Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

ANALISA ARTIKEL TERKAIT PENYIMPANGAN YANG DILAKUKAN OLEH


ASN TERKAIT PERSPEKTIF PERILAKU DAN AKUNTABEL

Gelombang II-VII Kelompok I


● Maeti Syamsiah S. M
● Nisa Rohimah, S.KM
● Iska Fitriannis Istiqomah, S.KM
● apt. Sandra Iman Suratman, S.Farm
● Mitta Amalia Noer Hikmah, S.KM

Nama Artikel:
● Mantan Kadis Hingga Kades jadi Tersangka Korupsi Sampah. link:
https://www.viva.co.id/berita/nasional/1479727-mantan-kadis-hingga-kades-ja
di-tersangka-korupsi-sampah
● Korupsi Masker COVID-19, Eks Pejabat Dinkes Banten Divonis 4 Tahun Bui.
Link:https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5832869/korupsi-masker-covi
d-19-eks-pejabat-dinkes-banten-divonis-4-tahun-bui

A. Mantan Kadis Hingga Kades jadi Tersangka Korupsi Sampah


VIVA – Sejumlah mantan pejabat dengan berbagai level di Kabupaten
Serang Banten, ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Yakni dari
mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH), Kabid Sampah dan Taman
Dinas Lingkungan Hidup, Camat dan Kepala Desa (Kades) menjadi
tersangka. Mereka diduga memalsukan SK Bupati dan mengkorupsi dana
pembelian tanah yang akan digunakan sebagai Stasiun Pemberhentian
Sementara (SPA) sampah. Nilai kerugian negara dari proyek tersebut
mencapai lebih dari Rp1 miliar (Rp 1.017.623.000). Uang hasil korupsi dibagi
keempat tersangka dengan nilai yang berbeda. Mulai dari Rp50 juta hingga
Rp500 juta, sesuai kinerja masing-masing.
"Mark up pengadaan lahan lebih dari 300 persen dari harga yang dibayarkan
ke pemilik lahan hanya senilai Rp330 juta. Pemkab Serang membayarkan
Rp1,3 miliar," kata Kabid Humas Polda Banten, Kombes Pol Shinto Silitonga,
Senin 30 Mei 2022. Shinto menerangkan, para tersangka yakni SP alias Budi
(61) yang kini sudah pensiun sebagai Kepala Dinas LH. Kemudian TM alias
Toto (47) sebagai Kabid Sampah dan Taman pada Dinas LH, AH alias Asep
(57) sebagai Camat Petir, dan TE alias Toto (48) menjabat Kades Negara
Padang. Menurut Kabid Humas Polda Banten itu, kasus korupsi bermula saat
keluarnya SK Bupati Serang bernomor 539 tanggal 11 Mei 2020 yang
menunjuk Desa Mekarbaru dijadikan lokasi pembangunan SPA. Kemudian
warga setempat menolak pembangunannya. Karena ditolak, Kades TE alias
Toto mengajukan pemindahan lokasi ke Desa Negara Padang, Kecamatan
Petir, Kabupaten Serang, Banten. Dia mendapatkan tanah seluas 2.561 meter
persegi dan diajukan harganya menjadi Rp1,3 miliar, namun harga
sebenarnya Rp330 juta. Pemkab Serang mentransfer pembayaran ke
rekening TE alias Toto selaku Kades Negara Padang, karena dianggap
sebagai pemilik lahan yang akan dibangun. "SK-nya dipalsukan. (Kemudian)
mentransfer pembayaran lahan tidak langsung ke pemilik lahan, namun
melalui kepala desa," terangnya. Untuk mengungkap kasus tersebut, Polda
Banten telah memeriksa 32 saksi. Terdiri dari 25 orang dari Dinas LH dan 7
orang pemilik lahan. Kemudian meminta keterangan saksi ahli dari
perbendaharaan negara, auditor, ahli pidana dan ahli hukum tata negara.
Uang senilai Rp300 juta yang dianggap hasil kejahatan ikut disita dan
ditampilkan oleh polisi sebagai barang bukti. Akibat perbuatannya, keempat
tersangka terancam 20 tahun penjara. "Para tersangka dikenakan sanksi
pidana berlapis sesuai Pasal 2 ayat 1 juncto Pasal 2 juncto Pasal 12 huruf i,
Nomor 20 tahun 2001, tentang perubahan Undang-undang (UU) Nomor 31
tahun 1999 tentang pemberantasan Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP,
dengan ancaman pidana 4 tahun sampai 20 tahun penjara dan denda Rp200
juta sampai Rp1 miliar," jelasnya.
Analisa Artikel
Artikel berjudul mantan kadis hingga kades Ditetapkan Tersangka Korupsi
Lahan Sampah tentang cerminan sikap tidak akuntabel dan tidak kompeten
seorang ASN dalam menjalankan tugasnya.
Dilihat dari kasus korupsi yang dilakukan sebagai mantan Kepala
Dinas Lingkungan Hidup, perbuatan Sejumlah mantan pejabat dengan
berbagai level di Kabupaten Serang Banten itu sangat tidak mencerminkan
nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabel. Karena tidak sesuai dengan konteks
Akuntabilitas, yaitu:
1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,
cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
Terbukti sesuai dengan artikel diatas fakta menunjukan mantan kepala dinas
dan kades memalsukan SK Bupati dan mengkorupsi dana pembelian tanah
yang akan digunakan sebagai Stasiun Pemberhentian Sementara (SPA)
sampah. sehingga dalam melaksanakan tugas tidak jujur, tidak
bertanggungjawab, dan tidak berintegritas tinggi.
Juga menimbulkan kerugian Negara dari proyek tersebut mencapai lebih dari
Rp1 miliar (Rp 1.017.623.000). hal ini menunjukkan dalam menggunakan
kekayaan dan barang milik negara tidak bertanggungjawab .
Serta sebagai kepala Dinas dan kades menyalahgunakan wewenang
jabatannya. dan Selain itu perilaku korupsi tersebut dilakukan karena
kurangnya kompetensi yang dimilikinya.

B. Korupsi Masker COVID-19, Eks Pejabat Dinkes Banten Divonis 4 Tahun


Bui
Serang - Eks pejabat di Dinas Kesehatan Provinsi Banten Lia Susanti
divonis penjara 4 tahun dan denda Rp 300 juta oleh majelis hakim Pengadilan
Tipikor Serang. Ia terbukti bersalah dalam perkara korupsi pengadaan masker
jenis KN-95 untuk penanganan COVID-19 di Banten yang merugikan negara
Rp 1,6 miliar.
"Mengadili menyatakan terdakwa Lia Susanti telah terbukti sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi, menjatuhkan pidana selama 4
tahun dan denda Rp 300 juta subsider 6 bulan," kata majelis hakim yang
diketuai Slamet Widodo di Pengadilan Tipikor Serang, Senin (29/11/2021)
malam.
Dalam pertimbangannya, majelis hakim menilai terdakwa selama jadi
PPK Dinkes tidak cermat dalam memberikan persetujuan pengadaan masker
jenis KN-95 ke PT Right Asia Medika (PT RAM) dari anggaran belanja tidak
terduga di masa pandemi COVID-19. Sebagai PPK ia tidak melakukan
monitoring dan mengecek kewajaran harga dari perusahaan itu.
Bahwa terdakwa Lia Susanti tanpa memeriksa memonitoring dengan
sepengatahuannya melakukan pembiaran saksi Agus Suryadinata telah
meminjam dari saksi Wahyudin Firdaus dengan comitment fee melakukan
kontrak dengan PT RAM sebagai penyedia jasa yang ditandatangani saksi
Wahyudi dan PPK tanpa bertemu muka," kata Slamet.
Saksi Wahyudin dan Agus Suryadinata juga kata majelis telah
melakukan rekayasa surat kewajaran harga dengan membuat invoice
seolah-olah dari PT BMM. Terdakwa tidak meneliti kewajaran harga itu
dengan membayar Rp 3 miliar sehingga ada selisih Rp 1,6 miliar. Selisih itu,
kata majelis, telah memperkaya Wahyudin dan Agus dari PT RAM.
"Seharusnya di masa pandemi, negara dalam keadan susah perbuatan
terdakwa membuat pemborosan dan kebocoran uang negara dari dana BTT.
Terdakwa Lia yang telah menunjuk PT RAM pada pekerjan itu tidak
menjalankan tugasnya selaku PPK untuk mengelola keuangan negara
sehingga menimbulkan kemahalan harga," katanya.
Majelis hakim menilai hal yang memberatkan terdakwa dalam perkara
Lia dianggap telah merugikan keuangan negara dan tidak menunjukkan
empati dan simpati karena saat ini dalam keadaan pandemi COVID-19.
Sedangkan hal yang meringankan terdakwa mengakui, menyesali, memiliki
tanggungan keluarga dan tidak pernah dihukum.
Tuntutan untuk Lia ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum
dari Kejati Banten. Sebelumnya, jaksa menuntut Lia dipenjara 5 tahun 6 bulan
penjara dan denda Rp 400 juta subsider 6 bulan kurungan. Atas putusan ini,
terdakwa lia sendiri mengaku masih pikir-pikir untuk melakukan banding.
"Saya pikirkan terlebih dahulu," katanya secara virtual dari Rutan
Pandeglang.
Analisa Artikel
Artikel berjudul Korupsi Masker COVID-19, Eks Pejabat Dinkes Banten
Divonis 4 Tahun Bui mencerminkan sikap tidak akuntabel dan tidak kompeten
seorang ASN dalam menjalankan tugasnya
Dilihat dari kasus korupsi yang dilakukan Lia Susanti sebagai pejabat
Dinas Kesehatan Provinsi Banten, perbuatan oknum pejabat itu sangat tidak
mencerminkan nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabel dan kompeten,
1. Pegawai tersebut tidak melaksanaan tugas dengan jujur
2. Tidak bertanggung jawab dalam menjalankan tugas.
3. Tidak cermat dalam menjalankan tugas.
4. Tidak memiliki kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik
negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien
5. Mengunakan kewenangan jabatanya untuk kepentingan pribadi
6. Tidak memiliki integritas dalam menggunakan kewenangan dan jabatanya
7. Tidak meneliti kewajaran harga sebagai bukti bahwa orang tersebut
kurang kompeten.
Dapat disimpulkan bahwa kerugian Negara di timbulkan dari oknum pejabat
yang tidak akuntabel dan kompeten dalam menjalankan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai