Konsep Dasar
1. Definisi
Amputasi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk mengobati luka cedera,
kanker, gangrene tungkai yang meluas, dan penyakit pembuluh darah yang
mengancam nyawa atau nyeri saat istirahat. Walaupun alat protesis dapat
vascular perifer, trauma, tumor, infeksi atau anomali kongenital. Tindakan amputasi
ini sebagai altenatif untuk menyelamatkan anggota gerak yang dilakukan sesuai
dan perubahan citra tubuh maka hal itu memerlukan kerjasama dari multidisiplin
Klien dengan penyakit vascular perifer adalah kandidat tersering untuk amputasi
penyumbatan pembuluh darah dan berhubungan lebih dari 55% dari sebagian besar
bawah (Black & Hawks, 2014). Selain itu gangren, tumor ganas, infeksi dan
karakteristik dari beberapa cedera tubrukan akibat terjepit, percobaan bunuh diri, atau
3. Jenis Amputasi
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang diagnosis dan mendapat
Merupakan amputasi yang terjadi akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti trauma dengan
a. Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan
b. Amputasi tertutup
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
4. Patofisiologi
Kecacatan
Kesulitan untuk Defisit Perawatan Diri
melakukan aktivitas
Timbul rasa malu,
sehari-hari/mobilisasi
depresi, stres
Post operasi
Luka Operasi
Proses penyembuhan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Tirah baring lama Kebutuhan
mobilisasi
Nyeri akut
Kerusakan integritas
Gejala yang ditimbulkan setelah dilakukan tindakan amputasi adalah rasa nyeri
tunggul yang spontan dalam jangka panjang. Dampak masalah dalam sistem tubuh:
a. Kecepatan metabolisme
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar
dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotic koloid plasma, hal ini
c. Sistem respirasi
Pada klien imobilisasi dalam posisi baring terlentang maka kontraksi otot
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio
ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi
sehingga sekresi mucus mempuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu
d. Sistem kardiovaskuler
sekuncup.
3) Orthostatis hipotensi
dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari
diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah
menurun, akibatnya klien merasa pusing saat bangun tidur serta dapat juga
merasakan pingsan
e. Sistem muskuluskeletal
suplai o2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan
kelelahan otot.
b) Atropi otot
Karna adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan
fungsi pensarapan hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
c) Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan otot serta adanya keterbatasan
gerak.
d) Osteoporosis
f. Sistem pencernaan
a) Anoreksi
dalam kolon, menjadikan feses lebih keras dan orang sulit buang air besar.
g. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang renal pelvis ureter dan kandung kencing berada
dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urin harus melawan gaya gravitasi, pelvis
a) Akumulasi endapan urin di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.
h. Sistem integument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong
akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke
jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi iskemia, hiperemisis dan akan normal
kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit di masase untuk meningkatkan suplai
darah.
6. Pemeriksaan Penunjang
hematoma
7. Komplikasi
a. Nyeri-sensasi nyeri dirasakan diseluruh bagian yang diamputasi, hal ini terjadi
berkurang seiring berjalannya waktu. Rasa nyeri seperti terbakar, sensasi nyeri
ini terasa didalam tulang yang diamputasi. Penyebab umum dari bagian yang
b. Pembengkakan post operasi terjadi setelah amputasi. Hal ini dapat menghambat
penyembuhan luka dan membuat ketegangan pada jaringan. Balutan yang keras
tersebut. Pembengkakan yang terjadi setelah peradangan pada bagian yang telah
verrucosa, pertumbuhan kulit dengan pigmentasi dan pelepasan serosa. Hal ini
harus ditangani dengan balutan total, hal ini dapat mengurangi pembengkakan.
c. Kontraktur sendi, komplikasi ini sering kali ditemui pada kontraktur pinggang,
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan memastikan bahwa tungkai yang akan
penyakit diabetes dan vascular. Jika lukanya tidak membaik dengan perawatan
terbuka terbuka. Mengksisi jaringan lunak dan tulang dengan penutut dan tanpa
B. Asuhan Keperawatan
1. Pra Operasi
sering terjadi pada pasien dengan kerusakan jaringan yang luas; fraktur multipel;
c. Status nyeri pasien apabila didapatkan nyeri yang tak tertahankan perlu untuk
rencana perawatan individu yang lebih memusatkan perhatian pada klien secara
berikut :
Kondisi fisik klien : kondisi fisik berikut dapat memprediksikan rehabilitasi
yang akan dijalani. Usia klien, kemampuan untuk dapat berjalan kembali atau
penyakit obstruktif paru kronis, atau penyakit jantung dengan gagal jantung atau
Tipe amputasi yang dilakukan : Ada dua tipe prosedur amputasi: amputasi
terbuka atau guilotin, dan amputasi tertutup atau telekap. Indikasi utama
bedah tidak segera menutup celah luka dengan transplantasi kulit namun dibiarkan
terbuka pada ujungnya untuk drainase. Obat-obat antibiotik diberikan. Saat infeksi
sudah diatasi secara tuntas, klien akan menjalani operasi selanjutnya untuk
celah dengan lapisan kulit yang ditransplantasikan hingga menutupi tepi celah.
Tipe amputasi ini adalah yang paling umum dilakukan saat tidak adanya infeksi
dan, oleh sebab itu, drainase, terbuka tidak diperlukan. Akan tetapi, dokter bedah
penggunaan alat prostesis dibandingkan apabila diamputasi di atas lutut (Black &
Hawks, 2014).
bergantung pada usia dan kedewasaan klien. Klien berusia muda kemungkinan
besar akan menolak amputasi walaupun amputasi akan memperbaiki fungsi tubuh
dengan gambaran diri. Sebaliknya beberapa klien yang menderita nyeri iskemik
untuk menghilangkan sumber nyeri daripada pada perubahan gambaran dan fungsi
kadar oksigen pada jaringan transkutan. Alat ini dapat membantu untuk
menentukan tingkat amputasi dengan penyembutan cepat (Black & Hawks, 2014).
Pengkajian
keluarga dalam melewati nyeri, penderitaan yang dirasakan dan keputusan yang
diambil sehingga klien dapat mempersiapkan diri dengan amputasi secara fisik
dan psikologi. Jika saat amputasi dilakukan terjadi infeksi, berikan antibiotik dan
peningkatan nyeri, atau bau dari luka, dan peningkatan jumlah sel darah putih).
Jika klien mengalami infeksi pada tungkai yang akan diamputasi, hal yang
penting adalah bagian tungkai lainnya tidak terluka atau terkena infeksi. Ulkus
yang terdapat pada telapak kaki sangatlah berbahaya, sehingga naikkan tungkai
untuk menghilangkan tekanan pada telapak kaki. Klien dengan diabetes harus
memonitor ketat kadar gula darah karena infeksi dapat mengacaukan regulasi
kekuatan lengan atas. Ajari klien untuk menggunakan restok gantung dan pagar
nutrisi untuk membantu proses penyembuhan. Klien berusia tua dapat memiliki
kepada ahli gizi untuk mengevaluasi asupan nutrisi dan pengajaran tentang
diminimalkan.
tinggi dan membutuhkan pengkajian rutin kadar gula darah. Kadar gula darah
dapat kembali normal dengan pemeriksaan rutin kadar gula darah (misalkan
4x/hari) dan pemberian insulin untuk penurunan progresif kadar gula dengan skala
geser. Klien dnegan ulkus pada kaki atau osteomielitis dapat diobati dengan
perawatan luka, antibiotik, dan elevasi kaki ketika istirahat. Klien malnutrisi akan
diberi asupan makanan tinggi protein atau makanan dapat diberikan melalui slang
makanan. Suplemen vitamin dan mineral juga baik bila diberikan. Klien anemia
berat membutuhkan preparat besi dan tranfusi darah. Klien yang mengalami
operasi dilakukan.
ekstremitas. Tanyakan anggota keluarga lain mengenai apa yang mereka rasakan
mengenai amputasi dan bagaimana persepsi mereka terhadap respons klien akan
hal itu. Para pekerja sosial atau psikolog mungkin perlu dilibatkan bila respons
Hasil yang dihgarapkan. Klien merasakan kenyamanan yang lebih baik, yang
peredaan nyeri, pengurangan dosis opioid yang digunakan (misalkan: nyeri dapat
dikontrol tanpa kenaikan dosis obat), kemampuan untuk bergerak bebas, tidur atau
beristirahat.
Intervensi. Berikan obat-obatan analgesik bila diperlukan untuk meredakan nyeri.
Berikan juga alat pendukung, seperti penggunaan papan kaki dan bantalan untuk
mencegah tekanan pada tungkai yang cedera atau iskemik. Jaga tungkai yang
iskemik agar tetap hangat dengan cara membungkus tungkai memakai sepatu bot
Interversi. Klien ingin mengetahui apa yang dapat diharapkan setelah menjalani
operasi dan apa yang diharapkan dari tenaga medis profesional. Ketahui bahwa
klien adalah bagian terpenting dari sebuah tim rehabilitasi. Untuk meraih
Batasi gerakan yang menopang berat badan (terutama pada tungkai yang
2. Pasca Operasi
Setelah operasi selesai, dokter bedah akan membalut dengan kassa seluruh
bagian paling distal dari batas amputasi. Umumnya yang digunakan adalah balutan
yang bersifat kaku (biasanya gips) yang memberikan tekanan merata di seluruh
bagian distal dari batas amputasi. Gips melindungi bagian ini dari cedera dan
alat sambungan tungkai yang kaku dan dapat disesuaikan, bagian proksimal dari tiang
ini menempel pada kantung gips di bawah lutut atau sampai ke bagian atas lutut dari
prostesis. Ujung distal gips ini menyambung sampai ke pergelangan kaki. Balutan
kaku biasanya diganti tiga sampai empat empat kali sebelum akhirnya permanen
tekanan dari gips sudah tidak adekuat (Black & Hawks, 2014).
Edema yang terjadi dapat dikontrol dengan cara meninggikan ekstremitas yang
diamputasi pada 24 jam pertama setelah operasi. Kemudian, posisikan rata dengan
tempat tidur untuk mengurangi kontraktur panggul. Pembengkakan ini juga dapat
bawah lutut, lutut dimobilisasi untuk menghindari fleksi sendi. Penyangga tempat
tidur dipasang untuk membantu klien melatih kekuatan lengan atas dan pundak
a. Pengkajian.
adanya perdarahan, rembesan atau darah yang mengalir. Bila terlihat, perhatikan
drainase, termasuk saat aliran merembes pada prostesis atau balutan. Jika aliran
berasal dari luka , monitor ketat jumlah dan jenis drainase (Black & Hawks,
2014).
manajemen nyeri operasi akut dilakukan sama seperti teknik yang digunakan pada
klien pascaoperasi lainnya. Untuk mencegah peningkatan nyeri, perawat akan
drainase di bawah balutan atau ekstremitas yang diamputasi (Black & Hawks,
2014).
terbuka yang terinfeksi, dan penurunan perfusi, klien masih dalam risiko tinggi
infeksi. Perawat akan memantau manifestasi infeksi luka pada klien dan luka,
umumnya diberikan pada beberapa hari setelah operasi, sampai terlihat adanya
b. Diagnosis Keperawatan
penurunan perdarahan.
Intervensi:
kesadaran.
Rasional: syok perdarahan akan terjadi saat operasi atau kehilangan
darah pascaoperasi. Darah akan berpindah dari perifer oleh karena efek
b) Periksa balutan klien bila ada drainase berlebih. Periksa juga di bawah
tungkai.
c) Periksa tekanan arteri pulmonaris klien dan curah jantung jika terdapat
parameter.
d) Periksa berat badan harian klien, monitor jumlah cairan yang masuk dan
Rasional: jumlah cairan yang masuk dan keluar harus seimbang. Berat
nilai abnormal.
operasi.
Hasil yang Diharapakan Berdasarkan NOC: tingkat nyeri, kontrol nyeri,
tingkat kenyamanan.
Intervensi:
keputusan.
obat-obatan.
tetap hangat.
Rasional: aliran arteri yang masuk dan menghangatkan didapatkan
dengan prosedur operasi, nyeri, kondisi praoperasi atau cedera saraf akibat
iskemik.
Intervensi:
diketahui.
b) Berikan dorongan untuk latihan gerak saat klien berbaring diatas tempat
tidur.
Rasional: aktivitas ini dapat melancarkan aliran balik vena dan kekuatan
otot.
Klien yang tidak dapat melakukan ambulasi selama beberapa waktu perlu
psikologis.
prosedur operasi.
Intervensi:
a) Periksa ekstremitas bawak klien setiap hari termasuk bila terdapat bentuk
b) Monitor demam yang tidak terlalu tinggi pada klien, peningkatan jumlah
sel darah putih, adanya drainase pada luka, dan tandur yang terlihat pada
c) Monitor status nutrisi klien, asupan oral, berat badan, kadar prealbumin
Rasional: sepatu bot melindungi dari cedera kulit dan menjaga tungkai
tetap hangat.
sembuh lambat.
Intervensi:
a) Pemeriksaan denyut pada kaki klien setiap jam dalam 24 jam, lalu setiap
dokter.
3. Perawatan Mandiri
Saat merencanakan pemulangan klien pasca amputasi (dan mungkin dengan alat
amputasi memperhatikan pola perubahan yang dialami saat mereka berada di rumah,
sendirian dan tanpa informasi atau saran apa pun yang dapat mempersiapkan mereka
menghadapi hidup baru. Perlu dilakukan kunjungan rumah secara berkala oleh para
perawat dari lembaga kesehatan sampai klien dapat beradaptasi dengan hidupnya
yang baru, merasakan kenyamanan, dan dapat merawat diri sendiri dengan percaya