DOSEN PENGAMPU :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur yang tidak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang berjudul “Intelegensia dan Kreatifitas” ini dengan lancar.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Keperawatan. Selain
itu, makalah ini disusun guna menambah wawasan sesuai dengan materi terkait. Maka dari itu,
kami menyampaikan terimakasih kepada ibu Rima Novia Putri, M. Kep, Sp. KMB, karena telah
memberikan waktu dan kesempatan untuk penulis dalam menyusun makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai dengan lancar.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulis..........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Intelegensi.............................................................................................................................7
2.2 Faktor yang memengaruhi intelegensi................................................................................................7
2.3 Pengukuran intelegensia (IQ)...............................................................................................................8
2.4 Tingkat Kecerdasan.................................................................................................................................9
2.5 Gangguan Intelegensia...........................................................................................................................9
2.6 Multiple Intelegensi (kecerdasan Majemuk)..................................................................................11
2.7 Pengertian Kreativitas..........................................................................................................................12
2.8 Berpikir Kreatif......................................................................................................................................12
2.9 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif cukup baik.........................................................................................13
3.0 Kepribadian yang Kreatif....................................................................................................................14
3.1 Cara Mengajarkan Kreatif dan Halangan Untuk Kreativitas......................................................15
Cara Mengajarkan Kreatif...................................................................................................................15
Halangan Untuk Kreativitas...............................................................................................................16
3.2 Hubungan Kreativitas dan Kecerdasan............................................................................................17
3.3 Faktor Yang Memengaruhi Intelegensi Dan Kreativitas.............................................................17
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan
latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya. Seperti halnya bakat, kreativitas yang
dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran. Kreativitas,
disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat,
juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan
kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar. Kreativitas
dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya
juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat.
Bagaimana cara mengajarkan kreatif dan apa saja halangan dalam berkreativitas?
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui cara mengajarkan kreatif dan apa saja halangan dalam berkreativitas
D. Manfaat Penulisan
Untuk intitusi pendidikan, diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan dijadikan
referensi bagi mahasiswa
Bagi Pembaca Untuk pembaca, diharapkan makalah ini dapat menambah informasi,
pengetahuan, dan pemahaman dalam memahami intelegensia dan kreativitas
Bagi Penulis Untuk penulis, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan yang
lebih mendalam lagi terkait memahami intelegensia dan kretivitas
BAB II
PEMBAHASAN
Gagasan modern tentang kecerdasan pertama kali dikemukakan oleh Francis Galton (dalam
Riyanto, 2002) yang sukses meneliti hubungan keluarga istimewa. Dimana dari 400 orang
istimewa dengan berbagai golongan melahirkan keturunan yang istimewa juga. Disini dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan itu terkait dengan gen (keturunan). Di literatur lain definisi
intelegensi dikemukakan oleh Wechsler dalam Alder (2001) merumuskan intelegensi merupakan
kecakapan bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan berhubungan efektif dengan
lingkungan. Beberapa ahli yang mengemukakan pengertian intelegensia adalah sebagai berikut :
Menurut Thorndike: menyatakan intelegensi adalah hal yang dapat dinilai sebagai
kemampuan untuk menentukan ketidaklengkapan kemungkinan-kemungkinan dalam
perjuangan hidup individu.
Menurut Helbert: intelegensi adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda
dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar.
Sedangkan secara morfologi menurut Hornby (1995; dalam Riyanto, 2002) Intelegensi
berarti “the power of learning, understanding, and reasoning, mental ability”. Intelegensi adalah
kemampuan belajar, memahami dan memberikan alasan yang kesemuanya itu merupakan
kemampuan mental.
Intelegence Quotient artinya hasil bagi taraf kecerdasan. IQ dinyatakan dalam jumlah skor yang
diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan, tetapi ini hanya memberikan sedikit indikasi mengenai
taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut psikotes. Hasil
pengukuran intelegensi bermanfaat dalam pendidikan dan penempatan jabatan.
Prinsip pengukuran intelegensi adalah membandingkan individu yang dites dengan norma
tertentu, yaitu intelegensi kelompok sebaya. Cara untuk mengetahui IQ seseorang adalah dengan
membandingkan antara umur kecerdasan (mental age = MA) dengan umur kalender
(chronological age = CA).
