Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MHD EKA SAPUTRA

NIM : PO7220121 1719


KELAS : 2A KEPERAWATAN
TUGAS : RESUME PBAK

1. KorupsidalamPerspektifSosial–Budaya
Apabila seseorang menghubungkan korupsi dengan budaya, maka dapat dicatat
bahwakorupsi di Indonesia, antara lain bersumber pada peninggalan feodal, yang
sekarangmenimbulkanbenturankesetiaanyaituantarakewajiban-
kewajibanterhadapkeluargadan kewajiban terhadap Negara. Oleh karena itu, banyak
orang terkemuka seperti pejabatdalam masyarakat Indonesia, meskipun berpangkat
rendah menganggap biasa melakukankorupsi. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan
kepribadian yaitu meliputi mental
danmoralyangdimiliki.Jikadipertanyakan,apasebabnyakepribadianorang-orangterkemuka
menjadi demikian dan mengapa menempuh jenis kehidupan yang demikian.Hal tersebut
jawabannya ialah, kebudayan yang dianutnya bertanggung jawab. Sebabkebudayaan
adalah kesempurnaan atau klengkapan yag direncanakan untuk kelangsungandan
peningkatan hidup manusia. Dengan demikian semua segi kehidupan manusia
tentudipengaruhi oleh kebudayaannya, bahkan kebutuhan biologisnya, seperti makanan,
buangair, dan hubunganseks. Demikianpulkelakuanmanusiadalam
matapencahariannya,baik yang halal maupun tidak halal seperti korupsi misalnya dan
perlakuan terhadapsesamanya. Masalah hukum dapat ditangani dengan hukum,
sedangkan masalah budayatentu saja ditangani dengan tindakan – tindakan dibidang
kebudayaan juga. Inilah halyang tidak mudah. Berbeda kalau masyarakat secara
keseluruhan sudah menganut
ukuranyangsamadalamhalrasakeadilan,makausahapengenalandanpengendaliankorupsi
akanjauhlebihmudah.
Di negara kita perubahan dari ” Orde Lama ” ke ” Orde Baru ” kemudian di ikuti
denganmasa reformasi, bukannya tanpa pengorbanan yang besar. Barangkali karena
masalahkorupsibelumberkembangmenjadimasalahyangbenar–
benarmenggerogotikelangsungan hidup bangsa Indonesia, maka penanggulangannya
belum perlu dilakukandenganrevolusi.Demikianlahdenganmemahamikaitan–
kaitanfaktorbudaya,makakitabisamengertimengapausaha–
usahapemberantasankorupsidiIndonesiajarang
mencapaihasilyangmemuaskan.
2. KorupsidalamPerspektifPolitik
Terjadinyakorupsibisadisebabkanolehfaktorpolitikatauyangberkaitandenganmasalah
kekuasaan. Para pakar dalam disiplin ilmu politik menyebutkan bahwa factorkekuasaan
yang menyebabkan korupsi sebagaimana yang dikemukakan oleh lord
actonyaitukekuasaancenderungkorupsi,dankekuasaanyangberlebihanmenyebabkan
korupsi berlebihan pula. Perkembangan korupsi di Indonesia tampaknya terpelihara
dansecara tertutup dilingdungi oleh mereka yang berkuasa. Suatu bentuk baru dalam
sejarahkorupsi di Indonesia waktu itu yaitu peranan bank dalam meningkatkan korupsi
yangbiasa terjadi yaitu korupsi pejabat bank dalam bentuk komisi-komisi atau
penyuapansetiap pinjaman yang diperoleh dari bank namun dari jaminan keamanan yang
cukup.Perwujudankegiatankorupsiitumerupakanpartisipasiparadirekturbankdalammengor
ganisasipersekutuanperbankanyangillegal(SyedHusenAlatas,1986:2)Keyakinan
pemerintah bahwa korupsi adalah merupakan masalah politik makin lamamakin terlihat
jelas. Sesudah komisi IV, pemerintah membentuk berbagai panitia
untukmengaturdanmengawasimanajemenPertaminadanBULOG.JugaPresidenmenginstru
ksikanpendaftarankekayaanpejabatdanPNSyangharuspensiunpadaumur
56 tahun. Semua ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah menyadari bahwa
pemberantasankorupsiadalahmerupakantugaspolitikyangpentingbagipemerintah.
3. KorupsidalamPerspektif Ekonomi

Dalam artikel yang berjudul ”Civil Service Compensation in Indonesian” . Dr Clive


Graypadapokoknyamemberikangarisbesarkerangkapemikiranyangdianggapperlumendasa
ri satu penelitian mengenai aspek ekonomi dari korupsi dan kaitannya
denganefisiensipelaksanaan tugas– tugas administrasipemerintahan.

Titiktolakanalisaekonomi(pasar)mengenaikorupsitersimpuldalamduadefinisi,yaitu :

 SeorangPNSyangkorupmenganggapkantornyasebagaisatuperusahaandimanapenda
patannyaakan diusahakan setinggimungkin.
 Korupsiberartipergeserandarimodelpenetapanhargapemerintahmenjadi
sebuahmodelpasar bebas.
4. KorupsidalamPerspektifHukum
Korupsi yang disebabkan oleh factor yuridis yaitu berupa lemahnya sanki hukum
maupunpeluang terobosan pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
tindakpidanakorupsi.Sehinggadalampenegakanhukuminidapatdilihatdariduaaspekpertama
, menyangkut peranan hati meskipun sesuai dan tepat dengan kesalahan terdakwakorupsi
serta dari segi peraturan perundang-undangan telah benar namun diluar
ketentuanyangdigariskantersebuthakimselakuunsurpenegakhokumyangbertanggungjawab
dalam membentuk hukum tentunya harus memiliki persepsi pemikiran yang luas
dalammenjatuhkankeputusanakhirsehinggajangansampaiterjadikekeliruandalammenjatuh
kanputusanpidanaatauvonisapalagisepertimemberikanhukumanyangterlalu ringan bagi
para koruptor. Kedua sanki yang memang lemah berdasarkan bunyi-bunyi pasal dan ayat
pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
tindakpidanakorupsi.jikafaktorkelemahanyuridistersebutdisebabkanolehperatranperundan
g-undangan yang tidak canggih dan tidak mampu mengikuti arus
perkembaganilmu,budaya,danteknologikiranyaperludengansegerauntukmerumuskandanm
enyusunkembaliperaturanperudang-
undangantentangkorupsi,yangmampudansesuaidenganperkembangan zaman.

Anda mungkin juga menyukai