Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TENTANG HIPOTERMIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
AGTA MELISA PUTRI PO7220121 1701
HERNI PUTRI YANTI PO7220121 1715
MHD. EKA SAPUTRA PO7220121 1719
REGINA PARAMITA MANULLANG PO7220121 1729
RIRIN MUJI LESTARI PO7220121 1730
TRIA FEBRIATI NUR ROHMAH PO7220121 1737

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Muthia Deliana, S.Kep.,M.Kep

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2022

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa, kami sebagai
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Hipotermia “
dengan lancar.
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah kesehatan matra laut selain itu
makalah ini disusun untuk menambah wawasan. Maka dari itu kami menyampaikan
terimakasih kepada ibu Ns. Muthia Deliana S.Kep.,M.kep karena telah memberikan
waktu dan kesempatan dalam menyusun makalah ini sehingga makalah ini dapat
selesai dengan lancar. Serta bantuan teman-teman yang sudah kompak dalam
mengerjakan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan penulis menyadi bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Intik itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Hipotermia...............................................................................................3
2.1.1 Pengertian Hipotermia............................................................................................4
2.1.2 Klasifikasi Hipotermia..............................................................................................5
2.1.3 Jenis-Jenis Hipotermi...............................................................................................6
2.1.4 Etiologi Hipotermi...................................................................................................7
2.1.5 Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Hipotermi................................................8
2.1.6 Patofisiologi Hipotermi............................................................................................8
2.1.6 Tanda dan Gejala Hipotermi....................................................................................8
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................................11
2.1.8 Penatalaksanaan Umum........................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan kesehatan semakin


meningkat, Hal tersebut didorong oleh berbagai perubahan mendasar di masyrakat
baik ekonomi, pendidikan, teknologi dan informasi serta berbagai perubahan lainnya.
Terlebih lagi tuntutan dari pemerintah yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi
masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan. Tidak terkecuali perubahan
tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas layanan kebidanan. Salah satu
layanan kebidanan yang memerlukan peningkatan kualitas layanan adalah pelayanan
asuhan terhadap bayi hipotermia.

Kehidupan bayi baru lahir yang paling kritis adalah saat mengalami masa
transisi dari kehidupan ekstrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu yang
menjadi masalah yang dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.
Hipotermia yaitu penurunan suhu tubuh bayi dibawah subu normal.

Laporan WHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah
20 per 1000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta
per tahun dan angka kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya
dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal,
jadi setiap enam menit satu bayi Indonesia meninggal. (Roesli Utami, 2008) Menurut
DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka
kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis
neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi. Hiperbilirubinemia, gangguan
nafas, dan minum. (Depkes, 2007).

1
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan
mortalitas Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama Penyebab
utama mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan
nafas, infeksi, serta komplikasi hipotermi Bayi premature maupun bayi cukup bulan
yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2000 gram, terancam
kematian akibat hipotermi yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,50c disamping
asfiksia dan infeksi. (Imral Chair, 2007)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Apa itu hipotermi?

2. Mengapa hipotermi dapat terjadi?

3. Bagaimana cara mencegah hipotermi?

4. Bagaimana cara mengatasi hipotermi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:

1. Untuk mengembangkan pola pikir mahasiswa kebidanan untuk mengetahui


lebih banyak mengenai hipotermi.

2. Untuk mengetahui apa itu hipotermi

3. Untuk mengetahui mengapa hipotermi itu dapat terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Hipotermia

Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapat
menyebabkan mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan
penyakit kronis. Hipotermia adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat
kedinginan. Setelah panas dipermukaan tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan
pada jaringan dalam dan organ tubuh.

Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh


darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki.
Dalam kondisi yang parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu
diamputasi.

Udara dingin yang basah disertai angin yang bertiup kencang, seringkali
dijumpai para pendaki ketika melakukan pendakian gunung. Tidak jarang badai dan
hujan lebat menyertai hawa dingin. Malam yang cerah seringkali membuat udara
semakin dingin dan berembun. Di puncak musim kemarau justru di sekitar puncak
gunung seringkali muncul kristal-kristal es yang menempel pada daun-daunan dan
bunga edelweis. Pakaian yang basah, kaos kaki yang basah semakin menambah
dinginnya badan. Keadaan akan semakin parah bila pendaki tidak memperhatikan
makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energi untuk memanaskan badan.
Dinginnya udara seringkali membuat perut kembung sehingga enggan untuk makan,
kecuali memang kehabisan makanan.

Hipotermi dibedakan atas:

1. Stres dingin (36-36,5° C)


2. Hipotermi sedang (32-36° C)

3
3. Hipotermi berat (dibawah 32° C)

Bayi-bayi yang sangat rawan terhadap hipotermi yaitu:

1. Bayi kurang bulan / prematur


2. Bayi berat lahir rendah
3. Bayi sakit

2.1.1 Pengertian Hipotermia


Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu
inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di
seluruh tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma,
hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh <
32° C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran
rendah (low reading termometer) sampai 25° C. Di samping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu normal
pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5▫ Celsius (suhu ketiak). Hipotermi
merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru lahir, terutama
dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal hipotermi apabila suhu kurang
dari 36▫ Celsius atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. terutama dengan berat
badan

Beberapa pengertian hipotermia dari berbagai sumber:

1. Menurut Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo (2001), bayi


hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal adapun suhu
normal pada neonatus adalah 36,5-37,5° C Gejala awal pada hipotermi apabila
suhu 36° C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi

4
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32° dapat
mengukur sampai 25° C. 36° C). Disebut hipotermia berat bila suhu <32° C
diperlukan termometer ukuran rendah yang
2. Menurut Indarso F (2001), disamping sebagai suatu gejala,hipotermia
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
3. Menurut Sandra M.T (1997) hipotermi yaitu suatu kondisi dimana suhu tubuh
inti turun sampai dibawah 35° c

2.1.2 Klasifikasi Hipotermia


1. Hipotermi spintas.
Yaitu penurunan suhu tubuh1-2°c sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi
normal kembali setelah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu ruang di atur sebaik-
baiknya. Hipotermi sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia,
resusitasi lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi segera di
bungkus setelah lahir terlalucepat di mandikan (kurang dari 4-6 jam sesudah
lahir).
2. Hipotermi akut.
Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam, terdapat
pada bayi dengan BBLR, diruang tempat bersalin yang dingin, incubator yang
cukup panas. Terapinya adalah: segeralah masukan bayi segera kedalam
inkubator yang suhunya sudah menurut kebutuhan bayi dan dalam kaadaan
telanjang supaya dapat di awasi secara teliti. Gejala bayi lemah,gelisah,
pernafasan dan bunyi jantung lambat serta kedu kaki dingin.
3. Hipotermi sekunder
Penurunan suhu tubuh yang tidak di sebabkan oleh suhu lingkungan yang
dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, syndrome gangguan nafas,
penyakit jantung bawaan yang berat, hipoksia dan hipoglikemi, BBLR.
Pengobatan dengan mengobati penyebab Misalnya: pemberian antibiotika,
larutan glukosa, oksigen dan sebagainya.

5
4. Cold injuri
Yaitu hipotermi yang timbul karena terlalu lama dalam ruang dingin (lebih
dari 12 jam). Gejala: lemah, tidak mau minum, badan dingin, oligoria, suhu
berkisar sekitar 29,5-6-35°c, tidak banyak bergerak, oedema, serta kemerahan
pada tangan, kaki dan muka, seolah-olah dalam keadaan sehat, pengerasan
jaringan sub kutis. Pengobatan: memanaskan secara perlahan-lahan.
Antibiotika, pemberian larutan glukosa 10% dan kastikastiroid.

2.1.3 Jenis-Jenis Hipotermi


Beberapa jenis hipotermia, yaitu:

• Accidental hypothermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga


<35°c.>
• Primary accidental hypothermia merupakan hasil dari paparan langsung
terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya schat.
• Secondary accidental hypothermia merupakan komplikasi gangguan
sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya sih di usim
dingin (salju) dan iklim dingin.Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi
atas:
• Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2° C sesudah lahir.
Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam,
bila suhu lingkungan diatur sebaik- baiknya. Biasanya hal ini terdapat pada
BBLR, hipoksia (suatu keadaan dimana suplai oksigen tidak mencukupi
untuk keperluan sel, jaringan atau organ), ruangan tempat bersalin yang
dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat
dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada
ibu yang sedang bersalin.
• Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6-12 jam. Umumnya terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang
tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian

6
terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi
ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya adalah lemah, gelisah,
pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapi yang
dilakukan adalah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator
yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan
telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti. .
• Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh
suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom
gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-
kranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi
dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati
penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa,
oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang
mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia
harus diketahui secepatnya. Bila suhu tubuh bayi sekitar 32 derajat Celsius,
tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh
menjadi normal kembali.

