Anda di halaman 1dari 4

1.

Sebutkan 5 permasalahan hukum yang belum mampu diselesaikan oleh


pemerintah? Jelaskan fakta dari masing-masing kasus tersebut?
- Kasus Suap
Kasus suap di Indonesia sudah menjadi sebuah rahasia umum namun belum bisa
dirampungkan. Bermacam-macam kasus suap ini terjadi, mulai dari keinginan akan
sebuah posisi jabatan hingga keinginan untuk memenangkan persidangan dalam
peradilan. Tindakan ini merupakan tindakan yang ilegal karena mencerminkan
perilaku curang dalam mencapai sebuah tujuan dengan menjajikan sesuatu yang
berharga dan hal ini juga tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Pancasila. Dalam
KUHP, kasus ini dibahas di Pasal 209.
- Pelanggaran HAM
Kasus pelanggaran HAM sampai saat ini masih terus terjadi walaupun sudah
tertulis dalam kitab Undang-Undang mengenai hak asasi terhadap manusia.
Pelanggaran terhadap hak asasi manusia sudah terjadi terhitung sejak peristiwa G30S
PKI. Mulai dari pembantaian, penganiayaan, pemerkosaan, penculikan, serta
perampasan kemerdekaan.
- Kasus korupsi
Berdasarkan data rekapitulasi Tipikor oleh KPK, kasus korupsi di Indonesia
setiap tahunnya meningkat sejak 2004 hingga sekarang ini. Korupsi ini sangat
merugikan anggaran negara dan banyak dilakukan oleh pejabat tinggi. Adapun
pelaksanaan hukum Undang-Undang mengenai pemidanaan Tipikor, terbilang tidak
cukup untuk membuat para koruptor jera. Sehingga kasus korupsi ini akan terus
meningkat setiap tahunnya.
- Keadilan yang belum bisa dirasakan oleh masyarakat kecil
Masih saja yang menjadi pokok permasalahan hukum di Indonesia ialah
ketimpangan keadilan. Banyak kasus antara kaum elit dengan masyarakat kecil dalam
persidangan yang mana masyarakat kecil akan selalu tertindas. Selain itu lama
pemidanaan terhadap kedua terdakwa antara kaum elit dengan masyarakat kecil
terbilang seimbang padahal perkaranya sangat jauh berbeda seperti kasus seorang
yang mencuri 7 potongan kayu kemudian dipidana kurungan selama 1 tahun dengan
masa percobaan 15 bulan. Sedangkan kasus korupsi dana bansos yang justru
merugikan negara sebesar Rp31 M hanya dipidana kurungan selama 1 tahun.
- Lemahnya penegakan hukum
Dalam menegakkan hukum di Indonesia, masih terjadinya pemerintah yang
lemah akan penegakan hukum yang sesuai dengan UU yang telah berlaku. Salah satu
faktanya, Kementrian Hukum dan HAM masih belum memberlakukan sanksi
terhadap napi yang melanggar kedisiplinan tata tertib lapas serta pula pemberian
sanksi terhadap napi yang membawa tablet ke dalam lapas, maka hal tersebut
bertentangan dengan Permenkumham No. 6 Thn 2013 Pasal 4 huruf j, yang
menyatakan bahwa narapidana dilarang membawa alat elektronik ke dalam lapas.

2. Menurut pendapat Satjipto Raharjo bagaimana harmonisasi antara Hukum dan


Masyarakat agar mampu menghasilkan hukum yang harmonis?

Hukum secara umum dibuat dengan tujuan sebagai alat pengendali sosial atau yang
mengatur tingkah laku masyarakat dan jika dilanggar maka akan berlaku sanksi sesuai pasal-
pasal yang ada sehingga masyarakat wajib untu menaati demi terciptanya tata tertib dan
kedamaian. Dari kalimat tersebut menandakan bahwa hukum bersifat sangatlah mengikat
terhadap masyarakatnya.

Menurut Satjipto Raharjo, hukum akan terus menerus dibicarakan selama kehidupan
manusia masih ada. Artinya, hukum tidak akan pernah hilang atau punah dalam masyarakat.
Apabila tidak ada hukum di dalam masyarakat, maka akan timbul kekacauan, semua orang
akan dengan mudah melakukan hal-hal yang melanggar karena tidak ada sanksi atas tindakan
tersebut. Namun, walaupun sudah terciptanya hukum terkadang masih timbul masalah atau
kekacauan di masyarakat. Hal tersebut terjadi ketika hukum tidak dibuat dengan nilai-nilai
yang ada dan sesuai dalam masyarakat.

Satjipto mengatakan bahwa hukum tertulis itu cacat sejak dilahirkan karena rumusan
kata dalam undang-undang tidak akan pernah mampu mencakup seluruh unsur ideal yang
muncul dan hidup dalam perkembangan sosial1. Jika ditarik kesimpulannya, maka hukum
yang tertulis (keras dan kaku) belum tentu mampu menciptakan keharmonisasian hukum,
karena pada dasarnya hukum yang harmonis itu tidak mengikat terhadap masyarakatnya.
Satjipto juga berpendapat, apabila menciptakan hukum yang harmonis, perlunya

1
Ariehta Eleison Sembiring, “Kekaguman dan Kritik atas Pemikiran Satjipto Rahardjo”.
memasukkan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat karena dengan adanya nilai-nilai
tersebut masyarakat dengan mudah untuk menaatinya. Hal tersebut Ia adopsi dari keadaan
masyarakat pedesaan yang sangat menjunjung nilai-nilai moral dalam masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, hukum yang harmonis ialah hukum yang mampu menyesuaikan keadaan dan
situasi yang ada dalam masyarakat atau dengan kata lain hukum itu mengabdi bagi
masyarakatnya.

3. Dari 5 kasus pada soal pertama, pilih salah satu dan berikan analisa hukum
menurut kalian sesuai teori hukum dan masyarakat.
- Kasus korupsi
Persoalan kasus korupsi tidak pernah habis dan berhenti di Indonesia.
Berdasarkan data rekapitulasi Tipikor oleh KPK, kasus korupsi di Indonesia setiap
tahunnya meningkat sejak 2004 hingga saat ini. Hal ini menandakan bahwa kasus
korupsi masih belum bisa diselesaikan oleh pemerintah meskipun sudah diterbitkan
undang-undang pasal mengenai Tipikor. Korupsi sangat merugikan negara dan secara
tidak langsung masyarakat juga terkena dampaknya. Korupsi sering terjadi dalam
penganggaran dana di bidang pendidikan, menurut Wakil Ketua KPK, dana
pendidikan merupakan sasaran atau lahan yang empuk terjadinya perilaku koruptif
karena anggaran dana APBN yang dikucurkan sangat banyak. Padahal anggaran dana
terhadap bidang ini bertujuan untuk memajukan pendidikan bangsa.
Salah satu contoh kasus korupsi anggaran dana pendidikan ialah oleh beberapa
pejabat, yaitu Bupati Cianjur (Irvan R. Muchtar), Kepala Dinas Kab. Cianjur (Cecep
S.), Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan (Rosidin), dan kakak ipar Irvan (Tubagus
C.). Mereka meraup keuntungan sekitar Rp6,7 M dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
pendidikan yang bertotal senilai Rp46,8 M. Keuntungan tersebut mereka bagi dan
sekitar 7 persen dari keuntungan tersebut diberikan kepada Irvan. Tujuan anggaran
dana pendidikan tersebut rencananya dibuat untuk membangun fasilitas pendidikan
kepada 140 SMP di Cianjur. Atas perilaku tersebut, mereka dijerat dengan pasal 55
ayat 1 ke-1 KUHP, pasal 64 ayat 1 KUHP, UU Nomor 20 Tahun 2001. Menurut saya,
tindakan mereka melanggar UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 30, atas penyalahgunaan
jabatannya yang seharusnya bertanggung jawab atas penyelenggaraan di bidang
pendidikan. Adapun tindakan mereka memenuhi unsur-unsur dalam UU No. 31
Tahun 1999 Pasal 15.
Dapat kita analisis bahwa sebagai seorang pejabat haruslah orang yang dapat
dipercayai. Tindakan koruptif ini bisa terjadi pada siapa saja sehingga perlunya
meningkatkan pemahaman nilai moral terhadap masyarakat agar budaya koruptif ini
hilang. Korupsi tidak hanya merugikan negara saja tetapi secara tidak langsung juga
merugikan bagi rakyat di negeri ini karena dana anggaran yang tersisa dalam kas
negara semakin berkurang secara cuma-cuma dan anggaran yang dikucurkan habis
diraup oleh pejabat yang tak bertanggung jawab. Sehingga dampak yang dapat
dirasakan oleh negara, yaitu hilangnya peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik negara, inflasi yang menyebabkan barang-barang dipasaran
melonjak, fasilitas yang tidak terbangun, hilangnya kepercayaan rakyat dalam
pemilihan pemimpin atau wakil rakyat karena adanya sifat koruptif yang biasa
dilakukan para pejabat, dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai