1. Terungkapnya kasus korupsi bansos juliari batubara
Sebelum Juliari ditetapkan sebagai tersangka, KPK terlebih dahulu
melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap pejabat Kementerian Sosial (Kemensos) pada 4 hingga 5 Desember 2020. Penangkapan pejabat Kemensos itu diduga terkait korupsi bansos di Kementerian Sosial RI dalam penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek. Kemudian pada Minggu dini hari, 6 Desember 2020 KPK menetapkan Juliari Batubara sebagai tersangka kasus tersebut.
Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan pejabat pembuat komitmen
(PPK) pada Program Bansos di Kemensos diduga telah menerima hadiah dari para Vendor Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (PBJ) bansos di Kemensos dalam penanganan Pandemi Covid-19. KPK menetapkan empat tersangka dalam kasus ini, yaitu Juliari, Matheus Joko Santoso,dan Adi Wahyono, ketiganya adalah penerima, sedangkan Ardian IM dan Harry Sidabuke sebagai pemberi hadiah.
2.Juliari menerima miliaran rupiah
pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama, diduga
PPK telah menerima fee Rp12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh Matheus kepada Juliari melalui Adi Wahyono dengan nilai sekitar Rp 8,2 miliar. Pemberian uang tersebut, selanjutnya dikelola oleh Eko dan orang kepercayaan Juliari bernama Shelvy untuk digunakan membayar berbagai keperluan pribadi Juliari. Untuk periode kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul fee dari Oktober 2020 sampai dengan Desember 2020 sejumlah sekitar Rp 8,8 miliar yang juga diduga akan digunakan untuk keperluan Juliari. 3 Juliari meminta dibebaskan dari dakwaan korupsi
Dalam nota pembelaan atau pledoi, pada Senin, 09 Agustus 2021
yang dibacakan di Pengadilan Tindak pidana korupsi, Juliari meminta majelis hakim membebaskannya dari semua dakwaan kasus korupsi bansos Covid-19.
Juliari menuturkan, keluarganya menderita karena dipermalukan dan
dihujat untuk sesuatu yang mereka tidak pahami. Dia mengaku menyesal telah menyusahkan banyak pihak karena perkara ini.
4. Indonesia Corruption Watch (ICW) mendesak agar julari dihukum
seumur hidup
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhan,
mendesak agar Juliari dipidana seumur hidup. Ada empat argumentasi yang disampaikan Kurnia.
Pertama, Juliari melakukan kejahatan saat menduduki posisi sebagai
pejabat publik.
Kedua, praktik suap bansos Covid-19 dilakukan di tengah pandemi
yang sangat berdampak baik dari segi ekonomi maupun kesehatan bagi masyarakat.
Ketiga, saat pembacaan pleidoi, Juliari tak mengakui perbuatannya.
Padahal, kata Kurnia, dua tersangka lainnya, Ardian dan Harry, telah terbukti secara sah dan meyakinkan menyuap Juliari. Keempat, hukuman berat bagi Juliari akan memberikan pesan kuat bagi pejabat publik lain supaya tak melakukan praktik korupsi di tengah pandemi Covid-19.
5. Divonis penjara 12 tahun dan denda 500 juta
Dalam perkara tersebut, Juliari terbukti menerima uang suap terkait
pengadaan bansos Covid-19 sekitar Rp 32,482 miliar. Juliari dijatuhi hukuman oleh Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, dengan pidana penjara 12 tahun dan denda Rp 500 juta pada 23 agustus 2021. Hakim juga mewajibkan Juliari membayar uang pengganti sejumlah Rp 14,5 miliar. Selain itu, hakim mencabut hak politik Juliari untuk dipilih dalam jabatan publik selama empat tahun setelah selesai menjalani pidana pokok.
6.vonis pidana diringankan karena dihujat
Saat membacakan putusan, hakim menyebut hukuman yang diterima
Juliari diringankan. Alasannya, terdakwa mendapat cercaan, hinaan dan vonis masyarakat. Padahal, menurut hakim anggota majelis hakim Yusuf Pranowo, saat itu Juliari masih menjalani proses hukum yang belum tentu bersalah dan belum ada hukuman tetap.
7. Alasan memperingankan hukuman juliari disebut mengada-ngada
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhana
menilai alasan meringankan hukuman Juliari dalam putusan oleh majelis hakim terlalu mengada-ada. Menurutnya, hujatan yang diberikan masyarakat adalah wajar. Ekspresi semacam itu merupakan hal yang wajar mengingat praktik suap itu dilakukan secara sadar. 8. juliari melunasi hutang pengganti 14,5 miliar
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ,telah menyetorkan uang
pengganti dari terpidana kasus korupsi bansos Covid-19, Juliari Batubara, sejumlah Rp 14,5 miliar ke kas negara. Mantan Menteri Sosial tersebut disebut telah lunas membayar uang pengganti sebesar Rp 14,5 miliar secara bertahap dengan tiga kali pembayaran.