Riwayat Tranfusi darah: Tidak pernah
▶ Golongan darah / Rh : √ A □ B □ O □ AB Rh : √ Positif □Negatif
▶ Khusus pasien dengan riwayat kemoterapi & radioterapi : √Tidak pernah □Pernah,kapan
Sudah berapa kali , terakhir
▶ Riwayat merokok : √Tidak □ Ya, jumlah/hari
▶ Riwayat minum minuman keras : √Tidak □Ya,jenis Jumlah/hari
▶ Riwayat penggunaan obat penenang :√Tidak □Ya, jenis Jumlah/hari
▶ Riwayat Pernikahan : □ Belum menikah √Menikah, Lama menikah: 20 tahun Pernikahan
keberapa: pertama
▶ Sistem integumen
▶ Turgor kulit elastis, kembali cepat, kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit
tidak baik pada bagian kaki sebelah kanan, ada kelainan kulit pada kaki kiri pasien ,
kondisi daerah pemasangan infus baik, keadaan rambut baik, warna kulit disekitar kaki
kirikemerahandanada yang menghitam
▶ Pengkajian Psikologis
▶ Pasien mengatakan cemas dan khawatir karena akan dilakukan tindakan operasi Ekspresi
wajah pasien tampak tegang dengan skala cemas 2,pasien jg cemas jika nanti sudah
diamputasi pasien tidak bisa jalan,pasien jg khawatir jika sudah diamputasi nanti keluarga
bisa menerima kondisi pasien atau tidak, dan pasien malu dengan orang-orang yang
dikenal,khawatir menjadi beban keluarga.
▶ Pengkajian fungsi kognitif dan motorik
▶ Orientasi pasien penuh dan pasien tampak kooperatif. Aktivitas dan berjalan pasien di
bantu sebagian, alat ambulasi tidak ada
▶ Pengkajian risiko jatuh
▶ Pengkajian skala risiko jatuh morse didapatkan skor 30 (risiko sedang) dan pengkajian
risiko jatuh pasca operasi didapatkan skor 12 dengan risiko tinggi

a) Pengkajian persistem dan pengkajian fungsi

Pengkajian persistem Hasil pemeriksaan


SisSistem susunan saraf pusat Pada kepala tidak ada kelainan, ubun – ubun datar,
wajah simetris, kesadaran composmentis, GCS E4M6V5
tidak ada tanda – tanda penurunan TIK.

SisSistem penglihatan / mata Posisi mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva
ananemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor,
tidak ada kelainan pada otot – otot mata, fungsi
penglihatan baik, tidak ada tanda – tanda radang, tidak
memakai kacamata dan kontak lensa, reaksi terhadap
cahaya normal.

SisSistem pendengaran Daun telinga normal, karakteristik serumen berwarna


kekuningan dan cair, kondisi telinga normal tidak ada
cairan dari telinga, tidak ada tinnitus, fungsi
pendengaran normal. Tidak ada gangguan
keseimbangan dan tidak menggunakan alat bantu.
SisSistem penciuman Tidak ada kelainan seperti polip,sinusitis, epitaksis.
SisSistem pernapasan Jalan nafas bersih dan tidak sesak, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan, frekuensi 20 kali permenit
dengan irama teratur, jenis pernafasan spontan,
kedalaman dangkal, tidak terdapat batuk dan sputum.
Suara nafas vesikuler tidak ada nyeri saat bernafas dan
tidak menggunakan alat bantu.
SisSistem kardiovaskuler / Nadi 83 kali permenit irama teratur dan kuat, tekanan
jantung darah 120 / 80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis,
temperature kulit hangat suhu 36,7oC. warna kulit
normal, pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema. tidak
terdapat sakit pada dada dan kelainan bunyi jantung.
SisSistem pencernaan Tidak ada caries gigi, tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah bersih, salifa normal. Klien
tidak muntah, , bising usus 11 kali permenit, klien tidak
mengalami diare dan konstipasi. Hepar tidak teraba,
abdomen lembek.
SisSistem genitourinaria b.a.k berwarna kuning tidak ada distensi kandung
kemih, tidak ada retensi urine dan klien tidak mengeluh
sakit pinggang ke belakang.
SiSistem reproduksi Tidak ada Kelainan
SSistem integument Turgor kulit elastis, temperature kulit hangat, warna
kulit kemerahan, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan
kulit, kondisi daerah pemasangan infus baik, keadaan
rambut baik.nampak kemerahan dan bengkak,jari kehitaman
dan berbau busuk di kaki kiri pasien
SisSistem musculoskeletal Pergerakan sendi bebas, ada nyeri dikaki kiri, bengkak ,
tidak ada fraktur, kekuatan otot
5555 5555
5 555 3333

Sistem endokrin metabolik Tidak ada kelainan


DATA PENUNJANG

Thorax PA / AP

Cor dan pulmo saat ini tidak tampak kelainan

X-Ray Pedis

Kesan: pembengkakan jaringan lunak pedis sinistra, tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis

▶ Laboratorium awal masuk RS:


▶ Hb : 7.7 g/dl
▶ Ht : 23.5 %
▶ L : 18.48 ^3ul
▶ Trombosit : 973 ^3ul
▶ GDS : 223 mg/dl
▶ HbSAg : Non Reaktif
▶ Masa Pembekuan : 4 menit
▶ Masa Perdarahan : 2 menit

▶ Laboratorium pre op (post transfusi 1 kantong PRC):


▶ Hb : 9.1 g/dl
▶ Ht : 26.5 %
▶ L : 34.27 ^3ul
▶ Trombosit : 657 ^3ul
▶ GDS : 150 mg/dl
▶ HbSAg : Non Reaktif
▶ Masa Pembekuan : 4 menit
▶ Masa Perdarahan : 2 menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Pre-operasi

 Operasi Infeksi b.d luka DM


 perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (amputasi)
 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

• Intra-operasi

 Resiko Hipotermia b.d Suhu lingkungan Rendah


 Resiko Syok Hipovolemik b.d Tindakan pembedahan
 Resiko cidera intraoperatif berhubungan dengan terpapar alat medis
(cauter/ patient plate)

• Post Operasi

 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (amputasi)


 Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (amputasi)
 Gangguan mobilitas fisik b.d efek farmakologis ( kedua kaki masih baal)
 Gangguan integritas kulit / jaringan b.d faktor mekanis (pembedahan)

Analisa Data Pre Operasi Infeksi B.D Luka Dm

No DATA ETIOLOGI MASALAH


. KEPERAWATAN
1. DS: Luka ganggren Infeksi
Pasien mengatakan nyeri pada kaki DM
kirinya sejak 10 hari SMRS. Keluhan
awalnya berupa luka seperti bisul dikaki
lalu pecah. Namun sejak itu luka
semakin meluas sampai dengan
bengkak,jari kehitaman dan berbau
busuk.
DO:

Terlihat kaki kiri pasien bengkak,


kemerahan dikaki kiri pasien dan
menghitam di ibu jari kaki kiri
dan berbau, pasien tidak dapat
merasakan ibu jari yang
menghitam..
Hasil lab:
▶ Hb : 9.1 g/dl
▶ Ht : 26.5 %
▶ L : 34.27 ^3ul
▶ Trombosit : 657 ^3ul
▶ GDS : 150 mg/dl
▶ HbSAg : Non Reaktif
▶ Masa Pembekuan : 4 menit
▶ Masa Perdarahan : 2 menit

Analisa Data Pre Operasi Perfusi Perifer Tidak Efektif B.D Hiperglikemia

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
2 DS: hiperglikemi Perfusi perifer tidak
efektif
Pasien mengatakan nyeri pada
kaki kirinya sejak 10 hari
SMRS. Keluhan awalnya
berupa luka seperti bisul dikaki
lalu pecah. Namun sejak itu
luka semakin meluas sampai
dengan bengkak,jari kehitaman
dan berbau busuk. Selama ini
pasien berobat luka ke bidan
dekat rumahnya dan tidak
mengetahui kalau ada sakit
gula.

DO:

Terlihat kaki kiri pasien


bengkak, kemerahan dikaki
kiri pasien dan menghitam di
ibu jari kaki kiri dan berbau,
pasien tidak dapat merasakan
ibu jari yang menghitam..
GDS saat masuk RS: 223 mg/dl
Analisa Data Pre Operasi Nyeri
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
3 DS: Agen pencidera Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri pada fisiologis
kaki kirinya sejak 10 hari SMRS.
P: Luka dikaki kiri
Q: panas seperti terkena air panas
R:kaki kiri bawah tidak menjalar
S: Skala nyeri 6
T: terus menerus

DO:
-Pasien nampak meringis menahan
sakit
-Terlihat kaki kiri pasien bengkak,
kemerahan dikaki kiri pasien dan
menghitam di ibu jari kaki kiri dan
berbau
-▶ Tekanan Darah :
120/80 mmhg
▶ Nadi : 83 x/menit
▶ Respirasi : 20 x/menit
▶ Suhu : 36,70C
▶ BB : 60 kg
▶ TB : 155 cm

Analisa Data Pre Operasi Ansietas

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
4 DS: Kurang terpapar Ansietas
informasi/pengetahua
-Pasien mengatakan sudah
n
dijelaskan doter tentang penyakit
yang diderita saat ini dan tindakan
operasi amputasi yang akan
dilakukan.
-Paien mengatakan cemas dn deg-
degan
DO:
-Pasien nampak bertanya-tanya
tentang tindakan yang akan
dilakukan
-Pasien nampak cemas, skala cemas
2
--▶ Tekanan Darah :
120/80 mmhg
▶ Nadi : 83
x/menit
▶ Respirasi : 20
x/menit
▶ Suhu : 36,70C
▶ BB : 60 kg
▶ TB : 155 cm
Analisa Data Intra Operasi Resiko Hipotermia
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Suhu lingkungan rendah Resiko Hipotemia
-Pasien mengatakan ruangan operasi dingin
DO:
-TTV; ku sedang, Kes CM,Akral
hangat,TD:110/65 mmHg, RR: 16x/mnt,N:
78x/mnt,S; 36.5 C
-suhu ruang operasi rendah (19-25 C)

Analisa Data Intra Operasi Resiko Hipovolemia


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
2 DS:- Tindakan Pembedahan Risiko Hipovolemia
DO:
-Tindakan pembedahan amputasi digiti 1pedis
sinistra
-pengeluaran darah kurang lebih 100 cc
TTV; ku sedang, Kes CM,Akral
hangat,TD:110/65 mmHg, RR: 16x/mnt,N:
78x/mnt,S; 36.5 C
▶ Hb : 9.1 g/dl

Analisa Data Intra Operasi Resiko Cidera


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
3 DS:- Terpasang alat Risiko cidera
DO: elektromedic
-Tindakan pembedahan amputasi digiti 1pedis
sinistra
-Penggunaan alat elektromedik couter
intraoperasi
-Terpasang patient plate dipaha kiri
Analisa Data Post Operasi Nyeri
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS; Agen pencidera fisik Nyeri akut
-Pasien mengatakan nyeri di area luka (prosedur operasi )
operasi sudah mulai terasa sedikit
P: nyeri luka post operasi
Q: terasa seperti disayat-sayat
R: kaki kiri
S: skala nyeri 5
T: hilang timbul
DO:
-Pasien nampak meringis menahan nyeri
TTV; ku sedang, Kes CM,Akral
hangat,TD:120/70 mmHg, RR: 18x/mnt,N:
83x/mnt,S; 36.5 C
-Terlihat lka balutan post operasi dikaki kiri
pasien

Analisa Data Post Operasi Gangguan Citra Tubuh

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
2 DS: Perubahan struktur/ bentuk Gangguan citra tubuh
-Pasien mengatakan sudah tidak memiliki ibu tubuh
jari kaki kiri lagi
-Pasien mengatakan malu akan kondisinya saat
ini
-Pasien mengatakan apa kah keluarganya akan
menerima kondisinya saat ini
-Pasien mengatakan tidak percay diri
DO:
-Pasien nampak memandangi luka post
operasinya
-Pasien nampak melamun
-nampak balutan luka dikaki kir pasien
Analisa Data Post Operasi Gangguan Mobilitas Fisik
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
3 DS: Efek farmakologis Gangguan mobilitas fisik
-Pasien mengatakan kedua kakinya masih baal
dan baru bisa digerakan jarinya sedikit-sedikit
DO:
-Pasien nampak belum bisa menggerakan kedua
kakinya
TTV; ku sedang, Kes CM,Akral
hangat,TD:120/70 mmHg, RR: 18x/mnt,N:
83x/mnt,S; 36.5 C

