Anda di halaman 1dari 5

Contoh Kasus Korupsi di Masa Pandemi Covid-19

Bupati Kutai Timur Ismunandar

Pada 2 Juli 2020, Ismunandar tengah berada di salah satu hotel di Jakarta. Hari itu
menjadi nasib sial bagi dirinya. Tim penyidik KPK menangkap Ismunandar beserta 14 orang
lainnya, termasuk istrinya Encek Ur Firgasih yang menjabat sebagai Ketua DPRD Kutai Timur.
Ismunandar ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait pekerjaan
infrastruktur di lingkungan Kabupaten Kutai Timur tahun 2019-2020. Encek beserta tiga
kepala dinas di Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, yakni Musyaffa (Kepala Badan
Pendapatan Daerah), Suriansyah (Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah), dan
Aswandini (Kepala Dinas Pekerjaan Umum) juga ditetapkan sebagai tersangka penerima
suap. Sementara dua rekanan proyek disangkakan sebagai pemberi suap, yakni Aditya
Maharani dan Deky Aryanto. Dalam perkara ini, KPK menyita barang bukti berupa uang
tunai sebesar Rp170 juta, beberapa buku tabungan dengan total saldo Rp4,8 miliar serta
sertifikat deposito sebesar Rp1,2 miliar.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo

Edhy Prabowo menjadi menteri pertama sekaligus tercepat era Presiden Jokowi yang
terjaring OTT. Edhy ditangkap pada 25 November 2020 di Bandara Soekarno-Hatta usai
melakukan kunjungan kerja di Amerika Serikat. Total ada 17 orang yang ditangkap oleh KPK,
termasuk istri Edhy, Iis Rosita Dewi, yang juga anggota Komisi V DPR dari Fraksi Gerindra.
KPK mengungkap total uang yang diterima Edhy terkait penetapan izin ekspor benih lobster
di dalam rekening penampung mencapai Rp9,8 miliar.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo bersiap menjalani pemeriksaan
lanjutan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (14/12/2020). Edhy Prabowo diperiksa penyidik KPK
dalam perkara dugaan penerimaan suap perizinan tambak, usaha dan atau pengelolaan
perikanan atau komoditas perairan sejenis lainnya tahun 2020. ANTARA FOTO/Reno
Esnir/rwa. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo bersiap menjalani
pemeriksaan lanjutan di Gedung KPK, Jakarta, Senin (14/12/2020). (ANTARA/RENO ESNIR)
Uang itu sempat digunakan Edhy dan istrinya untuk belanja berbagai barang mewah di
Honolulu, Hawaii, AS. Di antaranya jam tangan Rolex, tas koper Tumi, tas koper LV, tas
Hermes, jam Jacob n Co, hingga baju Old Navy. Selain Edhy, KPK menetapkan enam orang
lainnya sebagai tersangka. Mereka ialah staf khusus Edhy, Safri dan Andreau Misanta
Pribadi; pengurus PT Aero Citra Kargo (ACK), Siswadi; staf istri Edhy, Ainul Faqih; sekretaris
pribadi Edhy, Amiril Mukminin; dan DirekturPT Dua Putera Perkasa Pratama (DPPP),
Suharjito.

Menteri Sosial Juliari Batubara

Pada tanggal 2 Desember 2020, tim penindakan KPK (Korupsi Pemberantasan Korupsi)
bergerak menindaklanjuti informasi masyarakat perihal dugaan penyerahan uang kepada
pejabat di Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia. Uang tersebut diberikan oleh
Ardian IM dan Harry Sidabukke selaku pihak swasta kepada eks Menteri Sosial Juliari Peter
Batubara melalui perantara Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono selaku Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Kemensos. Dalam kegiatan tersebut, tim KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) menangkap Matheus dan sejumlah pihak lainnya serta mengamankan barang bukti
berupa uang senilai total Rp14,5 miliar. Kemudian, pada tanggal 6 Desember 2020, tepatnya
dini hari, Juliari menyerahkan diri kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kemudian
langkah politikus PDIP tersebut diikuti oleh Adi Wahyono. Juliari diduga menerima total
Rp17 miliar dari dua paket pelaksanaan bansos berupa sembako untuk penanganan Pandemi
Covid-19 ini. Terungkapnya kasus ini menimbulkan reaksi keras dari masyarakat. Pasalnya,
korupsi yang diduga dilakukan oleh Juliari berkaitan dengan hajat hidup orang banyak yang
sedang berjuang di tengah masa pandemi Covid-191.

1
<https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210302092301-20-612489/korupsi-tak-berhenti-di-masa-
pandemi> Diakses pada tanggal 10 November 2021, pukul 16.54 WIB.
KPK Tetapkan Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Tersangka

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah,


yakni Budhi Sarwono sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait pengadaan barang dan
jasa di Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tahun anggaran 2017-2018. Selain Budhi
Sarwono, lembaga antirasuah juga menetapkan pihak swasta sekaligus orang kepercayaan
bupati, Kedy Afandi (KA), sebagai tersangka. KA juga merupakan tim sukses bupati dalam
pemilihan kepala daerah tahun 2017. Dalam proses penanganan perkara ini, tim penyidik
lembaga antirasuah sudah menggeledah rumah dinas bupati. Dari upaya paksa itu diamankan
berbagai barang bukti termasuk dokumen terkait perkara. Dalam kasus yang menjeratnya,
Budhi diduga menerima commitment fee atas berbagai pekerjaan proyek infrastruktur di
Kabupaten Banjarnegara sekitar Rp2,1 miliar. Budhi diduga berperan aktif dengan ikut
langsung dalam pelaksanaan pelelangan pekerjaan infrastruktur, di antaranya membagi paket
pekerjaan di Dinas PUPR, mengikutsertakan perusahaan milik keluarganya, dan mengatur
pemenang lelang. Kemudian atas kasus tersebut, Budhi ditahan di Rumah Tahanan Negara
(Rutan) KPK Kavling C1, sementara KA ditahan di Rutan KPK Pomdam Jaya Guntur2.

Analisis nya

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA menjelaskan tentang apakah
hukuman bagi pejabat yang korupsi sejajar dengan pencurian pada umumnya. Dia
mengatakan, korupsi dapat digolongkan ke dalam jenis-jenis dosa besar.

Walaupun, dia mengakui, tidak ada dalil yang secara langsung menyebutkannya seperti
halnya syirik, zina, minum khamar dan lainnya. "Mungkin karena di masa Rasulullah SAW
jarang atau bahkan tidak ada kasus korupsi," paparnya dikutip dari laman Rumah Fiqih
Indonesia, Ahad (6/12).

Tindakan korupsi dilihat dari hukum Islam maka bisa digolongkan sebagai bentuk perbuatan
khianat. Sebab, pejabat yang korupsi sebelumnya telah diberi amanah dari rakyat untuk
menjalankan tugasnya dengan anggaran yang telah ditetapkan. Namun, bukannya
menjalankan amanah, pejabat itu malah merugikan rakyat dengan tindakan korupsinya.

2
<https://nasional.kompas.com/read/2021/09/04/07545981/jadi-tersangka-korupsi-kekayaan-bupati-
banjarnegara-rp-238-miliar-tercatat> Diakses pada tanggal 10 November 2021, pukul 17.20 WIB.
Ustadz Ahmad menerangkan, korupsi sedikit berbeda dengan delik pencurian. Karena ada
syarat bahwa pencuri itu bukan orang yang punya akses ke tempat uang. Artinya, uang atau
harta itu disimpat di tempat yang aman, lalu pencuri sengaja menjebolnya, baik merusak
pengaman atau mendobraknya.

Definisi pencurian yang disepakati para ulama umumnya adalah: "Mengambil hak orang lain
secara tersembunyi (tidak diketahui) atau saat lengah di mana barang itu sudah dalam
penjagaan/dilindungi oleh pemiliknya."

Secara hukum hudud, pencuri yang sudah memenuhi syarat pencurian, wajib dipotong
tangannya, sebagaimana firman Allah SWT:

‫" َو الَّساِر ُق َو الَّساِر َقُة َفاْقَطُعوا َأْيِدَيُهَم ا َج َزاًء ِبَم ا َك َسَبا َنَك ااًل ِم َن ِهَّللاۗ َو ُهَّللا َع ِز يٌز َحِكيٌم‬Laki-laki yang mencuri dan
perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang
mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki
diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Mahapengampun
lagi Mahapenyayang." (QS Al-Maidah: 38)

Dalam konteks itu, apakah hukuman bagi koruptor sama dengan hukuman pencurian? Ustadz
Ahmad menjelaskan, delik hukum untuk pejabat yang korupsi sedikit berbeda dengan
pencurian karena korupsi dilakukan oleh 'orang dalam'. "Namun bahwa dosanya besar, tentu
saja tidak ada yang menentangnya," jelasnya.

Dalam hukum Islam, meski tidak ada nash Alquran dan Hadits tentang bentuk hukuman bagi
pejabat yang melakukan tindakan korupsi, masih ada hukum ta'zir. "Sehingga asalkan sistem
dan aparat hukumnya baik, pelaku korupsi tetap bisa menerima 'hadiah' hukuman setimpal.
Bahkan bisa dihukum mati juga," terang Ustadz Ahmad.

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qkx061320
DAFTAR PUSTAKA

<https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210302092301-20-612489/korupsi-tak-berhenti-
di-masa-pandemi>

<https://nasional.kompas.com/read/2021/09/04/07545981/jadi-tersangka-korupsi-kekayaan-
bupati-banjarnegara-rp-238-miliar-tercatat>

Anda mungkin juga menyukai