Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN KELAUTAN

MENGENAI HIPOTERMIA DAN CEDERA PAPARAN DIGIN

NAMA KELOMPOK:

1. VEREN MONICA TOMBOKAN | 19142010235

2. MEILINDA LUASUNAUNG | 19142010220

3. ANGGRIANI RUMETOR| 19142010218

4. APRILIA SURYANI TATURA | 19142010216

5. JESIKA FENI FIKA DOMUNO | 1814201145

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat -Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kegawatdaruratan Kelautan Mengenai Hipotermia Dan Cedera Paparan Dingin” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pada mata kuliah Kegawatdaruratan Kelautan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik
dan saran yang membangun akan makalah ini. Terima kasih

Minahasa Utara, September 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................I

DAFTAR ISI......................................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4

1.1 Latar belakang....................................................................................................................4-5

1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................5

1.3Tujuan.....................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................6

2.1 Definisi...............................................................................................................................6-7

2.2 Etiologi..................................................................................................................................7

2.3 Penatalaksanaan ................................................................................................................7-9

2.4 SPO (Standart Prosedur Oprasional)................................................................................9-13

2.5 Edukasi...........................................................................................................................13-14

2.6 Jurnal..............................................................................................................................14-17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia akan selalu mempertahankan keadaan suhu normal dengan suatu system
tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi di luar tubuh manusia tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi
dingin. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses
konveksi, radiasi, penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebani.
Secara fisiologis jika suhu disekeliling sangat dingin akan terjadi perbedaan suhu yang
sangat mencolok pada bagian kulit. Keadaan ini menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh.
Ketidaknyamanan yang berasal dari luar akan mengakibatkan perubahan fungsional organ
sebagai respon alami yang bertujuan untuk menyesuaikan tubuh dengan ketidaknyamanan
tersebut.
Misalnya suhu panas yang berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja, sebaliknya kondisi
dingin yang berlebihan akan meningkatkan rasa malas untuk istirahat, yang akan mengurangi
kewaspadaan dan konsentrasi terutama berkaitan dengan pekerjaan yang menuntut kesiapan
mental. Kondisi yang berlebihan akan meningkatkan stimulasi tubuh manusia untuk melakukan
aktivitas yang menghasilkan “internal heat” yang lebih tinggi.
Tekanan hawa dingin (cold stress) adalah suatu gabungan antara kondisi suhu dingin,
kecepatan angin, dan kelembaban yang membahayakan tubuh. Cold stress dapat terjadi pada
suhu <180C. akibat dari cold stress ialah terjadi respon fisiologis yang bertujuan untuk mengatur
agar suhu tubuh tidak menurun, respon ini disebut cold stress (vasokonstruksi, menurunnya
jumlah keringat).
Kemampuan manusia untuk bekerja ditempat dingin tergantung pada integritas fungsi
otak dan fungsi kaki.Tanda umum yang biasanya muncul bila tekanan hawa dingin ialah
pendinginan otak kemudian tidak terkoordinasi, pendinginan kaki dan bagian tangan, hasilnya
terjadi kekakuan. Akibat dari semua itu, seseorang akan sulit untuk melakukan pekerjaannya.
Paparan terhadap dingin dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh .panas yang di
bentuk tubuh atau yang diperoleh tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan panas sehingga
suhu tubuh menjadi rendah < 35 C atau hipotermia. Tubuh akan berusaha untuk mengatasinya
dengan cara bergetar, suatu respon bawah sadar untuk meningkatkan suhu tubuh melalui
aktivitas otot. Suhu lingkungan tidak perlu terlalu dingin untuk mencetus hipotermia.Hipotermia
dapat terjadi akibat penderita berada di lingkungan alam terbuka untuk waktu yang cukup lama.
Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu suhu rendah, faktor angina, usia, air,
kesehatan penderita dll.
Hipotermia merupakan suatu kondisi yang dapat sangat berbahaya bila tidak di tangani,
hal ini di karenakan hipotermia akan mengganggu metabolism sehingga kerja multi organ dapat
terganggu. Perawat sebagai tim kesehatan pertama dalam menangani pasien harus mengetahui
gejala serta tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien dengan hipotermia

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Kelautan Mengenai Hipotermia Dan
Cedera Paparan Dingin ?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Kelautan Mengenai Hipotermia Dan
Cedera Paparan Dingin
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan
kemampuan tubuh memproduksi panas sehingga akan mengakitbatkan hipotermia. Hipotermia di
klasifikasikan melalui pengukuran suhu inti :
1. Ringan 33-36 C
2. Sedang 30-33 C
3. Berat 27-30 C
4. Sangat berat <30 C
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berlangsung dan tidak di ketahui selama
beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35c, orang yamg mengalami hipotermia
mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh di bawah 34,4c frekuensi jantung, pernafasan dan tekanan darah turun. Jika
hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran dan
tidak responsive terhadap stimulus nyeri.
2. Paparan dingin
Frosbite adalah injuri dingin yang bersifat lokal disebabkan oleh terpapar temperatur yang
dingin (Tamsuri, 2006).
Merupakan kondisi dimana sebagian organ tubuh membeku akibat terpapar suhu dingin yang
berlebihan.Biasanya organ yang terkena, antara lain dagu, ujung jari tangan dan kaki, cuping
hidung, serta cuping telinga. Frostbite pada organ tubuh biasanya ditandai dengan kulit yang
terlihat pucat dan keras, bila terkelupas nampak jaringan di bawahnya yang berwarna merah dan
nyeri. Biasanya organ akan mengalami mati rasa.
Terpapar dingin dapat digolongkan sebagai paparan membekukan dan tidak
membekukan.Terpapar dingin membekukan disebut “Frostbite”.Terpapar dingin tak
membekukan yang diakibatkan oleh lama terpapar keadaan basah atau lembab dikenal “Trench
Foot” (Boswick. John A, 2008)
Radang dingin adalah cedera yang disebabkan oleh pembekuan dari kulit dan jaringan di
bawahnya.Pertama kali kulit akan menjadi sangat dingin dan merah, kemudian akan mati rasa,
keras dan pucat. Frostbite atau radang dingin paling sering terjadi pada jari, jari kaki, hidung,
telinga, dan dagu.
B. Etiologi
Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada yang dihasilkannya.
Penyebab yang paling umum adalah paparan kondisi cuaca atau air dingin.
Ketika Anda terlalu lama melakukan kontak dengan lingkungan yang lebih dingin, Anda bisa

mengalami hipotermia karena tidak berpakaian dengan tepat atau tidak dapat mengendalikan

kondisinya.

Kondisi spesifik yang dapat menjadi adalah:


 Mengenakan pakaian yang tidak cukup hangat
 Tinggal terlalu lama dalam cuaca dingin
 Tidak bisa melepaskan pakaian basah atau pindah ke lokasi yang lebih hangat dan kering
 Jatuh ke dalam air, seperti dalam kecelakaan berperahu
 Tinggal di rumah yang terlalu dingin.
C. Penatalaksanaan
1. Hipotermia
1) Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman
2) Penilaian dini dan pemeriksaan penderita
3) Pindahkan penderita dari lingkungan dingin
4) Jaga jalan nafas dan berikan oksigen bila ada
5) Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering
6) Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan-pelan
7) Pantau tanda penderita secara berkala
8) Pasien dengan hipotermi ringan dapat di terapi langsung dilapangan, yaitu dengan
melepas atau menjauhkan benda atau zat yang mendinginkan, kemudian diberi
penghangat seperti handuk dan selimut
9) Hipotermia sedang atau berat memerlukan perawatan khusus di rumah sakit berupa
rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh. Perawatan ini berupa rewarming
aktif yang diikuti rewarming pasif, rewarming aktif yaitu mendekatkan benda
hangat atau panas dari luar tubuh yang di tempelkan pada tubuh pasien.
2. Paparan dingin
1. Pre hospital
1) Pindahkan penderita ke tempat yang hangat
2) Pegang bagian yang terkena dengan lemah lembut, jangan pernah menggosok bagian
yang terkena.
3) Hangatkan secara lemah lembut dengan merendam bagian yang terkena di dalam air
hangat (100-105 derajat Farenheit) sampai terlihat merah dan teraba hangat.
4) Membalut dengan bebas bagian yang terkena dengan pembalut yang kering dan
steril.
5) Jika jari tangan atau jari kaki penderita mengalami luka karena dingin yang luar
biasa, tempatkan perban (gauze) yang kering dan steril diantara luka dan balutan
agar keduanya terpisah.
6) Jangan memecahkan lepuhan yang ada
7) Jangan biarkan bagian yang terkena membeku lagi.
8) Periksakan ke pelayanan kesehatan sesegera mungkin.
2. In Hospital
1) Pasien koma dengan trauma dingin harus harus diinfus dengan larutan garam
seimbang (RL) yang mengandung 100-300 mEq NaHCO3, yang diberikan dalam
kecepatan 250 ml/jam
2) Lebih baik memeriksa Ph dan Po2 arteri, serta hematocrit sebelum terapi yang
diberikan. Bila hasil pemeriksaan ini tak bisa didapatkan sebelum pengobatan dan di
perlukan penghangatan kembali jaringan, maka kecepatan penggantian cairan harus
dinaikan sampai 500ml/jam sebab penghangatan kembali mungkin meninggikan
derajat asidosis.
3) Untuk mengobati hiposekmia yang biasa timbul pada pasien, dengan trauma dingin,
maka oksigen harus di berikan dengan masker atau kateter hidung selama 6-8 jam
atau sampai po2 arteri kembali normal. Pengobatan jaringan yang beku atau dingin
4) Bila fasilitas perawatan definitif jauhnya lebih dari 1 atau 2 jam perjalanan dan
jaringan dapat di jaga tetap hangat, maka jaringan yang beku atau dingin segera di
hangatkan kembali. Ia terbaik dilapisi dengan meletakan pasien di bak mandi air
panas
3. Pembedahan
1) Escharotomy
2) Sympathectomy untuk spasme berat dan nyeri
3) Debridement setelah retraksi jaringan viable (13 minggu – 4 bulan setelah injuri)
4) Amputasi ekstremitas nonviable setelah retraksi jaringan viable; mungkin beberapa
bulan setelah injuri.
4. Medikasi
1) Imunisasi tetanus 0.5 ml IM
2) Plasma ekspander: dextran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam untuk menurunkan
endapan.
3) Antibiotik: tetrasiklin atau ampisilin untuk profilaksis, 250 mg posetiap 6 jam.
4) Analgesik narkotik :morphin 15 mg IM setiap 3 jam atau
5) Analgesik antipiretik : aspirin, 600 mg posetiap 3 jam.
D. SPO (Standart Prosedur Operasional)
Pengertian :
Hipotermi terjadi jika suhu tubuh bayi kurang dari 36,5° C pada pengukuran suhu melalui
ketiak. Suhu tubuh rendah dapat disebabkan karena terpapar. lingkungan yang dingin atau bayi
dalam keadaan basah dan tidak berpakaian.
Tujuan :
 Menjaga suhu tubuh normal bayi (36,5°C - 37,5°C)
 Mencegah terjadinya hipotermi pada BBL
Peralatan :
 Alat pemancar yang siap pakai
 Ruang/kotak penghangat
 Inkubator
 Kain bersih, kain kering 2 buah
 Penutup kepala, kaos tangan dan kaos kaki
 Alat pengukur suhu tubuh (termometer)
 Alat pengukur suhu ruangan
 Alat pengukur berat badan.
Prosedur:
 Melakukan pengukuran suhu tubuh di ketiak
 Termometer di cuci dengan air dan sabun, keringkan ujungnya
 Letakkan bayi terlentang atau miring
 Kibaskan termometer agar penunjuk temperatur berada pada 35°℃
 Letakkan ujung termometer di apeks aksila selama 5 menit
 Baca hasil pengukuran temperature tubuh dan bila hasilnya kurang dari
35°C,gunakan cara rektal
 Melakukan pengukuran suhu di rektal
 Termometer dicuci dengan air dan sabun, lalu keringkan ujungnya Letakkan bayi
terlentang atau miring
 Olesi anus/rektum bayi dengan cairan pelicin/vaselin
 Kibaskan termometer hingga indikator termometer berada di bawah
35℃
 Letakkan ujung termometer di dalam anus sedalam 2 cm, tunggu selama 3 menit
(jangan tinggalkan bayi dengan termometer di dalam anus)
 Ambil termometer dan baca hasilnya
 Cuci kembali termometer dengan air dan sabun, kcringkan kemudian simpan kembali
di tempatnya
 Melakukan penghangatan suhu tubuh dengan cara kontak kulit dengan kulit.
 Letakkan kulit bayi pada kulit ibu/orang lain, di usahakan bayi dalam keadaan
telanjang menempel pada kulit ibu
 Suhu ruangan minimal 25°C
 Ukur temperatur tubuh bayi 2 jam setelah kontak kulit. Bila suhu < 36,5°C, periksa
kembali bayi dan tentukan langkah selanjutnya
 Ajari ibu cara menyusui dan perlekatan yang benar
 Bila ibu cemas tentang pemberian minum pada bayi kecil, motivasi ibu agar mampu
melaksanakannya
 Bila ibu tidak dapat menyusui, berilah ASI perah denganmenggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
 Memantau pelaksanaan kangaroo mother care (KMC) dengan benar
 Pakaikan bayi topi, popok, kaos kaki yang bersih, kering untuk jaga kehangatannya
 Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi kepala tegak langsung ke kulit ibu, posisikan
bayi dalam “frog position" yaitu fleksi pada siku dan tungkai, kepala dan dada bayi
terletak di dada ibu dengan posisi agak ekstensi
 Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang bersih dan kering untuk
menjaga kehangatan bayi
 Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari. Bila ibu menyusui,catat waktu
ibu menyusui bayinya
 Timbang BB bayi setiap hari dan nilai peningkatannya
 Jelaskan pada ibu mengenai pola pernapasan dan warna kulit bayi normal serta
kemungkinan variasinya yang masih dianggap normal
 Mintalah kepada ibu untuk waspada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau
tidak normal
 Ajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, atau menyentil jari
kaki bayi) bila bayi tampak biru di daerah lidah, bibir atau sekitar mulut atau napas
berhenti lam
 Bila KMC tidak dapat dilakukan terus menerus, ukur suhu aksila
 Bila temperature normal selama 3 hari berturut-turut, pengukuran dilakukan tiap 12 jam
selama 2 hari kemudian hentikan pengukuran
 Bila temperatur abnormal, tentukan langkah selanjutnya
 Menggunakan ruangan hangat dengan cara yang benar
 Pastikan suhu ruangan paling rendah 26°C
 Pastikan bayi dalam pakaian yang hangat
 Letakkan bayi di dalam boks, jauhkan dari dinding yang dingin atau aliran udara
(jendela, pintu)
 Ukur temperature tubuh bayi dan ruangan 4 X sehari
 Suhu ruangan yang di anjurkan menurut berat bayi
o BB 1500-2000 gram 28-30°C
o BB lebih dari 2000 gram 26-28
 Pada waktu malam hari tambahkan penghangat
 Jangan digunakan pada bayi dengan berat badan kurang 1500
 melakukan penghangatan suhu tubuh dengan pemancar panas dengan baik
 hangatkan ruangan (minimal 22°C) dimana alat pemancar panas diletakkan
 bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum bayi diletakkan di
bawah pemancar panas
 nyalakan alat dan atur suhu sesuai petunjuknya (biasanya antara 36- 37°C). Bila alat
bisa disiapkan sebelum bayi datang, nyalakan alati untuk menghangatkan linen dan
matras terlebih dahulu
 sebelum bayi lahir/datang, sebaiknya selimut dihangatkan dibawah pemancar panas,
agar bayi tidak kedinginan karena diletakkan di alas yang dingin. Bayi hendaknya
dibungkus atau diberi pakaian kecuali bila akan dilakukan tindakan bayi dibiarkan
telanjang/setengah telanjang
 pindahkan bayi ke ibu sesegera mngkin bila tidak ada tindakan atau pengobatan yang
diberikan.
 Melakukan perawatan INKUBATOR
 Hangatkan inkubator sebelum digunakan
 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut berat danumur bayi
 Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1°C setiap
BeratBayi Suhu Inkubator (°C) menuruut umur
35°C 34°C 33°C 32°C
<1500g 1-10 11hr- 3-5mg >5mg
hari 3mg
1500- 1-10hr 11hr- >4mg
2000g 4mg
2100- 1-2hr 3hr- >3mg
2500g 3mg
>2500g 1-2hr >2mg
perbedaan suhu 7°C antara suhu ruangan dan inkubator
 Bila diperlukan melakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas
semua pakaian bayi dan segera beri pakaian kembali setelah selesai
 Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap
hangat
 Gunakan 1 inkubator untuk 1 bayi
 Periksa suhu inkubator dengan menggunakan termometer ruang dan ukur suhu aksila
bayi tiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam
 Bila suhu aksila <36,5C atau 37,5C atur suhu inkubator secepatnya
 Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah di atur, maka inkubator tidak
berfungsi dengan baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang kita kehendaki
atau gunakan cara lain untuk menghangatkan bayi
 Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah di atur, lakukan manajemen suhu
tubuh abnormal
 Pindahkan bayi ke ibu secepat mungkin bila bayi sudah tidak menunjukkan tanda-tanda
sakit
Unit terkait:
 Bidan
 Pasien
E. Edukasi penanganan hipotermia
Edukasi atau konsep pemberian pengajaran dan pelatihan dimana dalam menangani suatu
keadaan baik keadaan dararu atau keadaan gawat daurat yang terjadi disekitar kita dimana
dengan kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang konsep dari suatu masalah yang
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan yang darurat atau masalah kesehatan yang
gawat daruurat.
Setelah kita mengetahui tentang masalah kesehtan yang terjadi di sekitar kita maka kita
haru memberikan penanganan yang tepat dalam pemberian pertolongan pertama pada
orang yang membutuhkan pertolongan tersebut, dengan kita haru mengetahui SPO
( Standart Prosedur Oprasional ) terlebih dahulu.
Dalam edukasi saat ini kita memberikan pengajaran atau pelatihan pertolongan pertama
pada kasus hipotermi akibat cedera paparan dingin,tentang hal apa saja yang harus
dilakukan dalam penangan hipotermi akibat cedera paparan dingin,yaitu:
1) memindahkan pasien hipotermia ke tempat yang hangat dan kering.
2) lepaskan pakaian yang basah, selimuti seluruh tubuh penderita hipotermia.
3) periksa pernapasan dan lakukan CPR jika pernapasan berhenti.
4) lakukan kontak dari kulit ke kulit.
F. Jurnal
Wahyu Hidayat (2019).Gambaran Aktivitas Pekerjaan dan Keluhan Hipotermia Pada Pekerja
Cold Storage (Studi di Cold Storage UD Indra Laksmana Muncar Kabupaten Bayuwangi).
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Iklim kerja merupakan perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya. Bagi orang Indonesia suhu udara dirasakan nyaman antara (24oC sampai 26oC),
kelembaban relatif (30% sampai 70%) dan kecepatan udara sekitar (0,05m/s Sampai 0,2m/s).
Adapun lingkungan kerja yang mempunyai suhu udara di bawah 19oC adalah lingkungan kerja
yang menggunakan refrigerator pada proses produksi misalnya industri pengepakanikan segar.
Salah satu industri yang mengalami perkembangan pesat adalah industri cold storage. Pekerja
yang terpapar suhu ruangan dibawah 24-260C akan mengalami gangguan kesehatan pada tubuh
seperti penurunan suhu tubuh secara drastis yang disertai dengan keluhan akibat suhu dingin.
Paparan suhu dingin yang terus menerus dapat menyebabkan panas keluar dari tubuh sehingga
faktor-faktor tersebut berkontribusi terhadap timbulnya cold stress (hipotermia).Penelitan ini
dilakukan di cold storage yang ada di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pekerja cold storage
yang bekerja di lingkungan kerja dengan suhu dingin yang berjumlah 33 orang. Pengambilan
data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan pengukuran suhu
tubuh,beban kerja, indeks massa tubuh. Kemudian data diolah secara deskriptif yaitu dalam
bentuk tabel dan teks.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,7% pekerja yang merasa keluhan
tidak nyaman terhadap suhu dingin dengan suhu <24oC. Keluhan tersebut dirasakan oleh seluruh
responden dengan frekuensi keluhan yang dirasakan berbeda-beda antara lain berupa keluhan
menggigil (72.7%), umur responden pada rentang 25-34 (62,5%) tahun, 44,4% pekerja laki-laki
menyatakan mengalami ada keluhan, 57,9% memiiki IMT kategori berat badan normal, 54,5%
pekerja yang terpapar suhu dingin selama 40 menit, 55,6% pekerja yang bekerja di bagian
pengemasan menyatakan mengalami ada keluhan, memiliki masa kerja dengan rentang ≤3 tahun
(56,2%), 66,6% pekerja memiliki beban kerja dengan kategori diperlukan perbaikan 31-60
kali/menit.Berdasarkan hasil tabulasi silang antara suhu dingin, kelembaban udara,umur, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, lama paparan, aktivitas pekerjaan, masa kerja, beban kerja dan
keluhan hipotermia menunjukkan bahwa 66,7% pekerja mengalami penurunan suhu tubuh dan
juga merasa tidak nyaman terhadap suhu dingin <24oC, sehingga menyebabkan keluhan yang
dirasakan akibat efek paparan suhu dingin berbeda-beda. Hasil penelitian diharapkan dapat
menjadi bahan kajian kepada instansi terkait di Kabupaten Banyuwangi untuk melakukan
tindakan pengawasan terhadap industri perikanan maupun jasa yang mendukung kegiatan
industri yang bergerak pada sektor formal maupun informal agar pengawasan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja khususnya untuk tenaga kerja yang
bekerja di bagian cold storage.
 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan hanya berupa wawancara dan pengukuran pada
responden tanpa melakukan intervensi atau tindakan terhadap subjek penelitian (masyarakat),
penelitian ini juga mencoba untuk menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antar faktor risiko
dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2012:26).
 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian cold storage/control room UD Indra Laksmana yang
terletak di Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Cold storage UD Indra Laksmana
merupakan cold storage yang berskala menengah serta terdapat pekerja yang terpapar suhu
dingin secara langsung dalam melakukan pekerjaannya di lingkungan kerja cold storage.
 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober-November 2018. Kegiatan tersebut diawali
dengan tahapan penyusunan proposal, studi pendahuluan, pelaksanaan penelitian, pembahasan
hasil, hingga penyusunan laporan.
 Populasi Penelitian
Populasi juga disebut kumpulan individu atau obyek yang memiliki ciri-ciri Sama. Disebutkan
juga populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian atau Obyek yang diteliti (Notoatmodjo,
2012:115). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh pekerja yang terpapar suhu dingin di
cold storage UD Indra Laksmana Sebanyak 33 orang.
 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian,
sehingga dalam pengambilan sampel dibutuhkan teknik tertentu agar hasil penelitian valid
(Notoatmodjo, 2012:115). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi tersebut yang harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2012:181). Teknik sampling
adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian (Sugiyono, 2014:81). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampling jenuh atau total sampling. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang dilakukan untuk membuat generalisasi
dengan kesalahan sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2014:85). Dalam penelitian ini seluruh pekerja di cold
storage UD Indra Laksmana yang terpapar suhu dingin sebanyak 33 orang yang menjadi sampel
penelitan.
 Kesimpulan
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Gambaran Aktivitas Pekerjaan dan
Keluhan Hipotermia Pada Pekerja Cold Storage (Studi di Cold Storage UD. Indra Laksmana
Muncar Kabupaten Banyuwangi, dapat disimpulkan Beberapa hal sebagai berikut:
a. Karakteristik faktor pekerja di cold storage paling banyak pada rentang usia 25-34 tahun,
sebagian besar pekerja berjenis kelamin laki-laki dan memiliki Kategori IMT berat badan
normal.
b. Karakteristik pekerjaan pekerja cold storage memiliki lama paparan dingin Maksimal
adalah bekerja di cold storage selama 75 menit, pekerja memiliki Masa kerja terbanyak
dengan rentang waktu selama >3 tahun, aktivitasPekerjaan yang dilakukan seperti sortasi,
penimbangan, penyusunan, Pembekuan dan pengemasan, serta pekerja memiliki beban
kerja yang Bervariasi.
c. Hasil pengukuran suhu inti tubuh pekerja sebagian besar pekerja cold storagMengalami
penurunan suhu inti tubuh akibat paparan suhu dingin. Pekerja cold Storage paling
banyak bekerja pada ruangan sortasi dengan suhu ruangan Berkisar antara 18°C sampai
20°C.
d. Keluhan hipotermia dirasakan pekerja dengan frekuensi yang berbeda beda, Keluhan
yang dirasakan seluruh pekerja antara lain menggigil, kulit terasa Dingin, jari terasa kaku
dan kebingungan akibat suhu dingin. Pekerja juga Mengalami rasa tidak nyaman akibat
bekerja pada suhu lingkungan dingin.
e. Hasil tabulasi silang menunjukkan pekerja yang mengalami keluhan hipotermia
Terbanyak sebagian besar terjadi pada pekerja dengan rentang usia 25-34 tahun, Berjenis
kelamin laki-laki, memiliki IMT dengan berat badan normal, bekerja Pada ruangan
sortasi dengan suhu 18°C sampai 20°C, bekerja selama rentang Waktu 40 menit, pekerja
memiliki masa kerja tertinggi dengan waktu selama >3 Tahun, aktivitas pekerjaan yang
dilakukan seperti sortasi (11 orang pekerja) , Penimbangan (3 orang pekerja), penyusunan
(4 orang pekerja), tempat pembekuan (6 orang pekerja) dan pengemasan (9 orang
pekerja) dari total populasi sebanyak 33 pekerja yang sebagian besar mengalami keluhan
hipotermia adalah pekerja di bagian pengemasan, serta pekerja memiliki beban kerja
yang bervariasi, pekerja mengalami keluhan hipotermia (menggigil, kulit terasa dingin,
jari terasa kaku dan efek kebingungan) dan pekerja juga mengalami rasa tidak nyaman
akibat bekerja pada lingkungan bersuhu dingin.

DAFTAR PUSTAKA
Asuhan keperawatan terpapar dingin 2017. Diterbitkan tahun 2017. Di akses online
https://www.academia.edu/34681782/ASUHAN_KEPERAWATAN_TERPAPAR_DINGIN_GE
NERAL_COOLING Di akses tanggal 15 september jam 21.17

dr. Rizal Fadli 2019. Di terbitkan tanggal 28 november 2019. Di akses online :
https://www.halodoc.com/artikel/harus-tahu-ini-pertolongan-pertama-pada-kasus-hipotermia?
utm_tracker=19d12eb0-809a-4236-885e-df0ac4fa01b9 Di akses tanggal 15 september jam 23.22

UPK PUSKESMAS LAMPUNG 2016. Di terbitkan tanggal 1 februari 2016. Di akses


online : https://www.scribd.com/document/360604670/SOP-Hipotermi Di akses tanggal 16
september 2021 jam 09.45

Wahyu Hidayat 2019. Diterbitkan tanggal 29 juli 2019. Di akses online :


https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/98232 Di akses tanggal 16 september 2021 jam
12.57

Kompas health.com 2021 . di terbitkan tanggal 27 juli 2021.di akses online :


https://health.kompas.com/read/2020/07/27/180000668/hipotermia--penyebab-gejala-hingga-
cara-mengatasinya?page=all Di akses tanggal 17 september jam 02.43

Anda mungkin juga menyukai