Anda di halaman 1dari 3

Nama : Devi Siti Oktaputri

NRP : C2170055
Kelas : Akuntasi Keuangan 7B
Mata Kuliah : Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi
Dosen Mata Kuliah : M. Ardi Nupi Hasyim. S.E. M. A. B.

AUDIT INVESTIGASI KASUS BANTUAN SOSIAL COVID 19


A. Perencanaan
1. Tujuan Audit
a. Mengetahui apa saja dan seberapa besar dana yang telah dikorupsi
b. Mengetahui siapa saja yang telah terlibat dalam kasus ini

B. Bukti Temuan
Penulis Rakhmat Nur Hakim | Editor Nursita Sari
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kabinet Indonesia Maju yang dinakhodai Presiden Joko Widodo kembali
diguncang oleh kasus korupsi. Pekan sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan
sekaligus kader Gerindra, Edhy Prabowo, yang menjadi tersangka korupsi lantaran
diduga menerima suap izin ekspor benih lobster. Kali ini giliran politisi PDI-P
sekaligus Menteri Sosial Juliari Peter Batubara (JPB) yang dijadikan tersangka oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), setelah menggelar operasi tangkap tangan
(OTT) yang menjaring pejabat Kementerian Sosial (Kemensos), Sabtu (5/12/2020).
Dugaan korupsi yang melibatkan Juliari dilakukan dalam penyaluran bantuan sosial
(bansos) Covid-19 yang notabenenya merupakan dana penanggulangan bencana.
Terlebih lagi, Presiden Jokowi telah menerbitkan Keppres Nomor 12 Tahun 2020
yang menyatakan bahwa Covid-19 merupakan bencana nasional.
Sebagaimana termaktub dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Pemberantasan Korupsi, korupsi dalam
pengelolaan keadaan tertentu, termasuk bencana, dapat dijatuhi pidana mati. "Kita
juga paham pandemi Covid-19 ini telah dinyatakan oleh pemerintah sebagai bencana
nonalam. Sehingga kami tidak berhenti sampai di sini," ujar Ketua KPK Firli Bahuri
dalam konferensi pers secara daring pada Minggu (6/12/2020). "Tentu kami akan
bekerja berdasarkan saksi dan bukti-bukti apakah bisa masuk Pasal 2 UU Nomor 31
Tahun 1999 tersebut," tuturnya.
Kronologi kasus
Adapun kasus dugaan penerimaan suap oleh Juliari Batubara bermula dari
penunjukan kedua tersangka lainnya, yakni MJS dan AW, sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PKK) dalam pengadaan dan penyaluran bansos untuk penanggulangan
Covid-19 dari Kemensos. MJS dan AW selaku PPK kemudian menunjuk langsung
rekanan dalam program pengadaan dan penyaluran Bansos Covid-19. Dalam
penunjukan langsung tersebut diduga ada fee yang dijanjikan untuk tiap paket
pengerjaan program bansos yang harus disetorkan ke Kemensos melalui MJS.
Besaran fee pada tiap paket ditentukan sebesar Rp 10.000 dari nilai Rp 300.000 per
paket bansos. "Penunjukan PT RPI sebagai salah satu rekanan tersebut diduga
diketahui JPB dan disetujui oleh AW," ucap Firli.
Pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama, imbuh dia, diduga
diterima fee Rp 12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh MJS kepada
JPB melalui AW. Adapun total sekitar Rp 8,2 miliar yang diterima JPB. Pemberian
uang tersebut selanjutnya dikelola oleh EK dan SN selaku orang kepercayaan Juliari
untuk digunakan membayar berbagai keperluan pribadi sang menteri. Untuk periode
kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul uang fee dari Oktober sampai
Desember 2020 sekitar Rp 8,8 miliar. "Diduga uang itu akan dipergunakan juga untuk
keperluan JPB," tambah Firli. Dengan demikian, uang suap yang telah diterima Juliari
dari pengadaan dan penyaluran bansos Covid-19 sebesar Rp 17 miliar.
Selain menetapkan Juliari Batubara, MJS, dan AW selaku tersangka
penerima suap, KPK juga menetapkan dua tersangka lainnya. Mereka adalah AIM dan
HS selaku pemberi suap. Dalam kasus dugaan suap Bansos Covid-19 itu, Juliari
disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 Undang-
Undang (UU) Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1
KUHP. Sementara itu, MJS dan AW disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal
12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 (i) Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP. Kemudian, selaku pemberi,
yaitu AIM dan HS, disangkakan melanggar Pasal 5 Ayat (1) huruf atau Pasal 5 Ayat
(1) huruf b atau Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan TIndak Pidana Korupsi
juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Barang Bukti Berupa Koper Berisi Pecahan Mata Uang Asing
Dalam pnetapan tersangka yang diawali serangkaian OTT pada Sabtu
(5/12/2020), KPK turut menyita uang sebesar Rp 14,5 miliar. Uang tersebut terdiri
dari pecahan mata uang Rupiah senilai Rp 11, 9 miliar, pecahan mata dollar Amerika
Serikat (AS) sekitar 171.085 dollar AS (setara Rp 2,420 miliar) dan pecahan mata
uang dollar Singapura senilai 23.000 dollar Singapura (setara Rp243 juta). Barang
bukti berupa uang yang dimasukkan ke dalam tujuh koper berukuran besar, sedang,
hingga kecil.

Uang yang disita itu diberikan oleh tersangka AIM dan HS kepada tersangka
MJS, AW. dan Juliari Batubara. Uang itu sebelumnya telah disiapkan AIM dan HS di
salah satu apartemen di Jakarta dan di Bandung. "Uang itu disimpan di dalam tujuh
koper, tiga tas ransel, dan amplop kecil yang jumlahnya sekitar Rp 14, 5 miliar," tutur
Firli.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Korupsi Bansos Covid-19:


Mensos Juliari Diduga Terima Rp 17 Miliar hingga Bukti Uang dalam Koper", Klik
untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/12/06/09194161/korupsi-bansos-
covid-19-mensos-juliari-diduga-terima-rp-17-miliar-hingga?page=all.
Penulis : Rakhmat Nur Hakim
Editor : Nursita Sari

Anda mungkin juga menyukai