Rumus : IQ = MA / CA x 100
Tes intelegensi individual, seperti, Stanford – Binet Intelegence Scale, Wechsler Belleve
Intelegence Scale (WBIS), Wechsler Intelegence Scale for Children (WISC), Wechsler Adult
Intelegence Scale (WAIS), Wechsler Preschool and Primer Scale of Intelegence (WPPSI).
Tes intelegensi kelompok, seperti, Pintner Cuningham Primary Test, The California Test of
Mental Maturity, The Henmon Nelson Test Mental Ability, Otis Lennon Mental Ability Test
dan Progressive Matrices.
Retardasi mental adalah keadaan seseorang dengan intelegensi kurang (abnormal), sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak) atau keadaan kekurangan intelegensi,
sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Tanda-tanda
seseorang mengalami retardasi mental adalah sebagai berikut.
Miskin dan keterbatasan emosi (hanya perasaan senang, takut, marah, benci dan terkejut).
Kelainan jasmani yang khas, seperti, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar, mulut melongo,
mata sipit, badan bungkuk atau tampak tidak sehat.
Retardasi mental dapat dibedakan berdasarkan jenis dan penyebabnya atau berdasarkan taraf
intelegensinya. Berdasarkan jenis dan penyebabnya maka dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.
Retardasi mental sekunder, ini disebabkan faktor luar yang diketahui dan memengaruhi otak,
baik masa prenatal, perinatal maupun postnatal, misalnya infeksi atau intoksikasi, rudapaksa,
gangguan metabolisme atau gizi, penyakit otak, kelainan kromosom, prematuritas, dan akibat
gangguan jiwa berat.
Berdasarkan taraf intelegensinya, orang dengan keterbelakangan mental dibagi menjadi beberapa
jenis, sebagai berikut.
Idiot, taraf IQ paling rendah (di bawah 20), perkembangan jiwanya tidak akan lebih dari usia
3 tahun, sekalipun usia kalendernya remaja atau dewasa. Mereka tidak dapat bicara, tidak
dapat berjalan, terus ngompol dan harus ditolong selama hidupnya.
Imbesil, mempunyai IQ 20 – 50, dapat mencapai taraf usia kejiwaan 3 sampai 7 tahun. Dapat
diajari memelihara diri sendiri dalam kebutuhan sederhana dan menjaga diri dari bahaya,
misalnya buang air, memakai baju, menghindari api, berteduh dari hujan, dan sebagainya.
Mereka juga memerlukan bantuan orang lain seumur hidupnya.
Debil atau Moron, taraf IQ 50 – 70, mereka dapat mencapai taraf usia kejiwaan 7,5 –10,5
tahun. Mereka masih dapat diajari berhitung, menulis dan melakukan pekerjaan-pekerjaan
sederhana, sekalipun harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan waktu yang lama.
2.6 Multiple Intelegensi (Kecerdasan Majemuk)
Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam
suasana budaya.
Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah sasaran tersebut (Gardner,
2003).
Teori tentang kecerdasan majemuk dikemukakan oleh Gardner melalui bukunya yang berjudul
Frames of Mind; the Theory Of Multiple Intelegences pada tahun 1983. Pada mulanya Gardner
menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan, sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukan
Gardner memasukan kecerdasan ke delapan yaitu kecerdasan naturalis (Gunawan, 2003). Dalam
perkembangan penelitian saat ini menjadi sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan eksistensi.
Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi sembilan “kecerdasan
dasar”, diantaranya :
Kecerdasan Linguistik, kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan
(misalnya, pendongeng atau orator) maupun tertulis (misalnya, penulis drama atau wartawan)
Kecerdasan Naturalis, keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di
lingkungan sekitar.
Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga
aspek esensial kecerdasan analisis, kreatif dan praktis. Beberapa aspek yang ketika digunakan
secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.
Steve Cortis seorang pengusaha dan pakar kreativitas mengatakan “kita semua lahir
dengan kreativitas dan jika Anda yakin Anda adalah orang kreatif, Anda akan menemukan cara
yang kreatif untuk mengatasi masalah harian Anda dengan baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan pribadi Anda.”
Yang diperlukan dalam berpikir kreatif adalah rasa ingin tahu, kesanggupan mengambil resiko
dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil. Tanpa memulai upaya ini, musrahil menjadi
orang kreatif. Untuk dapat memahami karakteristik individu yang kreatif, maka akan dijelaskan
14 hal yang mendukung kreativitas, yakni seperti berikut.
Kesadaran dan kepekaan (senstivitas) terhadap masalah, individu yang kreatif memiliki
kesadaran tinggi dan kepekaan yang tajam terhadap lingkungan dimana ia berada, dibanding
individu yang lain.
Ingatan (memory), individu yang kreatif memiliki daya ingat yang menonjol, ingatan jangka
panjang yang baik, menyimpan banyak informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif.
Fleksibilitas, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak ide.
Disiplin dan keteguhan diri, individu yang kreatif tidak saja mengembangkan ide-ide baru,
tetapi bekerja keras dan teguh untuk mengembangkannya.
Keaslian, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide, cara
pemecahan masalah, dan menggunakan hal-hal atau situasi dengan cara yang luar biasa.
Penyesuaian diri (adaptasi), individu yang kreatif terbuka terhadap pengalaman baru.
Permainan intelektual, individu yang kreatif memiliki kesukaan menggali ide-ide untuk
kepentingan mereka sendiri.
Humor, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan terhadap
kejanggalan makna atau pelaksanaan.
Nonkonformitas, individu yang kreatif memiliki dorongan yang berbeda, berani mengambil
resiko atas kegagalan.
Toleran terhadap ambigius, individu yang kreatif secara aktif mengusahakan ketidakpastian
kompleksitas dan ketidakteraturan dijadikan tantangan untuk menghasilkan kepuasan.
Kepercayaan diri, individu yang kreatif memiliki kepercayaan diri dalam dirinya yang
berharga terhadap karyanya dan sebuah pengertian tentang misi atau keharusan.
Skeptisisme, individu yang kreatif skeptis terhadap ide-ide yang diterima dan sering
memainkan (pembelaan yang menentang apa yang dianggap baik) serta mempersoalkan
fakta-fakta atau dugaan-dugaan.
Panjang/banyak akal
Berpikir fleksibel
Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak
Karena setiap orang itu unik, maka salah satu keprihatinan psikologis adalah individu
sebagai keseluruhan (total individual) dan perbedaan-perbedaan individual (Lawrence A. Pervin,
1984: 2). Menurut Larry A. H. Dan Daniel J. Ziegler (1981: 1-2), Sejak tahun 1879 sains
psikologi langsung peduli terhadap masalah pemahaman kepribadian manusia, dengan tujuan
sebagai berikut: Pertama, tujuan fundamental dari studi tentang kepribadian adalah memberikan
sumbangan secara signifikan terhadap pamahaman manusia dari kerangka sains psikologi.
kedua , untuk membantu bagaimana orang hidup lebih utuh dan memuaskan.
Terdapat beberapa aspek fungsi manusia yang tidak merefleksikan dan mengekspresikan
kepribadian seseorang. “Personality”, sebuah kata di dalam bahasa latin “Persona” memiliki
banyak makna. Dan dalam psikologi, makna-makna kepribadian (personality) tersebut tidak
disepakati (Larry A. H. dan Daniel J. Ziegler, 1981:6). Definisi seseorang tentang kepribadian
bergantung pada teori seseorang tentangnya (Hjelle dan Ziegler, 1981: 7).
Dalam psikologi menurut Supriadi (1994: 54-56), salah satu aspek kreativitas juga adalah
kepribadian (personality) dalam hal ini hanya akan dibahas persoalan kepribadian orang-orang
kreatif. Menurut Supriadi, ciri-ciri kreativitas ini dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan
nonkognitif. Dalam ciri kognitif termasuk empat ciri berpikir kreatif yaitu orisinalitas,
fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Dalam ciri nonkognitif sama pentingnya dengan ciri
kognitif, karena tanpa ditunjang oleh kepribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak dapat
berkembang secara wajar. Supriadi juga menunjukkan pendapat Munandar (1997) yang
mengemukakan tujuh ciri sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang melekat pada orang-orang yang
kreatif, yaitu: terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan
bertindak, bebas dalam berpikir dan bertindak, bebas mengekspresikan diri, dapat
mengapresiasikan fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri,
dan mandiri. Sedangkan Bobby De Porter (Quantum Learning 1992: 292) ketika menyebutkan
ciri-ciri orang kreatif menulis “ orang yang kreatif itu memiliki rasa ingin tahu (curios),
eksperimental, petualang, memiliki rasa bermain (playfull), dan intuitif. Maka Anda memiliki
potensi untuk menjadi orang lebih kreatif lagi. Supriadi sendiri setelah melakukan survei
keperpustakaan, menegaskan bahwa ia dapat mengidentifikasi 24 ciri kepribadian kreatif yang di
temukannya dalam berbagai studi, yaitu
fleksibel perasaan
menghargai fantasi
mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain
kaya inisiatif
lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu
menggunakan waktu yang luang untuk kegiatan yang bermanfaat konstruktif bagi
pengembangan diri
Menolong siswa mengalah dan kemudian menerapkan informasi, pengertiaan, asas-asas, dan
metode-metode itu pada masalah tersebut untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan
pemecahan (hipotesis)
Belahan otak manusia mempunyai fungsi berbeda. Belahan otak kanan berfungsi untuk
tingkah laku kreatif, yaitu kemampuan mengembangkan ide-ide dan memvisualisasikan,
sedangkan belahan otak kiri untuk pemikiran yudisial, menganalisa, membandingkan, dan
memilih. Hambatan untuk mengembangkan kreativitas umumnya karena faktor kebiasaan.
Menurut James L. Adam yang dikutip James R. Evans, menyebutkan empat faktor yang menjadi
halangan terhadap kreativitas, yaitu sebagai berikut.
Halangan perceptual, yaitu halangan yang mencegah individu menerima dengan jelas suatu
masalah atau informasi, sehingga kemampuan memecahkan masalah terganggu.
Halangan budaya dan lingkungan, yaitu halangan yang diperoleh dari unsur-unsur dan pola-
pola budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat, dalam bentuk larangan atau tabu.
Halangan intelektual dan ekspresi, yaitu halangan yang berkaitan dengan taktik mental yang
tidak efisien atau kurangnya bahan intelektual.
Menurut Moreno, yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang
belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya. Misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu
hubungan baru dengan siswa/orang lain.
Taylor dan Holland (1962) menerangkan bahwa kecerdasan hanya memegang peranan
kecil saja di dalam tingkah laku kreatif, dan dengan demikian tidak memadai untuk dipakai
sebagai ukuran kreativitas. Dalam hubungan ini Klausmeier dan Ripple (1971) menjelaskan
bahwa janganlah kita lalu berkesimpulan atau mengharapkan bahwa siswa yang kecerdasannya
(IQ-nya) rendah atau normal akan dapat menjadi sama kreatifnya dengan siswa yang
kecerdasannya tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara morfologi menurut Hornby (1995; dalam Riyanto, 2002) Intelegensi berarti “the power of
learning, understanding, and reasoning, mental ability”. Intelegensi adalah kemampuan belajar,
memahami dan memberikan alasan yang kesemuanya itu merupakan kemampuan mental.
Faktor-faktor yang memengaruhi intelegensi adalah Herediter (pembawaan) dan kematangan.
Intelegence Quotient (IQ) adalah hasil bagi taraf kecerdasan. IQ dinyatakan dalam jumlah skor
yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan (psikotes), tetapi ini hanya memberikan sedikit
indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang
secara keseluruhan. Jenis tes intelegensi dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu Tes
intelegensi individual, Tes intelegensi kelompok, dan Tes intelegensi dengan tindakan. Cara
untuk mengetahui IQ seseorang adalah dengan membandingkan antara umur kecerdasan (mental
age = MA) dengan umur kalender (chronological age = CA). Rumus : IQ = MA / CA x 100.
Berdasarkan taraf intelegensinya, orang dengan keterbelakangan mental dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :
Idiot, taraf IQ paling rendah (di bawah 20), perkembangan jiwanya tidak akan lebih dari usia
3 tahun, sekalipun usia kalendernya remaja atau dewasa. Mereka tidak dapat bicara, tidak
dapat berjalan, terus ngompol dan harus ditolong selama hidupnya.
Imbesil, mempunyai IQ 20 – 50, dapat mencapai taraf usia kejiwaan 3 sampai 7 tahun. Dapat
diajari memelihara diri sendiri dalam kebutuhan sederhana dan menjaga diri dari bahaya,
misalnya buang air, memakai baju, menghindari api, berteduh dari hujan, dan sebagainya.
Mereka juga memerlukan bantuan orang lain seumur hidupnya.
Debil atau Moron, taraf IQ 50 – 70, mereka dapat mencapai taraf usia kejiwaan 7,5 –10,5
tahun. Mereka masih dapat diajari berhitung, menulis dan melakukan pekerjaan-pekerjaan
sederhana, sekalipun harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan waktu yang lama.
Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek
esensial kecerdasan analisis, kreatif dan praktis. Beberapa aspek yang ketika digunakan secara
kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.
Dudi, Hartono. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Psikologi. Jakarta: Kemenkes RI.