Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRAKTIK AKUNTANSI SEHUBUNGAN DENGAN


REVOLUSI INDUSTRI 4.O DAN PANDEMI COVID 19

Disusun Guna Memenuhi Tugas Teori Akuntansi

Dosen Pengampu :

Heni Nurani. Dr. S.E. M. Si.Ak. C. A.

Disusun Oleh :

Nama : Devi Siti Oktaputri

NRP : C2170055

INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA

SUMEDANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Praktik Akuntansi Sehubungan
dengan Revolusi Industri 4.O dan Pandemi Covid 19” dengan tepat waktu. Makalah “Praktik
Akuntansi Sehubungan dengan Revolusi Industri 4.O dan Pandemi Covid 19” disusun guna
memenuhi tugas oleh dosen pengampu yaitu Ibu Heni Nurani. Dr. S.E. M. Si.Ak. C. A. pada
mata kuliah Teori Akuntansi di IKOPIN. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Heni Nurani. Dr. S.E.
M. Si.Ak. C. A. selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang sedang ditekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, 20 Januari 2021

Devi SO

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 3

1.3 Tujuan.................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 4

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 12

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Social distancing merupakan tindakan memperlebar jarak fisik antar orang.


Saat ini jarak satu meter antar orang menjadi acuan aman untuk mencegah penularan
dan penyebaran Covid-19. Perlakuan tersebut akan meminimalkan kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan kerumunan atau berkelompok. Beberapa contoh
tindakan social distancing adalah bekerja dari rumah, melakukan pembelajaran
daring, komunikasi menggunakan media elektronik, dan menghindari kegiatan
konferensi atau pertemuan fisik. Beberapa perusahaan dari berbagai industri
kemudian melakukan tindakan-tindakan tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, wabah ini akan mengevolusi beberapa cara kerja yang
sudah biasa. Banyak perusahaan dipaksa untuk meninggalkan cara kerja tradisional
dan memunculkan cara bekerja yang tidak biasa. Dengan adanya wabah, perusahaan
akan bekerja dengan minimal pertemuan fisik. Bukan hal yang aneh apabila kondisi
tersebut akan diteruskan meskipun wabah sudah selesai. Perusahaan menjadi
terbiasa bahwa tidak selamanya karyawan harus bekerja di kantor. Sampai pada
akhirnya perusahaan akan menyadari bahwa yang sesugguhnya dibutuhkan adalah
fungsi dari seorang karyawan akuntan. Kehadiran fisik seorang akuntan menjadi tidak
utama.

Yang akan terjadi selanjutnya adalah perusahaan akan memposisikan akuntan


di backstage ataupun menjadi supporting process. Front stage akan didominasi
dengan teknologi (aplikasi, mesin pintar). Akuntan bertugas menyematkan misi yang
harus diselesaikan oleh teknologi tersebut. Beberapa tahun lagi, ketika teknologi
sudah semakin pintar dan mampu bertindak layaknya manusia, peran akuntan tidak
lebih dari supporting process. Manusia hanya dibutuhkan apabila teknologi tidak
mampu menangani suatu kondisi. Inilah masa dimana perusahaan memasuki revolusi
industri era baru, era Industry 4.0.

1
Kehadiran fisik pelanggan tidak lagi menjadi keharusan karena kegiatan
perdagangan dapat berlangsung di dalam teknologi. Intervensi manusia digantikan
dengan hubungan antar aplikasi dan proses logis teknologi
antara supplier dan producer. Sehingga peran akuntan yang tersisa adalah
memperbaiki dan mengembangkan proses yang harus diikuti oleh teknologi.

Banyak yang meramalkan bahwa software developer, apps developer, analis


data, analis keuangan, serta teknisi dan insinyur bidang robotika merupakan pekerjaan
yang akan mendominasi di era Industry 4.0. Ramalan tersebut sudah terlihat
kebenarannya. Saat ini hampir tidak ada perusahaan yang tidak menggunakan
teknologi dalam menjalankan kegiatannya. Dengan perkembangan teknologi jaringan,
setiap minggu setidaknya muncul satu kali tindakan pembaruan pada aplikasi. Pada
kondisi yang mengharuskan akuntan bekerja secara remote seperti karena adanya
wabah, perusahaan yang telah menerapkan konsep Industry 4.0 cenderung lebih siap.

Hanya saja, membangun kesiapan Industry 4.0 bukanlah pekerjaan sebentar,


butuh bertahun-tahun hanya untuk membangun kesadaran saja. Salah satu hikmah
yang dapat diambil dari wabah Covid-19 kali ini adalah mempercepat timbulnya
kesadaran perusahaan terhadap era Industry 4.0. Sekarang waktu terbaik bagi
manajemen untuk mengubah pola kerja yang sudah biasa menjadi di luar kebiasaan.

Kondisi akuntan di masa depan yang penuh dengan ketidakpastian dan mudah
berubah membuat perusahaan lebih perlu memprioritaskan pelaksanaan tata kelola
yang baik dibandingkan prosedur baku. Penggunaan teknologi membuat proses tetap
terjaga sesuai prosedur dengan tata kelola yang baik. Ketika supervisi proses sudah
digantikan teknologi maka selebihnya adalah memantau output. Oleh karena itu,
kembali lagi, pekerjaan analis dan pengembang aplikasi menjadi penting bagi
perusahaan.

Jelas, bahwa Covid-19 membuat industry 4.0 menjadi keniscayaan bagi


industri. Kegiatan bisnis dan operasional akan bergantung pada konektivitas jaringan
dan sistem. Pertukaran data dan informasi perlu dilakukan secara cepat dalam
penciptaan produk. Sistem kerja berubah dibarengi dengan penyesuaian mekanisme
supervisi. Tingkat kesiapan memasuki Industry  4.0 dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan mengelola bisnis di tengah wabah saat ini.

2
Semakin mudah karyawan melakukan pekerjaan di manapun dia berada maka
dapat dikatakan perusahaan tersebut telah siap memasuki era Industry 4.0.
Ketidaksiapan perusahaan dalam penyediaan teknologi dan sistem “output based”
akan menurunkan tingkat kinerja karyawan. Tingkat produktivitas dipertanyakan
karena tidak ada mekanisme supervisi yang memadai. Meskipun saat ini perusahaan
tidak siap dengan teknologi dan mekanisme pendukungnya, namun jangan sampai hal
tersebut dibiarkan. Lakukan evaluasi atas output dan analisis hasilnya untuk
memahami tingkat kesiapan perusahaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Beranjak dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun rumusan
masalah yang diangkat yaitu bagaimana pengaruh revolusi industri 4.O dan dampak
pandemi covid 19 ini terhadap praktik akuntansi?

1.3 TUJUAN

Beranjak dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun tujuan dari
disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan panduan mengenai pengaruh
revolusi industri 4.0 dan dampak pandemi covid 19 terhadap praktik akuntansi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP PRAKTIK AKUNTANSI

Dari penjelasan posisi akuntan diatas, maka akan muncul tantangan dan pengaruh
terhadap profesi akuntan antara lain dimana perkembangan teknologi mengubah bisnis secara
signifikan seperti banyak aset yang berupa “teknologi” dan tidak berwujud secara fisik, tidak
banyak membutuhkan sumber daya manusia termasuk didalamnya staf akuntansi, perusahaan
tidak memiliki konsep “tempat” atau “premises” karena dikendalikan melalui “virtual office”
dan yang terakhir mengenai cara memasarkan dan cara berjualan melalui “market place” atau
“online store” yang kesemuanya tadi akan menuju kepada titik keseimbangan atau
equilibrium baru yang nantinya membentuk standarnya sendiri.
Dalam masa 5 tahun kedepan dimana teknologi 5G dalam perangkat telekomunikasi
sudah diadopsi secara penuh, akses internet dalam kecepatan Gigabit per detik dan perangkat
keras juga manusia sudah terhubung satu sama lain baik secara IoT atau IoP, akan mengubah
peran akuntan yang digantikan oleh teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotik dalam
melakukan pekerjaan dasar akuntan yaitu mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah
transaksi, melakukan otomatisasi pembuatan laporan keuangan sekaligus menganalisa
laporan keuangan tersebut secara mandiri tanpa campur tangan manusia. Pola swakelola
fungsi dasar akuntan inilah yang tentunya meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan
dan hasilnya langsung diketahui saat itu juga (real time). Banyak perusahaan yang sudah
mengembangkan hal ini karena sudah didukung adanya standarisasi proses pengelolaan
keuangan dan standarisasi arsitektur sistem informasi yang memadai dan sesuai tuntutan
industri generasi keempat sehingga kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi akuntan
selanjutnya adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi informasi
dan memperbaharui gaya kepemimpinan.
Lebih jauh lagi dampaknya adalah akuntan dan kantor akuntan akan “dipaksa”
mengembangkan aplikasi bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara langsung dari
perangkat telepon genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit laporan keuangan
dilakukan berbasis real-time dimana regulator dan auditor menarik data yang dibutuhkan
secara otomatis langsung dari sistem dan sensor yang melekat pada kegiatan operasional
sehingga transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan.
Apabila akuntan tidak memiliki keahlian yang memadai didalam teknologi informasi maka

4
profesi lain dapat mengambil alih fungsi akuntan, sehingga dapat dikatakan teknologi
informasi adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dipelajari dan dimengerti oleh
akuntan itu sendiri. Dikutip dari International Edition of Accounting and Business
Magazine edisi Desember 2016, Roger Leonard Burrit dan Katherine Christ menyebutkan
empat langkah yang harus diambil akuntan didalam menghadapi revolusi industry 4.0 yaitu:
a. Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang atau
kesempatan baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis baru yang
belum pernah ada sebelumnya, sebagai contoh Jerman sebagai negara pencetus
memiliki 80% perusahaan yang siap mengimplementasikan revolusi industri 4.0 atau
Cina yang menyadari bahwa diperlukan pembangunan pada aspek pengetahuan dan
menargetkan 60% investasi pada sektor ini. Bukan hanya dua negara ini saja akan
tetapi banyak negara sudah berada dalam tahap awal diseminasi informasi yang
selanjutnya akan berkembang lebih dalam untuk menjalankan secara total revolusi 4.0
b. Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan dituntut
untuk dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan perkembangan
konektifitas digital, seperti contohnya pelatihan koding, manajemen informasi antar
beberapa program dan platform yang berbeda atau implementasi real-time accounting
yang ditujukan kepada seluruh departemen dan organisasi perusahaan termasuk
pemegang saham.
c. Pengembangan profesi (Professional Development). Meningkatkan kinerja profesi
akuntan beserta program - program yang mendukung pengembangannya dengan cara
melakukan latihan presentasi online maupun tatap muka secara langsung (face to face
discussion) dan mengevaluasi dampaknya terhadap kapabilitas profesi akuntan pada
masa depan.
d. Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus memiliki
kontrol maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau informasi fisik
biasanya diperoleh dibawah tanggung jawab para insinyur (engineer) sehingga
hubungan kerja antara akuntan dan insinyur harus berjalan harmonis agar data dan
informasi akuntansi dijaga dengan baik.

e. Empat langkah perubahan peran akuntan pada masa revolusi industry 4.0 yang sudah
dijelaskan diatas hendaknya sudah dimulai pada awal proses pembelajaran di
universitas atau perguruan tinggi dimana kurikulum dan metode pembelajaran juga
harus disesuaikan dengan aktual dunia bisnis saat ini dan masa yang mendatang.

5
Sehingga universitas atau perguruan tinggi perlu mencari dan menggunakan metode
pembelajaran yang meningkatkan aspek paling krusial yaitu literasi manusia dimana
fokus utama adalah mengembangkan kapasitas kognitif mahasiswa untuk dapat
berpikir kritis dan sistemik dikarenakan literasi manusia dapat berfungsi dengan baik
apabila mengacu kepada “kemanusiaan (humanity); Komunikasi (communication)
dan desain (Design). Sehingga pembelajaran terpusat pada aspek:
a. Keterampilan dalam hal kepemimpinan (leadership) dan bekerjasama dalam tim
(teamwork).
b. Kelincahan dan kematangan budaya (cultural agility) sehingga mahasiswa dengan
berbagai latar belakang mampu bekerja dalam lingkungan yang berbeda baik
didalam negeri maupun di lingkungan luar negeri.
c. Kewirausahaan (Entrepreneurship) termasuk didalamnya “social
entrepreneurship” yang artinya kewirausahaan yang mampu memberikan
sumbangsih perubahan sosial secara keberlanjutan dan tepat sasaran. Poin dasar
inilah yang wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa.

Aoun (2017) menyebutkan bahwa untuk mencapai aspek pembelajaran yang


efektif dan seuai dengan tujuan yang diharapkan maka diperlukan studi tematik yang
menggabungkan antara lingkungan kampus dan dunia kerja nyata (project base learning).
Studi tematik ini dapat memberikan gambaran riil kepada mahasiswa mengenai kondisi
terkini dunia kerja dan segala tantangan yang dihadapi. Northeastern (2014) juga
mengindikasikan diadakannya kerja praktik atau aktifitas magang diperusahaan menjadi salah
satu rujukan dalam pembelajaran efektif.
Merujuk kepada rumusan Tim KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia)
Direktorat Pembelajaran (2015), lulusan universitas atau perguruan tinggi harus dipersiapkan
(selain literasi manusia) untuk memiliki kemampuan literasi data yaitu membaca,
menganalisis dan menggunakan informasi dalam format data besar (big data) dan literasi
teknologi. Literasi teknologi berarti memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi, artificial
intelligence dan prinsip - prinsip teknik (engineering principles). Sehingga kombinasi literasi
manusia, data dan teknologi mampu menjawab tantangan revolusi industry 4.0.
Jadi jelas bahwa tantangan revolusi industri era 4.0 dapat mengubah secara
keseluruhan peran dan standar akuntan saat ini. Perubahan peran akuntan tersebut antara lain:

6
 Menyediakan pandangan atau pendapat mengenai data. Akuntan dituntut untuk
mampu mengidentifikasikan pertanyaan atas data, analisis statistik, pengecekan
kualitas data dan interpretasi hasil olah data.
 Berlaku sebagai penasihat, baik sebagai penasihat bisnis, spesialis atau berperan
sebagai partner bisnis.
 Mampu bekerjasama dalam penguasaan teknologi yang meliputi manipulasi data,
bekerja dengan robot atau sejenisnya dan sebagai trainer dalam bidang
kecerdasan buatan (artificial intelligence)
 Profesi akuntan berkembang tidak hanya dalam aspek finansial akan tetapi akan
meluas kepada aspek laporan non finansial (non-financial reporting) dan
keamanan data di dunia maya (cyber security).
Akuntan dalam perspektif revolusi industri sudah bukan lagi sebagai “book
keeper” tetapi meluas menjadi hal yang baru yang bisa jadi tidak menyentuh sama sekali
aspek finansial. Eksplorasi hal baru tentunya juga menimbulkan spesialisasi yang belum ada
pada saat sekarang. Spesialisasi disini apabila melihat kepada penjelasan diatas akan
bertambah menjadi bidang pekerjaan baru yang menuntut kapabilitas dan kapasitas yang
berbeda pula karena diperlukan untuk mampu melihat potensi perubahan dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang. Celah antara dunia kerja riil dan dunia akademis patut
dijembatani untuk kemudian dilakukan riset dan penelitian lebih dalam dimana hasil
penelitian dapat digunakan untuk memberikan solusi yang membangun dan informatif untuk
kemudian dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan universitas,
perguruan tinggi dan profesi akuntan.

DAMPAK PANDEMI COVID 19 TERHADAP PRAKTIK AKUNTANSI

Ekonomi dunia dihadapkan pada posisi yang volatility, uncertainty, complexity dan


ambiguity. Artinya, kita harus mengakui kegamangan atas strategi apa yang harus dilakukan
menghadapi tantangan-tantangan baru kedepannya. Dalam sudut pandang mikro (business),
VUCA atau masalah-masalah ini adalah hal baru bagi mereka. Maka yang dihadapi, antara
lain:

 Bisnis mengalami tantangan yang baru.

7
 Bisnis menghadapi konsumen yang baru dengan preferensi konsumen yang baru dan
lebih kompleks.

 Bisnis mengalami tantangan menggunakan inovasi digital.

 Bisnis menghadapi kompetitor yang baru.

 Bisnis mengalami keterbatasan dalam melakukan inovasi.

 Bisnis mengalami kesulitan dalam merubahan kebiasaan lama.

Bagi bisnis, mereka akan melakukan beberapa hal dalam jangka pendek:

 Melakukan evaluasi terhadap bisnis proses (model) sehingga akan mengubah haluan
strategi bisnis dalam jangka pendek, menengah.

 Melakukan efisiensi dengan melakukan pengurangan jumlah karyawan.

 Menjadwal kembali hutang-hutang mereka.

Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut, khususnya pengaruh pandemic Covid19


maka ada beberapa hal yang harus diantisipasi. Namun, akan diuraikan
dulu landscape ekonomi yang berubah akibat pandemi Covid 19:

1. Depresiasi rupiah akan terus terjadi yang disebabkan karena beberapa hal yang
kompleks.

a. Penurunan produksi di Tiongkok (akibat lockdown) mengurangi supply dunia,


sehingga kurva AS (Agregate Supply) akan tergeser kekiri mengurangi jumlah
output dan menaikkan harga. Hal ini tentu akan mendorong depresiasi rupiah,
krn Indonesia adalah Net Importer.

b. Penurunan kinerja perusahaan domestik (akibat pandemic Convid19) akan


mengurangi minat investor untuk berinvestasi di Indonesia dalam jangka
pendek (pasar saham). Hal ini tentu saja akan mendorong capital outflow
sehingga terus mendepresiasi rupiah.

8
c. Masa depan ekonomi Indonesia yang belum jelas tentu saja mengurangi minat
investor untuk berinvestasi di seluruh jenis instrumen keuangan (surat hutang),
hal ini tentu saja akan berdampak pada melemahnya rupiah.

2. Investasi domestik maupun asing tentu saja akan berkurang karena “ekspektasi
investor” yang masih belum stabil. Sehingga mereka akan menunda investasi mereka
dalam jangka pendek dan menengah.
3. Preferensi Konsumen yang “shock” akibat pandemic Covid19:

a. Mereka akan prefer dan mengutamakan kebutuhan primer, dibandingkan


sekunder maupun tersier bahkan menunda leisure mereka karena ancaman
pandemic dan efek campaign pemerintah (#workfromhome, #socialdistancing)

b. Konsumen akan cenderung mengkonsumsi barang-barang sehat yang diyakini


mampu meningkatkan imunitas mereka. Rempah-rempah (organik); Makanan
dan minuman kesehatan; Mengurangi Rokok

4. Biaya telekomunikasi akan meningkat tajam seiring dengan semakin ingin tahunya
masayakat atas informasi-informasi dan perkembangan baru.
5. Masyarakat akan mengurangi keinginan mereka untuk berpergian (penurunan yang
tajam biaya transportasi)

Dalam ilmu ekonomi kita selalu belajar tentang Trade-off, yaitu dua pilihan ekstreem
antara lockdown (kesehatan masyarakat membaik) dan Ekonomi (kesehatan masyarakat
memburuk).Dalam hal ini, lockdown adalah menghentikan keseluruhan aktivitas ekonomi
masyarakat, dan pilihan ekonomi adalah tidak adanya pembatasan social distancing dll.
Tentu pilihan ekstreem ini tidak dilakukan di Indonesia. Namun, pendulum pilihan ada
diantara atau memihak yang mana. Strategi yang harus dilakukan adalah :

1. Strategi solidaritas ekonomi lokal.

2. Realokasi anggaran untuk kebutuhan mendesak dan strategis.

3. Kebijakan Targeted saja pada yang paling terdampak atau yang paling memberikan
value paling tinggi untuk mengurangi resiko Convid19.

9
4. Jaga supply dan stock kebutuhan pokok (dasar) tersedia dan harganya terjangkau.

5. Jaga ekspektasi masyarakat agar tidak “panik”.

6. Insentif kebijakan untuk mendukung ekonomi lokal.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perekonomian dunia terus mengalami tantangan-tantangan baru:

 Hadirnya revolusi industri 4.0 yang mencemaskan industri-industri bergaya


lama.

 Serangan virus Covid-19

Industri 4.0 melahirkan banyak hal baru yang nantinya mempengengaruhi


profesi akuntan dan mahasiswa yang sedang menempuh studi akuntansi. Digitalisasi
industri dan real-time transaksi sanggup memonitor secara tepat dan cepat performa
organisasi atau perusahaan baik dalam bidang manufaktur, rantai pasokan (supply
chain) dan konsumen. Profesi akuntan diharapkan dapat beradaptasi terhadap hal ini
dan yang lebih penting lagi, universitas dan perguruan tinggi harus merubah dan
merevolusi proses pembelajaran untuk dapat mengikuti ritme cepat dari
perkembangan teknologi informasi.

3.2 SARAN

Diperlukan studi dan riset lanjutan untuk merumuskan mengenai metode dan
ragam pembelajaran profesi akuntan dan mahasiswa akuntansi sehingga stigma
akuntan sebagai “book keeper” menjadi lebih luas dan memiliki nilai tambah yang
konstruktif disesuaikan dengan karakterisitik dan fokus industri 4.0 dimana peran dan
fungsinya menjadi lebih variatif. Diharapkan dengan adanya hasil riset dan penelitian
tersebut dapat mencetak lulusan atau sarjana yang kompeten dan mampu berperan
maksimal dalam perubahan teknologi.

Lalu, krisis Covid 19 harus diakhiri dan jangan sampai berevolusi menjadi
krisis kepanikan dan “ketidakpercayaan diri”. Inilah yang harus dikembalikan di
masyarakat, bahwa Pemerintah adalah really otoritas yang mampu menyelesaikan ini
dengan terpadu, terencana dan terukur. Maka kunci apa yang dilakukan pemerintah
adalah transparansi dan “akal sehat”. Dalam hal ini, maka kerjasama dan kolaborasi
medis (kesehatan), IT dan riset di bidang farmasi harus dilakukan untuk menangkal
Covid 19 dan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi di masa depan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Widyatama, Agus .2020. Covid 19 dan Dampaknya terhadap Ekonomi. Malang : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Wahyono, Alex Candra & Wahjono. 2019. Pengaruh Revolusi Industri 4.0 terhadap Ilmu
Akuntansi. Semarang : Jurnal AMIK JTC | INFOKAM

13

Anda mungkin juga menyukai