2.1.4 Etiologi Hipotermi


Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu:

1. Jaringan lemak subkutan tipis.


2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
3. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
4. Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
5. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi
mengalami hipotermia.
6. Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir.
7. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur.
8. Tempat melahirkan yang dingin.

7
9. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis.sindrom dengan
pernapasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial.

Faktor pencetus hipotermia menurut Depkes RI.1992:

1. Faktor lingkungan.
2. Syok.
3. Gangguan endokrin metabolik.
4. Kurang gizi
5. Obat-obatan.
6. Ancka cuaca

2.1.5 Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi Hipotermi


1. Radiasi adalah panas yang hilang dari objek yang hangat (bayi) ke objekyang
dingin. Misal BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2. Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung
kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal popok atau celana basah
tidak langsung diganti.
3. Konveksi adalah hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya. Misal BBL
diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.
4. Evaporasi adalah hilangnya panas akibat penguapan dari air pada kulit bayi
misalnya cairan amnion pada bayi

2.1.6 Patofisiologi Hipotermi


Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral
pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapaib
rown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi
menjadi gliserol dan asam lemak. Bloodgliserol level meningkat, tetapi asam lemak
secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas,
kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah.

8
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan
glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.
Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf
sentral, kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan
fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain depresi
linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu
adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi
pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak,
aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang
progressif dari aktivitas EEG.

2.1.6 Tanda dan Gejala Hipotermi


Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia yaitu :

1. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya.


2. Bayi tidak mau minum atau menetek.
3. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.
4. Tubub bayi teraba dingin.
5. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras
(sklerema).
6. Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.
7. Lebih diam dari biasanya.
8. Hilang kesadaran.
9. Pernapasannya cepat.
10. Denyut nadinya melemah.
11. Gangguan penglihatan.
12. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi. Berikut adalah tanda
terjadinya hipotermia
 Tanda-tanda hipotermia sedang :
1. Aktifitas berkurang.

9
2. Tangisan lemah.
3. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata).
4. Kemampuan menghisap lemah.
5. Kaki teraba dingin.
6. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin.
 Tanda-tanda hipotermia berat :
1. Aktifitas berkurang,letargis.
2. Bibir dan kuku kebiruan.
3. Pernafasan lambat.
4. Bunyi jantung lambat.
5. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik.
6. Risiko untuk kematian bayi.
 Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia:
1. Muka,ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
2. Bagian tubuh lainnya pucat.
3. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
4. punggung,kaki dan tangan(sklerema)..
 Tanda-tanda klinis hipotermia:

1. Mild atau ringan (34-36°c)

1. Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi


2. Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat, meningkat4nya
tekanandarah,
3. Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
4. Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot

2. Moderate, sedang (30-34°C)

1. Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur, pelebaran pupil


2. Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur

10
3. Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
4. Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil, mulai
munculnya kaku tubuh akibat udara dingin

3. Severe, parah (<30°C)

1. Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip


2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya
tekanan darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

2.1.7 Komplikasi

Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat akan
menyebabkan beberapa gangguan yang akan menyertai yakni:

1. Gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata (seperti


mengdip)
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya
tekanan darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

2.1.8 Penatalaksanaan Umum

Saat lahir pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi
bisa kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang
dingin. Bayi yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut
beberapa cara penanganan hipotermia untuk bayi :

 Penanganan hipotermi pada BBL

11
1. Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia ke ruangan yang hangat.
Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal.
2. Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh
anda.
 Penanganan hipotermia secara umum untuk balita
1. Jika ia mampu melakukannya, minta anak berendam air hangat. Bila warna
kulitnya telah kembali normal, segera keringkan dan bungkus tubuhnya
dengan handuk tebal atau selimut.
2. Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut
yang cukup banyak. Tutupi kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam
ruangan cukup hangat.Temani anak.
3. Berikan anak minuman hangat dan makanan penuh energi, misalnya cokelat.
Jangan tinggalkan anak sendirian, kecuali anda yakin warna kulit dan suhu
tubuhnya telah kembali normal.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

 Jangan menempelkan sumber panas langsung, seperti botol berisi air panas ke
kulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.
 Jika anak hilang kesadaran, bukalah saluran udaranya dan periksa
pernapasannya. Jika anak bernapas, baringkan ia pada posisi pemulihan, jika
tidak bernapas, mulailah bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon
Ambulans.
 Prinsip Dasar Untuk Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir

1. Mengeringkan bayi segera setelah lahir

Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu
yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat
kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang

12
merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan
gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini
menyebabkan gejala awal hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau
keluarga bayi atau penolong persalinan. Untuk mencengah terjadinya serangan dingin
adalah sebagai berikut:

1. Setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan
bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu).
Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat dimulai dari kepala
kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan
handuk lain yang kering dan hangat.
2. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi tepi atau
tutup kepala, kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di
atas dada ibu untuk mendapatkankehangatan dari dekapan ibu.
3. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang rooting refleksdan bayi mendapat kalori.
4. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk
mencengah terjadinya serangan dingin ibu atau keluarga dan penolong
persalinan harus menunda memandikan bayi. Beberapa kriteria dalam
memandikan bayi;
5. Pada bayi lahir sehat yaitu lahir cukup bulan, berat 2.500 gram, langsung
menangis kuat. Memandikan bayi ditunda selama kurang lebih 24 jam setelah
kelahiran. Pada saat memandikan bayi gunakanlah air hangat.
6. Pada bayi lahir dengan risiko (tidak termasuk kriteria di atas), keadaan umum
bayi lemah atau bayi dengan berat lahir <2.000 gram sebaiknya bayi jangan
dimandikan ditunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila
suhu tubuh bayi stabil. Bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI
dengan baik.

13
7. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu
merujuk
8. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
9. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Bayi yang
mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.

Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang
adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di
dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap
hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam 1 pakaian (merupakan teknologi
tepat guna baru) disebut sebagai metode Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar berkancing depan.

Bila tubuh bayi masih dingin, gunakanlah selimut atau kain hangat yang
diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi


ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak mengisap beri infus glukosa
10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipotermi pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian dari para petugas
kesehatan dan khususnya calon ibu yang akan memiliki anak. Mereka perlu memiliki
pengetahuan tentang bagaimana cara memperlakukan bayi pertama kali ketika lahir.

Penanganan yang salah terhadap bayi bisa menyebabkan dampak negatif bagi
mereka. Sebagai contoh terjadinya hipotermi pada bayi disebabkan oleh kebiasaan /
perilaku yang salah seperti mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi menunggu
setelah plasenta lahir, memandikan bayi dilakukan segera setelah lahir,
membersihkan lemak bayi segera setelah lahir, memercikkan air hangat / air dingin /
air kembang / minyak wangi pada bayi baru lahir yang tidak menangis (untuk
merangsang pernafasan) , mengosok tubuh bayi dengan minyak kayu putih / obat
gosok , bayi baru lahir tidak segera didekapkan / dipisah /tidak segera disusui oleh
ibunya. Semua kebiasaan diatas justru mengakibatkan penurunan suhu tubuh pada
bayi.

Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian bayi baru
lahir. Oleh karena itu para petugas kesehatan harus melakukan tindakan pencegahan
terjadinya hipotermi di tingkat pelayanan dasar. Sebaiknya para petugas kesehatan
memiliki penguasaan dalam mencegah dan menangani hipotermi pada bayi baru lahir
untuk memberikan dampak positif yang sangat berarti dalam mencegah terjadinya
kematian. Begitu pula dengan ibu, penolong persalinan, dan keluarga di rumah yang
bisa dengan mudah mencegah terjadinya hipotermi.

15
3.2 Saran

Peran bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia


pada bayi. Maka dari itu seorang bidan itu harusn memiliki pengetahuan yng luas,
sikap dan keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencengah terjadinya hal
yang tidak diinginkan. Bayi yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi
terhadap kematian sehingga memerlukan pengawasan oleh perawatan yang intensif
dan ketat dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bari, Abdul S. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Farrer, H. 1999. Perawatan Jaternitas. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional 4 Pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: YBP-SP.

Rukiyah dan Yulianti, L. 2010. AsuHan Neonatus, bayi dan anak Balita. Jakarta: TIM

Saifudin, Abdul. Penanganan Esensial dasar Kegawat-Daruratan Obstetri dan Bayi


Baru Lahir. Jakarta.

Wiknjosastro, DjokoWaspodo.2009.Acuan Nasionl Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai