Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NABILA RADIYAH JANITRA

KELAS : C9 PENALARAN HUKUM


NIM : 04020200233

TUGAS MENGANALISIS SUATU KASUS


KASUS KORUPSI BANSOS KEMENSOS DITAHUN 2020

Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia


menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan,
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Korupsi merupakan penyakit masyarakat dan menjadi benalu sosial yang merusak
sendi-sendi kehidupan suatu bangsa apabila dilakukan secara terus menerus dalam
sekala besar. Di dalam perspektif piskologi kriminal, faktor penyebab terjadinya
tindak pidana korupsi berasal dari dalam diri pelaku yaitu adanya sifat ketamakan
dan kerakusan, factor basic human values hedonism,basic human values
achievement danbasic human values conformity.

Salah satu contoh kasus yakni korupsi bansos oleh kemensos, Juliari Batu Bara di
tahun 2020.Kasus korupsi bantuan sosial COVID-19 tersebut tentu cukup
mengejutkan publik apalagi melibatkan pejabat tinggi negara sekelas menteri.

Berkaca dari kasus tersebut, Ketua KPK Firli Bahuri menyebut jika Mensos Juliari
Batubara dijerat dengan Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU
Nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1
kesatu KUHP.
Korupsi Bansos, Juliari Batubara dapat Dijerat Hukuman MatiPasal yang disebutkan
oleh Ketua KPK tersebut mengancam Juliari Batubara dengan hukuman .pidana
penjara maksimal seumur hidup (atau paling singkat 4 tahun).Sebelumnya, Juliari
telah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka dalam korupsi bantuan sosial COVID-
19. Juliari dituding telah menerima uang belasan miliar dari perusahaan rekanan
pengadaan bantuan sosial (bansos) paket sembako. Juliari dapat Dijerat Pasal 2 ayat
2 UU 31 Tahun 1999 Juliari Batubara melakukan tindakan korupsi dan terancam
hukuman mati lantaran hal tersebut dilakukan ketika negara dalam situasi tanggap
darurat pandemi COVID-19.

KPK menjelaskan kaitan Juliari dapat dijerat dengan Pasal 2 ayat 2 UU


Pemberantasan Korupsi yang dapat berpotensi dijatuhi hukuman pidana mati bagi
para pelakunya.

Berdasarkan penjelasan dari KPK, tindakan korupsi yang dilakukan Juliari mengacu
pada UU 31 Tahun 1999, Pasal 2 ayat 2 yang di dalamnya terdapat ancaman
hukuman mati.

Namun, meskipun dalam Pasal 2 ayat 2 UU 31 Tahun 1999 jelas menjelaskan


hukuman mati bagi para pelaku korupsi, KPK masih mendalami kasus korupsi
bansos terkait dengan mekanisme barang dan jasa yang terhubung dalam tindakan
korupsi.

COVID-19 yang tahun 2020 masuk ke Indonesia telah ditetapkan sebagai Bencana
Nasional pada bulan April 2020. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam
Keppres Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam Penyebaran
COVID-19.
Adapun fakta fakta terkait kasus korupsi baksos kemensos :

1.Terungkapnya korupsi bansos yang melibatkan Juliari Baru Bara

Sebelum Juliari ditetapkan sebagai tersangka, KPK terlebih dahulu melakukan


Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap pejabat Kementerian Sosial atau
Kemensos pada 4 hingga 5 Desember 2020. Penangkapan pejabat Kemensos itu
diduga terkait korupsi bansos di Kementerian Sosial RI dalam penanganan pandemi
Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek 2020. Kemudian pada Minggu dini hari, 6
Desember 2020 KPK menetapkan Juliari Batubara sebagai tersangka kasus tersebut.

Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan pejabat pembuat komitmen (PPK) pada
Program Bansos di Kemensos diduga telah menerima hadiah dari para Vendor
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (PBJ) bansos di Kemensos dalam
penanganan Pandemi Covid-19. KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus ini,
yaitu Juliari, Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, ketiganya adalah penerima,
“Dan sebagai pemberi yaitu Ardian IM dan Harry Sidabuke,” kata Firli. Adapun
dasar hukum Tipikor yakni diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2. Juliari Batu Bara menerima miliaran rupiah

Menurut FirliBahuri, pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama,


diduga PPK telah menerima fee Rp12 miliar yang pembagiannya diberikan secara
tunai oleh Matheus kepada Juliari melalui Adi Wahyono dengan nilai sekitar Rp 8,2
miliar. Pemberian uang tersebut, selanjutnya dikelola oleh Eko dan orang
kepercayaan Juliari bernama Shelvy untuk digunakan membayar berbagai keperluan
pribadi Juliari. Untuk periode kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul
fee dari Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020 sejumlah sekitar Rp 8,8 miliar
yang juga diduga akan digunakan untuk keperluan Juliari. Pengadaan paket sembako
di Kemensos RI sendiri memiliki anggaran sekitar Rp5,9 triliun untuk 272 kontrak
pengadaan dalam dua periode. Adapun dasar hukum Tipikor yakni diatur dalam
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

3. Juliari Batu Bara minta dibebaskan dari dakwaan korupsi

Juliari meminta majelis hakim membebaskannya dari semua dakwaan kasus korupsi
bansos Covid-19. Dia mengatakan putusan majelis hakim dapat membebaskan
dirinya dan keluarga dari derita. “Akhirilah penderitaan kami ini dengan
membebaskan saya dari segala dakwaan,” kata Juliari dalam nota pembelaan atau
pledoi, yang dibacakan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin, 9 Agustus 2021.

Juliari menuturkan, keluarganya menderita karena dipermalukan dan dihujat untuk


sesuatu yang mereka tidak pahami. “Badai kebencian dan hujatan akan berakhir
tergantung dengan putusan dari majelis hakim,” kata politikus PDIP itu. Dia
mengaku menyesal telah menyusahkan banyak pihak karena perkara ini. “Oleh
karena itu permohonan saya, permohonan istri saya, permohonan kedua anak saya
yang masih kecil-kecil serta permohonan keluarga besar saya, pada majelis hakim
yang mulia,” kata dia.
4. ICW desak agar Juliari dipidana seumur hidup

Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhan, mendesak agar


Juliari dipidana seumur hidup. Ada empat argumentasi yang disampaikan Kurnia.
Pertama, Juliari melakukan kejahatan saat menduduki posisi sebagai pejabat publik.
Kedua, praktik suap bansos Covid-19 dilakukan di tengah pandemi. Sebagaimana
dalam UU No 31 tahun 1999 Pasal 2 ayat (2) UU Tipikor menyebutkan, “Dalam hal
tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.” “Hal ini menunjukkan betapa
korupsi yang dilakukan Juliari sangat berdampak, baik dari segi ekonomi maupun
kesehatan, bagi masyarakat,”

Ketiga, saat pembacaan pleidoi, Juliari tak mengakui perbuatannya. Padahal, kata
Kurnia, dua tersangka lainnya, Ardian dan Harry, telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menyuap Juliari. Keempat, hukuman berat bagi Juliari akan
memberikan pesan kuat bagi pejabat publik lain supaya tak melakukan praktik
korupsi di tengah pandemi Covid-19.

5. Divonis penjara 12 tahun dan denda Rp 500 juta

Dalam perkara tersebut, Juliari terbukti menerima uang suap terkait pengadaan
bansos Covid-19 sekitar Rp 32,482 miliar. Juliari dijatuhi hukuman oleh Hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pidana penjara 12 tahun plus denda Rp
500 juta pada 23 Agustus 2021. Hakim juga mewajibkan Juliari membayar uang
pengganti sejumlah Rp 14,5 miliar. Selain itu, hakim mencabut hak politik Juliari
untuk dipilih dalam jabatan publik selama empat tahun setelah selesai menjalani
pidana pokok.
6. Vonis pidana diringankan karena dihujat

Saat membacakan putusan, hakim menyebut hukuman yang diterima Juliari


diringankan. Alasannya, terdakwa mendapat cercaan, hinaan dan vonis masyarakat.
Padahal, menurut hakim anggota majelis hakim Yusuf Pranowo, saat itu Juliari
masih menjalani proses hukum yang belum tentu bersalah dan belum ada hukuman
tetap.

7. Alasan memperingan hukuman Juliari disebut mengada-ada

Peneliti ICW Kurnia Ramadhana menilai alasan meringankan hukuman Juliari


dalam putusan oleh majelis hakim terlalu mengada-ada. Menurutnya, hujatan yang
diberikan masyarakat adalah wajar. Ekspresi semacam itu merupakan hal yang wajar
mengingat dampak yang terjadi akibat praktik korupsi eks Kemensos itu. Kurnia
mengatakan, praktik suap menyuap itu dilakukan secara sadar Juliari tersebut di
tengah kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang ambruk akibat pandemi
Covid-19.

“Cercaan, makian, dan hinaan kepada Juliari tidak sebanding dengan penderitaan
yang dirasakan masyarakat karena kesulitan mendapatkan bansos akibat ulah
mantan Menteri Sosial dan kroni-kroninya,” ujar Kurnia.

8. Juliari melunasi uang pengganti Rp 14,5 miliar.

KPK telah menyetorkan uang pengganti dari terpidana kasus korupsi bansos Covid-
19, Juliari Batubara, sejumlah Rp 14,5 miliar ke kas negara. Mantan Menteri Sosial
tersebut disebut telah lunas membayar uang pengganti seperti putusan pengadilan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Juru Bicara KPK Ali Fikri di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022
mengatakan Juliari melunasi uang pengganti sebesar Rp 14,5 miliar secara bertahap
dengan tiga kali pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai