Anda di halaman 1dari 12

Biodata Pejabat yang Melakukan Tindak

Pidana Korupsi 2015 hingga 2022


Biodata ini Dirancang untuk Memenuhi tugas mata
Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pembimbing :
I Nyoman Subratathapa, S.H., M.H.

Disusun oleh :
Kadek Andika
22120501009

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BALI
2022-2023
Penugasan kuliah umum Pendidikan Pancasila
(Data terpidana kasus tipikor)

1). Korupsi e-ktp setya novanto


Pada Senin, 17 Juli 2017 KPK menetapkan Setya Novanto yang kala itu menjabat
sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR sebagai tersangka kasus korupsi
pengadaan e-KTP untuk 2011-2012. Penetapannya menjadikan ia sebagai
tersangka keempat yang ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka setelah Irman,
Sugiharto dan Andi Narogong. Setya Novanto diduga melakukan penyalahgunaan
wewenang dan tindakan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi
dengan ikut mengambil andil dalam pengaturan anggaran proyek e-KTP sebesar
Rp 5,9 triliun sehingga merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Irman dan Sugiharto di Pengadilan Tipikor. Tindakan Setya
Novanto disangkakan berdasarkan Pasal 3 atau Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2). Suap PT HTK Bowo Sidik


Mantan Direktur PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK) Taufik Agustono
dituntut 2 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan. Taufik
diyakini jaksa bersalah memberi suap kepada anggota DPR 2014-2019, Bowo
Sidik Pangarso. Dan kerugian yang disebabkan oleh kasus tersebut diperkirakan
mencapai angka Rp 10,4 miliar.
3). Kasus proyek Bamkala
Dalam kasus ini, Managing Director PT Rohde and Schwarz Indonesia Erwin
Arief memberi suap sebesar USD 911.480 atau Rp 12 miliar lebih ke Fayakhun
Andriadi ketika menjabat anggota DPR. Erwin diduga memberikan suap itu agar
Fayakhun menambahkan anggaran proyek Bakamla pada APBN-P 2016. Erwin
kini telah mendekam di Lapas Cipinang untuk menjalani hukuman penjara selama
1 tahun 6 bulan.
Kemudian, PT Merial Esa (ME) ditetapkan KPK sebagai tersangka korporasi
karena diduga membantu memberikan suap kepada Fayakhun Andriadi, yang saat
itu menjabat anggota DPR. Suap kepada Fayakhun itu, disebut KPK, diberikan
oleh Fahmi Darmawansyah. PT ME diketahui milik Fahmi Darmawansyah.

4). Korupsi e-KTP markus nari


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengeksekusi mantan anggota DPR
Markus Nari yang terjerat kasus korupsi pengadaan proyek e-KTP ke Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IA Sukamiskin, Jawa Barat. Eksekusi ini menindaklanjuti
putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) Nomor: 1998 K/Pid.Sus/2020 tanggal 13
Juli 2020. Menurut jaksa, Markus bersama pihak lainnya dan sejumlah perusahaan
yang ikut dalam konsorsium pemenang pekerjaan paket e-KTP juga dianggap
merugikan keuangan negara sebesar Rp 2,31 triliun.

5). Korupsi proyek PLTU Riau 1


13 Juli 2018 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap
tangan (OTT) terhadap Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eni Maulani Saragih di
kediaman Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar yang sekaligus Menteri Sosial
pada saat itu, Idrus Marham. Secara bersamaan, KPK mencokok pemegang saham
Blackgold Natural Resources Ltd Johannes Budisutrisno Kotjo di Graha BIP
Jakarta. Diperkirakan kerugian yang disebabkan mencapai Rp 4,8 miliar.
6). Suap dana rekonstruksi jalan Warimena-Laimu di Maluku
26 september 2016, anggota Komisi V DPR RI Damayanti Wisnu Putranti hari ini
akan menjalani sidang vonis di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) Jakarta Pusat. Dia merupakan terdakwa kasus suap dana aspirasi proyek
pembangunan jalan di Maluku dan Maluku Utara sebesar Rp 8,1 miliar.

7). Korupsi dana bantuan sosial APBD Pemprov Kalbar


Kejaksaan Negeri (Kejari) Pontianak, Kalimantan Barat, menangkap terpidana
mantan anggota DPR RI dua periode, Zulfadli, dalam kasus korupsi Bansos KONI
Kalbar tahun 2006-2008 sebesar RP 11,2 milliar. Saat ini, terpidana secara resmi
dipidana di Lembaga Pemasyarakatan Pontianak.

8). Suap proyek jalan PUPR


Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa
Komisaris PT Sharleen Raya (JECO Group) Hong Arta John Alfred atas dugaan
penyuapan terhadap anggota DPR 2014-2019, Damayanti Wisnu Putranti dan
Amran Hi Mustary selaku Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) IX
Maluku dan Maluku Utara.
Suap senilai Rp11,6 miliar tersebut bertujuan untuk memudahkan keinginan Hong
Arta mendapatkan paket proyek Program Aspirasi dari Anggota Komisi V DPR RI
di wilayah kerja BPJN IX Maluku dan Maluku Utara, berdasarkan Daftar Isian
Program dan Anggaran (DIPA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) Tahun Anggaran 2016.

9). Suap impor bawang putih


Mantan anggota DPR RI, I Nyoman Dhamantra dituntut dengan hukuman 10 tahun
penjara karena diyakini menerima suap terkait impor bawang putih. I Nyoman
dinilai melakukan tindak pidana korupsi menerima uang sebesar Rp 3,5 miliar dari
Direktur PT Cahaya Sakti Argo (CSA) Chandry Suanda alias Afung. "Menuntut
majelis hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa I Nyoman Dhamantra
dengan pidana penjara 10 tahun dan denda sebesar Rp 1 miliar subsidair 6 bulan
penjara," kata jaksa KPK saat membacakan surat tuntutan di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Rabu (22/4/2020).
10). Suap SKK Migas
Pada 29 April 2014, Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
menjatuhkan vonis 7 tahun penjara dan denda Rp 200 juta subsider 3 bulan penjara
buat Rudi Kepala SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi). Majelis Hakim menilai Rudi Rubaindini secara sah
dan meyakinkan menerima suap, gratifikasi, dan melakukan pidana pencucian
uang. Vonis untuk Rudi Rubiandini lebih ringan dari tuntuan Jaksa KPK yakni 10
tahun bui dan denda Rp 250 juta subsider 3 bulan penjara. Jaksa Penuntut Umum
KPK menyatakan Rudi Rubiandini menerima duit Sin$ 200 ribu dan US$ 900 ribu
dari pemilik PT Kernel Oil Ptd Ltd, Widodo Ratanachaitong. Dia juga menerima
US$ 522.500 dari Artha Meris Simbolon, Presiden Direktur PT Kaltim Parna
Industri. "Patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan
terdakwa agar melakukan atau tidak melakukan sesuai dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya," kata Jaksa Riyono dalam pembacaan surat
dakwaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada Selasa, 7 Januari
2014.

11). Kasus suap RAPBN-P 2018


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadwalkan pemeriksaan terhadap tiga
orang tersangka dalam dugaan suap terkait usulan dana perimbangan keuangan
daerah pada RAPBN Perubahan tahun 2018. Tiga tersangka yang dipanggil adalah
mantan anggota Komisi XI DPR Fraksi Demokrat Amin Santono, Direktur CV
Iwan Binangkit Ahmad Ghaist, dan pengusaha Eka Kamaludin. Dalam kasus ini,
Amin ditangkap terkait penerimaan hadiah atau janji dalam usulan dana
perimbangan keuangan daerah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan atau APBN-P 2018.
Diduga penerimaan total Rp 500 juta bagian dari 7 persen commitment fee yang
dijanjikan dari dua proyek di Kabupaten Sumedang senilai Rp 25 miliar. Amin
kemudian meminta komisi tersebut kepada Ahmad Ghaist. Nilai 7 persen dari Rp
25 miliar adalah sebesar Rp 1,7 miliar. Adapun, yang diduga menjadi perantara
Ahmad dengan Amin adalah seorang pengusaha bernama Eka Kamaludin. Dua
proyek itu adalah proyek dinas perumahan, kawasan permukiman dan pertanahan
di Kabupaten Sumedang senilai Rp 4 miliar dan proyek di Dinas PUPR Kabupaten
Sumedang senilai Rp 21,85 miliar. Selain itu, KPK juga menetapkan Kepala Seksi
Pengembangan Pendanaan Kawasan Perumahan dan Permukiman pada Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Yaya Purnomo sebagai
tersangka.
12). Suap APBN-P 2016
Penyidik KPK telah merampungkan berkas perkara I Putu Sudiartana (Anggota
Komisi III) dalam kasus suap terkait pengurusan dana alokasi khusus (DAK) bagi
Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Putu segera duduk sebagai terdakwa. "Berkas
perkara dan tersangka IPS telah dilimpahkan tahap dua,"
kata Plh Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati, Senin (24/10/2016). Sebelumnya
dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (PN Tipikor)
Jakarta, Putu mengakui penerimaan uang suap melalui staf pribadinya, Noviyanti,
ketika memberikan kesaksian untuk terdakwa Yogan Askan. Namun Putu
mengaku tidak tahu menahu perihal asal muasal uang itu.
Putu disebut menerima uang dari Yogan Askan sebesar Rp 500 juta sebagai
imbalan terkait pengurusan dana alokasi khusus (DAK) bagi Provinsi Sumatera
Barat, yang diharapkan berasal dari APBN-P 2016. Namun dalam pertemuan
sebelumnya, Putu disebut meminta imbalan Rp 1 miliar.

13) Suap proyek pembangkit listrik mikrohidro di Deiyai, papua


Komisi Pemberantasan Korupsi resmi menahan lima tersangka kasus dugaan suap
proyek pembangkit listrik Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Deiyai, Papua.
”Di antara lima tersangka, empat akan ditahan di Rumah Tahanan KPK yakni
Dewie, Rinelda, Setiadi, dan Iranius. Sedangkan tersangka Bambang ditahan di
Rumah Tahanan Guntur,” kata Pelaksana Harian Kepala Biro Hubungan
Masyarakat KPK, Yuyuk Andriyati, di Jakarta, Rabu (21/10/2015) malam.
Lima tersangka adalah anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Hanura
Dewie Yasin Limpo, Staf Ahli Dewie, Bambang Wahyu Hadi, dan Sekretaris
pribadi Dewie, Rinelda Bandaso, yang diduga menerima uang suap untuk
‘memuluskan’ pengembangan proyek listrik di Papua. Tersangka lain adalah
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Papua, Iranius, dan seorang pengusaha
Setiadi, yang diduga memberikan uang suap kepada Rinelda untuk disampaikan
kepada Dewie.
Dalam OTT yang dilakukan di Kelapa Gading dan Bandara Internasional Sekarno
Hatta, barang bukti berupa uang 177.700 dolar Singapura, beberapa dokumen, dan
telepon genggam, disita KPK.
14). Suap dan keterangan palsu e-KTP 2017
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan anggota Komisi II
DPR Miryam S Haryani sebagai tersangka terkait kasus dugaan korupsi kartu tanda
penduduk berbasis elektronik (e-KTP). Miryam diduga memberikan keterangan
palsu dalam upaya pengungkapan kasus dugaan e-KTP.
Miryam merupakan tersangka keempat yang masuk dalam proses penyidikan.
Selain Irman dan Sugiharto, KPK juga menetapkan pengusaha Andi Agustinus
alias Andi Narogong sebagai tersangka. "KPK terus mendalami fakta persidangan
untuk melihat kemungkinan indikasi keterlibatan pihak lain dari kerugian negara
sebesar Rp 2,3 triliun," ucap Febri. Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor
Jakarta, Miryam membantah semua keterangan yang ia sampaikan dalam berita
acara pemeriksaan (BAP) soal pembagian uang hasil korupsi e-KTP.

15). Suap di kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat


Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil dua tersangka kasus
dugaan suap terkait proyek pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
di Kementerian PUPR tahun anggaran 2017-2018. Dua tersangka itu adalah
mantan anggota Badan Pemeriksa Keuangan Rizal Djalil dan Komisaris Utama PT
Minarta Dutahutama Leonardo Jusminarta Prasetyo. "Yang bersangkutan akan
diperiksa sebagai tersangka," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam
keterangannya, Kamis. Rizal dan Leonardo sebelumnya telah dipanggil penyidik
sebagai saksi dalam kasus ini pada Jumat (27/11/2020).
Saat itu, hanya Leonardo yang memenuhi panggilan penyidik sedangkan Rizal
mengirimkan surat pemberitahuan tidak hadir dan pemeriksaannya akan dijadwal
ulang. "Penyidik mengkonfirmasi terkait dengan keikutsertaan perusahaan saksi
dalam proses lelang Proyek Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun Anggaran 2017-
2018," kata Ali menjelaskan materi pemeriksaan Leonardo, Jumat. Dalam kasus
ini, Rizal diduga menerima uang 100.000 dollar Singapura dari Leonardo. Rizal
melalui perwakilannya sempat menemui Direktur SPAM Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dan menyatakan keinginan untuk ikut serta dalam
proyek SPAM.
16). Suap dana perimbangan pada APBN-P 2017 dan APBN 2018
Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) langsung menahan anggota
DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Sukiman. Politikus PAN itu ditahan
usai diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan suap pengurusan dana perimbangan
pada APBNP 2017 dan APBN 2018 untuk Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua
Barat.
Diduga terjadi pemberian dan penerimaan suap terkait dengan alokasi anggaran
dana alokasi khusus (DAK) atau dana alokasi umum (DAU), atau dana insentif
daerah (DID) untuk Kabupaten Pegunungan Arfak. Natan Pasomba diduga
memberi Rp4,41 miliar yang terdiri dari mata uang rupiah sebesar Rp3,96 miliar
dan valas USD 33.500. Dari jumlah tersebut, SKM (Sukiman) diduga menerima
suap sebesar Rp2,65 miliar dan USD 22 ribu. Dari pengaturan tersebut, Kabupaten
Pegunungan Arfak mendapat alokasi DAK pada APBNP 2017 sebesar Rp49,915
miliar dan APBNP 2018 sebesar Rp79,9 miliar. Sukiman sendiri sempat diperiksa
dalam proses penyelidikan pada November 2011. Penetapan tersangka ini
berdasarkan pengembangan perkara dari operasi tangkap tangan (OTT) pada 4 Mei
2018 yang menjerat anggota Komisi XI DPR Amin Santono, pejabat Kemenkeu
Yaya Purnomo, Eka Kamaludin dan Ahmad Ghiast sebagai swasta.

17). DAK Kebumen pada APBN-P 2016


Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan dituntut hukuman 8 tahun penjara atas
kasus dugaan korupsi pemberian fee atau komisi Dana Alokasi Khusus (DAK)
Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang merugikan
negara senilai Rp4,85 miliar.
Tuntutan 8 tahun penjara dilontarkan Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Joko Hermawan dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Tipikor Semarang
pada Senin (24/6) siang. Selain itu, jaksa pun menuntut pencabutan hak politik
Taufik selama lima tahun setelah menjalani hukumannya. Jaksa menyatakan
Taufik juga diminta membayar denda sebesar Rp200 juta subsider 6 bulan penjara.
Dalam pertimbangannya, jaksa menilai terdakwa terbukti menerima "fee" atas
pengurusan DAK dua kabupaten tersebut dengan total mencapai Rp4,85 miliar.
"Fee" sebanyak itu masing-masing terbagi atau pengurusan DAK untuk Kebumen
yang bersumber dari perubahan APBN 2016 sebesar Rp3,65 miliar dan pengurusan
DAK untuk Purbalingga yang bersumber dari perubahan APBN 2017 sebesar
Rp1,2 miliar.
18). Suap bansos di Kejaksaan Agung 2017
Patrice Rio Capella menjalani sidang perdana hari ini di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta. Sidang ini berisi pembacaan dakwaan dari jaksa penuntut umum.
Dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum, terungkap beberapa percakapan antara
Patrice Rio Capella dan rekannya, Fransisca Insani Rahesti. Rio diketahui
berkomunikasi dengan Gatot Pujo Nugroho dan Evy Susanti, istri Gatot.Niat Gatot
menghubungi Rio adalah ingin memintanya mengamankan kasus itu. Caranya, ia
meminta Rio melobi Jaksa Agung Muhammad Prasetyo untuk menghentikan
penyelidikan kasus itu.
Gatot menilai Rio punya kapasitas karena ia saat itu adalah anggota DPR Komisi
Hukum yang bermitra dengan lembaga hukum, termasuk Kejaksaan Agung. Selain
anggota DPR, Rio juga Sekretaris Jenderal Partai NasDem. Sama seperti Jaksa
Agung Prasetyo, yang juga dari NasDem. Gatot juga meminta Rio
memfasilitasinya bertemu Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh. Gunanya
untuk didamaikan (islah) dengan wakilnya di pemerintahan Sumatera Utara,
Tengku Erry Nuradi. Pertemuan itu benar terjadi. Pemberian duit dari Gatot-Evy
ke Rio senilai Rp 200 juta melalui perantara Fransisca Insani Rahesti. Fransisca
adalah kawan lama Rio saat magang di kantor pengacara Otto Cornelis Kaligis.

19). Korupsi proyek pembangunan jalan di Ambon


Tersangka suap proyek pembangunan infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum-
Pekerjaan Rakyat di Ambon, Damayanti Wisnu Putranti menyatakan angggota
Komisi V dari Fraksi PKS Yudi Widiana Aida ikut terlibat.
Sebelumnya, Damayanti tidak bantah bahwa ada aliran suap di Komisi V sekitar
Rp.69 miliar dari sejumlah kontraktor terkait proyek tersebut. "(Siapa saja Anggota
Komisi V yang menerima uang Rp.69miliar uang) Biar waktu yang menjawab,"
terang Damayanti.
Pada perkara yang bermula dari Operasi Tangkap Tangan (OTT), KPK pada
Kamis (14/1) telah menetapkan 4 orang dari 6 orang dalam terjerat OTT, pada
Rabu, (13/1) di 4 tempat yang berbeda. KPK menetapkan Damayanti W Putranti
dan dua orang staff pribadinya, Julia Prasetyarini dan Dessy A Edwin sebagai,
sebagai penerima suap. Kemudian KPK juga tetapkan, Abdul Khoir selaku Dirut
PT WTU sebagai tersangka karena disangka sebagai pemberi suap.
20). Suap jua-beli jabatan di Kemenag 2019
Terdakwa kasus dugaan suap jual beli jabatan Kementerian Agama,
Romahurmuziy alias Romi mengaku menerima uang dari mantan Kakanwil
Kemenag Jawa Timur Haris Hasanuddin di rumahnya pada Februari 2019. Romi
mengklaim terpaksa menerima uang itu karena merasa tak enak dengan Ketua
Umum PP Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Asep Saifuddin Halim dan Gubernur
Jatim Khofifah Indar Parawansa yang mendukung Haris. Hal ini disampaikan
Romi saat menjalani sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tipikor Jakarta,
Rabu (18/12).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam sidang di Pengadilan
Tipikor Jakarta, Rabu (3/7) telah membantah merekomendasikan nama Haris
Hasanuddin menjadi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur
kepada Romahurmuziy. Mantan Ketua Umum PPP itu pun menerima bingkisan
yang ternyata berisi uang dari Haris.
Meski demikian, Romi mengaku tak menghitung jumlah uang tersebut. Ia hanya
memperkirakan uang itu berjumlah Rp250 juta karena terdiri dari 25 bundel uang.
"Saya cek dihitung ada sekitar Rp250 juta," katanya

21). Proyek pembangunan jalan Taniwel-Salewan


Anggota DPR Komisi V Musa Zainuddin didakwa menerima suap Rp 7 miliar
terkait proyek pembangunan jalan di Maluku dan Maluku Utara. Uang diterima
dari pengusaha bernama Abdul Khoir. "Telah melakukan atau turut serta
melakukan perbuatan menerima hadiah atau janji, yaitu menerima hadiah berupa
uang sejumlah Rp 7 miliar dari Abdul Khoir selaku Dirut PT Windu Tunggal
Utama," kata jaksa pada KPK Wawan Yunarwanto saat membacakan surat
dakwaan di Pengadilan Tipikor, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis
(13/7/2017).
Selanjutnya, Musa akan mengupayakan agar proyek optimalisasi tersebut
dikerjakan oleh PT Windu Tunggal Utama dan PT Cahaya Mas Perkara. Hal
tersebut dianggap bertentangan dengan kewajiban Musa selaku penyelenggara
negara.
22). Korupsi DID 2018
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan mantan Bupati Tabanan, Ni
Putu Eka Wiryastuti sebagai tersangka korupsi pengurusan Dana Intensif Daerah
(DID) Tahun 2018 senilai Rp65 miliar. Lembaga antirasuah juga menetapkan dua
orang lainnya sebagai tersangka, yakni mantan staf khusus Bidang Ekonomi dan
Pembangunan Bupati Tabanan, I Dewa Nyoman Wiratmaja dan mantan Kepala
Seksi Dana Alokasi Khusus Fisik II, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kementerian Keuangan Rifa Surya.
“Mengumumkan tersangka NPEW, Bupati Tabanan periode 2010-2015 dan 2016-
2021, IDNW seorang dosen, dan RS,” kata Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar
dalam jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (24/3). Lili menjelaskan Ni
Putu Eka memiliki inisiatif dan meminta I Dewa Nyoman untuk mengajukan
permohonan DID dari pemerintah pusat senilai Rp65 miliar pada Agustus 2017
lalu. Ni Putu Eka lantas memerintahkan I Dewa Nyoman mengajukan permohonan
dan berkomunikasi dengan beberapa pihak, yakni mantan pegawai Kemenkeu
Yaya Purnomo dan tersangka Rifa. “Tersangka RS dan Yaya Purnomo
mengajukan syarat khusus dengan meminta sejumlah uang sebagai fee, dengan
istilah dana adat istiadat. Nilai fee diduga sebesar 2,5 persen dari alokasi DID
Tabanan tahun anggaran 2018,” ujar Lili. Lili menyebut Ni Putu Eka menyetujui
pemberian fee tersebut. Kemudian pada Agustus sampai Desember 2017 diduga
dilakukan penyerahan uang secara bertahap kepada Yaya Purnomo dan tersangka
Rifa di salah satu hotel di Jakarta sejumlah Rp600 juta dan US$55.300.

23). Korupsi walikota indramayu


KPK menetapkan Bupati Indramayu Supendi sebagai tersangka kasus dugaan suap
terkait pengaturan proyek di lingkungan kekuasaannya. Selain Supendi, KPK juga
menetapkan tiga tersangka lainnya yakni, Kadis PUPR Kabupaten Indramayu
Omarsyah, Kabid Jalan di Dinas PUPR Indramayu Wempy Triyono, serta satu
pihak swasta, Carsa AS. Supendi diduga sering meminta sejumlah uang kepada
Carsa selaku rekanan penggarap proyek. Supendi diduga sudah mulai meminta
uang kepada Carsa sejak Mei 2019 sejumlah Rp 100 juta. Tak hanya Supendi,
Omarsyah dan Wempy Triyono juga beberapa kali menerima uang dari Carsa.
Pemberian uang ke Bupati Supendi serta dua pejabatnya disinyalir terkait dengan
pemberian proyek-proyek dinas PUPR Kabupaten Indramayu. Carsa tercatat
mendapatkan dan menggarap tujuh proyek pekerjaan di Dinas PUPR Kabupaten
Indramayu dengan nilai proyek sekira Rp 15 miliar dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
24). Suap ferdy sambo
Skenario mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Irjen
Ferdy Sambo atas kasus kematian Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J
mulai terungkap. Belakangan, terungkap pula bahwa Sambo dan istrinya
menjanjikan sejumlah uang ke Bharada E untuk menutupi kebenaran kasus ini.
Pihak Sambo bahkan juga sempat memberikan uang ke Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK) baru-baru ini.
Bharada E sempat dijanjikan uang tutup mulut Rp 1 miliar oleh Ferdy Sambo dan
istrinya untuk menutupi kasus ini. Hal tersebut diungkap oleh mantan pengacara
Bharada E, Deolipa Yumara, berdasar pengakuan Eliezer. "Iya, itu benar. Rp 1
miliar diiming-imingi oleh Ferdy Sambo dan Putri kepada di Bharada E. Itu tapi
setelah kejadian (penembakan), ya," kata Deolipa di Depok, Sabtu (13/8/2022).
Bharada E dipanggil bersama dua orang lain yang kini juga sudah menjadi
tersangka kasus ini, yakni Bripka Ricky Rizal (RR) dan Kuat Ma'ruf (KM).
Ketiganya sama-sama diimingi uang tutup mulut dalam bentuk dollar AS.

25). Korupsi dana Bansos 2022


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyetorkan uang rampasan dari kasus
korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang menjerat mantan Menteri Sosial
(Mensos) Juliari Peter Batubara ke negara sebesar Rp 16,2 miliar.
Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri mengatakan, uang tersebut merupakan
barang bukti yang diamankan dalam operasi tangkap tangan (OTT) terhadap
Matheus Djoko Santoso. Matheus merupakan bawahan Juliari. Saat korupsi itu
dilakukan, dia menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kementerian
Sosial. “Jaksa Eksekutor KPK Rusdi Amin dan Andry Prihandono telah melakukan
penyetoran ke kas negara uang rampasan senilai Rp 16,2 miliar dalam perkara
Terpidana Juliari P Batubara dan kawan-kawan,” kata Ali dalam pesan tertulisnya
kepada wartawan,” Senin (29/8/2022).

Anda mungkin juga menyukai