Korupsi merupakan penyakit masyarakat dan menjadi benalu sosial yang merusak
sendi-sendi kehidupan suatu bangsa apabila dilakukan secara terus menerus dalam
sekala besar. Di dalam perspektif piskologi kriminal, faktor penyebab terjadinya
tindak pidana korupsi berasal dari dalam diri pelaku yaitu adanya sifat ketamakan
dan kerakusan, factor basic human values hedonism,basic human values
achievement danbasic human values conformity.
Salah satu contoh kasus yakni korupsi bansos oleh kemensos, Juliari Batu Bara di
tahun 2020.Kasus korupsi bantuan sosial COVID-19 tersebut tentu cukup
mengejutkan publik apalagi melibatkan pejabat tinggi negara sekelas menteri.
Berkaca dari kasus tersebut, Ketua KPK Firli Bahuri menyebut jika Mensos Juliari
Batubara dijerat dengan Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU
Nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1
kesatu KUHP.
Korupsi Bansos, Juliari Batubara dapat Dijerat Hukuman MatiPasal yang disebutkan
oleh Ketua KPK tersebut mengancam Juliari Batubara dengan hukuman .pidana
penjara maksimal seumur hidup (atau paling singkat 4 tahun).Sebelumnya, Juliari
telah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka dalam korupsi bantuan sosial COVID-
19. Juliari dituding telah menerima uang belasan miliar dari perusahaan rekanan
pengadaan bantuan sosial (bansos) paket sembako. Juliari dapat Dijerat Pasal 2 ayat
2 UU 31 Tahun 1999 Juliari Batubara melakukan tindakan korupsi dan terancam
hukuman mati lantaran hal tersebut dilakukan ketika negara dalam situasi tanggap
darurat pandemi COVID-19.
Berdasarkan penjelasan dari KPK, tindakan korupsi yang dilakukan Juliari mengacu
pada UU 31 Tahun 1999, Pasal 2 ayat 2 yang di dalamnya terdapat ancaman
hukuman mati.
COVID-19 yang tahun 2020 masuk ke Indonesia telah ditetapkan sebagai Bencana
Nasional pada bulan April 2020. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam
Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran
COVID-19.
Adapun fakta fakta terkait kasus korupsi baksos kemensos :
Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan pejabat pembuat komitmen (PPK) pada
Program Bansos di Kemensos diduga telah menerima hadiah dari para Vendor
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (PBJ) bansos di Kemensos dalam
penanganan Pandemi Covid-19. KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus ini,
yaitu Juliari, Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, ketiganya adalah penerima,
“Dan sebagai pemberi yaitu Ardian IM dan Harry Sidabuke,” kata Firli. Adapun
dasar hukum Tipikor yakni diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Juliari meminta majelis hakim membebaskannya dari semua dakwaan kasus korupsi
bansos Covid-19. Dia mengatakan putusan majelis hakim dapat membebaskan
dirinya dan keluarga dari derita. “Akhirilah penderitaan kami ini dengan
membebaskan saya dari segala dakwaan,” kata Juliari dalam nota pembelaan atau
pledoi, yang dibacakan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin, 9 Agustus 2021.
Ketiga, saat pembacaan pleidoi, Juliari tak mengakui perbuatannya. Padahal, kata
Kurnia, dua tersangka lainnya, Ardian dan Harry, telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menyuap Juliari. Keempat, hukuman berat bagi Juliari akan
memberikan pesan kuat bagi pejabat publik lain supaya tak melakukan praktik
korupsi di tengah pandemi Covid-19.
Dalam perkara tersebut, Juliari terbukti menerima uang suap terkait pengadaan
bansos Covid-19 sekitar Rp 32,482 miliar. Juliari dijatuhi hukuman oleh Hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pidana penjara 12 tahun plus denda Rp
500 juta pada 23 Agustus 2021. Hakim juga mewajibkan Juliari membayar uang
pengganti sejumlah Rp 14,5 miliar. Selain itu, hakim mencabut hak politik Juliari
untuk dipilih dalam jabatan publik selama empat tahun setelah selesai menjalani
pidana pokok.
6. Vonis pidana diringankan karena dihujat
“Cercaan, makian, dan hinaan kepada Juliari tidak sebanding dengan penderitaan
yang dirasakan masyarakat karena kesulitan mendapatkan bansos akibat ulah
mantan Menteri Sosial dan kroni-kroninya,” ujar Kurnia.
KPK telah menyetorkan uang pengganti dari terpidana kasus korupsi bansos Covid-
19, Juliari Batubara, sejumlah Rp 14,5 miliar ke kas negara. Mantan Menteri Sosial
tersebut disebut telah lunas membayar uang pengganti seperti putusan pengadilan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Juru Bicara KPK Ali Fikri di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022
mengatakan Juliari melunasi uang pengganti sebesar Rp 14,5 miliar secara bertahap
dengan tiga kali pembayaran.