Hukum secara umum dibuat dengan tujuan sebagai alat pengendali sosial atau yang
mengatur tingkah laku masyarakat dan jika dilanggar maka akan berlaku sanksi sesuai pasal-
pasal yang ada sehingga masyarakat wajib untu menaati demi terciptanya tata tertib dan
kedamaian. Dari kalimat tersebut menandakan bahwa hukum bersifat sangatlah mengikat
terhadap masyarakatnya.
Menurut Satjipto Raharjo, hukum akan terus menerus dibicarakan selama kehidupan
manusia masih ada. Artinya, hukum tidak akan pernah hilang atau punah dalam masyarakat.
Apabila tidak ada hukum di dalam masyarakat, maka akan timbul kekacauan, semua orang
akan dengan mudah melakukan hal-hal yang melanggar karena tidak ada sanksi atas tindakan
tersebut. Namun, walaupun sudah terciptanya hukum terkadang masih timbul masalah atau
kekacauan di masyarakat. Hal tersebut terjadi ketika hukum tidak dibuat dengan nilai-nilai
yang ada dan sesuai dalam masyarakat.
Satjipto mengatakan bahwa hukum tertulis itu cacat sejak dilahirkan karena rumusan
kata dalam undang-undang tidak akan pernah mampu mencakup seluruh unsur ideal yang
muncul dan hidup dalam perkembangan sosial1. Jika ditarik kesimpulannya, maka hukum
yang tertulis (keras dan kaku) belum tentu mampu menciptakan keharmonisasian hukum,
karena pada dasarnya hukum yang harmonis itu tidak mengikat terhadap masyarakatnya.
Satjipto juga berpendapat, apabila menciptakan hukum yang harmonis, perlunya
1
Ariehta Eleison Sembiring, “Kekaguman dan Kritik atas Pemikiran Satjipto Rahardjo”.
memasukkan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat karena dengan adanya nilai-nilai
tersebut masyarakat dengan mudah untuk menaatinya. Hal tersebut Ia adopsi dari keadaan
masyarakat pedesaan yang sangat menjunjung nilai-nilai moral dalam masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, hukum yang harmonis ialah hukum yang mampu menyesuaikan keadaan dan
situasi yang ada dalam masyarakat atau dengan kata lain hukum itu mengabdi bagi
masyarakatnya.
3. Dari 5 kasus pada soal pertama, pilih salah satu dan berikan analisa hukum
menurut kalian sesuai teori hukum dan masyarakat.
- Kasus korupsi
Persoalan kasus korupsi tidak pernah habis dan berhenti di Indonesia.
Berdasarkan data rekapitulasi Tipikor oleh KPK, kasus korupsi di Indonesia setiap
tahunnya meningkat sejak 2004 hingga saat ini. Hal ini menandakan bahwa kasus
korupsi masih belum bisa diselesaikan oleh pemerintah meskipun sudah diterbitkan
undang-undang pasal mengenai Tipikor. Korupsi sangat merugikan negara dan secara
tidak langsung masyarakat juga terkena dampaknya. Korupsi sering terjadi dalam
penganggaran dana di bidang pendidikan, menurut Wakil Ketua KPK, dana
pendidikan merupakan sasaran atau lahan yang empuk terjadinya perilaku koruptif
karena anggaran dana APBN yang dikucurkan sangat banyak. Padahal anggaran dana
terhadap bidang ini bertujuan untuk memajukan pendidikan bangsa.
Salah satu contoh kasus korupsi anggaran dana pendidikan ialah oleh beberapa
pejabat, yaitu Bupati Cianjur (Irvan R. Muchtar), Kepala Dinas Kab. Cianjur (Cecep
S.), Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan (Rosidin), dan kakak ipar Irvan (Tubagus
C.). Mereka meraup keuntungan sekitar Rp6,7 M dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
pendidikan yang bertotal senilai Rp46,8 M. Keuntungan tersebut mereka bagi dan
sekitar 7 persen dari keuntungan tersebut diberikan kepada Irvan. Tujuan anggaran
dana pendidikan tersebut rencananya dibuat untuk membangun fasilitas pendidikan
kepada 140 SMP di Cianjur. Atas perilaku tersebut, mereka dijerat dengan pasal 55
ayat 1 ke-1 KUHP, pasal 64 ayat 1 KUHP, UU Nomor 20 Tahun 2001. Menurut saya,
tindakan mereka melanggar UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 30, atas penyalahgunaan
jabatannya yang seharusnya bertanggung jawab atas penyelenggaraan di bidang
pendidikan. Adapun tindakan mereka memenuhi unsur-unsur dalam UU No. 31
Tahun 1999 Pasal 15.
Dapat kita analisis bahwa sebagai seorang pejabat haruslah orang yang dapat
dipercayai. Tindakan koruptif ini bisa terjadi pada siapa saja sehingga perlunya
meningkatkan pemahaman nilai moral terhadap masyarakat agar budaya koruptif ini
hilang. Korupsi tidak hanya merugikan negara saja tetapi secara tidak langsung juga
merugikan bagi rakyat di negeri ini karena dana anggaran yang tersisa dalam kas
negara semakin berkurang secara cuma-cuma dan anggaran yang dikucurkan habis
diraup oleh pejabat yang tak bertanggung jawab. Sehingga dampak yang dapat
dirasakan oleh negara, yaitu hilangnya peran pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi dan politik negara, inflasi yang menyebabkan barang-barang dipasaran
melonjak, fasilitas yang tidak terbangun, hilangnya kepercayaan rakyat dalam
pemilihan pemimpin atau wakil rakyat karena adanya sifat koruptif yang biasa
dilakukan para pejabat, dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat.