Anda di halaman 1dari 2

Nama : dr.

Olivia Ayu Andita


Gelombang : VIII
Angkatan : LXVI
Kelompok :1
PELATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2022

ISU KONTEMPORER
Salah satu isu kontemporer yang saya ambil adalah mengenai kasus tindak pidana korupsi suap
penanganan perkara yang menjerat Hakim Agung SD.
Dalam kontruksi perkara, KPK menjelaskan awalnya ada laporan pidana dan gugatan perdata
terkait aktivitas dari KSP Intidana di Pengadilan Negeri Semarang yang diajukan HT dan IDKS
diwakili kuasa hukumnya, yakni YP dan ES. Saat proses persidangan di tingkat pengadilan
negeri dan pengadilan tinggi, HT dan ES belum puas terhaddap keputusan pada dua lingkup
pengadilan tersebut, sehingga melanjutkan upaya hukum pada tingkat kasasi dengan masih lewat
YP dan ES.
Dalam pengurusan kasasi tersebut, KPK menduga YP dan ES bertemu dan berkomunkasi dengan
beberapa pegawai kepaniteraan MA, yang dinilai mampu menjadi penghubung hingga fasilitator
dengan majelis hakim, sehingga diharapkan dapat mengondisikan putusan sesuai dengan
keinginan YP dan ES.
Pegawai MA yang bersepakat dengan YP dan ES adalah DY, dengan syarat diberikan sejumlah
uang. Selanjutnya, DY mengajak MH dan ETP ikut serta menjadi penghubung penyerahan uang
ke majelis hakim.
Sejauh ini, KPK telah menetapkan total 6 orang tersangka kasus dugaan suap terkait penanganan
perkara di MA terdiri dari 1 orang hakim agung, 1 hakim yustitisial, 2 pegawai kepaniteraan
MA, 2 orang PNS Mahkamah.
Dari kasus di atas kita dapat melihat bahwa seorang Hakim Agung dan pegawai lainnya
merupakan bagian dari ASN. Seorang ASN harus bisa menjalankan fungsi dan tugasnya yaitu
salah satunya memberikan pelayanan kepada publik. Pegawai ASN merupakan sebuah profesi
yang memiliki hak, kewajiban, kode etik, dan kode perilaku yang sudah diatur dalam Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2001,
menjelaskan bahwa tindak pidana korupsi bisa dikategorikan menjadi 7 jenis yaitu, merugikan
keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, penggelapan dalam jabatan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan, serta gratifikasi
Berdasarkan kasus diatas telah jelas bahwa pegawai-pegawai ASN tersebut melakukan tindak
pindana korupsi yaitu menerima sejumlah uang yang bukan haknya, suap-menyuap. Uang
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja. Selain itu, dari kasus diatas
kita juga bisa melihat adanya perbuatan curang yaitu mengondisikan putusan sesuai dengan
keinginan individu atau kelompok tertentu tanpa didasari hukum Undang-Undang yang berlaku.
Korupsi merupakan extraordinary crime karena (1) berpotensi dilakukan oleh siapa saja, (2)
korbannya bisa siapa saja, random target-random victim, (3) kerugian yang diakibatkannya besar
dan meluas, (4) terorganisasi atau dilakukan oleh organisasi, (5) bersifat lintas negara. Karena
hal tersebut, Negara mengeluarkan biaya yang terbilang mahal untuk pemberantasan korupsi.
Maka dari itu, kita sebagai ASN wajib menanamkan nilai-nilai anti korupsi untuk menghindari
dan mengikis perilaku koruptif. Ada Sembilan nilai integritas atau nilai anti korupsi yang
dirumuskan oleh KPK, yaitu Berani, Jujur, Mandiri, Peduli, Adil, Disiplin, Kerjakeras,
Tanggungjawab, Sederhana yang disingkat menjadi BerJuMPA Di KerTaS.
Selain itu, ASN juga wajib mengamalkan dan menanamkan nilai-nilai Core Value
“BerAKHLAK yaitu yang terdiri dari Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten,
Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif. Dari ketujuh nilai tersebut, di tuntut loyal terhadap
negara yaitu menjalankan tugas sesuai tupoksi/kewajibannya nya dan akuntabel yaitu jujur dalam
melaksanakan tugasnya.

Anda mungkin juga menyukai