Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia mempunyai kebutuhan
tertentu yang harus terpenuhi dengan baik. Kebutuhan dasar manusia adalah hal-
hal seperti makanan, air, keamanan, dan cinta yang merupakan hal yang penting
untuk bertahan hidup dan kesehatan.
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow sebagai
berikut berdasarkan prioritas:

• Aktualisasi diri : kebutuhan yang harus dipenuhi diri sendiri.


• Harga diri : kebutuhan yang harus dipikirkan oleh diri sendiri dan orang lain.
• Cinta dan rasa ingin memiliki.
• Keamanan dan keselamatan
• Kebutuhan fisiologis : oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat,
istirahat, dan lain-lain.
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme
sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang
garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manivestasi
tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat
perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

1
B. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami tentang kebutuhan dasar manusia yaitu
mengenai kebutuhan oksigenasi.

C. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
a. Mengenal mengenai pengertian oksigenasi.
b. Mengenal mengenai anatomi-fisiologi sistem pernapasan.
c. Mengenal mengenai proses fisiologi pernapasan.
d. Menganal mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi.
e. Mengenal mengenai gangguan pada fungsi pernapasan.
f. Mengenal mengenai pemberian oksigen/terapi oksigen.
g. Mengenal mengenai asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan
oksigenasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna pada
aktivitas sel. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel.
Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke
seluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran.
Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke
paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5 l).
Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% (±500 ml), yakni yang
dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa.
(Mubarak., dan Chayatin, 2008)
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi
terdiri atas saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah, dan paru. (Alimul,
2012)
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2
dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai
dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, lalu oksigen akan

3
menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke
jangtung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk
kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler
alveolar, yaksi dari kapiler darah ke alveoli, dan melalui pipa bronkkhial (trakea)
dikeluarkan melalui hidung atau mulut. (Alimul, 2012)
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antarsel
jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme
tubuh, atau juga dapat di katakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan
darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil
oksigen dari Hb darah menerima sebagai gantinya, dan menghasilkan
karbondioksida sebagai sisa buangannya. (Alimul, 2012)

Tabel. Volume dan kapasitas paru-paru

Volume paru-paru Kapasitas paru-paru


Volume tidal 500-600 ml Kapasitas total 5500-6000 ml
Volume residu 1200-1500 ml Kapasitas vital 4500-4800 ml
Volume inspirasi 3500-4300 ml Kapasitas inspirasi 3600 ml
cadangan
Volume ekspirasi 1200-1500 ml Kapasitas 2500 ml
cadangan fungsional residu

B. Anatomi-fisiologi Sistem Pernapasan


1. Struktur sistem pernapasan
a. Sistem pernapasan atas
Sistem pernapasan atas terdiri atas :

4
 Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses
penyaringan, humidifikasi, dan penghangatan. (Mubarak.,dan
Chayatin, 2008)
 Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan
makanan. Faring terdiri atas nasofaring dan orofaring yang
banyak akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan
menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama udara.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
 Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa
disebut jakun. Selain berperan dalam menghasilkan suara, laring
juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan
melindungi jalan napas bawah dari air dan makanan yang masuk.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
 Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan. (Alimul, 2012)
b. Sistem pernapasan bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri atas trakea dan paru-paru
yang dilengkapi dengan bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan
kapiler paru, dan membran pleura.
 Trakea
Trakea merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-
cincin kartilago yang menghubungkan laring dengan bronkus
utama kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi
menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di
bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk
pohon bronkus. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
 Bronkus

5
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari
trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki
tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih
panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah. (Alimul, 2012)
 Bronkiolus
Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus.
(Alimul, 2012)
 Paru
Paru-paru ada dua buah, terletak di sebelah kanan dan kiri.
Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan tiga
lobus dan paru kiri dua lobus) dan dipasok oleh satu bronkus.
Jaringan paru sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang
bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan
jaringan ikat elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantung
tertutup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal
membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura
viseral membatasi permukaan luar paru. Diantara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
guna mencegah friksi selama gerakan bernapas. (Mubarak.,dan
Chayatin, 2008)
2. Fisiologi pernapasan
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal ( pernapasan pulmoner ) mengacu
pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan
eksternal dan sel tubuh . secara umum , proses ini berlangsung dalam
tiga langkah , yakni ventilasi pulmoner , pertukaran gas alveolar ,
serta transpor oksigen dan karbon dioksida. (Mubarak.,dan Chayatin,
2008)

6
1. Ventilasi pulmoner . saat bernapas, udara bergantian masuk-
keluar paru melalui ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas
antar lingkungan eksternal dan alveolus . proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jalan napas yang bersih ,
sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh , rongga
toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi dengan baik,
serta kompliens paru yang adekuat. (Mubarak.,dan Chayatin,
2008)
2. Pertukaran gas alveolar. Setelah oksigen memasuki alveolus,
proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus
ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di
alveolus ke membran kapiler, dan dipengarhi oleh ketebalan
membran serta perbedaan tekanan gas. (Mubarak.,dan Chayatin,
2008)
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida. Tahap ke tiga dalam
pernapasan adalah transpor gas-gas pernapasan . pada proses ini,
oksigen dianggut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju paru. (Mubarak.,dan
Chayatin, 2008)
 Transpor O2. Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan
paru-paru normalnya , sebagian besar oksigen (97%)
berikatan lemah dengan hemoglobin dan diangkut keseluruh
jaringan dalam bentuk oksihemoglobin (HbO2) , Dan sisanya
terlarut dalam plasma . proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (
jumlah O2 yang masuk dalam paru ) dan perfusi ( aliran darah
ke paru dan jaringan ) . kapasitas darah yang membawa
oksigen dipengaruhi oleh O2 dalam plasma, jumlah
hemoglobin ( Hb ) ,dan ikatan O2 dengan Hb. (Mubarak.,dan
Chayatin, 2008)

7
 Transpor CO2. Karbon dioksida sebagai hasil metabolisme
sel terus-menerus diproduksi dan diangkut menuju paru
dengan tiga cara : (1) sebagian besar karbon dioksida (70%)
diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat
(HCO3-) ; (2) Sebanyak 23 % karbon dioksida berikatan
dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin
(HbCO2) ; (3) Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di
dalam plasma dan dalam bentuk asam karbonat.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
b. Pernapasan Internal
Pernapasan internal ( pernapasan jaringan ) mengacu pada
proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria ,
yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrien . pada proses ini , darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik . selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan . seperti di kapiler paru
, pertukaran ini jugamelalui proses difusi pasif mengikuti penurunan
gradien tekanan parsial. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)

C. Proses Fisiologi Pernapasan


Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap, yaitu
ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah, demikian sebaliknya ; adanya jalan napas yang dimulai dari hidung
hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat

8
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau
proses penyempitan dapat terjadi) ; refleks batuk dan muntah ; dan adanya
peran mukus siliaris sebagai barier atau penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah complience dan recoir. Complience merupakan
kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli
yang berfungsi menurunkan cadangan permukaan dan adanya sisa udara
yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan torak. (Alimul,
2012)
b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan
CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi
atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan),
perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli
masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih
tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah
secara difusi pCO2 dalam arteri pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli,
dan afinitas gas kemampuan menembus dan saling mengikat hemoglobin-
Hb). (Alimul, 2012)
c. Transportasi Gas
Merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan
dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%), dan sebagian
menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%). Transportasi gas dapat

9
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output),
kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.
(Alimul,2012)

D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


1. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis, parasimpatis dan syaraf dari syaraf otonomik
dapat mempengaruhi kemampuam untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini
dapar terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan,
ujung syaraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat
mengeluarkan noradenalin yang berpengaruh pada brankodilatasi dan untuk
parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada
bronkhokontriksi) karna saluran pernapasan terdapat reseptor adenergik dan
reseptor kolinergik. (Alimul,2012)
2. Hormon dan Obat
Semua hormon termasuk darivat catecholamine dapat melebarkan
saluran pernapasan. Obat yang tergolong para simpatis, seperti sulfas
atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan
obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta 2), seperti obat
yang tergolong penyakat beta nonslektif, dapat mempersempit saluran napas
(bronkhontriksi). (Alimul,2012)
3. Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga,
kapuk, makanan, dll. Faktor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat
rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran pernapasan bagian atas;
bronkhokontriksi pada asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat disaluran
pernapasan bagian bawah. (Alimul,2012)

10
4. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara
lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis,
penyakit obstruksi pernapasan atas, dan lain-lain. (Mubarak.,dan Chayatin,
2008)
5. Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap
kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi
fungsi pernapasan.
 Penurunan kapasitas angkut O2 secara fisiologis, daya angkut
hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan 97%. Akan tetapi,nilai
tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan
pada tubuh. Misalnya,pada penderita anemia atau pada saat terpapar
zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan
kapasitas peningkatan O2.
 Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2
lingkungan.
 Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume
sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraselular yang
berlebihan (mis., pada penderita syok atau dehidrasi berat).
 Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus
infeksi dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan
peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah
persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
 Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding
dada seperti kehamilan,obesitas,abnormalitas,muskuloseletal (mis.,
pectus excavatum dan kifosis),trauma,penyakit otot,penyakit

11
susunan saraf,gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
6. Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.
 Bayi premature. Bayi yang lahir prematur berisiko menderita
penyakit membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya
membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan.
Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfakatan yang masih sedikit
karena keampuan paru dalam menyintesis surfaktan baru
berkembang pada trimester akhir.
 Bayi dan anak-anak. Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi
saluran napas akut akibat kebiasaan buruk,seperti merokok.
 Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres,kebiasaan merokok,diet
yang tidak sehat,kurang berolahraga merupakan faktor yang dapat
meningkatan risiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia
ini.
 Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan
perubahan fungsi normal pernapasan,seperti penurunan elastisitas
paru,pelebaran alveolus,dilatasi saluran bronkus,dan kifosis tulang
belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh
pada penurunan kadar O2. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)

Tabel. Pengaruh perkembangan pada pernapasan bayi dan dewasa

Keterangan Bayi Dewasa


1 2 3
Frekuensi 30-60 X 16-20 X
pernapasan (RR)

12
1 2 3
Pola napas Pernapasan perut kedalaman Pernapasan dada teratur
dan frekuensi tidak teratur
Bunyi napas Keras Bersih
Terdengar kasar pada akhir
inspirasi
Bentuk dada Bundar Elips

7. Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian,suhu,serta populasi udara
dapat memengaruhi proses oksigenasi.
 Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap
afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu
lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
 Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada
tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya,
orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami
peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya
pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
 Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan
sakit kepala,pusing,batuk,tersedak,dan berbagai gangguan
pernapasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di
pabrik abses atau bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit
paru akibat terpapar zat-zat berbahaya. (Mubarak.,dan Chayatin,
2008)
8. Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi,gaya hidup,kebiasaan berolahraga,kondisi
emosional,dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

13
 Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
 Olah raga. Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik,
denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
 Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat obatan
yang berlebihan dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi
karena :
 Alkohol dan obat obatan dapat menekan pusat pernapasan
dan susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan
laju dan kedalaman pernapasan.
 Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin, dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernapasan.
 Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan
 Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan
gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain iti,
nikotin memperkandung dalam rokok bisa mengakibatkan
vasokonstriksi pembulu darah perifer dan koroner. (Mubarak.,dan
Chayatin, 2008)

14
E. Gangguan Pada Fungsi Pernapasan
a. Perubahan pola napas
Pola napas mengacu pada pola frekuensi, volume, irama, dan usaha
pernapas. Pola napas yang normal (eupnea) ditandai dengan pernapasan
yang tenang, berirama, dan tanpa usaha. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
1. Takitnea : Frekwensi pernafasan yang cepat. Biasanya ini terlihat
pada kondisi demam, asidosis metabolik, nyeri dan kasus
hiperkatnia atau hipoksemia. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
2. Bradipnea : frekwensi penafasan yang lambat dan abnormal.
Biasanya ini terlihat pada orang yang baru menggunakan obat-
obatan seperti morfin, pada kasus alkalosis metabolik,
peningkatan TIK. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
3. Apnea : Berhenti nafas. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
4. Hiperventilasi : Peningkatan jumlah udara yang memasuki paru.
Kondisi ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan
metabolik untuk pembuangan CO2. Biasanya, hiperventilasi
disebabkan oleh asidosis, infeksi dan kecemasan. Lebih lanjut,
kondisi ini bisa menyebabkan alkalosis akibat pengeluaran CO2
yang berlebihan. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
5. Hipoventilasi : Penurunan jumlah udara yang memasuki paru-
paru. Kondisi ini terjadi saat ventilasi alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metabolik untuk penyaluran O2 dan
pembuangan CO2. Biasanya ini disebabkan oleh penyakit otot
pernafasan, obat-obatan dan anestesia. (Mubarak.,dan Chayatin,
2008)
6. Pernafasan Kusmaul : Salah satu jenis Hiperventilasi yang
menyertai asidosis metabolik. Pernafasan ini merupakan upaya
tubuh unutk mengumpensasi asidosis dengan mengeluarkan
karbondioksida melalui pernafasan yang cepat dan dalam.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)

