Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN RENCANA AKSI (Morinda Marsilea (06010521013)

“PERANGI KORUPSI, KABAR PUNGLI DI DESA SUMPUT MELANGGAR NILAI


SILA KEADILAN SOSIAL”

A. Rincian Kegiatan

Kasus yang akan saya bahas adalah kasus pungli (pungutan liar) yang terjadi di daerah
rumah saya yaitu di Desa Sumput, Driyorejo Gresik. Makna dari Pungutan Liar atau pungli itu
sendiri adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau pegawai Negeri atau pejabat Negara
dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan
peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Hal ini sering disamakan dengan
perbuatan pemerasan, penipuan atau korupsi. Pungli yang terjadi di Desa Sumput ini menjadi
memanas ketika 2 korban, Urip dan Gufron membayar sejumlah uang yang ditagih oleh
perangkat desa karena mereka ingin mengurus dokumen kependudukan. Mereka mengetahui
bahwa seharusnya pengurusan dokumen ini tidak perlu mengeluarkan sejumlah biaya. Karena
merasa dibohongi akhirnya mereka berniatan untuk melaporkan kejadian ini pada pihak yang
berwajib.

M. Saiful Amri salah satu aparat pemerintahan Desa Sumput, resmi dilaporkan ke
Kejaksaan Negeri (Kejari) Gresik atas dugaan pungutan liar (pungli) pengurusan dokumen
kependudukan. Urip dan Gufron melaporkan kejadian itu dengan membawa beberapa berkas ke
Inspektorat Pemerintahan Kabupaten Gresik, Kepala Dinas Pemberdayaan Desa Kabupaten
Gresik dan Kepala Dinas Dukcapil Kabupaten Gresik.

Sekilas berkas yang dikeluarkan, ternyata banyak temuan tentang tindakan yang kurang
terpuji yang dilakukan oleh oknum aparat Desa dalam pengurusan dokumen kependudukan.
Dengan bentuk rincian, inisial KU (perempuan) dalam rangka pengurusan Kartu Keluarga, Akte
Kelahiran, dan E-KTP dikenakan biaya total Rp 1.400.000,-. Begitu juga inisial S dalam
pengurusan Kartu Keluarga dikenakan biaya Rp 550.000,-. Dan tidak hanya itu, Gufron juga
dikenakan tarif sebesar Rp 300.000,- untuk mengurus cabut bendel (berkas surat kendaraan) dan
Sulami dikenakan biaya sebesar Rp 150.000,-. dalam rangka pengurusan E-KTP.

Pihak kejaksaan masih mengkaji laporan dan bukti yang sudah diterima. Soegeng Hari
Kartono.SH salah satu pengacara yang mendapat kuasa dari pelapor menerangkan jika pihaknya
bertekad mengawal kasus ini agar tidak ada lagi pungutan yang tidak resmi yang dilakukan oleh
pejabat negara.

Besar harapan Urip (menantu dari Sulami) dan Gufron dengan melayangkan surat
pengaduan tentang adanya indikasi tindak pidana pungli yang diduga dilakukan secara sistematis
oleh perangkat Desa ini dapat dijadikan pelajaran bagi perangkat desa lainnya agar bersikap jujur
dan tidak membodohi masyarakat. Mereka berharap agar perangkat desa maupun pejabat negara
menjadi bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme dan terbentuk tata kelola pemerintahan
yang baik, transparan dan profesional dengan berorentasi pada pelaksanaan program
pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan.

B. Tujuan

Tujuan dibahasnya kasus ini adalah sebagai kritikan kepada pemerintah agar tidak
semena-mena dalam memperlakukan rakyat. Rakyat tentu berharap besar kepada negara agar
para pemimpin bisa melakukan masyarakatnya dengan adil. Bagaimana negara ini bisa damai
jika pemimpinnya saja tidak melaksanakan nilai-nilai yang terdapat pada pancasila. Bentuk
tindak kasus pungli ini sebagai bukti bahwa masih banyak orang yang masih tidak bisa
berperilaku adil terhadap sesama.

Manusia Indonesia yang berjiwa Pancasilais pasti menentang dan menolak keras
melakukan pungli/korupsi. Sebab sudah hadir dalam dirinya kesadaran bahwa hal itu merupakan
perbuatan yang melanggar hak orang lain. Padahal setiap warga negara berhak mendapat
kesempatan yang sama dalan kepengurusan dokumennya. Negara sudah mengalokasikan
dananya untuk pembuatan E-KTP, namun nyatanya masih ada saja pejabat yang memanfaatkan
orang-orang yang tidak menahu mengenai alokasi dana itu kemudian meminta uang dengan
kedok untuk biaya pembuatan dokumen.

Kami, para rakyat kecil berharap besar kepada negara, agar negara bisa mewujudkan
pemerintahan yang bersih, baik, transparan dan profesional dengan berorentasi pada pelaksanaan
program pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan amanat
peraturan perundang-undangan.
C. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian masalah

Pihak-pihak yang terlibat dalam pemberantasan masalah korupsi yang salah satunya yaitu pungli,
adalah :

1. Masyarakat

Dengan sadarnya masyarakat akan pengimplementasian nilai-nilai Pancasila khususnya


nilai keadilan dalam kehidupan sehari-hari, maka kemungkinan besar masalah pungli/korupsi itu
tidak akan pernah terjadi. Seorang yang berjiwa Pancasila akan menyadari bahwa Indonesia
adalah negara hukum sesuai dengan pasal 1 ayat 3 UUD 1945, maka masyarakat pun akan sadar
betapa pentingnya menjunjung tinggi hukum dengan tidak melakukan tindakan yang melanggar
hukum. Sebagai makhluk beragama, juga tak ada satupun agama yang mengajarkan untuk
merugikan kepentingan orang lain. Tak kalah pentingnya, setiap kita membela Pancasila maka
sama saja seperti membela negara, dimana salah satu wujud bela negara adalah dengan melawan
perbuatan korupsi yang merugikan masa depan negara.

2. Lembaga pemberantasan korupsi (KPK)

lembaga KPK memiliki sebuah visi yaitu ingin ”Mewujudkan negara Indonesia yang
terhindar dari tindak pidana korupsi”. Dilihat dari Visi ini maka dapat dibuktikan bahwa adanya
suatu keinginan yang sangat kuat dari lembaga ini agar kasus korupsi di Indonesia ini dapat terus
menurun. Namun dalam penerapannya sendiri, lembaga KPK harus diisi dengan orang-orang
yang bersih dan jujur, sebab masih banyak fenomena dimana pelaku dihukum dengan ringan
padahal telah mengkorupsi uang bertriliunan. Jika KPK diisi oleh orang-orang terpercaya maka
rakyat pun tidak khawatir terhadap penanganan masalah korupsi yang diringankan.

3. Lembaga Hukum (Kejaksaan Agung, Kepolisian, Advokat)

Lembaga ini sebagai lembaga pendukung KPK, sebab KPK tidak bisa bekerja sendiri bila
tidak didukung oleh Kejaksaan Agung, Kepolisian, Advokat. Mereka membantu KPK dalam
menangkao pelaku, menyelidiki pelaku, dan juga sebagai pengacara pelaku.

Jadi kesimpulannya, bahwa masyarakat, lembaga KPK, dan lembaga penegak hukum
harus saling bekerja sama satu sama lain. Masyarakat berperan untuk mengurangi tindak korupsi
atau tidak melakukan korupsi dan juga melaporkan setiap tindak korupsi yang ia ketahui
dilingkungan sekitarnya. Sedangkan lembaga hukum dan KPK berperan untuk memberantas
pelaku korupsi atau pungli. Hal itu juga tidak bisa berjalan jika hukum yang ditegakkan tidak
tegas. Berarti baik masyarakat maupun lembaga KPK dan hukum harus mematuhi setiap
peraturan yang tertulis dalam perundang-undangan. Jika masyarakat tertib dan lembaga anti
korupsi serta lembaga pengak hukum melaksanakan tugasnya dengan jujur maka kasus korupsi
akan menurun. Jika kasusnya menurun maka pembangunan di Indonesia akan adil dan merata.

D. Kapan dilakukan

Kasus pungli di Desa Sumput ini terjadi pada tanggal 5 Mei 2020, dan dilaporkan oleh
korban kepada Inspektorat Pemkab Gresik pada hari Jum'at, 10 Juli 2020

E. Lokasi/Tempat

Lokasi dari kasus pungli ini tepatnya di Kantor Balai Desa Sumput Kec. Driyorejo, Kab.
Gresik, Jawa Timur.

F. Dokumentasi ketika korban melaporkan kejadian pungli Ke Inspektorat Pemkab


Gresik

Anda mungkin juga menyukai