Anda di halaman 1dari 9

Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan

adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,

komunikasi dan interaksi sosial. (Judarwanto, 2008). Pada umumnya penderita autisme

mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada

reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau malahan tidak ada reaksi sama

sekali. Mereka menghindari atau tidak berespon terhadap kontak sosial (pandangan

mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya).

Autisme bukan salah satu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala)

dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan

kepedulian terhadap sekitar sehingga anak autisma seperti hidup dalam dunianya

sendiri. (Yatim, 2007)

Menurut kelompok definisi dari autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang

kompleks yang biasanya muncul pada anak-anak terutama anak berusia 1 – 3 tahun

akibat dari adanya kelainan biologis dan neurologis pada otak termasuk

ketidakseimbangan biokimia, factor genetic dan gangguan kekebalan tubuh, yang

dibuktikan dengan pola tingkah laku yang tidak normal.


Terapi dan Diet untuk Anak Autis
Pada postingan sebelumnya, saya sudah membahas tentang pengertian, prevalensi,
klasifikasi, penyebab, dan cara mengenali gejala ana autisme. Dan postingan kali ini saya
akan membahas penanganan orang tua pada anak autis. penanganan disini berupa terapi-
terapi, dan diet yang dapat di berikan pada anak.

1. Penanganan Autisme

Kebanyakan para orang tua yang memiliki anak autis tidak tahu apa saja yang dapat
dilakukannya dalam menangani anak autis. Cara penanganan anak autis dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya dengan melakukan terapi dan dengan diet makanan pada
anak autis serta debgan kasih sayang yang tulus dari orang tua. Penanganan anak autistik
dengan terapi. Gejala autis sebenarnya dapat dihilangkan dan ada yang hilang dengan
sempurna. Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara/obat/suplemen yang ditawarkan dengan
iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh
si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.

Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci
percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang
menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.

Dibawah ini ada 12 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang
bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu
gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan
memerlukan waktu yang lama. Untuk itu terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap
anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain
khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus
pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias
diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

“Jika ada yang berpendapat autisme sudah baku dan tidak ada lagi harapan itu paradigma
lama. Berdasarkan temuan terbaru gangguan Autis dapat disembuhkan melalui terapi dini
secara intensif dan terpadu”, kata Kresno di Padang, Sabtu, pada Seminar Autism is Curable
(autisme bisa sembuh).

Ia menerangkan terapi yang dapat dilakukan meliputi terapi prilaku diantaranya


menggunakan metode yang dikembangkan Ivar Lovaas dari UCLA yaitu konsep Aplied
behavior Analysis (ABA). Terapi ABA dilakukan intensif selama 40 jam per minggu dalam
dua tahun di mana berdasar hasil penelitian terjadi peningkatan IQ yang besar pada
penyandangnya, katanya.

2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa.
Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau
kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai
bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara
dan berbahasa akan sangat menolong.

3. Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus.
Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang
benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot
-otot halusnya dengan benar.

4. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik
mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya
lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi
dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya
dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5. Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi
dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan
berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis
sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-
teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6. Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar
bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan
interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-
teknik tertentu.

7. Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami


mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk.
Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut
dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8. Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai
terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat
perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih
mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9. Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal
inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan
ketrampilan komunikasi.

10. Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat
Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih
melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya
gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu
anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua
hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.
Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang
komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

11. Terapi Gelombang Otak

Terapi autis dengan audio gelombang otak ini sering disebut oleh para pelanggan dengan
sebutan terapi lumba-lumba. Memang benar, terapi ini berisi gelombang yang mempunyai
pola gelombang sama dengan gelombang sonar yang dihasilkan lumba-lumba.

Anda dapat mendapatkan CD Terapi Lumba-lumba ini dengan melakukan pemesanan ke


kami, Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba terkandung potensi
yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik penderita autis. Sebab lumba-
lumba mempunyai gelombang sonar yang dapat merangsang otak anak autis untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang, sehingga
dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari
lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.

Gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang SMR (Sensori
Motor Rhytm) pada otak manusia. Karena pada anak autis gelombang SMR nya mengalami
gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba ini. Hal ini
mengikuti prinsip fisika Frequency Following Response (FFR), dimana otak secara alami
mengikuti frekuensi dari rangsangan luar yang mempunyai pola gelombang yang sama secara
berirama dan berulang. Sekarang telah banyak tempat di Indonesia yang menyediakan terapi
ikan lumba-lumba.
12. Terapi Oksigen

Menurut penelitian yang diungkap di jurnal Bio Medical Centre (BMC) Pediatrics,
oksigen murni bisa mengurangi inflamasi atau pembekakan di otak dan meningkatkan asupan
oksigen di sel-sel otak. Terapi ini dilakukan dengan sebuah alat berupa tabung dekompresi.
Penderita autisme masuk ke dalam tabung itu lalu dialiri oksigen murni dan tekanan udara
ditingkatkan menjadi 1,3 atmosfer.

Cara ini rupanya cukup efektif. Pemberian terapi oksigen hiperbarik secara rutin
menunjukkan perbaikan pada kondisi saraf dan mengatasi cerebral palsy. Terapi ini banyak
dipilih di beberapa negara dan para peneliti terus mengembangkannya. Dan Rossignol dari
International Child Development Resource Centre, Florida, AS, melakukan penelitian
terhadap 62 penderita autisme berusia 2-7 tahun. Responden diberi terapi oksigen selama 40
menit setiap hari selama sebulan dengan asupan oksigen 24% dan tekanan udara 1,3 atmosfer.
Hasilnya, terjadi peningkatan hampir di seluruh fungsi organ tubuh, seperti sensor gerak,
kemampuan kognitif, kontak mata, kemampuan sosial, dan pemahaman bahasa.

Terapi saja tidak cukup untuk menghilangkan gejala autis pada anak. Di smping terapi yang
dilakukan, anak juga harus menjalani penanganan berupa diet makanan. Meskipun anak
terapi dengan baik di tempat yang baik namun dietnya tidak terjalankan, maka tidak akan
memberikan hasil yang optimal. Diet inilah yang paling susah di terapkan oleh para orang
tua, karena kasihan pada anaknya orang tua tidak tega pada anak sehingga diet tidak
terjalankan.

Diet makanan pada autis autisme, yaitu dengan pemberian probiotik, diet bebas jamur, diet
bebas gluten, diet bebas kasein, dan diet pemberian suplemen vitamin A, C, B6, B12, Mg,
asam folat, dan omega-3. Namun, sebelum mencoba diet sebaiknya didiskusikan lebih dahulu
dengan dokter anak anda.

Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat bervariasi,
oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak
bisa diseragamkan. Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat
individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme umumnya sangat alergi
terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam mengatur makanan
dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi
selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak.

1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein

Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme. Pada
umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang berarti menghindari
makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein.

Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput” seperti
gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada
tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang
sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu
timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena makanan pokok
orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Beberapa contoh resep masakan
yang terdapat pada situs Autis.info ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa
kasein. Bila anak ternyata ada gangguan lain, maka tinggal menyesuaikan resep masakan
tersebut dengan mengganti bahan makanan yang dianjurkan. Perbaikan/penurunan gejala
autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila
setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut
tidak cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.

Tabel 1.1: Jenis Pangan Yang Dianjurkan

Makanan sumber
Makanan sumber protein Sayuran segar Buah
karbohidrat
susu kedelai Bayam Anggur

Beras tapioca daging, cumi brokoli Apel

Singkong ararut ikan segar tahu labu siam papaya,

Ubi maizena unggas kacang hijau labu kuning mangga

Talas bihun telur kacang merah kangkung pisang

Jagung soun udang kacang tolo tomat jambu

tepung beras kerang kacang mede wortel jeruk

kacang kapri timun semangka

Tabel 1.2: Jenis Pangan Yang Harus Dihindari Atau Dipantangkan

Makanan sumber Kasein Makanan dengan Glutein Daging, ikan, dan ayam
Es krim Roti Seafood

Yoghurt Mie Sosis

Coklat Spaghetti Kornet

Keju Pizza Ikan asap

Hopjes Tart Bakso

SKM Butter Cake Soft drink

Mentega
Biskuit Hotdog

Macaroni Sarden

2. Diet anti-yeast/ragi/jamur

Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka makanan yang
diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.

Tabel 2.1: Jenis Pangan Yang Dianjurkan

Makanan sumber
Makanan sumber protein Sayuran
karbohidrat
Beras Daging Almod Brokoli

tepung beras Ikan mete Kol

kentang Ayam kacang kedelai kembang kol

ubi Udang kacang hijau bit

singkong Hasil laut lain kacang polong wortel


yang segar.
jagung timun

tales. labu siam

bayam

terong

sawi

tomat

buncis

kacang panjang
kangkung

tomat

Tabel 2.2: Jenis Pangan Yang Harus Dihindari Atau Dipantangkan

Macam-macam saus
Buah yang dikeringkan
bumbu/rempah misalnya

macam-macam kecap Kismis


Semua jenis jamur segar
makanan yang Aprokot
maupun kering
menggunakan cuka,
mayonnaise Kurma

salad Pisan
prune
dressing.

3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan

Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi
adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara
mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu
diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala
alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua
makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus
dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat
diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.

Cara mengatur makanan secara umum

1. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan
kegiatan sehari-hari.
2. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur.
Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih
lambat disbanding gula/sukrosa.
3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung,
minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive.
Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.
4. Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-
buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.
5. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat
pewarna, zat pengawet).
6. Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen
vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).
7. Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap dan
tanggal kadaluwarsanya.
8. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan
bosan.
9. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran
segar.

Selain terapi dan diet makanan, penerimaan dan kasih sayang orang tua dan lingkungan juga
memberikan pengaruh terhadap kesembuhan anak autis. Karena itu, orangtua dengan anak
autis tidak perlu berputus asa. Kasih sayang dan kesabaran adalah kunci untuk membantu
memandirikan anak autis.

Daftar Pustaka:

Budiman, Melly. 2003. Gangguan Metabolisme pada Anak Autistik di Indonesia. Makalah.
Jakarta: Konferensi Nasional Autisme-I.

Pusponegoro, Hartono D. 2003. Pandangan Umum mengenai Klasifikasi Spektrum


Gangguan Autistik dan Kelainan Susunn saraf Pusat. Makalah. Jakarta: Konferensi Nasional
Autisme-I

Komunitas peduli Autisme. 2009. 10 jenis terapi autisme. Artikel, Januari 2010

Kurniati, Irma. 2009. Terapi Oksigen, Harapan Penderita Autis. Artikel, April 2009

Wahyuni, Ikhwani. 2014. Autisme Dapat Disembuhkan dengan Dua Cara. Artikel, Maret
2014

Anda mungkin juga menyukai