Analisa Data Post Operasi Gangguan integritas kulit/Jaringan

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
4 DS; Faktor mekanis Gangguan integritas
-Pasien mengatakan sudah tidak memiliki ibu pembedahan kulit/jaringan
jari kaki kiri lagi
DO:
-terlihat luka balutan post op dikaki sebelah
kiri pasien
-Pasien post tindakan amputasi digiti 1 pedis
sinistra
Diagnosa Pre Op. Infeksi B.D Luka Dm
DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATA TINDAKAN
N
Infeksi dd luka -tingkat infeksi menurun -Mencuci tangan sebelum dan Infeksi
DM -cuci tangan sebelum dan sesudah sesudah memegang luka. Terjadi
memegang luka -Menggunakan APD sesuai SPO
-gunakan APD sesuai SPO -Memonitor kondisi luka DM
-monitor kondisi luka DM -Mengedukasi tentang rencana
-Kolaborasi dengan DPJP untuk tindakan amputasi.
tindakan pembedahan dan -Berkolaborasi dengan DPJP
pemberian terapi selanjutnya untuk tindakan pembedahan dan
-Monitor keadaan umum dan pemberian terapi selanjutnya.
TTV pasien -Memonitor keadaan umum dan
TTV pasien.

Diagnosa Pre Operasi Perfusi Perifer Tidak Efektif B.D Hiperglikemia

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TINDAKAN
Perfusi Perifer tidak Kolaborasi dalam pemberian terapi -Berkolaborasi dalam pemberian terapi Perfusi Perifer
Efektif b.d insulin insulin tidak Efektif
Hiperglikemi -Kolaborasi dalam pemberian terapi DM -Berkolaborasi dalam pemberian terapi Terjadi
-beri diit DM DM
-Pemberian diit DM

Diagnosa Pre Op. Nyeri b.d Agen Pencidera Fisik

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATA TINDAKAN
N
Nyeri akut b.d -Tingkat nyeri menurun -Memonitor keadaan umum dan Nyeri akut
Agen Pencidera -Monitor keadaan umum dan TTV pasien Terjadi
Fisik TTV pasien -Mengidentifikasi nyeri (PQRST)
-Identifikasi nyeri (PQRST) -Mengajarkan teknik non
-Ajarkan teknik non farmakologi farmakologi untuk mengurangi
untuk mengurangi nyeri (distraksi nyeri (distraksi dan relaksasi-
dan relaksasi Mengidentifikasi Skala nyeri
-Observasi reaksi non verbal dari -Mengobservasi reaksi non verbal
ketidaknyamanan. dari ketidaknyamanan.
-Berikan lingkungan yang -Memberikan lingkungan yang
tenang,aman dan nyaman tenang,aman dan nyaman
Diagnosa Pre Op. Ansietas
DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATA TINDAKAN
N
Ansietas -Tingkat ansietas menurun -Memonitor tanda verbal dan non Ansietas
berhubungan verbal kecemasan pasien.
dengan kurang -Monitor tanda verbal dan non verbal Terjadi
terpapar Informasi cemas pasien. -Mengorientasikan lingkungan dan
tim operasi
-Orientasikan lingkungan dan tim
operasi -Menciptakan suasana Terapetik
-Ciptakan suasana Terapetik -Mendampingi pasien untuk
mengurangi rasa cemas
-Dampingi pasien untuk mengurangi
rasa cemas

Diagnosa Intra Operasi Resiko Hipotermia

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TINDAKAN

Resiko Hipotermia -Tidak terjadi Penurunan suhu tubuh -Mengobservasi keadaan umum dan ttv Hipotermi
b.d Suhu Lingkungan pasien
Rendah -Observasi keadaan umum dan Tidak terjadi
TTV pasien -Mengganti pakaian atau linen yang
basah
-Ganti pakaian atau linen yang
basah -Melakukan penghangatan pasif
dengan pemberian selimut/ penutup
-Lakukan penghangatan pasif kepala.
dengan pemberian selimut/ penutup
kepala.

Diagnosa Resiko syok Hipovolemik

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TINDAKAN
Resiko syok -Tidak terjadi syok Hipovolemik -Memonitor keadaan umum dan Resiko syok
Hipovolemik b.d -Monitor keadaan umum dan TTV Hipovolemik
Tindakan TTV dalam bata normal -Mengobservasi tanda-tanda Tidak
Pembedahan -Observasi tanda-tanda syok syok (kulit tidak dingin dan tidak Terjadi
( kulit dingin /pucat, kapilary pucat, capilary refil <2 dtk)
refil) -Memasang 02 nasal 3 lpm
-Pasang 02 sesuai kebutuhan -Mempertahankan sp02 di 99-
-Pertahankan Sp02 (99-100%) 100%
Diagnosa Resiko Cidera Intraoperatif b.d Terpapar alat Medis (cauter/Patient Plate)

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATA TINDAKAN
N
Resiko Cidera -Tingkat Cidera Menurun -Mengidentifikasi adanya cidera Resiko cidera
Intraoperatif b.d -Identifikasi adanya cidera pada pada tubuh pasien sebelum dan tidak Terjadi
Terpapar Alat tubuh pasien sebelum dan sesudah sesudah tindakan operasi
Medis tindakan operasi -Memastikan posisi pasien saat
-Monitor keadaan umum dan TTV operas baik dan aman
pasien -Memonitor keadaan umum dan
-Monitor ceklis keselamatan Pasien TTV pasien
-Siapkan peralatan lengkap aman dan -Menyiapkan peralatan lengkap
siap pakai aman dan siap pakai
-Melakukan desinfektan daerah
operasi dengan cairan betadine
(tidak menggunakan alkohol)
-Menggunakan alat couter dan
patient plate yang compatible (satu
paket)

DIAGNOSA POST OP. NYERI

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATA TINDAKAN
N
Nyeri akut b.d -Tingkat nyeri menurun -Memonitor keadaan umum dan Nyeri
Agen Pencidera -Monitor keadaan umum dan TTV TTV pasien Terjadi
Fisik pasien -Mengidentifikasi nyeri
-Identifikasi nyeri (PQRST) (PQRST)
-Ajarkan teknik non farmakologi -Mengajarkan teknik non
untuk mengurangi nyeri (distraksi, farmakologi untuk mengurangi
relaksasi) nyeri (distraksi, relaksasi)
-Kolaborasi daam pemberian -Mengidentifikasi skala nyeri
Analgetik -Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan
-Berkolaborasi dalam pemberian
terapi analgetik)
Diagnosa Gangguan citra Tubuh

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATA TINDAKAN
N
Gangguan Citra -Gangguan citra tubuh menurun -Mengkaji secara verbal dan non Gangguan
tubuh b.d -Kaji secara verbal dan non verbal verbal respon pasien terhadap citra tubuh
Kehilangan bagian respon pasien terhadap tubuhnya tubuhnya Terjadi
tubuh -Bantu pasien untuk -Membantu pasien untuk
mengungkapkan perasaannya mengungkapkan perasaannya
-Bantu pasien untuk -Membantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan- mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang akan meningkatkan tindakan yang akan
penampilan meningkatkan penampilan
-Libatkan keluarga dalam -Melibatkan keluarga dalam
memberikan dukungan dan selalu memberikan dukungan dan
mendampingi pasien selalu mendampingi pasien

Diagnosa Gangguan Mobilitas Fisik

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TINDAKAN
Gangguan -Mobilitas fisik meningkat -Membantu pasien melakukan Gangguan
Mobilitas Fisik b.d -Bantu pasien melakukan ambulasi & mobilisasi Mobilitas
Efek ambulasi & mobilisasi -Melibatkan keluarga dalam fisik Terjadi
Farmakologis -Libatkan keluarga dalam membantu pasien
(Kedua kaki masih membantu pasien -Meletakkan barang yang
baal) -Letakkan barang yang dibutuhkan dibutuhkan dekat dengan pasien
dekat dengan pasien

Diagnosa Post op Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TINDAKAN
Gangguan -Integritas kulit/jaringan -Memonitor Karakteristik luka Gangguan
Integritas meningkat -Memasang balutan luka Integritas
kulit/Jaringan b.d -Monitor Karakteristik luka -Berkolaborasi Pemberian kulit Terjadi
Faktor mekanis -Pasang balutan luka antibiotik sesuai program terapy
Pembedahan -Kolaborasi Pemberian antibiotik
sesuai program terapy
Evaluasi Keperawatan

• S : Pasien mengatakan bagaimana cara merawat luka operasi bekas amputasi yang berada di kaki
kirinya, nyeri luka operasi seperti tersayat-sayat didaerah pada kaki kiri dan bertambah saat
bergerak dengan skala 6. Pasien mengatakan malu,tidak percaya diri jika bertemu dengan orang-
orang yang dikenal (keluarga dan tetangga), pasien sebelum menggunakan tongkat sementara
untuk mobilisasinya dibanu oleh keluarganya.
• O: Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis, tidak terjadi resiko cedera intraoperatif dan
injury, pasien tampak meringis, skala nyeri 6, akral hangat, nadi teraba kuat, CRT <2 detik,
konjuctiva berwarna merah muda, mual tidak, muntah tidak, jalan nafas pasien paten, tidak
tampak nafas cuping hidung, kondisi luka operasi baik (tidak terdapat rembesan) dan tidak
terdapat tanda-tanda infeksi. Keluarga selalu mendampingi pasien dan ADL dibantu keluarga,
pasien masih tampak menutupi kaki kanannya menggunakan selimut. EWS score 0 (resiko
ringan). resiko jatuh pasca tindakan 12 (tinggi), TD : 123/80 mmHg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt,
S : 36,6ºC.
• A : DX. I Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (amputasi)
• DX. II Gangguan citra tubuh b.d perubahan struktur/bentuk tubuh (amputasi)
• DX III Gangguan Mobilitas Fisik b.d Efek Farmakologis (Kedua kaki masih baal)
• DX IV Gangguan integritas kulit / jaringan b.d faktor mekanis (pembedahan)
• P : DX I: Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam nyeri akut belum teratasi
• DX II : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Gangguan Citra tubuh belum teratasi
• DX III : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
• DX IV : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam Gangguan integritas belum teratasi
• Intruksi ppa:
• Observasi ttv, ku, kesadaran, rembesan luka operasi
• Kaji secara verbal dan non verbal respon pasien terhadap tubuhnya
• Berikan penkes mobilisasi bertahap
• Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien
• Kolaborasi pemberian analgetik jika nyeri bertambah atau tidak berkurang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Selain ketidakmampuan fisik, perawat perlu juga mengetahui aspek psikososial yang
ditimbulkan karena aspek tersebut lebih sering dijumpai. Amputasi akan mengubah gambaran tubuh dan
harga diri. Proses selanjutnya dapat diikuti melalui proses kehilangan.
Indikasi utama bedah amputasi, yaitu:
1. Iskemia akibat penyakit vaskular progresif (klien arteriosklerosis, diabetes melitus)
2. Trauma berat akibat perang, kecelakaan kendaraan bermotor (cedera remuk), cedera termal, luka
bakar, tumor, infeksi (gangren, osteomieliis kronis) dan kelainan kongenital.
Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian besar tubuh. Metodenya terbuka dan
tertutup. Teknik terbuka dilakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang, kemudian dipasang
drainase agar kulit bersih. Kulit ditutup setelah infeksi teratasi (sembuh). Teknik tertutup, kulit penutup
ditarik sampai ke bagian yang diamputasi tertutup oleh kulit. Tindakan amputasi meliputi:
1. Ekstremitas bawah. Kehilangan semua atau sebagian dari jari-jari kaki akan mempengaruhi
keseimbangan menekan waku berjalan. Makin besar tingkatan amputasi, makin besar energi yang
diperlukan untuk mobilisasi.
2. Ekstremitas atas. Kehilangan ekstremitas atas menimbulkan masalah yang spesifik, dan dapat
mengenai tubuh bagian kiri atau kanan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperi makan,
minum, mandi berpakaian, dan mengendarai mobil. Pertahankan bagian yang masih dapat berfungsi
dengan baik. Amputasi ekstremitas atas jarang terjadi.
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan, infeksi, nyeri, nyeri fantom puntung, neuroma dan fleksi
kontraktur.
Kehilangan ekstremitas memerlukan penyesuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus
dipahami oleh tim perawatan kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra
diri permanen, yang harus dieselaraskan sedemikan rupa sehingga tidak akan menghilangkan rasa diri
berharaga. Mobilitas atau kemampuan fisik untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari berubah dan
pasien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktivitas dan lingkungan untuk mengakomodasikan diri
dengan penggunaan alat bantu dan bantuan mobilitas. Tim rehabilitasi bersifat multidisiplin (pasien,
perawat, dokter, pekerja sosial, psikologis, ahli prostesis, pekerja rehabilitasi vokasional) dan membantu
pasien mencapai derajat fungsi tertinggi yang mungkin dicapai dan parisipasi dalam aktivitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai