Nim : 1811102432044
Prodi : S1 - Hukum
Melihat pada fenomena, ada beberapa hal yang perlu kita cermati agar revisi UU KPK
tidak sampai kebablasan apalagi sampai melemahkan kinerja KPK, yaitu: adanya konflik
kepentingan antara fraksi di DPR- pemerintah dengan KPK itu sendiri; masih belum ada
kesepakatan dan kesepahaman mengenai pasal-pasal yang akan direvisi serta belum
adanya naskah akademik yang menjadi bahan kajian agar revisi tersebut didukung
selama dilakukan untuk layak dilakukan. Dan revisi UU KPK perlu memperkuat kinerja
KPK.
Jika revisi sepatutnya bertujuan untuk menguatkan, tidak demikian halnya dengan Revisi
Undang-Undang KPK ini. Dalam beberapa naskah, banyak hal yang justru cenderung
merugikan KPK, pun ketika sudah diubah dengan Rancangan Revisi UU KPK yang
terbaru. KPK tidak lagi dapat merekrut penyelidik maupun penyidik secara mandiri dan
independen, KPK memiliki kewenangan mengeluarkan SP3, KPK bekerja di bawah
kontrol Dewan Pengawas, dan KPK tidak memiliki kewenangan melakukan penyadapan
tanpa izin Dewan Pengawas atau Hakim. Selain kemungkinan KPK kehilangan
kewenangan luar biasanya, substansi dan dasar pembuat UU berupaya untuk merevisi
UU KPK sendiri tidak jelas, terutama karena inkonsistensi dan ketidaksinkronan
unsur-unsur dalam Naskah Rancangan Revisi UU KPK itu sendiri.
Upaya pencegahan korupsi sendiri dapat menyasar berbagai kalangan masyarakat dan
lintas generasi. Di mulai dari generasi muda, pendidikan anti korupsi dapat dimasukkan
dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar hingga menengah. Sekolah menjadi agen
yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi seperti kejujuran, kredibilitas,
integritas dan tanggung jawab mengingat anak-anak hampir menghabiskan setengah
waktunya di sekolah. Penanaman nilai secara terus menerus secara tidak langsung dapat
menghegemoni siswa untuk anti terhadap korupsi. Bagi generasi yang lebih senior, upaya
penanaman nilai anti korupsi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan peran institusi
informal seperti keluarga dan lingkungan sosial sebagai mekanisme kontrol. Keluarga dan
lingkungan sosial berperan besar dalam membentuk karakter individu. Oleh karenanya,
KPK dapat menggunakan keluarga dan masyarakat sebagai agen pencegahan korupsi.
Pemberantasan korupsi memang tidak seharusnya hanya menjadi urusan KPK,
Kepolisian ataupun Kejaksaan saja, melainkan menjadi tanggung jawab kita bersama
sebagai anak bangsa. Berkomitmen untuk tidak melakukan korupsi pada akhirnya
menjadi salah satu upaya konkret yang dapat mulai kita tanamkan dalam diri untuk
memutus mata rantai masalah ini.