Jaksa Pinangki Sirna Malasari adalah tersangka dalam kasus penyuapan uang 500.000 dolar
AS, sekitar Rp7,3 miliar dari buronan Bank Bali Joko Soegiarto Tjandra alias Djoko Tjandra.
Jaksa Pinangki yang berusaha memulangkan Djoko Tjandra tanpa harus dipidana menjalani
sidang perdananya pada Rabu 23 September 2020 di Ruang Sidang Kusumahatmaja, Gedung
Pengadilan Tipikor Jakarta.
Di sana, terbongkar 'action plan' yang ditawarkan pada tersangka kasus Bank Bali itu.
Pada periode Juli 2020, beredar foto pertemuan antara jaksa dengan Djoko Tjandra. Jaksa
tersebut diduga adalah Pinangki yang pada saat itu diketahui menjabat sebagai Kepala Sub
Bagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan.
Atas kasus ini, Jaksa Pinangki resmi dijatuhi sanksi disiplin dibebastugaskan dari jabatan
struktural, karena terbukti melanggar disiplin dan kode etik perilaku jaksa.
Pada tanggal 29 Juli 2020, Pinangki Sirna Malasari akhirnya dicopot dari jabatan sebagai
Kepala Subbagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda
Pembinaan.
"Yang dikenal dengan total loss yaitu kerugian yang diakibatkan oleh para pihak yang
dilakukan bersama-sama yang dikenal pasal 55, 57. Jadi ini jumlahnya yang
mencapai Rp 463,66 miliar," kata Hadi dalam jumpa pers di Gedung KPK, Kuningan,
Jakarta, Rabu (4/9/2013).
Ketua KPK Abraham Samad mengungkapkan, hasil perhitungan kerugian negara ini
akan digunakan KPK sebagai bukti yang akurat untuk membuktikan adanya tindak
pidana korupsi yang merugikan keuangan negara dalam pengadaan proyek
Hambalang.
"Dengan ada laporan resmi BPK ke KPK, Insya Allah saya pastikan ini jadi bukti
sangat kongkrit, valid, akurat untuk membuktikan Hambalang terjadi tipikor dan
merugikan keuangan negara," ujar Abraham.
Dia juga mengungkapkan, dengan diterimanya hasil perhitungan kerugian negara ini,
KPK akan mempercepat penuntasan kasus Hambalang, termasuk penahanan
tersangka.
KPK juga menetapkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum
sebagai tersangka. Hanya saja, Anas dijerat dengan tuduhan yang berbeda, yakni
menerima pemberian hadiah atau janji terkait proyek Hambalang.