15
7. Orthopnea : Ketidakmampuan untuk bernafas, kecuali dalam
posisi tegak atau berdiri. (Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
8. Dipsnea : Kesulitan atau ketidaknyamanan saat bernafas.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)
9. Cheyne stokes : Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
(Alimul,2012)
10. Pernapasan paradoksial : merupakan pernapasan yang ditandai
dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari
keadaan normal, sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.
(Alimul,2012)
11. Biot : merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering
dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang
meningkat, trauma kepala, dan lain-lain. (Alimul,2012)
12. Stridor : merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan. Pola ini pada umumnya
ditemukan pada kasus spasme trackea atau obstruksi laring.
(Alimul,2012)
b. Hipoksia
Adalah kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel) tidak
adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan O2 pada tingkat sel.
Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan
tingkat kesadaran, penurunan konsentrasi, kelemahan, peningkatan tanda-
tanda vital, disritmia, pucat, sianosis, clubbing, dan dispnea. Penyebabnya
antara lain penurunan Hb dan kapasitas angkut O2 dalam darah, penurunan
konsentrasi O2 inspirasi, ketidakmampuan sel mengikat O2, penurunan
difusi O2 dari alveoli ke dalam darah, dan penurunan perfusi jaringan.
(Mubarak.,dan Chayatin, 2008)

16
c. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas, baik total ataupun sebagian, dapat terjadi di
seluruh tempat di sepanjang jalan napas atas atau bawah. Obstruksi pada
jalan napas atas (hidung,faring,laring) dapat disebabkan oleh benda asing
seperti makanan, akumulasi sekret, atau oleh lidah yang menyumbat
orofaring pada orang yang tidak sadar. Sedangkan obstruksi jalan napas
bawah meliputi sumbatan total atau sebagian pada jalan napas bronkus dan
paru. (Alimul,2012)
Tanda klinis :
1. Batuk tidak efektif.
2. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.
3. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.
4. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.
d. Pertukaran gas
Merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan
oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf,
depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. Terjadinya
gangguan pertukaran gas ini menunjukkan kapasitas difusi menurun, antara
lain disebabkan oleh penurunan luas permukaan difusi, penebalan membran
alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan O2 dari paru ke jaringan
akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia, keracunan CO2, dan
terganggunya aliran darah. (Alimul,2012)
Tanda klinis :
1. Dispnea pada usaha napas.
2. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.
3. Agitasi.
4. Lelah, letargi.
5. Meningkatnya tahanan vaskular paru.
6. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pCO2.
7. Sianosis.

17
F. Pemberian Oksigen/Terapi Oksigen
Terapi oksigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun
1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach pada
tahun 1920 untuk pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru obstrukstif kronik.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO2 >
21%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2
> 90%. (Tarwoto., dan Wartonah, 2011)
Indikasi terapi oksigen diberikan kepada :
 Perubahan frekuensi atau pola napas
 Perubahan atau gangguan pertukaran gas atau penurunan (V/Q)
 Hipoksemia
 Menurunnya kerja napas
 Menurunnya kerja miocard
 Trauma berat

Pemberian oksigen atau terapi oksigen dapat dilakukan melalui metode di bawah
ini.
1. Sistem aliran rendah
Pemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditunjukkan pada
pasien yang membutuhkan oksigen tetapi masih mampu bernapas normal, karena
teknik sistem ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi atau tidak konstan, saat
dipengaruhi oleh aliran, reservoir, dan pola napas pasien. (Tarwoto., dan
Wartonah, 2011)
Contoh pemberian oksigen dengan aliran rendah adalah sebagai berikut.
a. Nassal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter per menit
dengan konsentrasi oksigen 24-44%.
b. Sungkup muka sederhana (simple mask), diberikan kontinu atau selang-
seling 5-10 liter permenit dengan konsentrasi oksigen 40-60%.

18
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi.
Pada saat pasien inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran
oksigen 8-12 liter permenit dengan konsentrasi 60-80%.
d. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Sungkup ini
mempunyai 2 katup; satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
pada saat ekspirasi, dan satu katup yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter permenit,
konsentrasi oksigen 80-100%.
2. Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi
oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah
dengan venturi mask atau sungkup muka dengan venturi dengan aliran sekitar 2-
15 liter per menit. Prinsip pemberian oksigen dengan venturi adalah oksigen yang
menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur
sesuai warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga (orange) 31%,
kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%. (Tarwoto., dan Wartonah, 2011)

G. Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Oksigenasi


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen
meliputi : ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat
luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi,
gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal

19
(kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan
influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan
pernapasan.
b. Pola batuk dan produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah
batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara
mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang
mengalami penyakit kanker.
c. Sakit dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian
yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit,
perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau
tidaknya hubungan anatara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa
sakit.
d. Pengkajian fisik
 Inspeksi. Pengkajian ini meliputi : pertama, penentuan tipe jalan
napas; kedua, penghitungan frekuensi pernapasan dalam waktu
satu menit; ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal,
abdominal, atau kombinasi keduanya; keempat, pengkajian
irama pernapasan, yaitu dengan menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi; kelima, pengkajian terhadap dalam/dangkalnya
pernapasan.
 Palpasi. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan,
seperti nyeri tekan yang dapat timbul akibat luka, peradangan
setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau pembengkakan
dan benjolan pada dada.
 Perkusi. Pengkajian ini bertujuan untuk menilai normal atau
tidaknya suara perkusi paru. Suara perkusi normal adalah suara
perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara
perkusi lain yang dianggap tidak normal adalah redup, seperti
pada infiltrat, konsolidasi, dan efusi pleura.

20
 Auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya
suara napas, diantaranya suara napas dasar dan suara napas
tambahan. Suara napas dasar adalah suara napas pada orang
dengan paru yang sehat. Suara napas tambahan yaitu suara yang
terdengar pada dinding toraks berasal dari kelainan dalam paru,
termasuk bronkus, alveoli, dan pleura.
e. Pemeriksaan laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium Hb, leukosit, dan lain-lain yang
dilakukan secara rutin, juga dilakukan pemeriksaan sputum guna
melihat kuman dengan cara mikroskopis. Uji resistensi dapat
dilakukan secara kultur, untuk melihat sel tumor dengan
pemeriksaan sitologi. Bagi pasien yang menerima pengobatan dalam
waktu lama, harus dilakukan pemeriksaan sputum secara periodik.
f. Pemeriksaan diagnostik
 Rontgen dada. Penapisan yang dapat dilakukan, misalnya untuk
melihat lesi paru pada penyakit tuberkulosis, mendeteksi adanya
tumor, benda asing, pembengkakan paru, penyakit jantung, dan
untuk melihat struktur yang abnormal.
 Fluoroskopi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
mekanisme kardiopulmonum, misalnya kerja jantung,
diafragma, dan kontraksi paru.
 Bronkografi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara
visual bronkus sampai dengan cabang bronkus pada penyakit
gangguan bronkus atau kasus displacement dari bronkus.
 Angiografi. Pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan
diagnosis tentang keadaan paru, emboli atau tumor paru,
aneurisma, emfisema, kelainan konginetal, dan lain-lain.
 Endoskopi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan
diagnostik dengan cara mengambil sekret untuk pemeriksaan,
melihat lokasi kerusakan, biopsi jaringan, untuk pemeriksaan
sitologi, mengetahui adanya tumor, melihat letak terjadinya

21
perdarahan; untuk terapeutik, misalnya mengambil benda asing
dan menghilangkan sekret yang menutupi lesi.
 Radio isotop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai lobus
paru, melihat adanya emboli paru.
 Mediastinoskopi. Mediastinoskopi merupakan endoskopi
mediastinum untuk melihat penyebaran tumor.
2. Diagnosis keperawatan
a. Bersihkan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan :
 Produksi sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit
infeksi
 Imobilisasi, statis sekresi, batuk tidak efektif akibat penyakit
sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, dan CVA.
 Efek sedatif dari obat, pembedahan (bedah torak), trauma, nyeri,
kelelahan, gangguan kognitif, dan persepsi.
 Depresi refleks batuk.
 Penurunan oksigen dalam udara inspirasi.
 Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respons
peradangan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan :
> Penyakit infeksi pada paru.
> Depresi pusat pernapasan
> Lemahnya otot pernapasan
> Turunnya ekspansi paru
> Obstruksi trakea
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan :
 Perubahan suplai oksigen
 Obstruksi saluran pernapasan
 Adanya penumpukan cairan dalam paru
 Atelektaksis
 Bronpospasme
 Adanya edema paru

22
 Tindakan pembedahan paru
d. Gangguan perkusi jaringan berhubungan dengan :
 Adanya perdarahan
 Adanya edema
 Imobilisasi
 Menurunnya aliran darah
 Vasokonstriksi
 Hipovolumik
3. Perencanaan keperawatan
Tujuan :
a. Mempertahankan jalan napas agar efektif
b. Mempertahankan pola pernapasan agar kembali efektif
c. Mertahankan pertukaran gas
d. Memperbaiki perkusi jaringan
Rencana tindakan :
a. Mempertahankan jalannya napas agar efektif
 Awasi perubahan setatus jalan napas dengan memonitor
jumlah, bunyi, atau status kebershannya.
 Berikan humidifier (kelembab)
 Melakukan tindakan pembersihan jalan napas dengan fibrasi,
celapping, atau postural drainase (jika perlu melakukan
suction)
 Ajarkan teknik batuk yang efektif dan cara menghindari
alergen
 Pertahankan jalan napas agar tetap tebuka dengan memasang
jalan napas buatan, seperti oroppharyngeal/nasopharyngeal
airway, intubasi indotrakea, atau trankhepostomi sesuai dengan
indikasi
 Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat
bronkhodilator
b. Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif

23
 Awasi perubahan status pola pernapasan
 Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)
 Berikan osigenasi
 Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar
c. Mempertahankan pertukaran gas
 Awasi perubahan status pernapasan
 Atur posisi sesuai dengan kebutuhan (semifowler)
 Berikan oksigenasi
 Lakukan suction bila memungkinkan
 Berikan njtrisi tinggi protein dan rendah lemak
 Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi yang benar
 Pertahankan berkembangnya paru dengan memasang fentilasi
mekanis, chest tube, chest drainase sesuai dengan indikasi
d. Memperbaiki perfusi jaringan
 Kaji perubahan tingkat perkusi jaringan (capilary refill time)
 Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan
 Pertahankan asupan dan pengeluaran
 Cegah adanya perdarahan
 Hindari terjadinya valsava manuver seperti mengedan,
menahan napas, dan batuk
 Pertahankan perfusi dengan tranfusi sesuai dengan indikasi
4. Pelaksanaan (tindakan) keperawatan
a. Latihan napas
Merupakan cara bernapas untuk memperbaiki fentiasi alveoli atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelek taksis, meningkatkan
efisiensi batuk, dan mengurasi stres.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Atau posisi (duduk/tidur telentang)

24
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas
melalui hidung dengan mulut tertutup
5. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-1,5 detik, kemudian
disusul dengan menghembusan napas melalui bibir dengan
bentuk mulut mencucu atau seperti orang meniup
6. Catat respon yang terjadi
7. Cuci tangan
b. Latihan batuk efektif
Merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari skret atau benda
asing di jalan napas.
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan di jelaskan
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur
membungkuk kedepan
4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernapasan diagfragma
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik
6. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka
7. Tarik napas dengan ringan
8. Istirahat
9. Catat respon yang terjadi
10. Cuci tangan
c. Pemberian oksigenasi
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
oksigen kedalam paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien
dapat di lakukan melalui 3 cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan

25
masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah
terjadinya hipoksia.
Alat dan bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier.
2. Nasal kateter, kanula, atau masker
3. Vaselin atau jeli
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Cek flowmeter dan humidifier
4. Hidupkan tabung oksigen
5. Ataur pasien pada posisi semi fowler atau sesuai dengan
kondisi pasien
6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker
7. Apabila menggunakan kateter, terlibih dulu ukur jarak hidung
dengan telinga, stelah itu beri jeli dan masukkan
8. Catat pemberian dan lakukan observasi
9. Cuci tangan
d. Fisioterapi dada
Merupakan tindakan keperawatan yang di lakukan dengan cara
postural sdainase, clapping, dan vibrating pada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan.tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasa dan membersihkan jalan
napas.
Alat dan bahan :
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas tisu
3. 2 balok tempat tidur (untuk postural drainase)
4. Satu bantal (untuk postural drainase)
Prosedur kerja :
1. Postural drainase

26
 Caci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan di laksanakan
 Miringkan tubuh pasien ke arah kiri (untuk membersihkan
paru bagian kanan)
 Miringkan tubuh pasien ke kanan (untuk membersihkan
paru bagian kiri)
 Miringkan tubuh pasien kekiri dan tubuh bagian belakang
kanan disokong dengan satu bantal (untuk membersihkan
bagian lobus tengah)
 Lakukan postural drainase kurang lebih 10-15 menit
 Observasi tanda vital selama prossedur
 Setelah pelaksanaa postural drainase, lakukan clapping,
vibrating, dan suction
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan
2. Clapping
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan di laksanakan
 Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinnya
 Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat
menepuk punggung pasien secara bergantian untuk
merangsang terjadinya batuk
 Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan
untuk menapung pada pot sputum
 Lakukan hingga lendir bersih
 Catat respon yang terjadi
 Cuci tangan
3. Vibrating
 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur yang akan di laksanakan

27
 Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi
 Lakuakn fibrating dengan cara anjurkan pasien untuk
menarik napas dalam dan mengeluarkannya secara
perlahan. Kedua tangan perawat di letakkan di bagian atas
samping depan cekungan iga, kemudian getarkan secara
perlahan, dan lakukan berkali kali hingga pasien terbatuk
 Bila pasien sudah terbatuk, berhenti sebentar dan anjurkan
untuk menampungnya pada pot sputum
 Lakukan hingga lendir bersih
 Mencatat respon yang terjadi
 Cuci tangan
e. Penghisapan lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lendir sendiri. Tindakan ini bertujuan membersihkan
jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Alat dan bahan :
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan
desinfektan
2. Kateter penghisap lendir
3. Pinset steril
4. Sarung tangan steril
5. Dua buah kom berisi larutan aguades atau NaCl 0,9% dan
larutan desinfektan
6. Kasa steril
7. Kertas tisu
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke
arah perawat

28
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungkan kateter penghisap dengan selang penghisap
6. Hidupkan mesin penghisap
7. Lakuakan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter
penghisap ke dalam kom berisi aquades dan NaCl 0.9%
untuk mencegah trauma mukosa
8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak
menghisap
9. Tarik dengan memutar kateter penghisap kurang dari 3-5
detik
10. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0.9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respons yang terjadi
13. Cuci tangan
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam :
a. Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada
sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia.
b. Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukkan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan
kedalaman napas normal, tidak ditemukan adanya tanda hipoksia,
serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
c. Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan
dengan adanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea
pada usaha napas, inspirasi dan ekspirasi dalam batas normal, serta
saturasi oksigen dan pCO2 dalam keadaan normal.

29
d. Meningkatkan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya
kemampuan pengisian kapiler, frekuensi, irama, kekuatan nadi
dalam batas normal, dan status hidrasi normal.

30
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
a. Oksigenasi adalah proses masuknya O2 ke dalam tubuh yang
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan
oleh sel.
b. Anatomi sistem pernapasan terdiri atas sistem pernapasan atas (hidung,
faring, laring, epiglotis), dan sistem pernapasan bawah (trakea,
bronkus, bronkiolus, paru) adapun fisiologi pernapasan terdiri atas
pernapasan eksternal dan internal.
c. Proses fisiologi pernapasan terdiri atas tahap yaitu ventilasi, difusi gas
dan transportasi gas.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah saraf otonomik,
hormon&obat, alergi pada saluran napas, status kesehatan, fisiologis,
perkembangan, lingkungan, dan perilaku.
e. Gangguan pada fungsi pernapasan terdiri atas perubahan pola napas
(takitnea, bradipnea, apnea, hipoventilasi, pernapasan kusmaul,
orthopnea, dispnea, cheyne stroke, pernapasan paradoksial, biot,
stridor), hipoksia, obstruksi pola napas, pertukaran gas.
f. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen atmosfer.
g. Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi
pengkajian keperawatan,diagnosis keperawatan,perencanaan
keperawatan,pelaksanaan (tindakan) keperawatan,dan evaluasi
keperawatan.

31
B. SARAN
Setelah penulis menulis kesimpulan, ada beberapa saran diantaranya sebagai
berikut :
1. Seharusnya mahasiswa lebih mendalami masalah kebutuhan
oksigenasi.
2. Seharusnya mahasiswa tidak hanya mengetahui masalah
kebutuhan oksigenasi tetapi juga harus bisa
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

32
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal., dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tarwoto., dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

33

Anda mungkin juga menyukai