Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPERAWATAN

“INTELEGENSIA DAN KREATIFITAS”

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV 2A KEPERAWATAN :

MHD EKA SAPUTRA (PO72201211719)

NANDA MUTIA (PO72201211721)

NIKE KUSUMA (PO72201211723)

REGINA PARAMITA MANULLANG (PO72201211729)

SHERLY OKTAVIA (PO72201211732)

TASYA MAURA SALSABILLA (PO72201211736)

DOSEN PENGAMPU :

RIMA NOVIA PUTRI, M.Kep.,Sp.KMB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur yang tidak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang berjudul “Intelegensia dan Kreatifitas” ini dengan lancar.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Keperawatan. Selain
itu, makalah ini disusun guna menambah wawasan sesuai dengan materi terkait. Maka dari itu,
kami menyampaikan terimakasih kepada ibu Rima Novia Putri, M. Kep, Sp. KMB, karena telah
memberikan waktu dan kesempatan untuk penulis dalam menyusun makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai dengan lancar.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Tanjungpinang, 20 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulis..........................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Intelegensi.............................................................................................................................7
2.2 Faktor yang memengaruhi intelegensi................................................................................................7
2.3 Pengukuran intelegensia (IQ)...............................................................................................................8
2.4 Tingkat Kecerdasan.................................................................................................................................9
2.5 Gangguan Intelegensia...........................................................................................................................9
2.6 Multiple Intelegensi (kecerdasan Majemuk)..................................................................................11
2.7 Pengertian Kreativitas..........................................................................................................................12
2.8 Berpikir Kreatif......................................................................................................................................12
2.9 Ciri-ciri Kepribadian Kreatif cukup baik.........................................................................................13
3.0 Kepribadian yang Kreatif....................................................................................................................14
3.1 Cara Mengajarkan Kreatif dan Halangan Untuk Kreativitas......................................................15
Cara Mengajarkan Kreatif...................................................................................................................15
Halangan Untuk Kreativitas...............................................................................................................16
3.2 Hubungan Kreativitas dan Kecerdasan............................................................................................17
3.3 Faktor Yang Memengaruhi Intelegensi Dan Kreativitas.............................................................17
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan di


bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih
besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut
dengan intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih
unggul daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan
kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan
seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai
kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau
masalah. Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia-siakan dan harus dikembangkan secara
maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu.

Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan
latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya. Seperti halnya bakat, kreativitas yang
dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harus dipergunakan secara tepat sasaran. Kreativitas,
disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat,
juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan
kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan besar. Kreativitas
dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya
juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan intelegensi?

Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi intelegensi?

Bagaimana cara pengukuran intelegensia (IQ)?

Bagaimana cara menentukan tingkat kecerdasan?

Apa saja gangguan intelegensia?

Apa yang dimaksud multiple intelegensi (kecerdasan majemuk)?

Apa yang dimaksud dengan kreatifitas?

Bagaimana cara berpikir kreatif?

Apakah ciri-ciri dari kepribadian kreatif yang cukup baik?

Bagaimana bentuk kepribadian yang kreatif?

Bagaimana cara mengajarkan kreatif dan apa saja halangan dalam berkreativitas?

Bagaimana hubungan antara kreativitas dan kecerdasan?

Apakah faktor yang mempengaruhi intelegensi dan kreatifitas?

1.3 Tujuan Penulis

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana konsep rinci terkait intelegensia dan kreativitas

B. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui definisi dari intelegensi

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi intelegensi

Untuk mengetahui pengukuran intelegensia (IQ)

Untuk mengetahui cara menentukan tingkat kecerdasan

Untuk mengetahui gangguan intelegensia


Untuk mengetahui definisi dari multiple intelegensi (kecerdasan majemuk)

Untuk mengetahui definisi dari kreatifitas

Untuk mengetahui cara berpikir kreatif

Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepribadian kreatif yang cukup baik

Untuk mengetahui bentuk kepribadian yang kreatif

Untuk mengetahui cara mengajarkan kreatif dan apa saja halangan dalam berkreativitas

Untuk mengetahui hubungan antara kreativitas dan kecerdasan

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi intelegensi dan kreatifitas

D. Manfaat Penulisan

Bagi Institusi Pendidikan

Untuk intitusi pendidikan, diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan dijadikan
referensi bagi mahasiswa

Bagi Pembaca Untuk pembaca, diharapkan makalah ini dapat menambah informasi,
pengetahuan, dan pemahaman dalam memahami intelegensia dan kreativitas

Bagi Penulis Untuk penulis, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan yang
lebih mendalam lagi terkait memahami intelegensia dan kretivitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi

Gagasan modern tentang kecerdasan pertama kali dikemukakan oleh Francis Galton (dalam
Riyanto, 2002) yang sukses meneliti hubungan keluarga istimewa. Dimana dari 400 orang
istimewa dengan berbagai golongan melahirkan keturunan yang istimewa juga. Disini dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan itu terkait dengan gen (keturunan). Di literatur lain definisi
intelegensi dikemukakan oleh Wechsler dalam Alder (2001) merumuskan intelegensi merupakan
kecakapan bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan berhubungan efektif dengan
lingkungan. Beberapa ahli yang mengemukakan pengertian intelegensia adalah sebagai berikut :

Menurut Thorndike: menyatakan intelegensi adalah hal yang dapat dinilai sebagai
kemampuan untuk menentukan ketidaklengkapan kemungkinan-kemungkinan dalam
perjuangan hidup individu.

Menurut Binet: menyatakan intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan


mempertahankan suatu tujuan, mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan serta
untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.

Menurut David Wechsler: mendefinisikan intelegensi sebagai suatu kemampuan individu


untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektif.

Menurut Helbert: intelegensi adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda
dari kemampuan yang diperoleh melalui belajar.

Menurut C. Burn: intelegensi adalah kemampuan kognitif bawaan.

Sedangkan secara morfologi menurut Hornby (1995; dalam Riyanto, 2002) Intelegensi
berarti “the power of learning, understanding, and reasoning, mental ability”. Intelegensi adalah
kemampuan belajar, memahami dan memberikan alasan yang kesemuanya itu merupakan
kemampuan mental.

2.2 Faktor Yang Memengaruhi Intelegensi

Faktor-faktor yang memengaruhi intelegensi adalah sebagai berikut:

Herediter (pembawaan), merupakan faktor utama dan terpenting dalam menentukan


intelegensi.

Kematangan, menyangkut pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis yang dipengaruhi


oleh faktor eksternal. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.
Pembentukan, yaitu perkembangan individu yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan seperti pendidikan
dan latihan berbagai keterampilan juga memegang peranan penting.

2.3 Pengukuran Intelegensia (IQ)

Intelegence Quotient artinya hasil bagi taraf kecerdasan. IQ dinyatakan dalam jumlah skor yang
diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan, tetapi ini hanya memberikan sedikit indikasi mengenai
taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut psikotes. Hasil
pengukuran intelegensi bermanfaat dalam pendidikan dan penempatan jabatan.

Prinsip pengukuran intelegensi adalah membandingkan individu yang dites dengan norma
tertentu, yaitu intelegensi kelompok sebaya. Cara untuk mengetahui IQ seseorang adalah dengan
membandingkan antara umur kecerdasan (mental age = MA) dengan umur kalender
(chronological age = CA).

Rumus : IQ = MA / CA x 100

MA = mental age, diperoleh dari hasil tes intelegensi.

CA = chronological age, diperoleh dari menghitung umur berdasarkan tanggal kelahiran.

Jenis tes intelegensi dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.

Tes intelegensi individual, seperti, Stanford – Binet Intelegence Scale, Wechsler Belleve
Intelegence Scale (WBIS), Wechsler Intelegence Scale for Children (WISC), Wechsler Adult
Intelegence Scale (WAIS), Wechsler Preschool and Primer Scale of Intelegence (WPPSI).

Tes intelegensi kelompok, seperti, Pintner Cuningham Primary Test, The California Test of
Mental Maturity, The Henmon Nelson Test Mental Ability, Otis Lennon Mental Ability Test
dan Progressive Matrices.

Tes intelegensi dengan tindakan.

2.4 Tingkat Kecerdasan

Tingkat dan klasifikasi IQ, dapat dilihat pada tabel berikut.


IQ Klasifikasi Rata-Rata Tingkat Sekolah
Penduduk

< 67 Terbelakang 2,2 Tidak bisa mengikuti


sekolah

68 – 79 Perbatasan 6,7 Dapat mempelajari


sesuatu tetapi lambat

80 – 90 Kurang dari rata- 16,1 Dapat menyelesaikan SD


rata

– 110 Rata-rata 50,0 Dapat menyelesaikan


sekolah lanjutan

111– 119 Diatas rata-rata 16,1 Dapat menyelesaikan


sekolah tanpa kesulitan

120 – 127 Superior 6,7 Dapat menyelesaikan


universitas tanpa banyak
kesulitan

> 128 Sangat superior 2,2 Orang yang sangat


pandai, seperti sarjana
terkemuka

2.5 Gangguan Intelegensia

Retardasi mental adalah keadaan seseorang dengan intelegensi kurang (abnormal), sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak) atau keadaan kekurangan intelegensi,
sehingga daya guna sosial dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Tanda-tanda
seseorang mengalami retardasi mental adalah sebagai berikut.

Taraf kecerdasan (IQ) rendah.

Daya ingat (memori) lemah.

Ketidakmampuan sosial, yaitu tidak mampu mengurus diri.

Arah minat sangat terbatas pada hal-hal tertentu yang sederhana.


Perhatian labil, mudah berpindah-pindah.

Miskin dan keterbatasan emosi (hanya perasaan senang, takut, marah, benci dan terkejut).

Apatis, acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya.

Kelainan jasmani yang khas, seperti, badan terlalu kecil, kepala terlalu besar, mulut melongo,
mata sipit, badan bungkuk atau tampak tidak sehat.

Retardasi mental dapat dibedakan berdasarkan jenis dan penyebabnya atau berdasarkan taraf
intelegensinya. Berdasarkan jenis dan penyebabnya maka dibedakan menjadi dua sebagai
berikut.

Retardasi mental primer, kemungkinan faktor penyebabnya keturunan (genetik) dan


kemungkinan tidak diketahui (retardasi mental simplek).

Retardasi mental sekunder, ini disebabkan faktor luar yang diketahui dan memengaruhi otak,
baik masa prenatal, perinatal maupun postnatal, misalnya infeksi atau intoksikasi, rudapaksa,
gangguan metabolisme atau gizi, penyakit otak, kelainan kromosom, prematuritas, dan akibat
gangguan jiwa berat.

Berdasarkan taraf intelegensinya, orang dengan keterbelakangan mental dibagi menjadi beberapa
jenis, sebagai berikut.

Idiot, taraf IQ paling rendah (di bawah 20), perkembangan jiwanya tidak akan lebih dari usia
3 tahun, sekalipun usia kalendernya remaja atau dewasa. Mereka tidak dapat bicara, tidak
dapat berjalan, terus ngompol dan harus ditolong selama hidupnya.

Imbesil, mempunyai IQ 20 – 50, dapat mencapai taraf usia kejiwaan 3 sampai 7 tahun. Dapat
diajari memelihara diri sendiri dalam kebutuhan sederhana dan menjaga diri dari bahaya,
misalnya buang air, memakai baju, menghindari api, berteduh dari hujan, dan sebagainya.
Mereka juga memerlukan bantuan orang lain seumur hidupnya.

Debil atau Moron, taraf IQ 50 – 70, mereka dapat mencapai taraf usia kejiwaan 7,5 –10,5
tahun. Mereka masih dapat diajari berhitung, menulis dan melakukan pekerjaan-pekerjaan
sederhana, sekalipun harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan waktu yang lama.
2.6 Multiple Intelegensi (Kecerdasan Majemuk)

Horward Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai berikut:

Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam
suasana budaya.

Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang sasarannya


harus dicapai

Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat ke arah sasaran tersebut (Gardner,
2003).

Teori tentang kecerdasan majemuk dikemukakan oleh Gardner melalui bukunya yang berjudul
Frames of Mind; the Theory Of Multiple Intelegences pada tahun 1983. Pada mulanya Gardner
menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan, sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukan
Gardner memasukan kecerdasan ke delapan yaitu kecerdasan naturalis (Gunawan, 2003). Dalam
perkembangan penelitian saat ini menjadi sembilan kecerdasan yaitu kecerdasan eksistensi.
Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi sembilan “kecerdasan
dasar”, diantaranya :

Kecerdasan Linguistik, kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan
(misalnya, pendongeng atau orator) maupun tertulis (misalnya, penulis drama atau wartawan)

Kecerdasan Matematis-Logis, kecerdasan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli


matematika atau ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya, ilmuan atau
ahli logika)

Kecerdasan Spasial, kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat


(misalnya, pemandu atau pemburu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual
tersebut (misalnya dekorator interior atau arsitek).

Kecerdasan Kinetis-jasmani, keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan


ide dan perasaan (misalnya sebagai aktor atau penari).

Kecerdasan Musikal, kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara


mempersepsi (misalnya sebagai pemikat musik) membedakan musik (misalnya kritikus
musik), mengubah (misalnya seorang komposer) dan mengekspresikan (misalnya sebagai
penyanyi).

Kecerdasan Interpersonal, kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud,


motivasi serta perasaan orang lain.

Kecerdasan Intrapersonal, kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan


pemahaman tersebut.

Kecerdasan Naturalis, keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di
lingkungan sekitar.

Kecerdasan Eksistensial, kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan.


(Gardner, 2003).

2.7 Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga
aspek esensial kecerdasan analisis, kreatif dan praktis. Beberapa aspek yang ketika digunakan
secara kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.

2.8 Berpikir Kreatif

Steve Cortis seorang pengusaha dan pakar kreativitas mengatakan “kita semua lahir
dengan kreativitas dan jika Anda yakin Anda adalah orang kreatif, Anda akan menemukan cara
yang kreatif untuk mengatasi masalah harian Anda dengan baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan pribadi Anda.”

Yang diperlukan dalam berpikir kreatif adalah rasa ingin tahu, kesanggupan mengambil resiko
dan dorongan untuk membuat segalanya berhasil. Tanpa memulai upaya ini, musrahil menjadi
orang kreatif. Untuk dapat memahami karakteristik individu yang kreatif, maka akan dijelaskan
14 hal yang mendukung kreativitas, yakni seperti berikut.

Kesadaran dan kepekaan (senstivitas) terhadap masalah, individu yang kreatif memiliki
kesadaran tinggi dan kepekaan yang tajam terhadap lingkungan dimana ia berada, dibanding
individu yang lain.
Ingatan (memory), individu yang kreatif memiliki daya ingat yang menonjol, ingatan jangka
panjang yang baik, menyimpan banyak informasi untuk menghasilkan ide-ide kreatif.

Kelancaran, individu yang kreatif mempunyai kemampuan untuk membangkitkan sejumlah


ide besar dengan mudah.

Fleksibilitas, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak ide.

Disiplin dan keteguhan diri, individu yang kreatif tidak saja mengembangkan ide-ide baru,
tetapi bekerja keras dan teguh untuk mengembangkannya.

Keaslian, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide, cara
pemecahan masalah, dan menggunakan hal-hal atau situasi dengan cara yang luar biasa.

Penyesuaian diri (adaptasi), individu yang kreatif terbuka terhadap pengalaman baru.

Permainan intelektual, individu yang kreatif memiliki kesukaan menggali ide-ide untuk
kepentingan mereka sendiri.

Humor, individu yang kreatif memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan terhadap
kejanggalan makna atau pelaksanaan.

Nonkonformitas, individu yang kreatif memiliki dorongan yang berbeda, berani mengambil
resiko atas kegagalan.

Toleran terhadap ambigius, individu yang kreatif secara aktif mengusahakan ketidakpastian
kompleksitas dan ketidakteraturan dijadikan tantangan untuk menghasilkan kepuasan.

Kepercayaan diri, individu yang kreatif memiliki kepercayaan diri dalam dirinya yang
berharga terhadap karyanya dan sebuah pengertian tentang misi atau keharusan.

Skeptisisme, individu yang kreatif skeptis terhadap ide-ide yang diterima dan sering
memainkan (pembelaan yang menentang apa yang dianggap baik) serta mempersoalkan
fakta-fakta atau dugaan-dugaan.

Intelegensi, individu yang kreatif memiliki IQ di atas rata-rata.

2.9 Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif Cukup Baik


Sund (dalam Riyanto, 2002) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat di
kenal melalui pengamatan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Hasrat keingintahuan yang cukup besar

Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru

Panjang/banyak akal

Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti

Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

Berpikir fleksibel

Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak

Kemampuan membuat analisis dan sintesis

Memiliki semangat bertanya serta meneliti

Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas

3.0 Kepribadian yang Kreatif

Karena setiap orang itu unik, maka salah satu keprihatinan psikologis adalah individu
sebagai keseluruhan (total individual) dan perbedaan-perbedaan individual (Lawrence A. Pervin,
1984: 2). Menurut Larry A. H. Dan Daniel J. Ziegler (1981: 1-2), Sejak tahun 1879 sains
psikologi langsung peduli terhadap masalah pemahaman kepribadian manusia, dengan tujuan
sebagai berikut: Pertama, tujuan fundamental dari studi tentang kepribadian adalah memberikan
sumbangan secara signifikan terhadap pamahaman manusia dari kerangka sains psikologi.
kedua , untuk membantu bagaimana orang hidup lebih utuh dan memuaskan.

Terdapat beberapa aspek fungsi manusia yang tidak merefleksikan dan mengekspresikan
kepribadian seseorang. “Personality”, sebuah kata di dalam bahasa latin “Persona” memiliki
banyak makna. Dan dalam psikologi, makna-makna kepribadian (personality) tersebut tidak
disepakati (Larry A. H. dan Daniel J. Ziegler, 1981:6). Definisi seseorang tentang kepribadian
bergantung pada teori seseorang tentangnya (Hjelle dan Ziegler, 1981: 7).

Dalam psikologi menurut Supriadi (1994: 54-56), salah satu aspek kreativitas juga adalah
kepribadian (personality) dalam hal ini hanya akan dibahas persoalan kepribadian orang-orang
kreatif. Menurut Supriadi, ciri-ciri kreativitas ini dapat dibedakan ke dalam ciri kognitif dan
nonkognitif. Dalam ciri kognitif termasuk empat ciri berpikir kreatif yaitu orisinalitas,
fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi. Dalam ciri nonkognitif sama pentingnya dengan ciri
kognitif, karena tanpa ditunjang oleh kepribadian yang sesuai, kreativitas seseorang tidak dapat
berkembang secara wajar. Supriadi juga menunjukkan pendapat Munandar (1997) yang
mengemukakan tujuh ciri sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang melekat pada orang-orang yang
kreatif, yaitu: terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan
bertindak, bebas dalam berpikir dan bertindak, bebas mengekspresikan diri, dapat
mengapresiasikan fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri,
dan mandiri. Sedangkan Bobby De Porter (Quantum Learning 1992: 292) ketika menyebutkan
ciri-ciri orang kreatif menulis “ orang yang kreatif itu memiliki rasa ingin tahu (curios),
eksperimental, petualang, memiliki rasa bermain (playfull), dan intuitif. Maka Anda memiliki
potensi untuk menjadi orang lebih kreatif lagi. Supriadi sendiri setelah melakukan survei
keperpustakaan, menegaskan bahwa ia dapat mengidentifikasi 24 ciri kepribadian kreatif yang di
temukannya dalam berbagai studi, yaitu

terbuka terhadap pengalaman baru,

fleksibel perasaan

bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan

menghargai fantasi

tertarik kepada kegiatan-kegiatan kreatif

mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

mempunyai rasa ingin tahu yang besar


toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti

mengambil risiko yang diperhitungkan

percaya diri dan mandiri

memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada petugas

tekun dan tidak mudah bosan

tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah

kaya inisiatif

peka terhadap situasi lingkungan

lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu

memiliki citra diri dan emosionalitas yang stabil

tertarik kepada hal-hal abstrak, kompleks, holistik dan mengandung teka-teki

memiliki gagasan orisinal

mempunyai minat yang luas

menggunakan waktu yang luang untuk kegiatan yang bermanfaat konstruktif bagi
pengembangan diri

kritis terhadap pendapat orang lain

sering mengajukan pertanyaan yang baik

memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang tinggi

3.1 Cara Mengajarkan Kreatif dan Halangan Untuk Kreativitas

A. Cara Mengajarkan Kreatif

Menurur Klausmeimer, langkah-langkah yang diperlukan dalam pembentukan


keterampilan dalam memecahkan masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas. Sekolah
dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan sekaligus
mengembangkan kreativitas melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Menolong siswa mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan

Menolong siswa menemukan informasi, pengertian-pengertian, asas-asas, dan metode-


metode yang perlu untuk memecahkan masalah.

Menolong siswa merumuskan dan membatasi masalah

Menolong siswa mengalah dan kemudian menerapkan informasi, pengertiaan, asas-asas, dan
metode-metode itu pada masalah tersebut untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan
pemecahan (hipotesis)

Mendorong siswa merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh


pemecahan masalah

Mendorong siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas

B. Halangan Untuk Kreativitas

Belahan otak manusia mempunyai fungsi berbeda. Belahan otak kanan berfungsi untuk
tingkah laku kreatif, yaitu kemampuan mengembangkan ide-ide dan memvisualisasikan,
sedangkan belahan otak kiri untuk pemikiran yudisial, menganalisa, membandingkan, dan
memilih. Hambatan untuk mengembangkan kreativitas umumnya karena faktor kebiasaan.
Menurut James L. Adam yang dikutip James R. Evans, menyebutkan empat faktor yang menjadi
halangan terhadap kreativitas, yaitu sebagai berikut.

Halangan perceptual, yaitu halangan yang mencegah individu menerima dengan jelas suatu
masalah atau informasi, sehingga kemampuan memecahkan masalah terganggu.

Halangan emosional, yaitu halangan karena:

takut membuat kesalahan atau mengambil resiko;

ketidakmampuan mentoleransi ambiugitas, kebutuhan akan keamanan, dan keteraturan;

acuan menilai ide-ide daripada membangkitkan dan mengembangkannya;


ketidakmampuan bersikap santai dan melupakan masalah untuk sementara waktu;

terlalu bermotivasi untuk berhasil dengan cepat;

kurang kontrol imajinatif;

ketidakmampuan membedakan realitas dan fantasi.

Halangan budaya dan lingkungan, yaitu halangan yang diperoleh dari unsur-unsur dan pola-
pola budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat, dalam bentuk larangan atau tabu.

Halangan intelektual dan ekspresi, yaitu halangan yang berkaitan dengan taktik mental yang
tidak efisien atau kurangnya bahan intelektual.

3.2 Hubungan Kreativitas dan Kecerdasan

Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah


maupun di luar sekolah. Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan
sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang
telah ada.

Menurut Moreno, yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang
belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain
atau dunia pada umumnya. Misalnya seorang siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu
hubungan baru dengan siswa/orang lain.

Pembahasan tentang kreativitas sering dihubungkan dengan kecerdasan. Ada pendapat


yang mengatakan bahwa siswa yang tingkat kecerdasan (IQ) tinggi berbeda-beda kreativitasnya
dan siswa kreativitasnya tinggi berbeda-beda kecerdasannya. Dengan kata lain, siswa yang tinggi
tingkat kecerdasannya tidak selalu menunjukkan tingkat kreativitas yang tinggi, dan banyak
siswa yang tinggi kreativitasnya tidak selalu tinggi tingkat kecerdasannya (Getzels dan Jaokson,
1962, dalam Riyanto, 2002).

Taylor dan Holland (1962) menerangkan bahwa kecerdasan hanya memegang peranan
kecil saja di dalam tingkah laku kreatif, dan dengan demikian tidak memadai untuk dipakai
sebagai ukuran kreativitas. Dalam hubungan ini Klausmeier dan Ripple (1971) menjelaskan
bahwa janganlah kita lalu berkesimpulan atau mengharapkan bahwa siswa yang kecerdasannya
(IQ-nya) rendah atau normal akan dapat menjadi sama kreatifnya dengan siswa yang
kecerdasannya tinggi.

3.3 Faktor Yang Memengaruhi Intelegensi Dan Kreativitas

Faktor intrinsik, seperti intelegensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan.

Faktor ekstrinsik, seperti adat istiadat, sosial-budaya, pendidikan, dan lingkungan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara morfologi menurut Hornby (1995; dalam Riyanto, 2002) Intelegensi berarti “the power of
learning, understanding, and reasoning, mental ability”. Intelegensi adalah kemampuan belajar,
memahami dan memberikan alasan yang kesemuanya itu merupakan kemampuan mental.
Faktor-faktor yang memengaruhi intelegensi adalah Herediter (pembawaan) dan kematangan.

Intelegence Quotient (IQ) adalah hasil bagi taraf kecerdasan. IQ dinyatakan dalam jumlah skor
yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan (psikotes), tetapi ini hanya memberikan sedikit
indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang
secara keseluruhan. Jenis tes intelegensi dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu Tes
intelegensi individual, Tes intelegensi kelompok, dan Tes intelegensi dengan tindakan. Cara
untuk mengetahui IQ seseorang adalah dengan membandingkan antara umur kecerdasan (mental
age = MA) dengan umur kalender (chronological age = CA). Rumus : IQ = MA / CA x 100.

Berdasarkan taraf intelegensinya, orang dengan keterbelakangan mental dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :

Idiot, taraf IQ paling rendah (di bawah 20), perkembangan jiwanya tidak akan lebih dari usia
3 tahun, sekalipun usia kalendernya remaja atau dewasa. Mereka tidak dapat bicara, tidak
dapat berjalan, terus ngompol dan harus ditolong selama hidupnya.

Imbesil, mempunyai IQ 20 – 50, dapat mencapai taraf usia kejiwaan 3 sampai 7 tahun. Dapat
diajari memelihara diri sendiri dalam kebutuhan sederhana dan menjaga diri dari bahaya,
misalnya buang air, memakai baju, menghindari api, berteduh dari hujan, dan sebagainya.
Mereka juga memerlukan bantuan orang lain seumur hidupnya.

Debil atau Moron, taraf IQ 50 – 70, mereka dapat mencapai taraf usia kejiwaan 7,5 –10,5
tahun. Mereka masih dapat diajari berhitung, menulis dan melakukan pekerjaan-pekerjaan
sederhana, sekalipun harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan waktu yang lama.

Kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga aspek
esensial kecerdasan analisis, kreatif dan praktis. Beberapa aspek yang ketika digunakan secara
kombinatif dan seimbang akan melahirkan kecerdasan kesuksesan.

Menurur Klausmeimer, langkah-langkah yang diperlukan dalam pembentukan


keterampilan dalam memecahkan masalah berlaku pula untuk pembentukan kreativitas. Sekolah
dapat menolong siswa mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan sekaligus
mengembangkan kreativitas, contohnya menolong siswa mengenal masalah-masalah untuk
dipecahkan, menolong siswa menemukan informasi yang perlu untuk memecahkan masalah,
menolong siswa merumuskan dan membatasi masalah, menolong siswa mengalah untuk
memperoleh kemungkinan-kemungkinan pemecahan (hipotesis), mendorong siswa merumuskan
dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh pemecahan masalah serta mendorong
siswa mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas.

Terdapat berbagai faktor pendorong kreatifitas diantaranya kesadaran dan kepekaan


(senstivitas) terhadap masalah, Ingatan (memory), Kelancaran, Fleksibilitas, Disiplin dan
keteguhan diri, Keaslian, Penyesuaian diri (adaptasi), Permainan intelektual, Humor,
Nonkonformitas, Toleran terhadap ambigius, Kepercayaan diri, Skeptisisme, Intelegensi.
Sedangkan untuk fakotr penghambat kreatifitas yaitu adanya halangan perceptual, halangan
emosional, halangan budaya dan lingkungan, serta halangan intelektual dan ekspresi.

Pembahasan tentang kreativitas sering dihubungkan dengan kecerdasan. Ada pendapat


yang mengatakan bahwa siswa yang tingkat kecerdasan (IQ) tinggi berbeda-beda kreativitasnya
dan siswa kreativitasnya tinggi berbeda-beda kecerdasannya. Dengan kata lain, siswa yang tinggi
tingkat kecerdasannya tidak selalu menunjukkan tingkat kreativitas yang tinggi, dan banyak
siswa yang tinggi kreativitasnya tidak selalu tinggi tingkat kecerdasannya (Getzels dan Jaokson,
1962, dalam Riyanto, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Dudi, Hartono. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Psikologi. Jakarta: Kemenkes RI.

Asyia, Fitriani. Intelegensi dan Kreatifitas.


https://www.academia.edu/13348783/INTELEGENSI_DAN_KREATIVITAS.
Diakses pada Tanggal 20 September 2022 Pukul 19:00 WIB

Anda mungkin juga menyukai